Rumah Sakit
Dosen:
Dr. dr. Noer Bahry Noor, M.Sc
Oleh:
Fikran Siddik
K022211023
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 3
BAB II ISI
2.1 Definisi Menurut Ahli 4
2.2 Ruang Lingkup 6
2.3 Sejarah 7
2.4 Tujuan DSS 8
2.5 Fungsi DSS 11
2.6 Tahapan Pengambilan Keputusan 11
2.7 Kelebihan dan Kekurangan 12
2.8 Contoh DSS di Lingkungan Kerja 14
BAB III EXECUTIVE SUMMARY 16
REFERENSI 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
keputusan sengaja dibuat sebagai suatu cara untuk memenuhi
kebutuhan ini.
Dalam usaha memecahkan suatu masalah, pemecah masalah
mungkin membuat banyak keputusan. Keputusan merupakan
rangkaian tindakan yang perlu diikuti dalam memecahkan masalah
untuk menghindari atau mengurangi dampak negatif, atau untuk
memanfaatkan kesempatan. Kondisi ini menjadi tidak mudah dengan
semakin rumitnya aktivitas dan keterbatasan sumber daya yang
tersedia. Apalagi informasi yang dibutuhkan tidak berasal langsung
dari sumbernya. Untuk itu manajemen sebagai pengguna informasi
membutuhkan suatu sistem pendukung (support systems) yang
mampu meningkatkan pengambilan keputusannya, terutama untuk
kondisi yang tidak terstruktur atau pun sistem pendukung untuk
tingkatan tertentu saja.
2
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari makalah ini
yaitu menguraikan secara rinci mengenai pentingnya Decision
Support System dalam sistem informasi manajemen.
3
BAB II
ISI
4
yang semi terstruktur ataupun tidak terstruktur dengan menggunakan
data dan model.
4. Menurut Sparague and Carlson, DSS adalah sistem komputer yang
bersifat mendukung dan bukan mengambil alih suatu pengambilan
keputusan untuk masalah-masalah semi terstruktur dan tidak
terstruktur dengan menggunakan data dan model.
5. Sedangkan menurut Al-Hamdany (2003), DSS adalah sistem
informasi interaktif yang mendukung proses pembuatan keputusan
melalui presentasi informasi yang dirancang secara spesifik untuk
pendekatan penyelesaian masalah dan kebutuhan-kebutuhan aplikasi
para pembuat keputusan, serta tidak membuat keputusan untuk
pengguna.
6. DSS menurut Moore and Chang, DSS dapat digambarkan sebagai
sistem yang berkemampuan mendukung analisis ad hoc data, dan
pemodelan keputusan, berorientasi keputusan, orientasi perencanaan
masa depan, dan digunakan pada saat-saat yang tidak biasa.
5
keduanya. Perbedaan utamanya yaitu : MIS menghasilkan informasi
yang lebih bersifat rutin dan terprogram. DSS lebih dikaitkan dengan
proses pengambilan keputusan yang spesisfik. Sistem Pendukung
Keputusan (DSS) dibuat sebagai suatu cara untuk memenuhi
kebutuhan seorang manajer dalam membuat keputusan yang spesifik
dalam memecahkan permasalah yang spesifik pula. Sistem
pendukung pengambilan keputusan kelompok (DSS) adalah sistem
berbasis komputer yang interaktif, yang membantu pengambil
keputusan dalam menggunakan data dan model untuk menyelesaikan
masalah yang tidak terstruktur.
6
pelaporan ini umumnya sudah ditentukan sebelumnya (baku). Satu
bentuk pelaporan berbasiskan sistem informasi manajemen mungkin
menunjukkan suatu ikhtisar realisasi penyerapan anggaran per bulan
untuk setiap satuan kerja pada suatu instansi. Kadangkala laporan
sistem informasi manajemen ini merupakan laporan eksepsi (exception
reports), yaitu hanya menyoroti kondisi-kondisi yang khusus. Sistem
informasi manajemen yang tradisional umumnya menyajikan
pelaporan yang tercetak (hard copy reports). Dewasa ini, pelaporan
yang semacam itu dapat diperoleh secara on-line melalui intranet dan
mungkin lebih banyak lagi laporan yang dapat dihasilkan berdasarkan
kebutuhan. Jika Management Information System (MIS) menyajikan
kepada penggunanya data atau informasi untuk pengambilan
keputusan yang sudah pasti dan tetap (terstruktur atau rutin), maka
DSS menyajikan seperangkat kemampuan untuk keputusan yang
sifatnya tidak terstruktur, di mana DSS lebih menekankan pada
pengambilan keputusan atas situasi yang dengan cepat mengalami
perubahan, kondisi yang memerlukan fleksibilitas, dan berbagai
keputusan untuk respon yang segera.
