Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL


NEONATAL PADA BAYI BARU LAHIR
DENGAN ATRESIA ANI

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Asuhan Kebidanan Pada Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Disusun oleh:
AYU SANTIKA NOVIN
NIM PO.62.24.2.22.350

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Pada Kegawatdaruratan Maternal Neonatal


Pada Bayi Baru Lahir Dengan Atresia Ani

Telah Disahkan Tanggal : 25 April 2023

Mengesahkan,

Pembimbing Lahan Praktik Pembimbing Institusi

Risna Ariaty, SST Yeni Lucin, S.Kep., MPH


NIP.19870211 201001 2 018 NIP. 19650727 198602 2 001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Koordinator Mata Kuliah Asuhan
Sarjana Terapan Kebidanan Dan Kebidanan Pada Kegawatdaruratan
Pendidikan Profesi Bidan, Maternal Neonatal

Erina Eka Hatini, SST., MPH Riny Natalina, SST., M.Keb


NIP. 19800608 200112 2 001 NIP. 19791225 200212 2 002

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pendahuluan dengan judul
“Asuhan Kebidanan Pada Kegawatdaruratan Maternal Neonatal Pada Bayi Baru
Lahir Dengan Atresia Ani”
Dalam menyelesaikan laporan ini kami menyadari bahwa dalam
penyajiannya tidak lepas dari kekurangan baik dalam susunan kata, isi, maupun cara
penyusunan. Hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan serta pengetahuan kami.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan dengan tujuan untuk
menyempurnakan laporan ini.
Dalam kesempatan ini saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Noordiati, MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kementerian Palangka Raya
2. Erina Eka Hatini, MPH selaku Ketua Program Studi Diploma IV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kementerian Palangka Raya
3. Yeni Lucin, S.Kep., MPH selaku Pembimbing Institusi yang sudah
membimbing saya dalam penyusunan laporan ini
4. Riny Natalina, SST.,M.Keb selaku Koordinator Mata Kuliah Asuhan
Kebidanan Pada Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.
5. Siti Fatimah, SST selaku koordinator CI Kebidanan Ruang INRIT yang telah
memberikan arahan dan bimbingan selama praktik di RSUD Ulin
Banjarmasin.
6. Risna Ariaty, SST selaku pembimbing lahan yang telah membimbing selama
praktik di RSUD Ulin Banjarmasin.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi penulis, pihak-pihak yang telah
membantu, dan sebagai referensi keilmuan.
Banjarmasin, April 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 3
1. Tujuan Umum............................................................................................................. 3
2. Tujuan Khusus............................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................................... 4
A. Konsep Dasar Atresia Ani .............................................................................................. 4
1. Definisi Atresia Ani .................................................................................................... 4
2. Klasifikasi Atresia Ani ............................................................................................... 4
3. Etiologi Atresia Ani .................................................................................................... 5
4. Manifestasi Klinis Atresia Ani................................................................................... 6
5. Pemeriksaan Penunjang Atresia Ani........................................................................ 6
6. Komplikasi .................................................................................................................. 8
7. Penatalaksanaan ......................................................................................................... 8
BAB III TINJAUAN KASUS (SOAP)
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Atresia ani atau banyak dikenal sebagai malformasi anorectal
merupakan kelainan kongenital dimana anus tidak terbentuk secara
sempurna sebagaimana anatomi tubuh pada umumnya. Pada umumnya
keadaan atresia ani atau malformsi anorectal sendiri cenderung dijumpai
pada bayi yang baru dilahirkan dengan perlunya tindakan bedah anak
dengan tepat (Lokananta, 2017). Kelahiran bayi dengan kelainan kongenital
merupakan salah satu hal yang perlu diwaspadai karena memiliki angka
mortalitas dan morbiditas yang cukup tinggi. Menurut WHO lebih dari 8
juta bayi di seluruh dunia setiap tahunnya lahir dengan kelainan bawaan. Di
Amerika Serikat hampir 120.000 bayi lahir dengan kelainan bawaan setiap
tahun. Kelainan bawaan merupakan salah satu penyebab utama dari
kematian bayi. Data WHO menyebutkan bahwa dari 2,68 juta kematian
bayi, 11,3% disebabkan oleh kelainan bawaan (Kementerian Kesehatan RI,
2018).
Menurut data Global Report on Birth Defects bervariasi dalam data
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia di wilayah Asia Tenggara
Indonesia dari 1000 kelahiran terdapat 59,3% bayi dengan kelainan bawaan.
Angka kematian MAR bervariasi 16% sampai 29,4% dari beberapa
penelitian yang telah dilakukan sejak 1995-2014. Kematian neonatus MAR
akibat terlambat diagnosis atau terlambat mendapatkan tindakan operasi
kolostomi masih sering terjadi, terutama di negara berkembang.
Berdasarkan data pada presentase jenis kelainan bawaan pada survei
sentinel kelainan bawaan yang terjadi pada bulan September 2014 – bulan
Maret 2018 didapatkan prosentase kelahiran dengan kelainan bawaan atresia
ani sebanyak 9,7% (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

