Oleh:
ELINNURANNISA
NIM. 131611133037
PROPOSAL
i
DETERMINAN PERILAKU PENGGUNAAN KONDOM PADA LSL
DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS
BERDASARKAN TEORI HEALTH BELIEF MODEL (HBM)
Oleh:
Elin Nur Annisa
NIM. 131611133037
Oleh
Pembimbing Ketua
Pembimbing
Mengetahui
a.n Dekan
Wakil Dekan I
ii
DAFTAR ISI
iii
2.5.2 Komponen Teori HBM .......................................................... 31
BAB 3 .......................................................................................................... 36
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ................................. 36
3.1 Kerangka Konseptual ............................................................. 36
3.2 Hipotesis Penelitiaan ............................................................... 38
BAB 4 .......................................................................................................... 40
METODE PENELITIAN .......................................................................... 40
4.1 Rancangan Penelitiaan ........................................................... 40
4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Sampling....... 40
4.2.1 Populasi ................................................................................... 40
4.2.1 Sampel ..................................................................................... 40
4.2.2 Besar Sampel .......................................................................... 41
4.2.3 Teknik Sampling Penelitian ................................................... 42
4.3 Variabel Penelitian .................................................................. 42
4.3.1 Variabel Independen (Bebas) ................................................ 42
4.3.2 Variabel Dependen (Terikat) ................................................ 43
4.4 Alat dan Bahan Penelitian ...................................................... 43
4.5 Definisi Operasional ................................................................ 43
4.6 Instrumen Penelitian ............................................................... 45
4.7 Uji Validitas dan Reabilitas Penelitian ................................. 47
4.7.1 Uji Validitas ............................................................................ 49
4.7.2 Uji Reabilitas............................................................................ 50
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 51
4.9 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data ................. 52
4.9.1 Tahap Persiapan Penelitian .................................................. 52
4.9.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian .............................................. 53
4.10Analisis Data ............................................................................ 54
4.11Kerangka Operasional ............................................................ 57
4.12Masalah Etik (Ethical Clearance) .......................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 60
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
(LSL). pada tahun 2019 dimana tahun ini jumlah terbesar kasus terinfeksi
HIV/AIDS (Garg et al, 2012). LSL 20 kali lebih besar untuk terinfeksi
HIV/AIDS (Dina & Lamria, 2010). Namun untuk faktor – faktor yang
dijelaskan.
seksual yang dilakukan secara anal pada LSL memiliki intensitas 10 kali
1
2
menyumbang 57% infeksi HIV baru di Eropa Barat dan Amerika Utara,
41% di Amerika Latin dan Karibia, 25% di Asia Pasifik dan Karibia, 20%
di Eropa Timur dan Asia Tengah dan Timur Tengah serta Afrika Utara,
12% di Afrika Barat dan Tengah. Kenaikan infeksi HIV terjadi pada
kelompok umur 20-24 tahun (15,1%) dengan rasio HIV antara laki-laki
dan perempuan adalah 2:1. Presentase faktor risiko HIV tertinggi pada
jarum suntik tidak steril pada penasun 1%. (Kementrian Kesehatan RI,
peningkatan HIV baru LSL sebesar 19%. Menurut loporan dari kemenkes
tahun 2019 menyatakan kasus HIV pada LSL meningkat menjadi 21%.
3
pada populasi ini dilaporkan masih rendah yaitu sekitar 10% (STBP,
2017).
karena sebagian besar pekerjaan mereka sebagai pekerja seks. Sikap yang
LSL adalah pekerja seks sehingga ada juga permintaan dari pelanggan
secara efektif sehingga diharapkan 60% LSL dapat berperilaku sehat yaitu
Teori Health Belief Model merupakan salah satu model pertama yang
arah kesehatan yang positif. Konsep utama dari teori Health Belief Model
(efikasi diri).
(HBM)
(HBM)
(HBM)
(HBM)
7
1. Bagi Responden
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu gambaran untuk dapat
kondom.
8
3. Bagi Peneliti
penularan HIV/AIDS
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
merupakan salah satu kelompok Lenti virus yang mempunyai struktur genetik
retrovirus terdiri dari dua salinan identik RNA. RNA dalam virus ini
menjadikan salah satu virus yang unik dibandingkan virus yang lain karena
terdapat satu salinan RNA. HIV membutuhkan sel-sel yang berkembang biak
(DNA) dan akan dikenali pada periode inkubasi yang panjang. Virus HIV
(AIDS), yang dapat terjadi dalam rentang 2 hingga 15 tahun untuk masa
Organisation, 2018).
