Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MANAJEMEN LOGISTIK RUMAH SAKIT & FARMASI

APLIKASI PENGADAAN LOGISTIK DI RS

Oleh

Kelompok 4 :

1. Meli Andani
2. Tifa Hanafiah
3. Nola Marzalina
4. Iswandi Saputra

Dosen Pengampu :

Dr. Erpidawati., SE, M.Pd

PROGRAM STUDI D-III ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT

BUKITTINGGI 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi penulis sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
penulis. Untuk itu kami penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bukittinggi, 15 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
a. Latar Belakang.....................................................................................................1
b. Rumusan Masalah................................................................................................2
c. Tujuan Masalah...................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN...............................................................................................................4
A. Manajemen Logistik Rumah Sakit.....................................................................4
B. Tahapan Manajemen Logistik Di Rumah Sakit................................................5
C. Perencanaan Obat Di Rumah Sakit....................................................................8
D. Penyimpanan Obat Di Rumah Sakit.................................................................12
E. Monitoring Obat Di Rumah Sakit.....................................................................13
BAB III...........................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................16
a. Kesimpulan.........................................................................................................16
b. Saran...................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................17

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Berdasarkan UU No 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, definisi
rumah sakityaitu suatu institusi pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang meyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Pelayanan rumah sakit pada saat ini merupakan bentuk upaya
pelayanan kesehatan yang bersifat sosio ekonomi, artinya suatu usaha
yang walau bersifat social namun diusahakan agar bisamendapt surplus
keuangan, serta mengelola rumah sakit secara bisnis dan ekonomitanpa
melupakan fungsi sosialnya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
pengelolaan yang professional dengan memperhattikan prinsip-prinsip
ekonomi.

Perkembangan pembangunanan perumah sakitan di Indonesia,


terlihat dari banyak bermunculannya rumah sakit baru, yang menimbulkan
persaingan ketat antarrumah sakit, baik rumah sakit pemerintah, swasta
dan asing. Oleh karena itu rumahsakit sebagai penyedia jasa pelayanan
kesehatan harus tetap meningkatkan mutu pelayanan dan mampu
memenuhi pelayanan kesehatan yang teebaik. Dalam rangka memenuhi
tuntutan tersebut rumah sakit harus mampu meningkatkan efisiensi
danefektifitas disemua bidang pelayanan dan salah satu system yang
mampu mengelolahal tersebut adalah system menejemen logistik.

Pelayanan di rumah sakit adalah kegiatan yang berupa pelayanan


rawat jalan, pelayanan rawat inap dan pelayanan gawat darurat yang
mencakup pelayanan medic dan penunjang medik dan salah satu unit
pelayanan yang mempunyai peranan yang sangat penting adalah unit
farmasi. Farmasi Rumah Sakit meurpakan bagian integral pelayanan
kesehatan yang di rumah sakit yang memberikan pelayanan kefarmasian
yang efektif dan efisien serta penyedia obat yang bermutu dengan harga

1
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Obat merupakan barang yang
penting di rumah sakit karena Hampir 90% pelayanan kesehatan di rumah
sakit menggunakan perbekalan farmasi, serta 50% dari pemasukan rumah
sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi. Mengingat besarnya
kontribusi Instalasi Farmasi dalam kelancaran pelayanandan juga
merupakan instalasi yang memberikan sumber pemasukan terbesar di
rumah sakit, maka perbekalan barang farmasi memerlukan suatu
pengelolaan secara cermat dan penuh tanggung jawab (Suciati, suci dkk,
2006). Menurut Peraturan Menteri Ksehatan Republik Indonesia nomor 72
tahun 2016 tentang standar pelayanan farmasidi Rumah sakit, kegiatan
pengelolaan terdiri dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan,
pengendalian, dan administrasi.

Menurut penelitian Puslitbang Biomedis dan Farmasi (2006)


diketahui bahwa masih banyak gudang penyimpanan obat di rumah sakit
Indonesia yang kurang memenuhi persyaratan seperti tidak menggunakan
sistem alfabetis dalam penataannya, tidak menggunakan sistem FIFO atau
FEFO dan penggunaan kartu stok yang belum memadai. Penyimpanan
yang kurang baik seperti yang diungkapkan diatas tentunya dapat
membawa kerugian yang cukup besar bagi rumah sakit. Karena hampir
40%-50% pengeluaran rumah sakit ditujukan untuk kebutuhan logistic
terutama obat-obatan dan alat kesehatan (Nabila, 2012). Artinya, jika
terjadi kesalahan dalam pengelolaan dan penyimpanan obat di rumah
Sakit, maka rumah sakit tersebut akan mengalami kerugian. Komite
Akreditasi Rumah Sakit dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit Tahun
2010 juga menyebutkan bahwa obat-obatan yang ada di rumah sakit harus
disimpan dengan baik dan aman. Hal ini dilakukan untuk menjamin
efisiensi penyimpanan obat dan termasuk ke dalam salah satu kriteria
dalam penilaian akreditasi RS.