1
Akibat dari terjadinya atresia ani bila tidak ditangani dengan baik
maka dapat memunculkan bermacam komplikasi semacam terbentuknya
obstruksi usus, konstipasi, ketidakseimbangan cairan serta elektrolit,
enterokolitis, struktur anal, serta inkontinensial (Nurarif, Amin Huda,
Kusuma, 2016). Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya
permasalahan eliminasi fekal, permasalahan eliminasi fekal itu sendiri
beragam ialah semacam konstipasi, impaksi fekal (fekal impation), diare,
inkontinensia fekal, kembung serta hemoroid. Penyakit yang sangat kerap
menimbulkan obstuksi usus pada balita, penyakit ini sangat kerap
dikarakteristikan dengan konstipasi pada balita baru lahir (Kyle Terri Dan
Carman Susan, 2014). Dengan adanya potensi kelahiran dengan atresia ani
atau malformsi anorectal memerlukan penanganan dengan segera. Pada
penanganan kelaianan kongenital atresia ani akan sesegera mungkin
dilakukan prosedur pembedahan invasive untuk meminimalisir komplikasi
penyakit yang sudah ada (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Upaya awal dalam menangani kelainan kongenital atresia ani /
marformasi anorectal adala upaya prosedur pembedaan dengan pembuatan
kolostotomi dimana pembuatan saluran pembuangan di abdomen.
Kolostomi yang dibuat pada kolon desenden atau sigmoid lebih
mengntungkan karena proses pembersihan kolon akan menjadi lebih mudah
(Marc A. Levitt, 2010). Lubang kolostomi yang muncul di permukaan
abdomen berupa mukosa kemerahan yang disebut stoma. Pada minggu
pertama post operasi kolostomi terjadi pembengkakan schingga stoma
tampak membesar. Pasien dengan pemasangan kolostomi sangat beresiko
mengalami infcksi karena letaknya bersebelahan dengan lubang stoma yang
kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi
luka. Kantong/bag harus segera diganti dengan kantong yang baru jika telah
terisi feses atau jika kantong bocor dan feses cair mengotori abdomen. Kulit
di sekitar stoma harus dipertahankan tetap kering, penting untuk
menghindari terjadinya iritasi atau infcksi dan untuk kenyamanan pasien

2
(Mikala et al., 2021) Komplikasi yang dapat terjadi pasca operasi kolostomi
adalah struktur atau sering terjadi prolaps kolostomi. Prolaps dapat berlanjut
menjadi kondisi yang berat (Hapsari et al., 2022). Selain itu, komplikasi lain
yang dapat tterjadi adalah kerusakan integritas kulit yang tandai dengan
tampak nyeri, keruskan lapisan kulit, perdarahan, kemerahan dan hematoma
(SDKI, 2017). Dapat diketahui dari hasil penjelasan diatas bahwa
malfromasi anorektal memiliki komplikasi yang serius bila tidak ditangani
dengan baik dan segera.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditarik rumusan masalah yaitu :
“Bagaimanakah konsep Dasar Atresia Ani ?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengertahui konsep dasar pada kegawatdarutaran neonatal dengan
atresia ani.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Definisi Atresia Ani
b. Mengetahui Klasifikasi Atresia Ani
c. Mengetahui Etiologi Atresia Ani
d. Mengetahui Manifestasi Klinis dari Atresia Ani
e. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang untuk Atresia Ani
f. Mengetahui Komplikasi dari Atresia Ani
g. Mengetahui Penatalaksanaan Kaus Pada Atresia Ani