9
10
Virus HIV masuk kedalam tubuh manusia menyerang limfosit T karena sel
sel T penolong inilah dianggap sebagai tombol utama pada sistem imun. Pada
permukaan limfosit T terdapat CD4 yang merupakan pasangan ideal bagi GP120
(glycoprotein) yang nantinya virus HIV akan masuk kedalam tubuh dan langsung
mempunyai 3 fase yaitu fase infeksi akut, infeksi laten, dan yang terakhir adalah
fase infeksi kronis. Fase infeksi akut terjadi selama 3 sampai 6 minggu dan
tersebut. Orang yang terinfeksi pada fase ini limfosit T akan mengalami
penurunan dari yang awal diatas 500 sel/mm setelah 6 minggu terinfeksi.
Selanjutnya masuk pada infeksi laten yang merupakan pembentukan respon imun
spesifik HIV dan virus terperangkap didalam sel dendritik folikuler. Dalam fase
ini limfosit T jarang ditemukaan virion plasma dan akan terjadi penurunan dari
500-200 sel/mm berlangsung antara rentang 8-10 tahun atau 3-13 tahun setelah
terinfeksi. Fase yang terakhir yaitu infeksi kronis yang mana didalam kelenjar
limfa terjadi replika virus. Fase inilah jumlah limfosit T dibawah 200 sel/mm
yang dapat mengakibatkan sistem imun menurun dan pasien semakin rentan
virus HIV memiliki waktu untuk hidup sangat pendek. Hal ini dikarenakan untuk
11
mereplikasikan diri HIV menggunakan sel penjamu baru tersebut secara terus
harinya. Virus HIV masuk kedalam tubuh kemudian ditangkap oleh sel dendrit
pada membran mukosa dan kulit pada 24 jam pertama setelah paparan. Sel yang
terinfeksi akan membentuk jalur ke nodus limfa dan juga pembuluh darah perifer
selama 5 hari setelah paparan, replikasi virus akan berkembang semakin cepat,
dan akhirnya siklus hidup virus HIV ini dibagi menjadi 6 fase yaitu; fase binding
1. Binding and Entrymerupakan fase kedua protein yaitu gp120 dan gp41 yang
berikatan dengan reseptor sel CD4+ dan juga makrofag, yang nantinya virus
HIV akan masuk ke sel CD4+ dan makrofag. Pada sel CD4+ terdapat enzim
yang bekerja dan akan berinteraksi dengan inti virus lalu menstimulasi dalam
pelepasan RNA dan enzim tersebut. Enzim yang dimaksud adalah reverse
3. Integrasi merupakan fase proses virus DNA menembus inti sel CD4+ lalu
4. Replikasi merupakan fase DNA baru yang telah terintegrasi dari DNA dan
5. Bidding merupakan fase perakitan virus baru pada CD4+ yang akan
6. Maturasi merupakan fase terakhir. Dimana pada fase ini enzim protease
virus yang matang dan menginfeksi sel lainnya (Calles, Evans, &
Terlonge, 2010).
manusia yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 hasil dari evolusi Simian
dan Pan TroglodyteTroglodyte. Sedangkan, pada HIV-2 hasil dari evolusi strain
SIV. Di dunia sebagian besar infeksi HIV disebabkan oleh HIV-1 yang lebih
mudah menular dan lebih virulen dibanding dengan HIV-2 (Winslow & Kerdel,
2015).
berbeda. Sementara pada kelompok N dan O belum diketahu jelas jumlah subtipe
kekerabatan dengan SIV. Pada HIV-2 terdiri dari 8 subtipe berbeda-beda yang
HIV hingga tahap AIDS sejalan dengan penurunan derajat imunitas manusia,
13
Stadium ini merupakan stadium dimana dimulainya virus HIV masuk kedalam
antibodi HIV dari negatif menjadi positif. Rentang waktu yang dibutuhkan
virus HIV mulai masuk ke dalam tubuh hingga tes antibodi adalah satu sampai
tiga bulan dan ada yang hingga enam bulan yang disebut sebagai window
period.
