Anda di halaman 1dari 2

Modul 7 Traumatologi

1. Jelaskan Survei primer ABCDE pada penanggulangan pasien trauma!


A= Airway
Nilai jalan nafas, dapatkah pasien berbicara dan bernafas dengan bebas? Dengar adanya suara nafas tambahan. Bila tersumbat,
pertimbangkan langkah-langkah dibawah ini
- Chin lift/jaw thrust
- Suction (bila tersedia)
- Guedel/nasopharyngeal airway
- Intubasi
B= Breathing
Nilai frekuensi nafas, dan lakukan langkah-langkah dibawah ini
Look: status mental (adakah agitasi), Pergerakan dada (flail segmen), Penggunaan otot pernafasan tambahan, adanya sianosis
Listen: Suara pernafasan penanda obstruksi seperti stridor
Feel: Palpasi adanya pergeseran trakea, krepitasi pd dinding dada, emfisema subkutan, flail segmen, Perkusi dada dengarkan
bagian yg redup, sonor, atau hipersonor
C= Circulation
Nilai frekuensi nadi, dan kualitasnya, periksa tekanan darah dan tekanan nadi, nilai capillary refill time, warna kulit (pucat), nilai
urine output (0,5-1 ml/kgbb/jam) , hentikan perdarahan, bila ada masalah pada circulation pasang dua jalur intravena pada
vena perifer.
D= Disability
Nilai GCS atau AVPU (alert(sadar) , respon terhadap stimuli verbal, pain atau respon terhadap stimuli nyeri, unresponsive atau
tak ada respon),
Nilai Pupil (ukurannya, isokor atau anisokor)
E= Exposure
Periksa pasien dengan teliti dan jaga pasien agar tetap hangat

2. Jelaskan Resusitasi awal pasien trauma!


- Stabilisasi hemodinamika
- Hentikan perdarahan
- Stabilisasi daerah trauma untuk menghindari trauma tambahan
- Pertahankan fungsi optimal dari tanda-tanda vital

3. Jelaskan survei sekunder pasien trauma!


-Monitor tanda-tanda vital: Nadi (regular atau iregular), Frekuensi respirasi,Tekanan darah, dan Temperatur
- Dilakukan pemantauan Saturasi O2, kadar glukosa darah, ekg
-Kepala: Periksa kepala bila terdapat luka atau retak, telinga (darah atau LCS), mata(ukuran pupil), bibir dan mulut (sianosis, gigi
yang terlepas)
-Dada: adakah jejas atau tanda-tanda fraktur klavikula,iga, dan sternum
-Perut: adanya jejas, rigiditas atau fraktur pelvis
-Extremitas: adanya jejas, iregularitas, deformitas, dan fraktur, pengisian kapiler dan nadi distal.
-Punggung: jejas, fraktur skapula, iregularitas tulang belakang
-Kumpulkan informasi tentang AMPLE (Allergies, Medication, Previous medical history, Last meal)

4. Jelaskan monitor pada pasien trauma!


- Tekanan Darah: Pada pasien trauma, tekanan darah yang menurun (hipotensi) mengarah pada syok
- Nadi: Frekuensi nadi yang menurun mengarah pada keadaan syok (normal 60-100 kali per menit)
- Respirasi (normal 16-20 kali per menit)
- Suhu
- Saturasi O2 (normal diatas 95 %),
- Urine output (0,5-1 ml/kgbb/jam)
- EKG

5. Jelaskan indikasi pemasangan kateter urin dan pipa nasogastrik pada pasien trauma!
-Kateter urin: diindikasikan untuk syok hipovolemik, untuk memantau urine output pada penilaian syok hipovolemik (normal
0,5-1 ml/kgbb/jam bila kurang dari nilai ini maka masuk dalam kategori syok)
-Pipa nasogastrik: diindikasikan untuk trauma tumpul dan trauma tembus abdomen
Pemasangan pipa nasogastrik dilakukan untuk dekompresi lambung, hal ini akan mencegah peninggian tekanan di lambung,
dimana peninggian tekanan dapat menekan diafragma yang akan menekan pernafasan.

6. Jelaskan indikasi pemeriksaan Rongent dan diagnosis dari


a. Dada: diindikasikan pada trauma tumpul toraks dan trauma penetrans toraks. Rongent dada dilakukan untuk diagnosis
fraktur iga, pneumothorax, hemothorax
b. Pelvis: diindikasikan untuk trauma pelvis, untuk diagnosis fraktur pelvis
c. C-spine: diindikasikan pada trauma vertebra dengan kecurigaan adanya fraktur servikal, biasanya pada pasien dengan
defisit neurologis, trauma multipel dan jejas diatas servikal. Untuk diagnosis fraktur vertebra
d. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL): DPL diindikasikan pada trauma tumpul atau trauma tembus abdomen. DPL dilakukan
untuk diagnosis perdarahan intraperitoneal dan ruptur organ berongga.

7. Jelaskan penanggulangan syok hipovolemik?


1. Maksimalkan pemberian O2
2. Pemasangan dua selang IV , dengan kaliber kateter IV yang pendek tetapi besar, dilakukan pada vena perifer atau vena
sentral.
3. Resusitasi cairan dilakukan dengan pemberian cairan kristaloid dengan perbandingan1:3, bila menggunakan cairan koloid
perbandingannya yaitu 1:1.
Diberikan cairan 20 ml/kgBB dalam 1 jam pertama, sisa defisitnya diberikan 50 % dalam 8 jam pertama, dan 50 % lagi
dalam 16 jam berikutnya. Telah terjadi rehidrasi bila urine output 0,5-1 ml/kgbb/jam (Perdarahan pada dewasa dan anak
>15 % diganti dengan darah)

8. Jelaskan penatalaksanaan jalan nafas pada trauma leher! Pada trauma leher mula-mula dilakukan fiksasi leher dengan collar
neck, setelah itu ditentukan apakah pasien bernafas atau tidak, pada pasien yang tidak bernafas dilakukan intubasi dengan fiber
optic atau direct laringoscope dengan imobilisasi leher. Pada pasien yang bernafas aktif namun tidak adekuat diberikan
oksigenasi dengan nasal kanul atau face mask, bila tidak berhasil diberikan ventilasi tekanan positif, bila tidak berhasil lagi
segera dilakukan intubasi.

9. Jelaskan diagnosis dan penanggulangan pneumotorak tension! Pada Tension Pneumothorax terdapat nyeri dada yang tiba-tiba,
nafas dangkal, penurunan kesadaran,frekuensi nadi meningkat, tekanan darah menurun, frekuensi nafas yang cepat,distensi
vena leher, dan pergeseran mediastinum. Pada auskultasi terdapat penurunan suara pernafasan.
Penanggulangan Tension pneumotorak: needle decompression, dilakukan insersi needle pada ICS II linea midclavicularis
hemithorax yang terkena.

10. Pada pasien trauma jelaskan penyebab syok selain hipovolemik!


-Syok Neurogenik: tejadi pada pasien dengan trauma vertebra
-Syok Sepsis: biasanya terjadi pada kasus trauma dengan luka terbuka, atau trauma tumpul abdomen (ruptur gaster, ruptur
kolon)
-Syok Kardiogenik: biasanya pada kasus-kasus dengan trauma kavum thorax (tamponade jantung)

Anda mungkin juga menyukai