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Atresia Ani


1. Definisi Atresia Ani
Atresia Ani merupakan satu dari berbagai kelainan kongenital yang
terjadi pada anak. Atresia ani merupakan suatu keadaan lubang anus
tidak memiliki lubang. Atresia berasal dari bahasa Yunani, yaitu berarti
tidak ada, dan trepsis yang artinya nutrisi atau makanan. (Endris, 2017).
Atresia Ani dalam dunia kedokteran disebut juga sebagai anus
imperforate, malformasi anorektal atau kelainan ektopik anal. Atresia
Ani merupakan kelainan kongenital yang meliputi anus, rektum, atau
batas di antara keduanya. Atresia Ani merupakan tidak terjadinya
perforasi membrane yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan
pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau
sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak
berhubungan langsung dengan rectum (Endris, 2021).

2. Klasifikasi Atresia Ani


Menurut (Maryanti, 2019), Klasifikasi Atresia Ani dibagi menjadi
empat, yaitu:
a. Anal stenosis yaitu terjadinya penyempitan daerah anus sehingga
feses tidak dapat keluar.
b. Membranosus atresia, yaitu terdapat membrane atau selaput pada
anus.
c. Anal agenesis, yaitu memiliki anus tetapi ada daging di antara
rektum dengan anus.
d. Rectal atresia adalah tidak memiliki rektum atau saluran
pencernaan yang menghubungkan usus dengan anus, sehingga
feses tidak bisa dikeluarkan.

4
Kemudian atresia ani terbagi 3 jenis menurut kelompok anatominya
(Fajrin, 2022), yaitu :
a. Anomali rendah atau infralevator Pada infralevator rectum
mempunyai jalur desenden yang turun ke otot puborektalis,
terdapat sfingter eksterna dan sfingter interna berkembang secara
normal dan berfungsi dengan normal serta tidak terdapat hubungan
dengan saluran genitourinarius.
b. Anomali intermediet atau sedang Pada anomali intermediet, ujung
rektum mencapai setinggi otot levator ani tetapi belum menembus,
dan rektum melewati otot puborektal sampai 1 cm atau tepat diotot
puborektal, ada lesung anal dan sfingter eksternal.. Tipe kelainan
intermediet terbagi menjadi 2 sesuai dengan jenis kelamin. Pada
laki laki bisa rektobulbar atau rektouretral fistula yaitu fistula kecil
dari kantong rektal ke bulbar, dan anal agnesis tanpa fistula.
Sedangkan untuk perempuan bisa rektovagional fistula, analgenesis
tanpa fistula, dan rektovestibular fistula.
c. Anomali tinggi atau supralevator Pada anomali tinggi mempunyai 2
tipe sesuai dengan jenis kelamin. Pada laki laki ada anorektal
agenesis, rektouretral fistula yaitu rectum buntu tidak ada
hubungan dengan saluran urinary, fistula ke prostatic uretra.
Rectum berakhir diatas muskulus puborektal dan muskulus levator
ani, tidak ada sfingter internal. Sedangkan pada perempuan ada
anorektal agenesis dengan fistula vaginal tinggi, yaitu fistula antara
rectum dan vagina posterior.

3. Etiologi Atresia Ani


Menurut (Noordiati, 2019), atresia anidapat disebabkan karena :
a. Faktor genetik Kelainan genetik atau bawaan (autosomal) anus
disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi dan pembentukan
anus dari tonjolan embriogenik.

5
b. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, karena
ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12
minggu atau 3 bulan, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.
c. Berkaitan dengan sindrom down Beberapa pasien atresia ani
penyebabnya karena adanya hubungan antara atresia ani dengan
trisomi 21 (Down's syndrome).
d. Faktor lingkungan (seperti peggunaan obat-obatan dan konsumsi
alkohol selama masa kehamilan).