Asimptomatik atau yang disebut sebagai tanpa gejala. Stadium kedua ini
merupakan kondisi adanya virus HIV dalam tubuh namun tidak menunjukkan
gejala. Pada stadium ini rentang waktu berlangsung selama 5-10 tahun. Cairan
Pada stadium ini virus HIV menyerang pada pembesaran kelenjar limfe yang
terjadi pada beberapa tempat dan rentang waktunya berlangsung lebih dari
satu bulan.
Pada stadium ini HIV dapat menjadi atau berubah menjadi AIDS karena
disertai adanya macam-macam penyakit yang masuk baik dari sistem saraf
membagi stadium klinik menjadi empat bagian pada pasien yang terinfeksi
HIV.
Tabel 2.1 Stadium klinik HIV Kamya MR, Mermin J, Kaplan JE, 2008,
Modifikasi:Nasronudin, 2014):
Stadium Klinis I Stadium Klinis Stadium Klinis III Stadium Klinis IV
II
16. Lesmaniasis
visceral luas
atipik
17. Kardiomiopati,
nefropati, terkait
HIV
adalah darah, cairan mani, cairan vagina, dan Air Susu Ibu (ASI). Pada umumnya
dengan perantara tranfusi darah/produk darah, alat suntik atau alat medis lain
Virus HIV hanya bisa hidup dalam cairan tubuh menausia seperti darah,
airmani (semen), cairan vagina, air susu ibu, dan cairan dalam otak. Virus dalam
jumlah ekcil terdapat pada air kencing, air mata, dan air keringat sehingga tidak
HIV/AIDS.
menikah.
2. B (Be Faithful) yang berarti melakukan hubungan seksual hanya dengan satu
Dari segi biologis, perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas makhluk
hidup yang bersangkutan. Dari sudut pandang biologis, makhluk hidup terdiri
merupakan aktivitas atau tindakan dari diri manusia sendiri yang mempunyai
merupakan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh manusia baik yang
diammati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo, 2010).
dari luar). Oleh karena itu, perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus
tersebut, namun belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
melalui tindakan nyata atau terbuka. Respon dalam stimulus sudah jelas dan
dapat dengan mudah diamati atau dilihat oleh orang lain. oleh karena itu,
1. Determinan Internal
2. Determinan Eksternal
1. Pengetahuan (Knowledge)
terhadap suatu objek. Pengetahuan merupakan salah satu domain yang penting
2. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang tertutup terhadap sebuah stimulus
atau objek dari seseorang. Sikap juga diartikan sebagai kesesuaian reaksi
sosial. Sikap dibagi menjadi tiga komponen yang terdiri dari kepercayaan atau
komponen tersebut dapat membentuk sikap yang utuh. Selain itu, penentuan
(responsible).
3. Tindakan (Practice)
Tindakan merupakan sebuah respon yang bersifat aktif dan dapat diamati.
Bentuk perilaku seks berisiko antara lain adalah hubungan seks di usia
dini hal ini dianggap paling penting karena dapat mempengaruhi perilaku
seksual berikutnya dimasa mendatang, dan usia dini ini semakin banyak
dengan siapa seks pertama kali dilakukan, siapa disini menunjukan seorang
kekasih, teman, atau dengan pekerja seks komersial. Perilaku seks berisiko
juga dapat dihubungkan dengan tidak konsisten dalam memakai kondom serta
dengan orang asing (Rahardjo, 2014). Ada beberapa kelompok sasaran yang
1. Kelompokrentan
perempuan, remaja, anak jalanan, orang miskin, ibu hamil, dan orang yang
2. Kelompok berisikotertular
3. Kelompoktertular
bahan diantaranya lateks (karet), plastic, atau bahan alami (produk hewani) yang
dapat dipasang pada penis saat berhubungan seksual (kurnia, 2013). Kata
kondom berasal dari kata latin condus yang berarti baki atau nampan penampung.
yang benar dan konsisten telah terbukti dapat mengurangi penularaan infeksi
HIV, melindungi dari infeksi gonore pada laki – laki dan wanita, mecegah
laki – laki dan wanita, infeksi sifilis, dan infeksi HPV pada wanita (Holmes,
2004).
