Oleh:
ELIN NUR ANNISA
NIM. 131611133037
i
PROPOSAL
Oleh:
Elin Nur Annisa
NIM. 131611133037
Oleh
Pembimbing Ketua
Pembimbing
Mengetahui
a.n Dekan
Wakil Dekan I
ii
iii
DAFTAR ISI
iii
iv
iv
v
DAFTAR TABEL
v
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model AIDS Risk Reduction Model Catania (1990) ........................ 33
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ....................................................................... 40
Gambar 4.1 Kerangka Operasional ....................................................................... 64
vi
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
viii
DAFTAR SINGKATAN
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
seks perempuan (WPS) namun saat ini dan tahun – tahun mendatang banyak
terjadi pada kalangan Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL). pada tahun 2019
dimana tahun ini jumlah terbesar kasus terinfeksi HIV/AIDS terjadi pada LSL
penularan infeksi menular seksual dan HIV/AIDS (Garg et al, 2012). LSL 20
kejadian HIV/AIDS (Dina & Lamria, 2010). Namun untuk faktor – faktor
dijelaskan.
seksual yang dilakukan secara anal pada LSL memiliki intensitas 10 kali lebih
1
2
menyumbang 57% infeksi HIV baru di Eropa Barat dan Amerika Utara, 41%
di Amerika Latin dan Karibia, 25% di Asia Pasifik dan Karibia, 20% di Eropa
Timur dan Asia Tengah dan Timur Tengah serta Afrika Utara, 12% di Afrika
Barat dan Tengah. Kenaikan infeksi HIV terjadi pada kelompok LSL
HIV/AIDS pada Lelaki Seks dengan Lelaki sebesar 20-40% daripada standar
AIDS, 2017).
prosentase laporan pada kelompok umur 25-49 tahun 70,8%, diikuti kelompok
umur 20-24 tahun (15,1%) dengan rasio HIV antara laki-laki dan perempuan
adalah 2:1. Presentase faktor risiko HIV tertinggi pada bulan januari-maret
2019 adalah hubungan seks berisiko homoseksual (lelaki seks lelaki) 21%
,diikuti heteroseksual 18%, serta penggunaan jarum suntik tidak steril pada
triwulan ke2 tahun 2017 menyatakan peningkatan HIV baru LSL sebesar
19%. Menurut loporan dari kemenkes tahun 2019 menyatakan kasus HIV
populasi LSL secara keseluruhan adalah 4.569 orang, sedangkan 628 orang
kondom dari 75,9% mengalami penurunan menjadi 53% dari total jangkauan
sebagai pekerja seks. Sikap yang diterapkan LSL dalam pencegahan belum
adalah pekerja seks sehingga ada juga permintaan dari pelanggan untuk tidak
memakai kondom dengan imbalan dibayar 2kali lipat. 20% LSL tidak
4
Selain itu, setelah ditanya tentang intensitas penggunaan kondom pada teman
satu komunitas jawabannya kebanyakan tidak ikut campur karena itu adalah
(Srategi dan Rencana Aksi Nasional) terkait penanggulangan HIV dan AIDS
melalui transmisi seksual menargetkan 80% populasi kunci yaitu LSL dapat
2015).
AIDS Risk Reduction Model (ARRM), catania et. al (1990). ARRM dipilih
karena model ini dibuat untuk melihat perilaku dalam penularan infeksi HIV.
Selain itu, Catania (1990) juga membuat kerangka kerja ARRM untuk
perilaku lain seperti Health Belief Model (HBM), Theory of Reasoned Action
LSL. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meganalisis faktor-faktor yang
(ARRM) di Surabaya
ARRM di Surabaya
6
Surabaya
1. Bagi Responden
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu gambaran untuk dapat
3. Bagi Peneliti
sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat
menyebabkan penurunan pada sistem kekebalan tubuh. HIV merupakan salah satu
kelompok Lenti virus yang mempunyai strukt ur genetik retrovirus terdiri dari dua
salinan identik RNA. RNA dalam virus ini menjadikan salah satu virus yang unik
dibandingkan virus yang lain karena terdapat satu salinan RNA. HIV
membutuhkan sel-sel yang berkembang biak yang digunakan sebagai media untuk
menjadi Asam Deoksiribonukleat (DNA) dan akan dikenali pada periode inkubasi
yang panjang. Virus HIV yang menginfeksi tubuh manusia dapat berubah menjadi
AIDS apabila dibiarkan selama periode inkubasi dengan bantuan enzim Reverse
tubuh manusia menurun. (Kementrian Kesehatan RI, 2016). Tahap paling lanjut
dari infeksi HIV adalah Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS), yang dapat
terjadi dalam rentang 2 hingga 15 tahun untuk masa perkembangan virus juga
8
2.1 2 Patofisiologi HIV
Virus HIV masuk kedalam tubuh manusia menyerang limfosit T karena sel T
mempunyai peran penting dalam menyalakan kekuatan limfosit dan makrofag, sel T
penolong inilah dianggap sebagai tombol utama pada sistem imun. Pada permukaan
limfosit T terdapat CD4 yang merupakan pasangan ideal bagi GP120 (glycoprotein)
yang nantinya virus HIV akan masuk kedalam tubuh dan langsung menyerang sel
tersebut. Pada permukaan enveloped infeksi virus HIV mempunyai 3 fase yaitu fase
infeksi akut, infeksi laten, dan yang terakhir adalah fase infeksi kronis. Fase infeksi
akut terjadi selama 3 sampai 6 minggu dan diperkirakan 50-100% orang terinfeksi
mengalami infeksi dalam selang waktu tersebut. Orang yang terinfeksi pada fase ini
limfosit T akan mengalami penurunan dari yang awal diatas 500 sel/mm setelah 6
pembentukan respon imun spesifik HIV dan virus terperangkap didalam sel dendritik
folikuler. Dalam fase ini limfosit T jarang ditemukaan virion plasma dan akan terjadi
penurunan dari 500-200 sel/mm berlangsung antara rentang 8-10 tahun atau 3-13