7
menggambarkan jenis-jenis keputusan menurut struktur masalah, dan
terstruktur hingga tidak terstruktur. Anthony menggunakan nama
perencanaan strategis, pengendalian manajemen, dan pengendalian
operasional untuk menjelaskan tingkat manajemen puncak,
menengah dan bawah. Tahap-tahap pengambilan keputusan Simon
digunakan untuk menentukan struktur masalah, masalah terstruktur
merupakan suatu masalah yang memiliki struktur pada tiga tahap
pertama Simon, yaitu intelijen, rancangan, dan pilihan. Jadi, dapat
dibuat algoritma, atau alternatif diidentifikasi dan dievaluasi, serta
suatu solusi dipilih. Masalah tak terstruktur, sebaliknya, merupakan
suatu masalah yang sama sekali tidak memiliki struktur pada tiga
tahap Simon di atas. Masalah semi terstruktur merupakan masalah
yang memiliki struktur hanya pada satu atau dua tahap Simon.
Gory dan Scoot Morton memisahkan masalah yang telah, pada saat
itu, berhasil dipecahkan dengan komputer dari masalah yang belum
terkena pengolahan komputer. Area yang berhasil dipecahkan
dengan komputer dinamakan sistem keputusan terstruktur (structure
decision system-SDS), dan area yang belum terkena pengolahan
komputer dinamakan sistem pendukung keputusan (decision support
system-DSS). Gory dan Scott Morton awalnya menggunakan istilah
DSS hanya untuk aplikasi komputer di masa depan. Selanjutnya
istilah tersebut diterapkan pada semua aplikasi komputer yang
didedikasikan untuk dukungan keputusan – baik sekarang maupun
masa depan.
8
struktur masalah, dukungan keputusan, dan efektivitas keputusan.
Mereka percaya bahwa DSS harus:
9
2. Kebutuhan untuk menciptakan pelaporan dan proses pengambilan
keputusan yang memiliki arti (makna). Manajemen di sini di dorong
untuk bagaimana mengembangkan pelaporan yang lebih baik lagi
untuk pengukuran kinerja aktivitas yang dilaksanakannya dan
menginformasikan berbagai tipe pengambilan keputusan yang
baru. Dengan bantuan sistem pendukung yang disiapkan, maka hal
ini akan lebih memungkinkan manajemen untuk mendapatkan
pelaporan dan proses pengambilan keputusan yang lebih baik lagi.
10
3. Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Eksekutif/Executive-
Support Systems (ESS)
4. Sistem Pakar/Expert System
Keempat sistem pendukung tersebut, dapat mendukung pengambilan
keputusan dengan sejumlah cara. Sistem pendukung ini dapat dengan
otomatis melakukan prosedur-prosedur pengambilan keputusan
tertentu. Keputusan-keputusan dibuat untuk memecahkan masalah.
Dalam usaha memecahkan suatu masalah, pemecahan masalah
mungkin membuat banyak keputusan. Keputusan merupakan
rangkaian tindakan yang perlu diikuti dalam memecahkan masalah
untuk menghindari atau mengurangi dampak negatif, atau untuk
memanfaatkan kesempatan.