23
strategi yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan IMS dan HIV pada
1. Kondom biasa Terbuat dai lateks atau poliuretan. Panjang dan lebar rata – rata
dibuat sesuai dengan ukuran penis kebanyakan pria dan bersisi
lurus dengan bundar pada bagian akhir kondom. Ukuran penis
dewasa memang bervariasi, tetapi tidak banyak. Namun,
kemungkinan ada pengguna yang merasa lebih nyaman dengan
kondom yang berukuran lebih besar atau lebih kecil.
2. Kondom lebih besar Kondom yang dirancang agar bisa pas dengan ukuran penis yang
lebih besar. Bentuknya bervariasi dan ada yang mengembang
untuk meningkatkan kenyamanan dan membuat kondom lebih
mudah digunakan.
3. Kondom lebih kecil Sering dikenal dengan kondom ramping. Kondom ini dirancang
untuk penis yang lebih tipis atau lebih pendek.
4. Kondom yang Kondom ini khusus tersedia untuk pengguna yang tidak dapat
terbuat sesuai menemukan kondom dengan ukuran yang tepat atau nyaman.
ukuran
5. Kondom untuk Sebagian besar kondom ini mengandung benzokain. Benzokain
ejakulasi tertunda adalah anestesi local berkekuatan rendah, mirip dengan yang
digunakan dalam pelega tenggorokkan. Kondom ini dimasukkan
ke dalam pelumas kondom atau dot dan bekerja dengan
mematikan sementara pada ujung saraf
6. Kondom stimulasi Beberapa kondom jenis ini mengandung pelumas khusus yang
tinggi memberika sensasi hangat atau kesemutan bagi kedua pasangan.
Beberapa diantaranya mengandung pelumas ekstra untuk
meningkatkan sensasi. Semua merek sekarang memiliki minimal
satu gaya ondom yang bertekstur garis, titik, dan atau tabor yang
bertujuan meningkatkan sensasi saat berhubungan seksual.
7. Kondom yang Kondom jenis ini berwarna, beraroma, bercahaya dalam gelap,
menyenangkan dan merupakan kondom baru yang ditujukan untuk membuat
hubungan seksual lebih menyenangkan.
24
8. Kondom yang kuat Kondom jenis ini sedikit lebih tebal dan terkadang memiliki
pelumas tambahan. Kondm terbuat dari lateks, kuat, dan tidak
mudah sobek.
9. Kondom tipis Kondom ini lebih tipis daripada kondom biasa dan mampu
memberikan sensitivitas yang lebih besar untuk kedua pasangan.
10. Kondom vegan Banyak kondom lateks mengandung protein susu yang disebut
kasein. Kondom ini bebas dari semua produk hewan.
3. Perlu berhati – hati pada saat mengeluarkan kondom dari kemasan karena kuku
4. Tentukan dot atau bagian ujung yang tertutup dan peras untuk
menghilangkannya dari udara. Hal ini juga akan membantu pengguna untuk
5. Kondom dipasang pada saat penis sepenuhnya ereksi dan sebelum menyentuh
vagina atau area genital. Pada posisi masih memegang bagian akhir dari
kondom tidak dapat digulung maka kemungkinan kondom aktif luar dan dalam.
6. Bagi pengguna yang memiliki kulup, pengguna mungkin merasa lebih mudah
dan lebih nyaman menggunakan kndom apabla kulup ditarik kembali. Hal ini
25
atau tergelincir.
7. Begitu pria mengalami ejakulasi dan sebelum penis menjadi lunak, pegang
kondom dengan kuat sambil menarik keluar. Hal ini dilakukan dengan perlahan
9. Dipastikan penis tidak menyentuh area genital lagi dan jika akan berhubungan
sudah terlihat kering, lengket, atau kaku pada saat dikeluarkan dari kemasan
maka jangan digunakan lagi. Sebagai gantinya, digunakan kondom yang masih
sejuk dan kering dimana kondom tidak akan kusut atau kering. Kondom tidak
boleh disimpan di dalam dompet maupun saku celana. Pengguna jangan pernah
minyak mineral, gel minyak tanah, maupun minyak bayi karena zat – zat tersebut
2014a):
1. Penis menyentuh area di sekitar vagina sebelum kondom dipakai (cairan pre-
ejakulasi yang bocor keluar dari penis sebelum ejakulasi dan kemungkinan
2. Kondom sobek
tajam.
termasuk HIV.