tahun setelah terinfeksi. Fase yang terakhir yaitu infeksi kronis yang mana didalam
kelenjar limfa terjadi replika virus. Fase inilah jumlah limfosit T dibawah 200 sel/mm
yang dapat mengakibatkan sistem imun menurun dan pasien semakin rentan terhadap
Menurut (Ardhiyanti, 2015) sel yang bertugas penjamu terinfeksi oleh virus
HIV memiliki waktu untuk hidup sangat pendek. Hal ini dikarenakan untuk
mereplikasikan diri HIV menggunakan sel penjamu baru tersebut secara terus
9
10
harinya. Virus HIV masuk kedalam tubuh kemudian ditangkap oleh sel dendrit pada
membran mukosa dan kulit pada 24 jam pertama setelah paparan. Sel yang terinfeksi
akan membentuk jalur ke nodus limfa dan juga pembuluh darah perifer selama 5 hari
setelah paparan, replikasi virus akan berkembang semakin cepat, dan akhirnya siklus
hidup virus HIV ini dibagi menjadi 6 fase yaitu; fase binding and entry, reverse
1. Binding and Entry merupakan fase kedua protein yaitu gp120 dan gp41 yang
berikatan dengan reseptor sel CD4+ dan juga makrofag, yang nantinya virus HIV
akan masuk ke sel CD4+ dan makrofag. Pada sel CD4+ terdapat enzim yang
bekerja dan akan berinteraksi dengan inti virus lalu menstimulasi dalam pelepasan
RNA dan enzim tersebut. Enzim yang dimaksud adalah reverse trancriptase,
2. Reverse Transcription merupakan fase RNA akan dikonversi menjadi DNA single
3. Integrasi merupakan fase proses virus DNA menembus inti sel CD4+ lalu menjadi
4. Replikasi merupakan fase DNA baru yang telah terintegrasi dari DNA dan CD4+
5. Bidding merupakan fase perakitan virus baru pada CD4+ yang akan digunakan
6. Maturasi merupakan fase terakhir. Dimana pada fase ini enzim protease HIV
menjadi fungsional kecil yang dirakit kembali untuk menjadi virus yang
matang dan menginfeksi sel lainnya (Calles, Evans, & Terlonge, 2010).
manusia yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 hasil dari evolusi Simian Immunodeficiency
TroglodyteTroglodyte. Sedangkan, pada HIV-2 hasil dari evolusi strain SIV. Di dunia
sebagian besar infeksi HIV disebabkan oleh HIV-1 yang lebih mudah menular dan
utama yaitu M, N, dan O. Kelompok HIV-1 yaitu M terdiri dari 16 subtipe berbeda.
Sementara pada kelompok N dan O belum diketahu jelas jumlah subtipe virus yang
SIV. Pada HIV-2 terdiri dari 8 subtipe berbeda-beda yang berasal dari Sooty
Menurut (Ardhiyanti, 2015) perjalanan klinis pada orang yang terinfeksi HIV
hingga tahap AIDS sejalan dengan penurunan derajat imunitas manusia, terutama
Stadium ini merupakan stadium dimana dimulainya virus HIV masuk kedalam
antibodi HIV dari negatif menjadi positif. Rentang waktu yang dibutuhkan virus
HIV mulai masuk ke dalam tubuh hingga tes antibodi adalah satu sampai tiga
bulan dan ada yang hingga enam bulan yang disebut sebagai window period.
Asimptomatik atau yang disebut sebagai tanpa gejala. Stadium kedua ini
merupakan kondisi adanya virus HIV dalam tubuh namun tidak menunjukkan
gejala. Pada stadium ini rentang waktu berlangsung selama 5-10 tahun. Cairan
Pada stadium ini virus HIV menyerang pada pembesaran kelenjar limfe yang akan
beberapa tempat dan rentang waktunya berlangsung lebih dari satu bulan.
Pada stadium ini HIV dapat menjadi atau berubah menjadi AIDS karena disertai
adanya macam-macam penyakit yang masuk baik dari sistem saraf maupun
infeksi sekunder lainnya. Berbeda hal dengan WHO. WHO membagi stadium
Tabel 2.1 Stadium klinik HIV Kamya MR, Mermin J, Kaplan JE, 2008, Modifikasi:
Nasronudin, 2014):
Stadium Klinis I Stadium Klinis II Stadium Klinis Stadium Klinis IV
III
nefropati, terkait
HIV
Cairan tubuh yang potensial menjadi media sebagai penularan HIV adalah
darah, cairan mani, cairan vagina, dan Air Susu Ibu (ASI). Pada umumnya resiko
darah/produk darah, alat suntik atau alat medis lain (narkoba, tato), perinatal (ibu
Virus HIV hanya bisa hidup dalam cairan tubuh menausia seperti darah,
airmani (semen), cairan vagina, air susu ibu, dan cairan dalam otak. Virus dalam
jumlah ekcil terdapat pada air kencing, air mata, dan air keringat sehingga tidak
dengan pasangan yang berganti-ganti dan tidak menggunakan alat pelindung yaitu
3. Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik bergantian dengan orang HIV/AIDS.
5. Membuang bekas alat yang telah terkontaminasi cairan tubuh pasien ke tempat
menikah.
2. B (Be Faithful) yang berarti melakukan hubungan seksual hanya dengan satu
3. C (Condom) yang berarti menggunakan kondom bagi orang yang berisiko ketika
informasi mengenai HIV, cara penularan dan pencegahan pada kelompok risiko
segi biologis, perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas makhluk hidup yang
bersangkutan. Dari sudut pandang biologis, makhluk hidup terdiri dari tumbuh-
tindakan dari diri manusia sendiri yang mempunyai bentangan luas. Seperti berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan lainnya. Dari
dilakukan oleh manusia baik yang diammati secara langsung maupun yang tidak
bentuk respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh
karena itu, perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme yang
kemudian organisme tersebut merespons, maka teori dari Skinner disebut teori “S-O-
1. Respondent Respons atau Reflexive atau disebut juga sebagai Eliciting Stimulation
merupakan respons yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu dan relatif tetap.
