Anda di halaman 1dari 2

Nama : Fadia Salwa Aisyakinah

Kelas : MD21B
NIM : 0802521055

Media dan Isu Digital

News Find Me Perceptions

Penelitian tentang media sosial dan demokrasi meledak. Selama hampir dua dekade, sains
telah memberikan teori baru, merevisi beberapa teori lama, dan memberikan bukti empiris yang
membantu menyoroti dampak media sosial pada kehidupan sosial masyarakat dan demokrasi
secara umum. Berkat media sosial, warga dapat membaca berita, mengungkapkan pandangan
politiknya, mendiskusikan masalah politik, dan berpartisipasi dalam kegiatan politik. Namun
media sosial juga memfasilitasi penyebaran berita palsu dan misinformasi, kerentanan terhadap
ujaran kebencian, fragmentasi media, dan polarisasi politik. Singkatnya, media sosial tampaknya
menjadi batu loncatan untuk mempromosikan demokrasi dan menghasilkan konsekuensi yang
tidak diinginkan yang menantang demokrasi.

Fenomena yang dihasilkan dari penggunaan berita media sosial adalah persepsi News
Finds Me (NFM). Ini terjadi ketika individu tidak lagi merasa perlu untuk secara aktif mencari
berita agar tetap mendapat informasi tentang urusan publik. Dapatkan berita dan informasi yang
relevan dengan mengandalkan rekan Anda di media sosial. Artikel ini menelusuri asal-usul teori,
perkembangannya, dan berbagai efek yang ditemukan dalam literatur. Kami juga memberikan
pedoman untuk penelitian di masa depan dan potensi tantangan seiring perkembangan sains yang
berpusat pada NFM.

Kondisi Media Social yang Terdapat pada Indonesia

Di era digital ketika hampir setiap orang memiliki media sosial, kini setiap orang bisa
menjadi sumber berita. Dulu, masyarakat mengkritik media seperti koran, tv, radio jika
menyajikan konten yang tidak mendidik. Di era digital, masyarakat dituntut menjalankan
kritiknya pada media tersebut. Di Indonesia sendiri saat ini, setidaknya terdapat tiga isu utama
terkait penggunaan media sosial yakni keamanan, kreatifitas, dan kolaborasi. Isu keamanan yang
paling disorot adalah, keamanan pengguna media sosial itu sendiri, utamanya anak-anak dan
remaja. Kasus pemerkosaan, penipuan, pembajakan banyak sekali dialami pengguna media
sosial. Isu keamanan lainnya adalah minimnya pengetahuan pengguna media sosial tentang apa
yang boleh dan tidak boleh dilakukan di media sosial. Hanya butuh 30 menit membuat akun
medsos, tetapi dibutuhkan tahapan yang tidak sebentar, untuk mendidik penggunanya dapat
menggunakannya dengan benar dan bijaksana serta bermanfaat.
Terkait dengan terbitnya Surat Edaran Kapolri mengenai ujaran kebencian atau hate
speech, ini merupakan isu keamanan di media sosial. Jangan sampai ini hanya untuk
membungkam atau menakut-nakuti orang-orang yang mengkritik pemerintah, tetapi harus
memberikan rasa aman bagi siapapun. Intinya apa yang tidak boleh dilakukan di dunia nyata,
jangan lakukan di dunia maya. Satu postingan bohong bisa bikin kerusuhan di darat, satu poster
fitnah bisa meruntuhkan bangunan NKRI. Hati-hati juga adu domba antar golongan di media
sosial. Soal bahayanya ujaran kebencian di media sosial bukanlah hal baru, karena kalau kita
baca aturan di twitter, lebih kurang juga sama. Twitter juga melarang promosi konten kebencian,
topik sensitif, dan kekerasan secara global. Konten kebencian, yang dimaksud dalam kebijakan
ini adalah konten yang menghasut individu, organisasi, atau grup berdasarkan: ras, suku bangsa,
asal negara, warna kulit, agama, ketidakmampuan fisik atau mental, usia, jenis kelamin.

Contoh Isu Media Sosial atau Digital Media di Indonesia

Media sosial masih menjadi sarana mudah penyebaran informasi palsu atau hoax dan isu
Suku Agama Ras dan Antar Golongan atau SARA. Pemerintah mengkhawatirkan penyebaran
melalui media sosial akan berdampak pada Pemilu dan Pilkada mendatang. Seorang warga di
Solo, Ariawan mengungkapkan memiliki sejumlah pos-el (e-mail) dan berbagai akun media
sosial yang setiap hari di-update atau diperbarui. Menurut Ariawan, pos-el dan media sosial
menjadi kebutuhan setiap hari. Ariawan menjadi bukti kecil media sosial masih menjadi favorit
masyarakat di Indonesia. Data Facebook Indonesia menunjukkan kuartal II tahun 2017 ini
pengguna Facebook di Indonesia mencapai 115 juta atau 44 persen total penduduk Indonesia. 97
persen pengguna Facebook tersebut mengakses media sosial ini melalui telepon seluler. Jumlah
pengguna media sosial lainnya yaitu Instagram di Indonesia mencapai 45 juta orang. Masyarakat
Indonesia dikenal aktif di media sosial karena mereka tiga kali lebih banyak dibanding rata-rata
global.
Sementara itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika mengklaim internet di
Indonesia sudah menjangkau 51 persen atau sekitar 132,7 juta jiwa penduduk Indonesia dan
berada di urutan ke-4 di dunia. Pemerintah mengapresiasi polisi membongkar pelaku yang
menyebarkan hoax, kebencian, maupun tulisan provokatif bernuansa SARA di media sosial.

Referensi :
Gil de Zúñiga, Homero; Cheng, Zicheng (2021). “Origin and evolution of the News Finds Me
perception: Review of theory and effects”. Profesional de la información, v. 30, n. 3, e300321.

Anda mungkin juga menyukai