27
3. Kondom pria kadang – kadang bisa lepas maupun sobek (hasil penelitian
meskipun hal ini jarang terjadi. Saat ini telah tersedia kondom bebas lateks
sebagai berikut:
1. Kondom dan pelicin harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Kondisi dan
tersedia, dapat dibeli dan dipakai. Juga penempatan outlet kondom dan pelicin
memudahkan calon pembeli untuk mengakses. Harga kondom dan atau pelicin
semestinya dijual dengan harga terjangkau sehingga mampu dibeli oleh calon
pemakai.
2. Kualitas kondom selain harus memiliki kemasan yang menarik serta merk yang
4. Pasien yang positif IMA mendapat konseling, terapi dan diberikan kondom
secara bersamaan.
5. Pasien yang telah selesai terapi harus tetap memakai kondom konsisten.
LSL atau yang biasa didefinisikan dengan Lelaki yang berhubungan seks
dengan Lelaki. Sering diartikan sebagai Gay. Akan tetapi, pernyataan yang
menyebutkan bahwa LSL dengan Gay sama adalah salah. LSL berbeda dengan
Salah satu contoh penggambaran LSL seperti narapidana lelaki yang mempunyai
hal tersebut dengan sesama jenis di dalam penjara. Selain itu, pasangan lelaki
dari waria juga disebut sebagai LSL bukan seorang Gay (GWL-INA, 2016).
Lelaki seks dengan Lelaki merupakan hubungan seks yang dilakukan oleh
ataupun biseksual (UNAIDS, 2007). Lelaki Suka dengan Lelaki yang sering
didefinisikan sebagai LSL sangat erat dengan penyebaran virus HIV/AIDS. LSL
akan melakukan hubungan seksual dengan menggunakan anus atau yang biasa
disebut anal sex. Berhubungan seksual yang dilakukan melalui anal seks yaitu
anus sehingga ereksi dilakukan di dalam anus. Tidak ada pelicin pada anus
seperti halnya vagina sangat rentan menimbulkan luka pada daserah anus.
Seorang LSL (Lelaki Suka dengan Lelaki) tidak dapat dikatakan sebagai kelainan
kejiwaan karena sifat tergantung pada norma sosial budaya. Hal tersebut
2016) yaitu:
2. Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki lain namun lebih sering melakukan
3. Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki ataupun perempuan tanpa ada
perbedaan kesenangan.
4. Lelaki yang menjajakan seks pada laki-laki lain, baik karena alasan terpaksa
Pola kehidupan yang dilakukan Lelaki Seks dengan Lelaki tergolong sama
mereka memiliki sikap yang lebih ditunjukkan seperti halnya lebih akrab, acuh
komunikasi yang berbagai jenis tergantung pada tingkat ekonomi dan sosial.
Seperti taman kota, jalanan, diskotik, kosan, bahkan hotel juga digunakan dengan
pasangan mereka. Kegiatan seksual yang dilakukan Lelaki Seks dengan Lelaki
penuh, gaya atau teknik pembangkitan gairah juga menyesuaikan tempat, waktu
dan keadaan sehingga hal tersebut dapat menimbulkan perasaan bahagia dan
lingkup kehidupan sosial atau masyarakat. Teori ini merupakan analisis terhadap
(Notoatmodjo, 2010).
yang berdasarkan pada ide bahwa individu pasti mempunyai kesediaan untuk
sebuah hasil yang dinilai sangat tinggi. Oleh karena itu, hal ini bisa untuk
bertindak.
Terdapat empat variabel kunci dan dua tambahan yang baru ini
diungkapkan para ahli yang terlibat didalam tindakan tersebut, yakni kerentanan
yang diterima dan hambatan yang dialami dalam tindakan melawan penyakitnya,
dibawah ini:
32
klinis dan medis (kematian, cacat, sakit) dan konsekuensi sosial yang mungkin
penyakit bergantung pada pertimbangan dan evaluasi dari yang dirasakan dan
Ketika seseorang yakin bahwa ia rentan terhadap suatu penyakit dan juga
secara rutin.