2. Operant Respons atau Instrumental Respons atau disebut juga sebagai Reinforcing
Dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dibedakan menjadi dua
bentuk terselubung atau tertutup. Respon ini terbatas pada perhatian, persepsi,
tindakan nyata atau terbuka. Respon dalam stimulus sudah jelas dan dapat
18
dengan mudah diamati atau dilihat oleh orang lain. oleh karena itu, disebut overt
1. Determinan Internal
2. Determinan Eksternal
ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan merupakan faktor yang dominan
Pada teori bloom ini selanjutnya dimodifikasi untuk mengukur hasil pendidikan
1. Pengetahuan (Knowledge)
terhadap suatu objek. Pengetahuan merupakan salah satu domain yang penting
2. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang tertutup terhadap sebuah stimulus atau
objek dari seseorang. Sikap juga diartikan sebagai kesesuaian reaksi terhadap
stimulus secara nyata yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap dibagi
menjadi tiga komponen yang terdiri dari kepercayaan atau keyakinan terhadap suatu
bertindak terhadap suatu objek. Ketiga komponen tersebut dapat membentuk sikap
yang utuh. Selain itu, penentuan sikap dibagi menjadi beberapa komponen yaitu
3. Tindakan (Practice)
Tindakan merupakan sebuah respon yang bersifat aktif dan dapat diamati. Tindakan
mencerminkan suatu stimulus yang dapat memberikan penilaian terhadap apa yang
Bentuk perilaku seks berisiko antara lain adalah hubungan seks di usia dini
hal ini dianggap paling penting karena dapat mempengaruhi perilaku seksual
berikutnya dimasa mendatang, dan usia dini ini semakin banyak ditemukan
dikalangan remaja. Perilaku seks berisiko juga dihubungkan dengan siapa seks
pertama kali dilakukan, siapa disini menunjukan seorang kekasih, teman, atau
dengan pekerja seks komersial. Perilaku seks berisiko juga dapat dihubungkan
dengan tidak konsisten dalam memakai kondom serta memiliki pasangan seks
20
dalam jumlah banyak maupun berhubungan seks dengan orang asing (Rahardjo,
2014). Ada beberapa kelompok sasaran yang sering menjadi perhatian dalam
1. Kelompok rentan
Kelompok rentan adalah kelompok masyarakat yang biasanya ada pada lingkup
jalanan, orang miskin, ibu hamil, dan orang yang menerima tranfusi darah.
3. Kelompok tertular
lain.
berbeda di dalam menjelaskan perubahan perilaku. Beberapa teori tersebut antara lain:
Merupakan konsep teori yang menjelaskan bahwa perubahan perilaku dapat terjadi
21
di karenakan efek dari maniru seseorangn (tokoh, orang tua, teman, dan lain-lain)
2. Self Efficacy
yang baru ditentukan oleh instansi orang tersebut yaitu sikap dan norma subyektif
Merupakan pengembangan teori TRA dimana teori ini tidak semuanya perilaku di
bawah control penuh individu sehingga perlu ditambahkan konsep dari intense
5. Transtheorctical
perilaku dengan 5 tahap, antara lain: Pra perenungan, perenungan, persiapan, aksi,
mengambil tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Teori ini terdiri dari 5
2006).
Kondom adalah suatu selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan
diantaranya lateks (karet), plastic, atau bahan alami (produk hewani) yang dapat
dipasang pada penis saat berhubungan seksual (kurnia, 2013). Kata kondom berasal
dari kata latin condus yang berarti baki atau nampan penampung. Kondom semacam
dari penyakit dan untuk mencegah kehamilan. Penggunaan kondom yang benar dan
konsisten telah terbukti dapat mengurangi penularaan infeksi HIV, melindungi dari
infeksi gonore pada laki – laki dan wanita, mecegah penularan klamidiasis,
23
trikomoniasis pada wanita, infeksi genitas HSV-2 pada laki – laki dan wanita, infeksi
strategi yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan IMS dan HIV pada
1. Kondom biasa Terbuat dai lateks atau poliuretan. Panjang dan lebar rata –
rata dibuat sesuai dengan ukuran penis kebanyakan pria dan
bersisi lurus dengan bundar pada bagian akhir kondom.
Ukuran penis dewasa memang bervariasi, tetapi tidak
banyak. Namun, kemungkinan ada pengguna yang merasa
lebih nyaman dengan kondom yang berukuran lebih besar
atau lebih kecil.
2. Kondom lebih besar Kondom yang dirancang agar bisa pas dengan ukuran penis
yang lebih besar. Bentuknya bervariasi dan ada yang
mengembang untuk meningkatkan kenyamanan dan
membuat kondom lebih mudah digunakan.
3. Kondom lebih kecil Sering dikenal dengan kondom ramping. Kondom ini
dirancang untuk penis yang lebih tipis atau lebih pendek.
4. Kondom yang Kondom ini khusus tersedia untuk pengguna yang tidak
terbuat sesuai dapat menemukan kondom dengan ukuran yang tepat atau
ukuran nyaman.
8. Kondom yang kuat Kondom jenis ini sedikit lebih tebal dan terkadang memiliki
pelumas tambahan. Kondm terbuat dari lateks, kuat, dan
tidak mudah sobek.
9. Kondom tipis Kondom ini lebih tipis daripada kondom biasa dan mampu
memberikan sensitivitas yang lebih besar untuk kedua
pasangan.
10. Kondom vegan Banyak kondom lateks mengandung protein susu yang
disebut kasein. Kondom ini bebas dari semua produk hewan.
3. Perlu berhati – hati pada saat mengeluarkan kondom dari kemasan karena kuku dan
4. Tentukan dot atau bagian ujung yang tertutup dan peras untuk menghilangkannya
dari udara. Hal ini juga akan membantu pengguna untuk mengguung kondom
5. Kondom dipasang pada saat penis sepenuhnya ereksi dan sebelum menyentuh
vagina atau area genital. Pada posisi masih memegang bagian akhir dari kondom,
25
gulung kondom sammpai menuruni semua area penis. Apabila kondom tidak dapat
digulung maka kemungkinan kondom aktif luar dan dalam. Jika demikian, dimulai
6. Bagi pengguna yang memiliki kulup, pengguna mungkin merasa lebih mudah dan
lebih nyaman menggunakan kndom apabla kulup ditarik kembali. Hal ini
memungkin kulup bergerak bebas dan menurunkan risiko robeknya kondom atau
tergelincir.