2
b. Rumusan Masalah
1. Apa itu manajemen logistic rumah sakit?
2. Bagaimana tahapan manajemen logistic di rumah sakit?
3. Bagaimana perencanaan obat di rumah sakit?
4. Bagaimana penyimpanan obat di rumah sakit?
5. Bagaimana monitoring obat di rumah sakit?

c. Tujuan Masalah
1. Mengetahui manajemen logistic rumah sakit
2. Mengetahui tahapen manjemen logistic di rumah sakit
3. Mengetahui sistem perencanaan obat di rumah sakit
4. Mengetahuisistem penyimpanan obat di rumah sakit
5. Mengetahui system monitoring obat dirumah sakit

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manajemen Logistik Rumah Sakit


Manajemen logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan dan atau
seni dalam proses perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan,
penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan
material/alat-alat. Manajemen logistik mampu menjawab tujuan dan
bagaimana cara mencapai tujuan tersebut dengan ketersediaan bahan
logistik setiap saat bila dibutuhkan dan dipergunakan secara efisien dan
efektif. Keberhasilan suatu organisasi mencapai tujuan didukung oleh
pengelolaan faktor-faktor antara lain Man, Money, Machine, Methode dan
Material. Pengelolaan yang baik dan seimbang pada kelima faktor tersebut
akan memberi kepuasan kepada konsumen (Subagya, 1996).

Manajemen logistik sangat dipengaruhi oleh sistem logistik,


pengertian sistem itu sendiri adalah satu keseluruhan yang terorganisir
terdiri dari bagian-bagian yang dihubungkan dengan cara tertentu dan
diarahkan untuk tujuan tertentu, unsurunsurnya yaitu input, proses, dan
output ( Terry, 2006 ).

Konteks dari logistik rumah sakit juga mengandung pengertian


sebagai suatu perbekalan dari sebuah rumah sakit untuk dapat beroperasi.
Berdasarkan pengertian dari logistik rumah sakit, maka dapat
diidentifikasi empat kegiatan utama dari logistik rumah sakit, diantaranya
adalah (Imron, 2010):

1. Kegiatan manajemen persediaan seperti pembelian, penerimaan


dan pengendalian persediaan dan perbekalan.

4
2. Kegiatan manajemen transportasi seperti transportasi pasien dari
dan ke dalam rumah sakit, pengiriman produk farmasi dan medis.
3. Kegiatan produksi seperti laundri, kantin, dan sterilisasi.
4. Kegiatan distribusi seperti pengiriman dan penyusunan barang
dalam jumlah besar ke dalam urutan permintaan untuk masing-
masing departemen.

Manajemen Rumah Sakit bukan saja merupakan suatu


kegiatan pengelolaan dari pelayanan kesehatan semata. Penyediaan
suatu daya dukung yang memadai dalam rangka pelaksanaan
kegiatan pelayanan kesehatan, sehingga akan dapat diperoleh suatu
hasil pelayanan yang baik pula. Daya dukung tersebut adalah suatu
Asupan (Input) , yang kemudian diolah dan diproses dengan
melaksanakan dan menggerakkan seluruh fungsi-fungsi dari
Manajemen tersebut, maka akan dihasilkan suatu Luaran (Output)
dalam bentuk jasa pelayanan kesehatan yang memadai dan dapat
dipertanggung jawabkan (Imron, 2010).

B. Tahapan Manajemen Logistik Di Rumah Sakit


Pelaksanaan manajemen logistik berkaitan dengan kegiatan
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) dirumah sakit, serta menjamin seluruh kegiatan perbekalaan
farmasi
tersebut berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan, juga memastikan ku
alitas,manfaat, dan keamanannya. Tahapan manajemen logistik di Rumah
Sakit digambaran dengan siklus lostik di rumah sakit.