Contoh dari komponen ini adalah SADARI untuk perempuan dirasa susah
6. Cues to action suatu perilaku dipengaruhi oleh suatu hal yang menjadi isyarat
bagi seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku (Beckekr dkk,
1997 dalam Conner & Norman, 2003). Isyarat ini bisa bersifat internal
(misalnya nyeri dada, mengi, dan lain-lain) atau eksternal (misalnya pesan-
pesan kesehatan melalui media massa, nasihat atau anjuran teman atau
untuk diambil, perubahan aktual sering terjadi bila ada isyarat eksternal atau
pola perilaku mereka saat ini (Persepsi kerentanan dan keparahan) dan
percaya bahwa perubahan jenis tertentu akan menghasilkan hasil yang bernilai
dengan biaya yang dapat diterima (manfaat yang dirasakan). Mereka juga
Perceived
Susceptibility
Age
Gender Perceived
Seriousness
Ethnicity Individual
Perceived benefit
Personality Behaviors
ancaman.
36
BAB 3
Perceived Penggunaan
Susceptibility kondom pada LSL
dalam upaya
Age pencegahan
Perceived Seriousness penularan
Gender HIV/AIDS
Ethnicity
Cues to
Perceived Self action
Efficacy
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
oleh 6 variabel utama yang terlibat dalam tindakan tersebut. Perilaku dipengaruhi
terdiri dari faktor usia, jenis kelamin, suku, kepribadian, sosial ekonomi, dan
threat (persepsiancaman).
tentang risiko yang diperoleh dari kondisi kesehatan yang dialami seperti
kondom dalam pencegahan HIV/AIDS dengan didasari dari nilai dari suatu
penyakit HIV/AIDS seperti dukungan teman sebaya. Self efficacy (efikasi diri)
konsisten.
6. Ada hubungan factor self efficacy dengan perilaku penggunaan kondom dalam
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitiaan
variabel independen dan variabel dependen dilakukan pada satu kali tanpa ada
tindak lanjut setelah melakukan pengukuran data. Desain penelitian ini tidak
terdapat follow up, dan akan didapatkan efek sebuah fenomena (variabel
2017).
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitiaan ini adalah semua subjek penelitian yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2017). Populasi dari penelitian ini adalah
LSL yang tergabung dalam komunitas GAYa Nusantara sebanyak 150 orang.
4.2.1 Sampel
Populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2017). Kriteria inklusi
3. Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL) yang telah teridentifikasi HIV positif dan
negatif.
populasi taerget yang memenuhi kriteria inklusi namun harus dikeluarkan sebagai
subjek penelitian (Nursalam, 2017). Krtiteria ekslusi penelitian ini yakni LSL yang
N
𝑛=
1 + N (d)²
Keterangan:
n = Besar Sampel
selanjutnya peneliti akan menentukan besar sampel yang akan digunakan sebagai
150
𝑛=
1 + 150 (0,05)²
150
𝑛=
1 + 0,375
42
150
𝑛=
1,375
𝑛 =109 responden
diteliti. Peneliti menggunakan Teknik sampling dalam penelitian ini berupa Non
nilai dari variabel lain (Nursalam, 2017). Variabel independent dalam penelitian
bertindak).
43
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa informed
Variabel
independen:
Faktor
perilaku
penggunaan
kondomm
Sangat tidak
setuju=1
Perceived Pandangan 1. Efektivitas kuesioner Ordinal Pertanyaan terdiri
benefits seseorang perilaku dari 6 nomor.
tentang penggunaan Skor untuk
manfaat yang kondom jawaban
akan muncul 2. Kemudahan pertanyaan :
dari dalam Sangat Setuju=4
berperilaku menggunakan Setuju=3
menggunakan kondom Tidak setuju=2
kondom secara Sangat tidak
setuju=1
Perceived Pandangan 1. Persepsi Kuesioner Ordinal Pertanyaan terdiri
Barriers seseorang efek dari 9 nomor.
terhadap samping Skor untuk
hambatan yang 2. Persepsi jawaban
muncul saat terhadap pertanyaan :
mengalami risiko Sangat Setuju=4
HIV/AIDS Setuju=3
Tidak setuju=2
Sangat tidak
setuju=1
Self efficacy Pandangan 1. Efektivitas kuesioner Ordinal Pertanyaan terdiri
seseorang mengguna dari 6 nomor.
