DISUSUN OLEH :
1. SITI RAHMA WATI
2. BELLATRY GUSMAYANTI
3. DWI EVANI HARYANTI
4. FITRIANI
5. RAHMIATUL HASANAH
6. ERISSA JANNAH
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penulisan makalah ini.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,
baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki tugas – tugas kami.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.
Palangkaraya, 2023
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................2
1. Seleksi/ Perencanaan..........................................................................4
2. Pengadaan Obat................................................................................10
3. Penerimaan.......................................................................................12
4. Penyimpanan.....................................................................................13
5. Distribusi Obat..................................................................................15
BAB III..................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kefarmasian merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai merupakan salah satu dari
banyaknya kegiatan pelayanan kefarmasian. Tujuannya adalah untuk
menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan obat dan bahan
medis habis pakai yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan
kompetensi/ kemampuan tenaga kefarmasian, yang fungsinya untuk
mewujudkan sistem informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian
mutu pelayanan (Permenkes RI, 2014).
Pengelolaan obat merupakan hal yang sangat penting yang perlu di
perhatikan, mengingat dengan pengelolaan yang tidak sesuai dengan prosedur
yang tepat akan terjadi masalah tumpang tindih anggaran dan pemakaian yang
tidak tepat guna. Seperti yang diketahui anggaran belanja obat pada negara
berkembang merupakan anggaran terbesar kedua setelah gaji, yakni sekitar
40% dari seluruh anggaran unit pelayanan kesehatan. Sedangkan secara
nasional biaya untuk obat sekitar 40%-50% dari seluruh biaya operasional
Kesehatan. Sehingga ketidakefisienan dalam pengelolaan obat akan
berdampak negatif secara medis. Mengingat bahwa manajemen obat di
berbagai jenis sarana kesehatan merupakan elemen penting dalam pelayanan
kesehatan serta besarnya biaya yang diserap untuk pengadaan obat, maka
pengelolaan obat harus terus-menerus ditingkatkan sehingga dapat memenuhi
kebutuhan program pelayanan.
Pengelolaan obat akan berjalan efektif dan efisien bila ditunjang dengan
sistem manajemen informasi obat untuk menggalang keterpaduan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan dalam pengelolaan obat. Kegiatan pengelolaan obat meliputi
kegiatan perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan obat yang dikelola
1
2
secara efektif dan efisien. Siklus manajemen obat dapat digambarkan pada
Gambar 1
e. Siklus penyakit
f. Sisa persediaan
g. Data pemakaian periode yang lalu.
h. Rencana pengembangan
a. Metode morbiditas/epidemiologi:
Metode ini diterapkan berdasarkan jumlah kebutuhan
perbekalan farmasi yang digunakan untuk beban kesakitan
(morbidity load), yang didasarkan pada pola penyakit, perkiraan
kenaikan kunjungan dan waktu tunggu (lead time). Beberapa hal
yang menjadi pertimbangan dalam metode ini, yaitu menentukan
jumlah pasien yang akan dilayani dan jumlah kunjungan kasus
berdasarkan prevalensi penyakit, menyediakan formularium/
standar/ pedoman perbekalan farmasi, menghitung perkiraan
kebutuhan perbekalan farmasi, dan penyesuaian dengan alokasi
dana yang tersedia. Persyaratan utama dalam metode ini adalah
rumah sakit harus sudah memiliki standar pengobatan, sebagai
dasar untuk penetapan obat yang akan digunakan berdasarkan
penyakit.
Langkah-langkah perhitungan metode morbiditas adalah:
1) Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok umur
penyakit.
2) Menyiapkan data populasi penduduk.
3) Menyediakan data masing-masing penyakit/tahun untuk seluruh
populasi pada kelompok umur yang ada.
4) Menghitung frekuensi kejadian masing-masing penyakit/tahun
untuk seluruh populasi pada kelompok umur yang ada.
5) Menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pemberian
obat menggunakan pedoman pengobatan yang ada.
6
b. Metode konsumsi
Metode ini diterapkan berdasarkan data riel konsumsi
perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian
dan koreksi. Hal yang harus diperhatikan dalam menghitung jumlah
perbekalan farmasi yang dibutuhkan, yaitu dengan melakukan
pengumpulan dan pengolahan data, analisa data untuk informasi dan
evaluasi, perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi, dan
penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi dengan alokasi
dana.
Metode konsumsi ini mempersyaratkan bahwa penggunaan
obat periode sebelumnya harus dipastikan rasional. Hal ini disebabkan
metode konsumsi hanya berdasarkan pada data konsumsi sebelumnya
yang tidak mempertimbangkan epidemiologi penyakit. Kalau
penggunaan obat periode sebelumnya tidak rasional, disarankan untuk
tidak menggunakan metode ini, karena kalau tidak justru mendukung
pengobatan yang tidak rasional di rumah sakit.