4. Manifestasi Klinis
Menurut (Idayanti, 2022) manifestasi klinis atresia ani adalah:
a. Setelah kelahiran sekitar 24 sampai 48 jam, bayi bayi mengalami
muntahmuntah dan tidak ada defekasi meconium, selain itu anus
tampak merah.
b. Tidak ditemukan lubang anus dengan ada/tidak adanya fistula.
c. Muntah setelah perut yang terasa kembung
d. Tampak gambaran gerak usus dan bising usus meningkat
(hiperperistaltik) pada akultasi.
e. Jika terdapat fistula rektovestibular dan meconium keluar dari
fistula tersebut, berarti terjadi atresia letak rendah.
f. Distensi pada abomen yang bertahap dan adanya tanda obstruksi
pada usus (bila tidak terdapat fistula)
g. Ditemukannya membrane anal pada pemeriksaan rectal touch.

5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Gangopadhyay & Pandey, 2015) untuk memperkuat diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut:
a. Pemeriksaan BNO / Foto Polos Abdomen Berfungsi untuk menunjukkan
jarak antara gelembung gas dalam usus terminal dengan perineum.

6
Invertogram dalam posisi lateral dengan pinggul sedikit difleksikan dapat
memberikan informasi yang akurat mengenai adanya anomali.
b. Pemeriksaan Ultrasonography (USG) Untuk mengetahui letak kantong
rektal.
c. CT-Scan dan Magnetic Resonance Imaging(MRI) Untuk mengetahui
lokasi fistula dengan tepat serta hubungannya dengan otot panggul .
d. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan cara menusukkan
jarum tersebut sambil melakukan aspirasi. Jika mekonium tidak keluar
pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm, defek tersebut dianggap sebagai
defek tingkat tinggi.
e. Urinalis Pemeriksaan urinalisis dilakukan pada anak laki-laki untuk
mengetahui fistel urin (mekoneum keluar melalui saluran kemih). Pada
anak perempuan untuk tipe kloaka (saluran kemih, vagina dan rektum
bermuara pada satu lubang di daerah kemaluan) (WHO,2005).
f. Pemeriksaan lain Dilakukan pemeriksaan lain karena anak dengan
malformasi anorektal memiliki asosiasi dengan kelainan lainnya.
Asosiasi VACTERL (vertebral, anal, cardiac, tracheal-esophageal, renal,
limb) harus diselidiki pada setiap pasien dengan malformasi anorectal
(Jahanshahifard et al., 2010).
Sedangkan menurut (Cecily Lynn Betz, 2012) menjelaskan beberapa
pemeriksaan penunjang lainnya adalah :
a. Pemeriksaan radiologi, ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
obstuksi intestinal.
b. Sinar X abdomen, akan berguna untuk menentukan kejelasan gambar
keseluruhan bowel serta mengetahui jarak pemanjangan kantung rectum
dari sfingternya.
c. Pvelografi intra vena, menilai pelviokalises dan ureter
d. Pemeriksaan fisik rectum, biasanya akan dilakukan colok dubur atau
lebih mudahnya dilakukan pengecekan suhu melalui anus.
e. Pemeriksaan Laboraturium yakni pemeriksaan sel darah putih,
hematokrit (Ht), hemoglobin (Hb) dan elektrolit (Ngastiyah, 2018).

7
6. Komplikasi
Menurut (Capriani, 2022), komplikasi pada atresia ani antara lain:
a. Asidosis hiperkloremik.
b. Infeksi saluran kemih yang terus-menerus.
c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
d. Komplikasi jangka panjang :
1) Eversi mukosa anus
2) Stenosis (akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis)
3) Impaksi dan konstipasi (akibat dilatasi sigmoid)
4) Masalah atau keterlambatan yang berhubungan dengan
toilettraining
5) Inkontinensia (akibat stenosis anal atau inpaksi)
6) Prolaps mukosa anorektal (penyebab inkontinensia).