terhadap kan Skor untuk
kemampuan kondom jawaban
dirinya sendiri secara pertanyaan :
bahwa dia konsisten Sangat Setuju=4
dapat 2. Informasi Setuju=3
menggunakan yang Tidak setuju=2
kondom secara didapat Sangat tidak
konsisten setuju=1
Cues to action Dorongan 1. Tokoh Kuesioner Nominal Pertanyaan terdiri
untuk yang dari 2 nomor
berperilaku menjadi Cues to action
menggunakan panutan person :
kondom secara 2. Kejadian Pasangan=1
konsisten yang Tenaga
mencetusk kesehatan=2
an Kader =3
tindakan Tokoh
masyarakat/
pemuka agama=4
Teman/
tetangga=5
Cues to action
event:
Kesadaran=1
Dorongan
keluarga=2
Adanya
penyuluhan=3
45
Variabel
dependen:
Kategori:
1. Baik:≥60%
2. Kurang:<60%
1. Data demografi
yang terdiri dari nomor responden, tanggal pengambilan data, usis, Pendidikan
terakhir (tidak tamat SD, tamat SD/MI sederajat, tamat SMP/sederajat, tamat
46
dari penelitian Herwin Ronalia Fitri (2015). Terdapat 5 pertanyaan dengan tipe
pemahaman akan kondisi diri sendiri pada item pertanyaan 3, dan kemungkinan
sangat setuju (SS) diberi skor 4, setuju (S) diberi skor 3, tidak setuju (TS) diberi
skor 2, dan sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1. Hasil dari perhitungan faktor
ini akan diinterpretasikan dengan kriteria sebagai berikut: rendah = T < mean T,
ini diadopsi dari penelitian Herwin Ronalia Fitri (2015) Terdapat 8 pertanyaan
psikologi pada item pertanyaan 1-2, konsekuensi fisik pada item pertanyaan 3,
jawaban sangat setuju (SS) diberi skor 4, setuju (S) diberi skor 3, tidak setuju
(TS) diberi skor 2, dan sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1. Hasil dari
47
terhadap manfaat yang muncul dari perilaku penggunaan kondom. Instrumen ini
dapat pada item pertanyaan 1, kesesuaian dengan tujuan pada item pertanyaan 2-
sangatsetuju(SS)diberiskor4,setuju(S)diberiskor3,tidaksetuju(TS)diberi skor 2,
dan sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1. Hasil dari perhitungan faktor ini akan
tinggi = T ≥ mean T
ini diadopsi dari penelitian Herwin Ronalia Fitri (2015). Terdapat 9 pertanyaan
dengan tipe favorable tentang perceived barriers meliputi suatu keadaan yang
memalukan pada item pertanyaan 1, ketakutan akan rasa sakit pada item
mengganggu pada item pertanyaan 6-7, kegelisahan pada item pertanyaan 8 dan
jawaban sangat setuju (SS) diberi skor 4, setuju (S) diberi skor 3, tidak setuju
(TS) diberi skor 2, dan sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1. Hasil dari
48
kemampuan dirinya sendiri bahwa dia dapat patuh dalam penggunaan kondom
secara konsisten . Instrumen ini diadopsi dari penelitian Herwin Ronalia Fitri
meliputi kognitif pada item pertanyaan 2, afektif pada item pertanyaan 1 dan 3,
motivasi pada item pertanyaan 5, dan proses seleksi pada item pertanyaan 6.
Pengukuran menggunakan skala Likert, setiap jawaban sangat setuju (SS) diberi
skor 4, setuju (S) diberi skor 3, tidak setuju (TS) diberi skor 2, dan sangat tidak
setuju (STS) diberi skor 1. Hasil dari perhitungan faktor ini akan
tinggi = T ≥ meanT
Ronalia Fitri (2015). Pertanyaan terdiri dari 2 nomor, yang diukur dari instrument
ini adalah who (person) dan what (event) yaitu seseorang yang mendorong
dengan cara pemberian kode, cues to action person terdiri dari istri berkode 1,
penyuluhan berkode3.
49
diterjemahkan dan dimodifikasi oleh peneliti dari Smeltzer & Bare (2008)
tentang Promosi Kesehatan dan Pencegahan Kesakitan dan Perilaku Seks Aman
(Health Promotion and Illness Prevention Safer Sex and Safer Behaviors) dan
item pertanyaan dengan tipe favorable pada pertanyaan nomor 1,2,5,6,7 dan
skala likert dengan skor petanyaan jawaban positif ya diberi skor 1 , tidak diberi
skor 0, pertanyaan negatif YA diberi skor 0 , tidak diberi skor 1 dengan kategori
kuesioner. Uji coba kuesioner. Uji coba kuesioner ini untuk mencegah terjadinya
kesalahan sistemik. Kesalahan ini harus dihindari, karena merusak validitas dan
data yang telah telah diukur. Prinsip validitas yaitu pengukuran dan ketepatan
2016). Uji validitas berguna untuk mengetahui ada atau tidaknya pertanyaan
50
dalam kuesioner yang harus diganti atau dihapus karena dianggap kurang
relevan.