Berdasarkan pada penggunaan obat tahun sebelumnya
Dasar: * analisa data
* konsumsi obat tahun sebelumnya
Sumber data:
1) Pencatatan dan pelaporan ( Kartu stok)
7
A = (B+C+D) – E
Ket :
A = Rencana pengadaan
B = Pemakaian rata-rata x 12 bulan
C = Stok Pengaman 10% - 20%atau
sesuai kebijakan RS
D = Waktu tunggu
E = Sisa stok
c. Metode Kombinasi
Metode gabungan ini untuk menutupi kelemahan metode
mordibitas dan konsumsi. (Hassan, 1986) Dalam melakukan
perencanaan dapat menggunakan peramalan (forecasting) sebagai
usaha untuk memprediksi kebutuhan obat dimasa yang akan datang.
Peramalan (forecating) adalah suatu usaha yang dilakukan
perusahaan untuk bisa meramal, memprediksi keadaan masa datang
tentang produknya dengan mencari tahu limit ketidakpastian masa
8
4. Penyimpanan
Penyimpanan perbekalan farmasi bertujuan untuk memelihara mutu
sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab,
menjaga ketersediaan, dan memudahkan pencarian dan pengawasan.
Menurut Kepmenkes Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit ruang penyimpanan harus memperhatikan
kondisi, sanitasi, temperatur sinar/cahaya, kelembaban, ventilasi,
pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas.
Inventori adalah suatu sistem untuk menjaga agar persediaan obat
selau ada untuk waktu yang telah ditentukan dan merupakan bagian yang
penting dari sistem suplai obat. Dengan adanya sistem inventori obat
menjamin ketika ada pasien membutuhkan obat akan memperoleh obat
yang tepat dan menghindari kerugian akibat kerusakan obat (Quick et al.,
1997).
Pengaturan penyimpanan obat didasarkan pada :
a. Menurut bentuk sediaan dan alfabetis
1) Kemudahan bergerak
b. Indikasi klinik
c. Alfabetis
d. Bentuk Dosis
e. Random bin
f. Penggunaan
g. Kode komoditas
5. Distribusi Obat
Distribusi obat adalah suatu proses penyerahan obat mulai dari
sediaan disiapkan oleh Apotek, IFRS atau sarana farmasi lainnya sampai
diserahkan kepada perawat, dokter, atau profesional pelayan kesehatan
lain untuk diberikan kepada pasien. Sistem distribusi obat terkhusus di
rumah sakit ialah tatanan jaringan sarana, personel, prosedur, dan jaminan
mutu yang serasi, terpadu, dan berorientasi kepada pasien dalam kegiatan
penyampaian sediaan obat beserta informasinya kepada pasien. Sistem
distribusi obat di fasilitas kefarmasian secara umum adalah :
a) Sistem Distribusi Obat Resep Individual (individual prescription)
Sistem distribusi ini yaitu untuk setiap fasilitas yang melayani
pelayanan resep baik Apotek, Puskesmas maupun Rumah sakit
dimana resep individual adalah resep yang ditulis dokter langsung
untuk tiap penderita. Sistem ini umumnya digunakan oleh rumah sakit
kecil dan atau rumah sakit pribadi, karena memudahkan cara untuk
16
4. Ketepatan perencanaan
Merupakan perencanaan kebutuhan nyata obat dibagi dengan pemakaian
obat per tahun. Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di instalasi
farmasi berupa : jumlah atau kuantum perencanaan kebutuhan obat dalam
satu tahun dan pemakaian rata-rata obat per bulan yang didapatkan dari
laporan rekam medik. Tetapkan indikator yang dibuat dengan
pertimbangan obat yang digunakan untuk penyakit terbanyak. Idealnya,
perencaaan kebutuhan adalah 100% dari kebutuhan baik jumlah dan jenis
obat.
kedalam jenis slow moving dapat berarti kerugian bagi rumah sakit.
Cara analisanya yaitu dengan mengambil secara acak sejumlah kartu
stok dalam setahun, dicatat nama masing-masing obat, kemudian
dilihat pada catatan pengadaan selama tahun tersebut.
2) Frekwensi kesalahan faktur
Kriteria kesalahan faktur pembelian yang digunakan adalah adanya
ketidakcocokan jenis obat, jumlah obat dalam suatu item, atau jenis
obat dalam faktur terhadap surat pesanan yang bersesuaian. Cara
analisisnya adalah dengan mengambil secara acak sejumlah faktur
pembelian dalam setahun, kemudian masing-masing faktur tersebut
dicocokkan dengan surat pesanan. Ketidaksesuaian faktur dengan
surat pesanan dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu :
a) Tidak ada stok, atau barang habis di PBF, jadi barang yang
dipesan pada distributor atau PBF sedang mengalami
kekosongan.
b) Stok barang yang tidak sesuai. Barang yang dipesan pada PBF
isi dalam kemasannya tidak baik atau rusak sehingga tidak
digunakan.