7. Begitu pria mengalami ejakulasi dan sebelum penis menjadi lunak, pegang kondom
dengan kuat sambil menarik keluar. Hal ini dilakukan dengan perlahan dan berhati –
9. Dipastikan penis tidak menyentuh area genital lagi dan jika akan berhubungan
kadaluwarsa karena kondom akan mulai rusak dan menurun efektivitasnya dalah
mencegah penyakit HIV. Namun, bukan hanya tanggal kadaluwarsa yang penting.
Terkadang kondom belum disimpan dengan benar sehingga bahan kondom rusak
sebelum tanggal kadaluwarsa. Apabila kondom sudah terlihat kering, lengket, atau
kaku pada saat dikeluarkan dari kemasan maka jangan digunakan lagi. Sebagai
dan kering dimana kondom tidak akan kusut atau kering. Kondom tidak boleh
menggunakan pelumas kondom berbasis minyak seperti lotion, minyak pijat, minyak
mineral, gel minyak tanah, maupun minyak bayi karena zat – zat tersebut dapat
2014a):
1. Penis menyentuh area di sekitar vagina sebelum kondom dipakai (cairan pre-
ejakulasi yang bocor keluar dari penis sebelum ejakulasi dan kemungkinan cairan
2. Kondom sobek
8. Kondom mengalami kerusakan, misalnya oleh kuku atau perhiasan yang tajam.
2. Kondom dapat melindungi kedua pasangan dari beberapa penyakit IMS termasuk
HIV.
3. Kondom pria kadang – kadang bisa lepas maupun sobek (hasil penelitian
lateks). Untk itu, perlu dipastikan penggunaan ukuran kondom yang benar.
4. Saat menggunakan kondom pria, perlu dipastikan penis ditarik dengan segera
5. Beberapa orang sensitif terhadap bahan kimia dalam kondom lateks meskipun
hal ini jarang terjadi. Saat ini telah tersedia kondom bebas lateks bagi orang
yang sensitif.
sebagai berikut:
1. Kondom dan pelicin harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Kondisi dan
tersedia, dapat dibeli dan dipakai. Juga penempatan outlet kondom dan pelicin
memudahkan calon pembeli untuk mengakses. Harga kondom dan atau pelicin
semestinya dijual dengan harga terjangkau sehingga mampu dibeli oleh calon
pemakai.
2. Kualitas kondom selain harus memiliki kemasan yang menarik serta merk yang
4. Pasien yang positif IMA mendapat konseling, terapi dan diberikan kondom secara
bersamaan.
5. Pasien yang telah selesai terapi harus tetap memakai kondom konsisten.
29
LSL atau yang biasa didefinisikan dengan Lelaki yang berhubungan seks
dengan Lelaki. Sering diartikan sebagai Gay. Akan tetapi, pernyataan yang
menyebutkan bahwa LSL dengan Gay sama adalah salah. LSL berbeda dengan Gay,
terdapat ketertarikan emosional lalu diikuti oleh perilaku seksual. Salah satu contoh
memenuhi kebutuhan seksual maka mereka akan melampiaskan hal tersebut dengan
sesama jenis di dalam penjara. Selain itu, pasangan lelaki dari waria juga disebut
Lelaki seks dengan Lelaki merupakan hubungan seks yang dilakukan oleh
ataupun biseksual (UNAIDS, 2007). Lelaki Suka dengan Lelaki yang sering
didefinisikan sebagai LSL sangat erat dengan penyebaran virus HIV/AIDS. LSL akan
melakukan hubungan seksual dengan menggunakan anus atau yang biasa disebut anal
sex. Berhubungan seksual yang dilakukan melalui anal seks yaitu hubungan yang
dilakukan dengan menggunakan penis dan dimasukkan kedalam anus sehingga ereksi
dilakukan di dalam anus. Tidak ada pelicin pada anus seperti halnya vagina sangat
rentan menimbulkan luka pada daserah anus. Seorang LSL (Lelaki Suka dengan
Lelaki) tidak dapat dikatakan sebagai kelainan kejiwaan karena sifat tergantung pada
norma sosial budaya. Hal tersebut dikaitkan dengan beberapa penelitian mendapatkan
30
hasil bahwa setiap diri manusia ada dorongan untuk melakukan hubungan seksual
yaitu:
2. Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki lain namun lebih sering melakukan
3. Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki ataupun perempuan tanpa ada
perbedaan kesenangan.
4. Lelaki yang menjajakan seks pada laki-laki lain, baik karena alasan terpaksa atau
senang hati.
Pola kehidupan yang dilakukan Lelaki Seks dengan Lelaki tergolong sama
mereka memiliki sikap yang lebih ditunjukkan seperti halnya lebih akrab, acuh atau
(Soetjiningsih, 2010).
komunikasi yang berbagai jenis tergantung pada tingkat ekonomi dan sosial. Seperti
taman kota, jalanan, diskotik, kosan, bahkan hotel juga digunakan dengan pasangan
mereka. Kegiatan seksual yang dilakukan Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL) pada
lebih senang untuk bereksperimen dan memberikan pengertian penuh, gaya atau
teknik pembangkitan gairah juga menyesuaikan tempat, waktu dan keadaan sehingga
hal tersebut dapat menimbulkan perasaan bahagia dan menyenangkan. Interaksi yang
dan AIDS. ARRM dikembangkan oleh J.A. Catania (1990) yang berpendapat bahwa
perubahan perilaku merupakan proses yang terjadi dari hasil stimulus yang
perilaku lain seperti Health Belief Model (HBM), the Diffusion of Innovation Model
seksual terkait penularan HIV. ARRM berfokus pada faktor sosial dan psikologis
tinggi (2) membuat komitmen untuk mengubah perilaku berisiko tinggi, dan (3)
berisiko tinggi (Catania, Kegeles, & Coates, 1990). Model yang diusulkan
manusia. Perbedaan spesifik diambil untuk mencapai tujuan dari tiap tahap dari
seseorang untuk melanjutkan proses perubahan dari waktu ke waktu. Temuan saat
ini membahas tahap tiga model dan disarankan untuk melakukan penelitian lebih
pencegahan yang tepat merupakan tantangan bagi para ilmuan kesehatan masyarakat.