5
1) Pemilihan

Merupakan kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi dan


BMHP sesuai dengan kebutuhan. Pada umumnya, pemilihan sediaan
farmasi dan BMHP berdasarkan formularium rumah sakit. Formularium
rumah sakit berisi daftar obat yang disepakati staf medis,dan disusun oleh
komite/tim farmasi dan terapi.

2) Perencanaan Kebutuhan

Merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan


periode pengadaan sediaan farmasi dan BMHP sesuai dengan hasil
pemilihan. Perencaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat
menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan. Perencanaan
dapat berdasaran pola konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode
konsumsi dan epidemiologi. Dalam pelaksanannya, harus
mempertimbangkan anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, sisa
persediaan, data pemakaian periode yang lalu, waktu tunggu pemesanan,
dan rencana pengembangan.

3) Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk


merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang
terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang

6
berkesinambungan dimulai dari pemilihan,
penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dan
pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi
kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.

4) Penerimaan

Merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi,


jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau
surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait
penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.

5) Penyimpanan

Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu


dilakukan penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan har
us dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian.
Persyaratan kefarmasian yang dimaksud
meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,
ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,dan
Bahan Medis Habis Pakai.

6) Pendistribusian

Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka


menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas,
jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan system
distribusi yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan
dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai di unit pelayanan.

7
7) Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, danBahan
Medis Habis Pakai

Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,dan


Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan
dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin
edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan
tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM. Penarikan Alat Kesehatan
dan Bahan MedisHabis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya
dicabut oleh Menteri.

8) Pengendalian

Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaandan


penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi bersama dengan
Komite/Tim Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit.

9) Administrasi

Merupakan kegiatan yang terdiri dari pencacatan dan pelaporan;


administrasi keuangan; administrasi penghapusan.

C. Perencanaan Obat Di Rumah Sakit


Perencanaan merupakan salah satu fungsi yang sangat penting
dalammanajemen, karena dengan adanya perencanaan akan menentukan
fungsimanajemen lainnya terutama pengambilan keputusan. Fungsi
perencanaanmerupakan landasan dasar dari fungsi menajemen secara
keseluruhan. Tanpa adanya perencanaan, pelaksanaan kegiatan tidak akan
berjalan dengan baik.Dengan demikian perencanaan merupakan suatu

8
pedoman atau tuntunanterhadap proses kegiatan untuk mencapai tujuan
secara efektif dan efisien (Muninjaya, Gde.2004). Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan No.72 tahun2016 tentang standar pelayanan farmasi di Rumah
Sakit, Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan :

a. Anggaran dana yang tersedia 


b. Penetapan prioritas
c. Sis persediaand.
d. Data pemakaian periode lalu
e. Waktu tunngu pemesanan
f. Rencana pengembangan

Beberapa tujuan perencanaan dalam farmasi adalah untuk menyusun


kebutuhan obat yang tepat dan sesuai kebutuhan untuk mencegah terjadinya
kekukarangan atau kelebihan persediaan farmasi serta
meningkatkan penggunaan farmasi secara efektif dan efisien (Oscar, Lydianita 
dan Mohammad Jauhar, 2016). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
untuk mencapai tujuan perencanaan obat yaitu :

a. Mengenal dengan jelas rencana jangka panjang apakah program


dapatmencapai tujuan dan sasaran.
b. Persyaratan barang meliputi kualitas barang, fungsi barang, pemakaian
satumerk dan untuk jenis obat narkotika harus mengikuti peraturan yang
berlaku.
c. Kecepatan peredaran barang dan jumlah peredaran barang.
d. Pertimbangan anggaran dan prioritas.

Tujuan perencanaan pengadaan obat adalah untuk menetapkan :

a. Perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang mendekati
kebutuhan.
b. Menghindari terjadinya kekosongan obat
c. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
d. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

9
Manfaat perencanaan menurut Herlambang dan Arita yang dikutip
oleh Febriawati (2013) dalam buku yang berjudul “Manajemen Kesehatan dan
Rumah Sakit” adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:

a. Tujuan yang ingin dicapai.


b. Jenis dan struktur organisasi yang diinginkan.
c. Jenis dan jumlah staf yang diiginkan beserta tugasnya masing-masing.
d. Sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan yang
diperlukan.
e. Bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan

Tahap Perencanaan Kebutuhan Obat di Rumah Sakit

Perencanaan kebutuhan obat merupakan kegiatan utama sebelum


melakukan proses pengadaan obat. Tahap–tahap yang diperlukan dalam
kegiatan perencanaan kebutuhan obat antara lain :

a. Pemilihan

Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan obat benar-


benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan dan pola penyakit di
rumah sakit. Kriteria pemilihan obat yang baik yaitumeliputi:

1) Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin, hal ini untuk menghindari
duplikasi dan kesamaan jenis.
2) Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi
mempunyai efek yang lebih baik dibanding obat tunggal
3) Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan
(drug of choise) dari penyakit yang prevalensinya tinggi.

Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada Daftar Obat Esensial


Nasional (DOEN) sesuai dengan kelas rumah sakit masing-masing,
Formularium RS, Formularium Jaminan Kesehatan bagi masyarakat miskin,

10
Daftar Plafon Harga obat (DPHO) Askes dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek).

b. Tahap Kompilasi Penggunaan Obat

Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk


mengetahui penggunaan bulanan masingmasing jenis perbekalan farmasi di u
nit  pelayanan selama setahun dan sebagai data pembanding bagi stok
optimum. Informasi yang didapat dari kompilasi
penggunaan perbekalan farmasi adalah jumlah penggunaan tiap jenis perbekal
an farmasi pada masing-masing unit pelayanan. Persentase penggunaan tiap
jenis perbekalan farmasi terhadap total penggunaan setahun seluruh unit
pelayanan dan penggunaan rata-rata untuk setiap jenis perbekalan farmasi.

c. Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat

Menurut Oschar dan Jauhar (2016), tahap ini bertujuan untuk


menghindari masalah kekosongan obat atau kelebihan obat. Dengan
koordinasi dari proses perencanaan dan pengadaan obat diharapkan obat yang
dapat tepat jenis, tepat jumlah dan tepat waktu.

Menentukan kebutuhan perbekalan farmasi merupakan tantangan yang


berat yang harus dihadapi oleh tenaga farmasi yang bekerja di rumah
sakit. Masalah kekosongan atau kelebihan perbekalan farmasi dapat terjadi,
apabila informasi yang digunakan semata-matahanya berdasarkan kebutuhan
teoritis saja dengan koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan
pembekalan farmasi secara terpadu serta melalui tahapan seperti di atas, maka
diharapkan pembekalanfarmasi yang di rencanakan dapat tepat jenis, tepat
jumlah, tepat waktu, dan tersedia pada saat dibutuhkan. Ada 9
langkah perhitungan kebutuhan obat, yaitu:

a) Menghitung pemakaian nyata per tahun 


b) Menghitung pemakaian rata-rata perbulan
c) Menghitung kekurangan obat

11
d) Menghitung kebutuhan obat sesungguhnya per tahun
e) Menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang
f) Menghitung waktu tunggu (lead time)
g) Menghitung stok pengaman (buffer stock)
h) Menghitung kebutuhan obat yang akan diprogramkan untuk tahunyang
akan dating

D. Penyimpanan Obat Di Rumah Sakit


Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2004)
penyimpanan obatadalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obat
yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik
maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Penyimpanan merupakan
fungsi dalam managemen logistic farmasi yang sangat menentukan
kelancaran pendistribusian serta tingkatkeberhasilan dari manajemen
logistik farmasi dalam mencapai tujuannya.

Setelah barang diterima di instalasi farmasi, perlu dilakukan


penyimpanan sebelum didistribusikan. Penyimpanan harus dapat
menjamin kualitas dan keamaan sediaan farmasi dan BMHP sesuai dengan
persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi
persyaratan stabilitas, keamaan, sanitasi cahaya, kelembaban, ventilasi,
dan penggolongan jenis sediaan. Komponen yang harus diperhatikan
antara lain:

a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat


diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama
kemasan dibuka, tanggal kadaluarwa, dan peringatan khusus
b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali
untuk kebutuhan klinis yang penting
c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan
disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah
penatalaksanaan yang kurang hati-hati

12
d. Sedian farmasi dan BMHP yang dibawa oleh pasien harus disimpan
secara khusus dan dapat diidentifikasi
e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk menyimpan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi

Instalasi farmasi harus dapat memastikan bahwa obat disimpan secara


benar dan diinspeksi secara periodik. Sediaan farmasi dan BMHP yang
harus disimpan terpisah yaitu:

a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan
diberitanda khusus bahan berbahaya 
b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi
penandaanuntuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis
yang adaisinya. Penyimpanan tabung gas medis diruangan harus
menggunakantutup demi keselamatan.