1. Alerting (memperingatkan)
2. Reminding (mengingatkan)
3. Critiquing (ciri khas)
4. Interpreeting (menafsirkan)
5. Predicting (memprediksi)
6. Diagnosing (mendiagnosis)
7. Assistingn(membantu)
8. Suggesting (menyarankan)
1. Tahap Pemahaman
11
yang memerlukan data, mengolah data, mengujinya menjadikan
petunjuk dalam menemukan pokok masalah dan mencari solusi
2. Tahap Perancangan
3. Tahap Pemilihan
4. Tahap Penerapan
Jenis Keputusan :
• Keputusan Tak Terprogam: tidak terprogram, tidak ada metode
pasti untuk menangani masalah
• Keputusan Terprogram: berulang dan rutin, suatu prosedure
dilakukan bukan sebagai sesuatu yang baru
• Keputusan Semi Terprogram: kombinasi tak terprogram dan
terprogram
12
Dampak dari pemanfaatan Decision Support System (DSS) antara
lain:
Kekurangan DSS :
1. Sistem DSS cukup mahal
2. DSS terbatas untuk memberikan alternative dari pengetahuan
yang diberikan padanya
3. Proses sering tergantung perangkat lunak yang digunakan
4. Harus selalu diadakan perubahan secara kontinyu untuk
menyesuaikan dengan keadaan lingkungan yang terus berubah
agar system tersebut up to date.
13
14
2.8 Contoh DSS di Lingkungan Kerja
Dalam hal ini penulis mengambil contoh pekerjaan sehari-hari penulis sebagai Dokter Spesialis Anestesi dan Terapi
Intensif di Intensive Care Unit.
2. Pencegahan infeksi di 1. Identitas pasien 1. Analisis kondisi 1. Informed consent 1. Menggunakan Fungsi DSS yang
ruang ICU 2. Pengkajian medis pasien di ICU 2. Rekam medis APD sesuai dibutuhkan dalam
Subjective 2. Analisis pasien standar PPI proses ini adalah
Objective kemampuan, 3. Hasil laboratorium 2. Pemrosesan Alerting,
Assessment kesiapan prosedur 4. Hasil rontgen penggunaan Predicting dan
Planning pencegahan thorax pakaian dan dan Sugesting
3. Pemeriksaan infeksi desinfektan sesuai
penunjang standar
3. Pengelolaan
limbah medis
sesuai standar
4. Isolasi atau
pemberian tanda
khusus pada
14
pasien
3. Pencegahan komplikasi 1. Identitas pasien 1. Analisis kesadaran 1. Informed consent 1. Pemberian Fungsi DSS yang
pasien decubitus akibat 2. Pengkajian medis pasien di ICU 2. Rekam medis edukasi pada dibutuhkan dalam
rawat lama Subjective 2. Analisis resiko pasien keluarga pasien proses ini adalah
Objective pasien mengalami 3. Hasil laboratorium terkait resiko Alerting,
Assessment decubitus 4. Status mobilisasi decubitus Predicting dan
Planning pasien 2. Melakukan Sugesting
3. Pemeriksaan fisioterapi dan
penunjang mobilisasi rutin
per 2 jam
3. Menggunakan bed
antidecubitus
15
BAB III
EXECUTIVE SUMMARY
16
REFERENSI
17
Pesawat Terbang Nusantara. http://digilib.ti.itb.ac.id/go.php?id=
jbptitbti-gdl-s2-1995-antoniussa-1341.
11. Siagian, S.P. 1984. Sistem Informasi untuk Pengambilan Keputusan,
Jakarta : Gunung Agung.
12. Sudjatmiko. 2008. DSS (Materi Kuliah). MTI-UGM. Yogyakarta
13. Turban, E. 1995. Decision support and expert systems. Englewood
Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc.
14. Wahyudi Kumorotomo dan Subando Agus Martono. 2001, Sistem
Informasi Manajemen, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
15. Yoder, D. 1964. Handbook of Personnel Management and Labour
Relation, New York: Long Man.
16. Yogiyantoro HM, 1990, Analisis dan Desain Sistem Informasi :
Pendekatan Terstruktur, Yogyakarta : Andi Offset.
17. Zupana, B, Porenta, A. Vidmard, G, Aoki, N. Bratko, I. Beckc,
JR.Decisions at Hand. 2001. A Decision Support System on
Handhelds. Proceeding of MEDINFO 2001 in V. Patel et al. (Eds)
Amsterdam: IOS Press.
18