Banyak orang akan terinfeksi HIV kecuali kita mengembangkan cara yang tepat dan
psikososial AIDS Risk Reduction Model (ARRM) yang berlaku untuk mempelajari
pada risiko infeksi HIV. Cukup memberikan labeling masalah perilaku seksual
komitmen yang kuat untuk mengubah kegiatan tersebut, proses komitmen perlu
banyak upaya untuk mendapatkan solusi melalui bantuan mandiri, dukungan sosial
informal, dan penolong profesional sebelum kesuksesan tercapai. Upaya ini mungkin
psikososial untuk mendapatkan, misalnya layanan profesional. Selain itu, solusi yang
yang mungkin tidak memilikI tingkat komitmen yang sama untuk mengejar
Gambar 2.1 Kerangka koseptual AIDS Risk Reduction Model (ARRM) menurut
Catania (1990)
setiap tahap dari proses perubahan dan cara mengkonseptualisasikan hasil dari
setiap tahap. Bukti empiris tidak dihasilkan dari masing-masing hubungan dalam
tahap satu dan dua model. Pada hal ini, model yang diusulkan akan berdiri sebagai
anomali dalam literatur (yang akan dibahas) dan tidak memberikan tes empiris dari
34
model yang diusulkan. Harapan kami adalah bahwa ini akan memunculkan
mereka yang saat ini mempraktikkan perilaku seksual berisiko rendah. Mereka
harus tahu mana yang termasuk perilaku berisiko tinggi dan berusaha menghindari
berisiko rendah.
Berdasarkan kerangka konsep dari teori ARRM oleh Catania (1990) model
mengenai pemecahan masalah psikologis sosial, ada beberapa tahapan dari proses
tersebut yaitu:
1. Tahap pertama adalah persepsi mengenai masalah, bagi individu yang secara
obyektif menunjukan perilaku berisiko tinggi, ada beberapa faktor yang diperkirakan
1) Pengetahuan
AIDS sangat diperlukan, tapi variabel ini mungkin tidak memprediksi dari
pengetahuan seseorang ini tidak akan memprediksi perilaku mereka saat ini,
35
proses perubahan.
jika mereka tidak menganggap diri mereka rentan terhadap infeksi HIV, maka
seseorang ini tidak mungkin mengubah perilaku berisiko tinggi mereka. Studi
berisiko tinggi.
Masalah yang terkait dengan distress memberikan tolok ukur yang diperlukan
keputusan untuk mengurangi hasil kesehatan yang buruk. Ada semakin banyak
perubahan.
Jejaring sosial dan norma mungkin menjadi pemandu yang sangat sangat kuat
perilaku risiko melalui penolakan tinggi kegiatan risiko dan melakukan perilaku
Demikian pula, orang yang meminta pasangan seks untuk menggunakan kondom
hal yang dipersiapkan individu untuk melakukan perilaku berisiko HIV dan AIDS,
diantaranya:
konsekuensi kesehatan (respons kemanjuran), dan nilai kenikmatan yang terkait dari
setiap perilaku. Misalnya, kenikmatan yang dikaitkan dengan tindakan seksual berisiko
perilaku itu.
dengan kondom secara signifikan lebih tidak menyenangkan daripada koitus tanpa
kondom. Ketika perilaku seksual berisiko tinggi dianggap sebagai kegiatan yang sangat
dengan praktik berisiko rendah (relatif terhadap orang lain yang menganggap perilaku
seksual berisiko rendah menjadi kenikmatan yang lebih besar atau sama dengan
perilaku berisiko tinggi). Temuan ini menunjukkan bahwa kenikmatan suatu tindakan,
Pengetahuan tentang utilitas kesehatan dan kesenangan dari berbagai praktik seksual
diharapkan akan berdampak pada pertimbangan biaya-manfaat dan oleh karena itu
pada komitmen untuk berubah. Misalnya, jika orang tahu bahwa kondom mencegah
infeksi HIV dan bahwa ada cara mereka dapat digunakan selama aktivitas seksual
yang menyediakan instruksi yang akurat dan spesifik tentang manfaat kesehatan dari
perubahan.
38
mengeksekusi perilaku memprediksi niat untuk mengubah perilaku tidak sehat dan
kinerja tindakan kesehatan. Secara khusus, tingkat self-efficacy yang tinggi (1)
dikaitkan dengan kinerja risiko rendah, relatif terhadap risiko tinggi, perilaku seksual,
(2) memprediksi pengurangan risiko tinggi dan peningkatan perilaku seksual berisiko
rendah selama rentang satu tahun di antara laki-laki gay (3) dikaitkan dengan
Konstruk efisiensi respons adalah komponen utama dari Health Belief Model dan
teori “effiCacy” Bandura. Dalam konteks saat ini, tingkat komitmen untuk mengadopsi
yang aman" dan mengurangi perilaku seksual berisiko tinggi akan meningkat ketika
tindakan tersebut dianggap efektif dalam mengurangi risiko tertular HIV Artinya,
tindakan ini memiliki nilai pribadi dalam hal konsekuensi kesehatannya bagi individu.
awal orang untuk mengurangi perilaku kesehatan berisiko dan memfasilitasi tindakan
pentingnya kemanjuran respons terhadap hasil pada tahap kedua (keputusan untuk
Tahap ini dihipotesiskan terdiri dari tiga fase: pencarian informasi, memperoleh
solusi, dan memberlakukan solusi. Selama fase pencarian informasi, individu dapat
mulai mengumpulkan ide dan pendapat lain tentang cara mengubah perilaku
seksual berisiko tinggi (perolehan informasi juga bisa pasif misalnya, dari televisi).
terbaik dan bagaimana jenis bantuan tersebut dapat diperoleh akan memiliki
dampak penting pada fase proses ini. Pada tahap kedua tahap ini, beberapa orang
mungkin memutuskan untuk memilih membantu diri sendiri, sementara yang lain
akan mencari bantuan dari teman atau profesional. Setelah memperoleh solusi dari
salah satu upaya sebelumnya, orang tersebut harus mengesahkan solusi proses ini
mungkin rumit oleh sifat sosial dari kebanyakan perilaku seksual. Artinya, upaya
mengubah perilaku seksual seseorang juga akan melibatkan pasangan seks saat ini.