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi,


bentuk dan jenis sediaan, secara alfabetis dengan menerapkan prinsip
First in First Out (FEFO) dan First Expired First Out (FEO) disertai
sistem informasi manajemen. Sediaan farmasi dan BMHP
yang penampilan dan penamaannya mirip atau disebut
Look Alike Sound  Alike (LASA) tidak
ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk men
cegah terjdinya kesalahan pengambilan obat.

E. Monitoring Obat Di Rumah Sakit


Monitoring obat merupakan kegiatan pengendalian mutu
pelayanankefarmasian di rumah sakit. Pengendalian mutu adalah
mekanisme pemantauan dan penilaian terhadap pelayanan yang diberikan
secara terencanadan sistematis, sehingga dapat diidentifikasi peluang
untuk meningkatkan mutu serta menyediakan mekanisme tindakan yang
diambil.

13
Pengendalian mutu harus terintegrasi dengan program
pengendalian
mutu pelayanan kesehatan rumah sakit yang dilaknasakan secara berkesina
mbungan, meliputi:

a. Perencanaan, yaitu menyusun rencara kerja dan cara monitoring


danevaluasi untuk peningkatan mutu sesuai target yang telah
ditetapkan 
b. Pelaksanaan, yaitu monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan
rencanakerja (membandingkan antara capaian dengan rencana kerja),
danmemberikan mpan balik terhadap hasil capaian.
c. Tindakan hasil monitoring dan evaluai, yaitu melakukan perbaikan
kualitas pelayanan sesuai target yang ditetapkan, serta meningkatka ku
alitas pelayanan jika capaian sudah memusakan

Tahapan program pengendalian mutu, meliputi:

a. Mendefinisikan kualitas pelayanan kefarmasian yang diinginkan


dalam bentuk kriteria 
b. Penilaian kualitias pelayanan kefarmasian yang sedng berjalan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
c. Pendidikan personel dan peningkatan fasilitas pelayanan bila
diperlukan
d. Penilaian ulang kualitias pelayana kefarmasian
e. Up date Kriteria

Dalam pelaksaan pengendalian mutu pelayanan kefarmasian


dilakukan melalui kegiatan monitoring dan evaluasi yang harus dapat
dilaksanakan oleh instalasi farmasi sendiri atau dilakukan oleh tim audit
internal. Monitoring danevaluasi harus dilaksanakan terhadap seluruh tata
kelola sediaan farmasi, alkes,dan BMHP sesuai ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi menjadi tiga jenis , yaitu:

a. Prospektif

14
Dijalankan sebelum pelayan dilaksanakan, contoh: standar prosedur
operasional dan pedoman
b. konkuren
program dijalankan bersamaan dengan pelayanan dilaksanakan, contoh:
memantau kegiatan konseling apoteker, peracikan resep oleh asisten apoteker.
c. Retrospektif
Program pengendalian yang dijalankan setelah pelayan dilaksanan, contoh:
survei konsumen, laporan mutasi barang, audit internal

Evaluasi mutu pelayanan merupakan proses pengukuran, penilaian atas


semuakegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit secara berkala. Kualitas
pelayanan meliputi, teknis pelayanan, proses pelayanan, tata cara/standar pros
edur operasional, waku tunggu untuk mendapatkan pelayanan. Metodeevaluas
i yang digunakan, terdiri dari:

a. Audit (pengawasan)
Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudah sesuai standar
atau belum 
b. Review (penilaian)
Dilakukan terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan sumber
daya, penulisan resep
c. Servei
Untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukakn dengan angket atau
wawancara langsung
d. Observasi
Terhadap kecepatan pelayanan, misalnya lama antrian, ketepatan penyerah
an obat

15
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan
Manajemen logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan
dan atau seni dalam proses perencanaan dan penentuan kebutuhan,
pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta
penghapusan material/alat-alat. Manajemen logistik mampu
menjawab tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut
dengan ketersediaan bahan logistik setiap saat bila dibutuhkan dan
dipergunakan secara efisien dan efektif. Keberhasilan suatu
organisasi mencapai tujuan didukung oleh pengelolaan faktor-
faktor antara lain Man, Money, Machine, Methode dan Material.
Pengelolaan yang baik dan seimbang pada kelima faktor tersebut
akan memberi kepuasan kepada konsumen

b. Saran
Saya sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak
sekali memiliki kekurangan yang jauh dari kata sempurna.

16
Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu kepada sumber yang busa dipertanggungjawabkan
nantinya.

Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta


saran mengenai pembahasan makalah di atas.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/embeds/423874367/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/16543/121000168.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

17

Anda mungkin juga menyukai