Dosen pengampuh:
Deasy Arifiani, SIP, M.SI
“Suarakanlah pesan-pesan yang bisa mendorong pesta demokrasi berjalan lancar, aman, dan
damai, terlepas, siapa Capres dan Cawapres yang dipilih. Intinya bagaimana generasi milenial
mendukung pilihan itu dengan cara-cara santun, sopan, dengan menyampaikan kebaikan,”
katanya.
Banyak contoh di dunia ini, kehancuran terjadi karena hoax atau kebohongan yang disebarkan
luaskan. Perang Dunia II terjadi juga karena dipicu oleh kabar bohong yang disebarkan oleh
Hitler. Pada awal September 1939, Adolf Hitler mengabarkan bahwa militer Polandia telah
melakukan penambakan tentara Jerman. Provokasi Hitler itulah yang kemudian memicu
terjadinya PD II. Dan yang terjadi sebenarnya adalah, tentara Jerman sendiri yang membunuh
pasukan Polandia di perbatasan.
Yugoslavia hancur karena konflik SARA di negaranya. Rwanda begitu juga. Suriah nyaris
diambang kehancuran setelah sentimen SARA muncul dan menguatnya kelompok teroris ISIS.
Indonesia, juga bisa menjadi diambang kehancuran, jika terus membiarkan kabar hoax
bermunculan di media sosial. Hoax telah memicu terjadinya pembakaran 9 tempat ibadah di
Tanjungbalai, Sumatera Utara tahun lalu.
Hoax juga telah memprovokasi ratusan bahkan ribuan warga negara Indonesia berbondong-
bondong ke Suriah, untuk bergabung dengan ISIS. Hoax juga telah memunculkan berbagai
aksi persekusi yang akhir-akhir ini terjadi. Lalu, masihkah kita sebagai generasi milenial
mendiamkan semua ini? Terbarkanlah pesan damai. Sebarkanlah nilai-nilai kearifan lokal
negeri ini. Jagalah setiap ucapan dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dengan melakukan
itu semua, maka kita sudah membela negeri ini dan menjaganya agar tetap tenang, damai, dan
toleran.
saat ini tantangan cukup berat dihadapi bangsa Indonesia adalah menyikapi kemajuan teknologi
informasi dengan keberadaan media sosial (medsos). Di satu sisi, medsos banyak membawa
efek positif, namun medsos juga memiliki efek negatif luar biasa.
Hoaks atau berita bohong, hate speech (ujaran kebencian), adu domba menjadi fenomena luar
biasa. Ironisnya dampak negatif ini yang jelas-jelas bisa memecah belah persatuan dan
kesatuan bangsa.
Konsep & Model Bela Negara :
Dengan Cara Penanaman nilai-nilai Pancasila sudah semestinya mengfokuskan dan
mengakomodasi kelompok generasi millenial dengan sebuah formulasi atau metode-metode
pembelajaran yang relevan dengan perkembangan kecanggihan teknologi saat ini. Sehingga,
generasi millenial ini tidak bersifat apatis dengan pembelajaran nilai-nilai pancasila dan
bersikap kritis terhadap pengaruh ideologi-ideologi radikal serta sikap-sikap intoleran.
Pancasila harus bisa dijadikan pegangan dan prinsip hidup generasi millenial Indonesia dalam
menghadapi derasnya kemajuan teknologi modern saat ini. Generasi millenial harus mampu
mengamalkan Pancasila, bhineka tunggal ika dan nilai-nilai toleransi bangsa Indonesia agar
tetap eksis dan berdiri kokoh.
Pancasila harus direfleksikan dan diimplementasikan secara real oleh semua masyarakat
bangsa Indonesia tanpa terkecuali. Pancasila apabila dimaknai secara mendalam tentu bisa
membawa Indonesia menuju cita-cita kemerdekaan yang dahulu telah ditanamkan dalam setiap
benak anak bangsa. Seluruh masyarakat bangsa Indonesia memiliki tanggung jawab penuh
dalam menjaga dan melestarikan Pancasila serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya dari
pengaruh-pengaruh radikalisme dan sikap intoleran yang memecah belakan persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia. Semua elemen bangsa apapun itu suku, agama, etnis wajib
mendukung dan berani bersuara menegakan Pancasila
Dan Cinta Perdamaian & Membuat Aksi Damai :
Sebagai generasi penerus bangsa generasi milenial di Indonesia tidak boleh kalah dalam
persaingan dengan anak-anak muda dari negara lain. Karena Pendidikan yang tinggi saja
tidaklah cukup,anak muda Indoneia Zaman Now harus dibekali dengan berbagai pengalaman
dan soft skills yang baik. Menjadi pribadi yang kreatif aktif dan inovatif harus dimiliki dalam
jiwa anak muda. Itu adalah syarat utama bagi generasi milenial untuk dapat bersaing dan
menghadapi berbagai tantangan di dunia yang semakin dinamis.
“Paling penting sekarang generasi milenial dalam semangat bela negara bisa melakukan
kegiatan sesuai posisi dan keahliannya. Tidak hanya untuk memajukan diri sendiri, keluarga,
atau golongan, tapi bisa membawa nama harum bangsa,” tutur Yunanto.
Artinya, lanjut dia, generasi milenial tidak hanya melakukan bela negara dengan memerangi
berbagai upaya yang ingin menggangu keutuhan NKRI, tetapi bisa berprestasi di segala bidang,
baik itu akademik, profesi, dan olahraga.
"Kalau pelajar, bisa meraih prestasi di olimpiade keilmuan seperti matematika, fisika, dan lain-
lain. Profesional bisa sukses di bidangnya," saat ini banyak anak muda yang berhasil
membangun bisnis berbasis IT dan start up. Pun bisa mengharumkan negara dengan meraih
medali di event olahraga internasional seperti SEA Games, Asian Games, maupun Olimpiade.