Meskipun fase-fase ini dipisahkan untuk tujuan konseptual, hal ini diakui bahwa
keduanya dapat terjadi secara bersamaan. Selain itu, beberapa individu mungkin
memberlakukan solusi yang diberikan pasangan seksual yang tahu tentang seks
BAB 3
Labeling
1. Pengetahuan (Knowladge)
2. Kerentanan HIV/ AIDS (Susceptibility)
3. Ketakutan HIV / AIDS (Aversive Emotions)
4. Pengaruh sosial (Social Norms)
Commitment
Cost and benefit (biaya dan keuntungan dalam penggunaan kondom)
Enjoyment risk reduction (Kenikmatan dalam penggunaan kondom)
Self Efficacy (Niat individu dalam penggunaan kondom)
Respons efficacy (Respon efektifitas pencegahan HIV/AIDS dengan menggunakan kondom)
Knowledges of health utility (pengetahuan akan kesehatan)
Keterangan: : Diukur
: Tidak Diukur
Gambar 3.1 Kerangka konseptual menurut teori AIDS risk reduction model
(ARRM)
Pada gambar 3.1 merupakan teori ARRM, ARRM adalah teori yang berguna
pertama yaitu mengenali perilaku yang beresiko tinggi HIV/AIDS, sedangkan pada
tahap kedua seseorang yang membuat komitmen untuk mengurangi resiko tinggi
penularan HIV/AIDS, kemudian pada tahap akhir perubahan perilaku beresiko yang
faktor, baik faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor tersebut akan
Pada teori ini dijelaskan bahwa taking action dipengaruhi oleh labeling dan
dan norma sosial berbanding lurus dengan Taking Action. Fenomena yang ditemukan
peneliti saat studi pendahuluan yaitu LSL memiliki Labeling yang rendah, sekaligus
kelompok LSL. Labeling adalah persepsi mengenai masalah, bagi individu yang
secara obyektif menunjukan perilaku berisiko tinggi, ada beberapa faktor yang
Pengetahuan, Kerentanan akan HIV dan AIDS, Ketakutan akan penyakit, Pengaruh
dari kehidupan sosial apabila tidak ada labeling pada LSL maka tidak bisa lanjut ke
untuk melakukan perilaku berisiko HIV dan AIDS, diantaranya: Cost and benefit ,
Enjoyment Knowledges of the health utility and enjoyabilty , Self efficacy, Respon
pencegahan. Tahap selanjutnya adalah taking acion dalam penelitian ini adalah
42
perilaku pasif dari responden yaitu perilaku yang terjadi didalam diri manusia dan
tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, missal berfikir, tanggapan, atau
Surabaya
4. Ada hubungan social norms dengan perilaku penggunaan kondom dalam upaya
5. Ada hubungan cost and benefit dengan perilaku penggunaan kondom dalam upaya
Surabaya
7. Ada hubungan self efficacy dengan perilaku penggunaan kondom dalam upaya
8. Ada hubungan respons efficacy dengan perilaku penggunaan kondom dalam upaya
Surabaya
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitiaan
variabel satu dengan variabel lainnya. Penelitian cross sectional meruapakan bentuk
dependen dilakukan pada satu kali tanpa ada tindak lanjut setelah melakukan
pengukuran data. Desain penelitian ini tidak terdapat follow up, dan akan didapatkan
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitiaan ini adalah semua subjek penelitian yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2017). Populasi dari penelitian ini adalah
LSL yang tergabung dalam komunitas GAYa Nusantara sebanyak 150 orang.
4.2.1 Sampel
Syarat sampel adalah representative (mewakili) dan harus cukup banyak. Populasi
target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2017). Kriteria inklusi dari
44
45
3. Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL) yang telah teridentifikasi HIV negatif.
populasi taerget yang memenuhi kriteria inklusi namun harus dikeluarkan sebagai
subjek penelitian (Nursalam, 2017). Krtiteria ekslusi penelitian ini yakni LSL yang
N
𝑛=
1 + N (d)²
Keterangan:
n = Besar Sampel
selanjutnya peneliti akan menentukan besar sampel yang akan digunakan sebagai
150
𝑛 = 1+0,375
150
𝑛 = 1,375
𝑛 =109 responden
46
diteliti. Peneliti menggunakan Teknik sampling dalam penelitian ini berupa Non
Probability Sampling tipe Purposive sampling yaitu memilh sampel diantara populasi
dari variabel lain (Nursalam, 2017). Variabel independent dalam penelitian ini adalah
enjoyment risk reduction, self efficacy, respons efficacy, konwledges of helath utility.
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa informed consent,
dan skala (Nursalam, 2017). Peneliti menggunakan instrumen berupa kuisioner dalam
penelitian ini. Kuisioner yang digunakan didasarkan pada variabel independent dan
1. Data demografi
terdiri dari nomor responden, tanggal pengambilan data, usis, Pendidikan terakhir
50
(tidak tamat SD, tamat SD/MI sederajat, tamat SMP/sederajat, tamat SMA/sederajat,
perguruan tinggi), status pernikahan, jumlah pasangan hidup tetap, jenis pekerjaan,
pertanyaan positif untuk nomer (3,4,6,9,10) dan bernilai negatif (1,2,5,7 dan 8),
pertanyaan bernilai positif skor jawaban (Ya= 1 dan Tidak=0), sedangkan pertanyaan
bernilai negatif jawaban (Tidak=0 dan Ya=1), kuesioner ini diadobsi dari penelitian
Soldy (2018).