Item instrumen dianggap valid atau relevan jika r hitung >r tabel. Item skala
dilakukan uji coba kepada seseorang yang memiliki kriteria hampir sama dengan
samel penelitian untuk mendapatkan data dan diujikan dengan bantuan SPSS
untuk menentukan item yang sahih dan yang gugur sehingga diperoleh semua
diri), dan cues to action (isyarat bertindak) pada penelitian Putro (2018)
tadi diukur berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2017). Uji
konsistensi yang relative tetap, jika dilakukan pengukuran ulang terhadap subjek
yang sama. Uji reabilitas menggunakan formula alpa cronbach. Jika r alpha>r
tabel maka pertanyaan tersebut reliable, sebaliknya bila r alpha<r tabel maka
pertanyaan tersebut tidak reliable. Jika skala ini dikelompokkan ke dalam lima
51
kelas dengan rank yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat
action (isyarat bertindak) di uji oleh peneliti sebelumnya. Didapatkan nilai pada
LSL yang merupakan bagian dari LSM GAYa Nusantara terletak di jalan
salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat yaitu LSM GAYa Nusantara dan
diberikan kontak salah satu petugas lapangan LSM GAYa Nusantara untuk
terkait data LSL dan kementrian kesehatan tahun 2019 sebagai dasar
penelitian.
mendapatkan data awal dan data tambahan terkait Lelaki Seks dengan
orang.
menghubungi responden yang pada saat itu tidak dapat ditemui oleh
peneliti.
53
Dilakukan setiap hari pada pukul 19.00 WIB. Penelitian ini dilaksanakan
berikut:
kode pada tiap-tiap kuesioner yang masuk dalam kategori yang diteliti
analisa data.
SPSS.
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
56
korelasi Spearman rho dengan nilai (sig) < 0,05 maka H1 diterima
Menentukan Populasi :
Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL) di hotspot Pattaya yaitu tempat berkumpul LSL yang
merupakan bagian dari komunitas GAYa Nusantara yang aktif dan dapat dijangkau pada
bulan januari-mei 2020
Sampling:
Non Probability sampling
Puposive Sampling
Informed Consent
Melakukan pengumpulan data dan tabulasi dari kuesioner menggunakan google form
3. Kerahasiaan (Confidentially)
kode etik penelitian. Semua informasi hasil penelitian akan dijamin kerahasiaan
responden yang diteliti. Apabila terdapat data yang tidak berhubungan tidak akan
dan diterima responden. Sedangkan asas menepati janji responden dan peneliti
disepakati.
5. Keadilan (Justice)
telah ditetapkan oleh peneliti yang dipilih sesuai dengan kriteria penelitian.
sama dan adil dengan memberikan kesempatan yang sama dan menghormati
DAFTAR PUSTAKA
Rineka Cipta.
Nursalam. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS.
Jakarta: Salemba Medika.
Omar, B. and Gene, P. D. (2017). At Guide to AIDS. NW: CRC press Taylor
and Francies Group.
Purwaningsih, Misutarno, & Imamah, S. N. (2017). Analisis Faktor
Pemanfaatan Vct Pada Orang Risiko Tinggi HIV/AIDS. Jurnal Ners, 6,
58–67.
Soetjiningsih. (2010). Pemahaman Seksualitas Pada Remaja. Jakarta.
UNAIDS. (2007). Men Who Have Sex With Man. 2(2), 1–16.
https://doi.org/10.1006/jcis.1996.0238
UNAIDS. (2016). 2015-Prevention Gap Report. 76–80.
Winslow, C. Y., & Kerdel, F. A. (2015). Human immunodeficiency virus.
Dermatological Manifestations of Kidney Disease, 45–56.
https://doi.org/10.1007/978-1-4939-2395-3_4
World Health Organisation. (2018). Policy Brief: Consolidated guidelines on
HIV prevention, diagnosis, treatment and care for key populations, 2016
update. Who, 8. https://doi.org/ISBN 978 92 4 150743 1