7. Penatalaksanaan
Menurut (Sunarti, 2022), Penatalaksaan terbagi menjadi medis dan
non medis, yaitu :
a. Penatalaksanaan Medis
1) Kolostomi
Bayi laki-laki maupun perempuan yang didiagnosa mengalami
malformasi anorektal (atresia ani) tanpa fistula membutuhkan
satu atau beberapa kali operasi untuk memperbaikinya.
2) Posterior Sagittal Anorectoplasty (PSARP) Merupakan
tindakan menarik rektum ke posisi anus yang akan dibuat anus
buatan. Jika terdapat fistula atau penghubung yang abnormal
antara kandung kemih atau vagina, maka fistula harus ditutup.
Tindakan ini dapat langsung dilakukan pada neonatal atresia
ani dengan gambaran letak rendah, tetapi perlu
dipertimbangkan juga kondisi klinis bayi.
3) Penutupan kolostomi.

8
4) Dilatasi Anal (secara digital atau manual) Dilatasi anal
dilakukan dua kali sehari selama 30 detik setiap hari umumnya
selama 1 –2 minggu dengan menggunakan Hegar Dilator.
Ukuran dilator harus diganti setiap minggu ke ukuran yang
lebih besar.
b. Penatalaksanaan non medis
1) Toilet Training Toilet training dimulai pada usia 18 bulan
sampai 3 tahun. Menggunakan strategi yang sama dengan
anak normal,misalnya pemilihan tempat duduk
berlubanguntuk eliminasi dan atau penggunaan toilet.
2) Diet Laksatif/Tinggi Serat antara lain dengan mengkonsumsi
makanan seperti ASI, buah-buahan, sayuran, jus apel dan
apricot, buah kering, makanan tinggi lemak, coklat

9
DAFTAR PUSTAKA

Endris, A. (2021). Ensiklopedi Macam-Macam Penyakit: Ablasi Retina hingga


Autisme. Hikam Pustaka.
Hapsari, A. T., Wibowo, T., Anggraini, A., Wandita, S., & Haksari, E. L. (2022).
Faktor Prediktor Kematian Neonatus dengan Malformasi Anorektal Pasca
Operasi. Sari Pediatri, 23(5), 323. https://doi.org/10.14238/sp23.5.2022.323- 9
Lokananta, I. (2017). Tinjauan Pustaka Malformasi Anorektal. Jurnal Kedokteran
Meditek, 22(58), 1–6.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Pusat Data dan Informasi: Kelainan Bawaan. 1–
6.
Nurhayati, D., Mardhiyah, A., & Adistie, F. (2019). Kualitas Hidup Anak Usia
Toddler Paska Kolostomi Di Bandung. NurseLine Journal, 2(2), 166.
http://wisuda.unissula.ac.id/app/webroot/img/library/detail82/D3.Ilmu
Keperawatan_40901800026_fullpdf.pdf
Idayanti, T. (2022). ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA UNTUK
MAHASISWA KEBIDANAN (Risnawati (ed.)). Rizmedia Pustaka Indonesia.
Sunarti, A. (2022). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah (R. M. S.
Oktavianis (ed.)). Global Eksekutif Teknologi

10
LAPORAN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN
KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Asuhan Kebidanan Pada Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal

Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Disusun oleh:
AYU SANTIKA NOVIN
NIM PO.62.24.2.22.350

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2023

11
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal


Telah Disahkan Tanggal : April 2023

Mengesahkan,

Pembimbing Lahan Praktik, Pembimbing Institusi,

Risna Ariaty, SST Yeni Lucin, S.Kep., MPH


NIP. 19870211 201001 2 018 NIP. 19650727 198602 2 001

Mengetahui,

Koordinator CI Kebidanan Koordinator Mata Kuliah


Ruang INRIT Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal

Siti Fatimah, SST Riny Natalina, SST., M.Keb


NIP. 19730502 199302 2 002 NIP. 19791225 200212 2 002

Ketua Program Studi


Sarjana Terapan Kebidanan Dan
Pendidikan Profesi Bidan

Erina Eka Hatini, SST., MPH


NIP. 19800608 200112 2 001

12

Anda mungkin juga menyukai