positif nomor (1,2 dan 4) dan kerentanan negatif nomor (3 dan 5). Nilai positif
51
skornya SS=4, S=3, TS=2, STS=1, dan pertanyaan negatif skornya SS=1, S=2,
TS=3, dan STS=4, kuesioner ini diadobsi dari penelitian (Adanan, 2017) dan telah
nomor (3 dan 5). Untuk skor yang positif SS=4, S=3, TS=2, STS=1 dan skor
yang negatif SS=1, S=2, TS=3, STS=4, kuesioner ini diadobsi dari penelitian
Soldy (2018)
STS:4
negative nomor (1,2,4 dan 5) untuk skoring yang berbobot positif (Ya=1 dan
6. Variabel Commitment
dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan topik bahasan dan sesuai dengan teori
ARRM. Kuesioner ini berisi 6 pertanyaan Kuesioner 1-6 diisi sendiri oleh
pertanyaan negatif STS diberi nilai 4, TS diberi nilai3, s diberi nilai 2, dan SS
SS:4
S:3
TS:2
STS:1
Negatif
SS:1
S:2
TS:3
STS:4
3. Niat individu 4 Skala Likert 1
penggunaan kondom Positif
SS:4
S:3
TS:2
STS:1
Negatif
SS:1
S:2
TS:3
STS:4
4. Respon efektifitas 5 Skala Likert 1
menggunakan kondom Positif
SS:4
S:3
TS:2
STS:1
Negatif
SS:1
S:2
TS:3
STS:4
5. pengetahuan akan 6 Skala Likert 1
kesehatan Positif
SS:4
S:3
TS:2
STS:1
Negatif
SS:1
S:2
TS:3
STS:4
Jumlah 6
peneliti. Kuesioner 1-8 diisi sendiri oleh responden dengan kriteria jika
jawabannya positif STS diberi nilai 1, TS diberi nilai 2, S diberi nilai 3, dan
diberi nilai3, s diberi nilai 2, dan SS diberi nilai 1, kuesioner ini di adobsi dari
S:2
TS:3
STS:4
4. Pendidikan 6 Skala Likert 1
kesehatan Positif
SS:4
S:3
TS:2
STS:1
Negatif
SS:1
S:2
TS:3
STS:4
5. Pemeriksaan 7 Skala Likert 1
VCT Positif
SS:4
S:3
TS:2
STS:1
Negatif
SS:1
S:2
TS:3
STS:4
6. Konsultasi 8 Skala Likert 1
mengenai Positif
kesehatan SS:4
S:3
TS:2
STS:1
Negatif
SS:1
S:2
TS:3
STS:4
Jumlah 8
kuesioner. Uji coba kuesioner. Uji coba kuesioner ini untuk mencegah
validitas dan kualitas penelitian. Uji validitas dan rehabilitas dilakukan pada
10 LSL.
mengukur data yang telah telah diukur. Prinsip validitas yaitu pengukuran dan
(Nursalam, 2016). Uji validitas berguna untuk mengetahui ada atau tidaknya
pertanyaan dalam kuesioner yang harus diganti atau dihapus karena dianggap
kurang relevan.
Item instrumen dianggap valid atau relevan jika r hitung >r tabel. Item
skala dilakukan uji coba kepada seseorang yang memiliki kriteria hampir
sama dengan samel penelitian untuk mendapatkan data dan diujikan dengan
bantuan SPSS untuk menentukan item yang sahih dan yang gugur sehingga
diperoleh semua item yang sahih untuk selanjutnya digunakan sebagai alat
ukur.
Emotions, Social Norms, Cost and benefit, Enjoyment risk reduction , Self
tadi diukur berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2017). Uji
59
bila r alpha<r tabel maka pertanyaan tersebut tidak reliable. Jika skala ini
dikelompokkan ke dalam lima kelas dengan rank yang sama, maka ukuran
Cost and benefit, Enjoyment risk reduction, Self Efficacy, Respons efficacy,
Knowledges of health utility dan taking action telah di uji oleh peneliti
berkumpul LSL yang merupakan bagian dari LSM GAYa Nusantara terletak di
salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat yaitu LSM GAYa Nusantara dan
diberikan kontak salah satu petugas lapangan LSM GAYa Nusantara untuk
terkait data LSL dan kementrian kesehatan tahun 2019 sebagai dasar
penelitian.
mendapatkan data awal dan data tambahan terkait Lelaki Seks dengan
orang.
61
menghubungi responden yang pada saat itu tidak dapat ditemui oleh
peneliti.
Pattaya yaitu tempat LSL berkumpul yang merupakan bagian dari LSM
penelitian.
pertanyaan.
kembali.
63
2. Melakukan pemberian kode (coding) dengan cara memberi tanda atau kode
pada tiap-tiap kuesioner yang masuk dalam kategori yang diteliti dengan
kuesioner yang telah dikoding dan diedit ke dalam perangkat computer dari
data yang di entry untuk melihat kemungkinan kesalahan yang ada, agar dapat
penelitian.
1. Analisis Univariat
table frekuensi.
2. Analisis Bivariat
rho dengan nilai (sig) < 0,05 maka H1 diterima sedangkan (sig) > 0,05
maka H1 ditolak.
65
Menentukan Populasi :
Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL) di hotspot Pattaya yaitu tempat berkumpul LSL yang
merupakan bagian dari komunitas GAYa Nusantara yang aktif dan dapat dijangkau pada
bulan januari-maret 2020
Sampling:
Non Probability sampling
Puposive Sampling
Informed Consent
3. Kerahasiaan (Confidentially)
ganti nama responden yang diteliti. Apabila terdapat data yang tidak
5. Keadilan (Justice)
telah ditetapkan oleh peneliti yang dipilih sesuai dengan kriteria penelitian.
perlakuan sama dan adil dengan memberikan kesempatan yang sama dan
awal penelitian.
68
DAFTAR PUSTAKA
Dengan Hormat,
NIM :131611133037
Informed Consent
Saksi
( )
72
KUESIONER PENELITIAN
No. Responden :
Tanggal pengisian :
Petunjuk pengisian jawaban
1. Pilihlah jawaban yang menurut Anda sesuai dengan memberikan tanda cek atau
centang (V) pada salah satu jawaban yang telah disediakan.