c) Reorder atau frekuensi pemesanan terlalu banyak,
menyebabkanpetugas bersangkutan tidak sempat untuk
melakukan pembukuandengan cermat
3) Frekwensi tertundanya pembayaran oleh rumah sakit terhadap
waktu yang telah disepakati. Tingkat frekuensi tertundanya
pembayaran menunjukkan kurangbaiknya manajemen keuangan
pihak rumah sakit. Hal ini dapat menunjukkan kepercayaan pihak
pemasok kepada rumah sakit sehingga potensial menyebabkan
ketidaklancaran suplai obat di kemudian hari. Besarnya frekuensi
tertundanya pembayaran IFRS terhadap waktu yang telah disepakati
dapat mengakibatkan :
a) Hubungan IFRS dengan pemasok terganggu
b) Penundaan pemesanan order oleh pemasok
22
d. Penyimpanan Obat
1) Persentase kecocokan antrara barang dengan kartu stok
Proses pencocokan harus dilakukan pada waktu yang samauntuk
menghindari kekeliruan karena adanya barang yang keluar atau
masuk (adanya transaksi). Apabila tidak dilakukan secara bersamaan
maka ketidakcocokan akan meningkat. Ketidakcocokanakan
menyebabkan terganggunya perencanaan pembelian barang dan
pelayanan terhadap pasien
2) TOR (Turn Over Ratio)
TOR digunakan untuk mengetahui berapa kali perputaran modal
dalam 1 tahun, selain itu dapat untuk meghitung efisiensi
pengelolaan obat. Semakin tinggi TOR, semakin efisien persediaan
obat. Apabila TOR rendah, bearti masih banyak stok obat yang
belum terjual sehingga menyebabkan obat menumpuk dan
berpengaruh terhadap keuntungan. TOR adalah perbandingan antara
omzet dalam 1 tahun dengan hasil stok opname pada akhir tahun.
Standar umum TOR yang biasa digunakan yaitu 8-12 kali.
Semakin tinggi TOR semakin efisien pengelolaan obatnya.
a) Sistem penataan gudang
Sistem penataan gudang bertujuan untuk menilai sistem
penataan obat di gudang.
b) Persentase nilai obat yang kadaluarsa atau rusak
Persentase nilai obat yang kadaluarsa atau rusak masih dapat
diterima jika nilainya dibawah 1%. Besarnya persentase nilai
obat yang kadaluarsa atau rusak mencerminkan ketidaktepatan
perencanaan dan/atau kurang baiknya pengamatan mutu dalam
penyimpanan, dan/atau perubahan pola penyakit atau pola
peresepan dokter.
c) Persentase stok mati
Stok mati adalah stok obat yang tidak digunakan selama 3 bulan
atau selama 3 bulan tidak terdapat transaksi. Kerugian yang
23
Kesesuaian item Untuk mengetahui Hitung jumlah item obat (x) dan 76%
obat yang tersedia tingkat kepatuhan jumlah item obat yang tersedia (y).
terhadap pemakaian
25
x
z = — x 100%
y
x
z = — x 100%
y
f. Frekuensi f. Untuk mengetahui f. Amati daftar hutang dan cocokkan
26
Persentase :
8-12 kali
x
z = — x 100%
y
x
TOR = —
Y
c. Tingkat c. Untuk c Hitung jumlah stock obat (x)
ketersediaan mengetahui ditambahkan pemakaian obat
obat. (**) kisaran selama 1 tahun (y) kemudian 0%
kecukupan obat. dibagi dengan rata-rata
pemakaian obat perbulan (z)
dikali 1 bulan.
Perhitungan :
x+y
q = —— x 1 bulan
z
27
x
z = — x 100%
y
x
z = — x 100%
y
a. `Jumlah item a. Untuk a. Ambil 10% sampel, Hitung jumlah 1,8 - 2,2
obat tiap menggukur total item obat yang ditulis pada resep item obat
lembar resep. derajat (x) dan jumlah lembar resep. /lembar
(**) polifarmasi. Persentase resep
x
rata-rata : —
y
b. Persentase b. Untuk Dari laporan penulisan obat generik, 82-94%
resep dengan mengukur hitung jumlah item obat dengan nama
obat generik. kecenderunga generik (x) dan jumlah item obat yang
(**) n meresepkan diresepkan (y). Persentase :
obat generik. X
z = — x 100%
y
28
Jumlah rata-rata obat tiap resep (C) Kombinasi obat dihitung sebagai 1
obat.
Standar 1,8 – 2,2
Jumlah total produk obat yang
diresepkan (B), jumlah resep yang
Indonesia 3,3
disurvey (A).
C = B/A
Persentase obat generik yang Total item obat generik yang
diresepkan (E) diresepkan
E = (D/B) x 100 %
30
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
31
DAFTAR PUSTAKA
32