2. Silahkan bertanya pada peneliti apabila ada pertanyaan yang kurang jelas.
A. Data Umum
1. Asal Rumah/daerah : …………………………………………………….
2. Umur :
a) 20 – 30
b) 31 – 40
c) 41 – 50
d) 51 – 60
3. Pendidikan :
a) Tidak Sekolah
b) SD
c) SMP
d) SMA
e) Sarjana
4. Kebiasaan Spiritual
Sering
Jarang
Pernah
Tidak Pernah
73
Petunjuk : Berilah tanda (√) pada salah satu kolom jawaban “Ya” atau “Tidak”
berdasarkan informasi yang sesuai dengan anda
No Pernyataan Ya Tidak
1 HIV/AIDS adalah penyakit yang dapat disembuhkan
2 Kebanyakan orang yang terinfeksi HIV/AIDS segera
menunjukan tanda-tanda menjadi sakit
3 Kondom dapat mengurangi risiko terkena infeksi
HIV/AIDS
4 Seseorang dapat terinfeksi HIV/AIDS walaupun hanya
sekali saja berhubungan seksual tanpa kondom
5 Seseorang dapat terinfeksi HIV/AIDS dengan
menyentuh atau memeluk orang yang terinfeksi
HIV/AIDS
6 Melakukan hubungan seksual lewat anus (anal seks)
tanpa kondom dapat dengan mudah menularkan
HIV/AIDS
7 Anda dapat tertular infeksi HIV/AIDS melalui gigitan
nyamuk yang telah menggigit seseorang dengan
HIV/AIDS
8 Anda bisa tertular HIV/AIDS dengan cara mencium
seseorang yang mengidap HIV/AIDS
9 Anda bisa tertular HIV/AIDS dengan melakukan
hubungan seksual dengan pengguna jarum suntik
narkoba bergantian
10 Berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seks
dapat meningkatkan risiko terjangkit virus HIV
75
Petunjuk : Berilah tanda (√) pada salah satu kolom jawaban berdasarkan informasi
yang sesuai dengan anda
SS :Sangat Setuju TS :Tidak Setuju
S :Setuju STS :Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya merasa rentan/mudah terinfeksi
HIV/AIDS karena perilaku seksual
salah satunya tidak menggunakan
kondom
2 Saya merasa rentan/mudah terinfeksi
HIV/AIDS karena saya sering berganti-
ganti pasangan seksual tanpa
menggunakan kondom
3 Saya tidak rentan terkena HIV/AIDS jika
saya menggunakan kondom secara
konsisten
4 Saya merasa rentan/mudah tertular
HIV/AIDS meskipun hanya sekali saja
berhubungan seks tanpa kondom
5 Saya merasa rentan/mudah terinfeksi
HIV/AIDS jika saya melakukan hubungan
anal seks
76
Petunjuk : Berilah tanda (√) pada salah satu kolom jawaban berdasarkan informasi
yang sesuai dengan anda
SS :Sangat Setuju TS :Tidak Setuju
S :Setuju STS :Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya takut/khawatir terinfeksi HIV/AIDS
jika saya tidak menggunakan kondom
2 Saya takut/khawatir karena jika HIV/AIDS
menjangkit saya, saya tidak dapat bekerja
lagi
3 Saya takut/khawatir terinfeksi HIV/AIDS
jika saya berhubungan seksual berganti-
ganti pasangan tanpa menggunakan
kondom
4 Saya takut/khawatir jika tidak
menggunakan kondom akan terinfeksi
HIV/AIDS dan akan merusak kebahagiaan
saya dan keluarga saya
5 Saya takut/khawatir jika saya tidak
menggunakan kondom saya akan terinfeksi
HIV/AIDS maka saya sudah
dekat dengan kematian
77
Petunjuk : Berilah tanda (√) pada salah satu kolom jawaban “Ya” atau “Tidak”
berdasarkan informasi yang sesuai dengan anda
No Pernyataan Ya Tidak
1 Teman-teman sesama LSL tidak melarang saya untuk
berhubungan seks dengan yang bukan pasangan saya jika
saya menggunakan kondom
2 Memilih berhubungan seks menggunakan kondom
maupun tidak, bukanlah masalah dikalangan sesama LSL
3 Teman LSL sering mengajak saya supaya menjauhi seks
bebas, dan berusaha setia hanya ke satu pasangan serta
komitmen dalam penggunaan kondom
4 Teman-teman sesama LSL akan mengucilkan LSL yang
terkena HIV/AIDS dikarenakan tidak menggunakan
kondom
5 Sesama LSL tidak saling mencampuri masalah seks satu
sama lain, karena masalah pribadi dan rahasia masing –
masing individu
78
Kuesioner Komitmen
Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberikan tanda (√)
pada pilihan yang anda ketahui.
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat setuju
No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya sulit menjangkau harga kondom
2. Saya menggunakan kondom agar
tidak terinfeksi HIV/AIDS
3. Saya merasa saat menggunakan
kondom dapat mengurangi
kenikmatan saat berhubungan seksual
4. Saya yakin dengan menggunakan
kondom dapat mencegah penyakit
menular seksual termasuk HIV/AIDS
5. Saya cemas saat menggunakan
kondom dalam berhubungan seksual
karena takut tidak dapat memuaskan
pasangan seksual
6. Saya mengetahui manfaat kondom
bagi kesehatan
79
Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberikan
tanda (√) pada pilihan yang anda ketahui.
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat setuju
No Pernyataan STS TS S SS
1. Menggunakan kondom saat
berhubungan seksual dengan
pasangan atau bukan pasangan sah
2. Melakukan perilaku seks aman
hanya dengan satu pasangan saja dan
menggunakan kondom
3. Menghindari perilaku seksual
berisiko HIV / AIDS yaitu
berhubungan seksual tanpa
menggunakan kondom
4. Menghindari teman yang
berhubungan seksual tanpa
menggunakan kondom
5. Mencari informasi tentang
pentingnya penggunaan kondom
untuk HIV/AIDS lewat media sosial
(TV,Leaflet, poster dll)
6. Diadakan penyuluhan kesehatan
Tentang pentingnya penggunaan
kondom dalam upaya pencegahan
HIV/AIDS pada LSL
7. Melakukan test HIV/AIDS secara
berkala pada LSL
8. Penyediaan konsultasi kesehatan di
area Hotspot / Komunitas