Boomer
Aurelia Minar Fedora P, Nauval Syahriza Faqih, Regita Wyartiningtyaz, Novalia Agung W.
Ardhoyo
ABSTRAK
Manusia adalah mahluk hidup yang tidak bisa lepas dari pengaruh mahluk hidup lain
(manusia lain). Internet adalah salah satu contoh bahwa kemajuan zaman telah terjadi.
Internet membuat segala sesuatu menjadi lebih cepat, namun tidak semua orang dapat
menggunakan kemajuan tersebut dengan baik. Perbedaan generasi menjadi salah satu faktor
utama perbedaan literasi digital. Begitu banyak informasi dapat kita peroleh melalu berbagai
sosial media, hoaks adalah hal yang tidak dapat kita hindari. Perbedaan usia mempengaruhi
daya literasi serta daya serap untuk mengolah informasi baru. Rata-rata orang yang sudah
memasuki usia tua dan masuk ke dalam generasi tua terbilang sulit untuk menyerap informasi
baru. Tidak heran bila mereka mudah mempercayai sesuatu atau mempercayai berita hoaks.
Karena itu penelitian ini kami lakukan untuk mendeskripsikan dampak rendahnya literasi
penggunaan sosial media pada generasi baby boomer. Peneliti menggunakan model teori
Lasswell sebagai metode penelitian. Peneliti juga menggunakan metode yang memfokuskan
pengamatan yang dalam, yaitu pendekatan kualitatif. Peneliti atau penulis menggunakan jenis
penelitian deskriptif guna mendeskripsikan kejadian yang terjadi dan digambarkan sesuai
dengan kejadian yang sebenarnya. Hasil penelitian menyebutkan perbedaan usia
membedakan reaksi manusia tehadap perubahan. Generasi baby boomer memiliki literasi
penggunaan sosial media yang cukup rendah.
PENDAHULUAN
Manusia adalah mahluk hidup. Mahluk hidup yang tidak bisa lepas dari pengaruh
mahluk hidup lain (manusia lain). Karena itu manusia dikatakan sebagai mahluk sosial, yaitu
mahluk yang hidupnya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Begini
beberapa ahli menyebutkan pengertian bahwa manusia adalah mahluk sosial. Menurut
Aristoteles (384-322 SM) yang merupakan ahli filsafat Yunani kuno menyatakan, manusia
itu zoon politicon artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk pada dasarnya selalu ingin
bergaul dalam masyarakat. Karena sifatnya yang ingin bergaul satu sama lain, maka manusia
disebut sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosi al adalah manusia yang
antiasa hidup dengan manusia lain (masyarakatnya). Manusia tidak dapat merealisasikan
potensi hanya dengan dirinya sendiri (Hernanto, 2012). Manusia pasti akan membutuhkan
manusia lain untuk merealisasikan potensi dirinya. Sebab manusia harus memenuhi
kebutuhan hidup untuk bertahan hidup.
Adam Smith menyebut istilah makhluk sosial dengan Homo Homini Socius, yang
berarti manusia menjadi sahabat bagi manusia lainnya. Bahkan Adam Smith menyebut
manusia sebagai makhluk ekonomi “homo economicus” makhluk yang cenderung tidak
pernah merasa puas dengan apa yang diperolehnya dan selalu berusaha secara terus menerus
dalam memenuhi kebutuhannya (https://id.wikipedia.org/wiki/Zoon_Politikon, 2022). Paul
Ernes dan Enda M.C menyebut mahluk sosial merupakan Hubungan individu dalam sebuah
kelompok atau komunitas dan bagaimana cara mereka menjalin hubungan antar sesama
manusia dalam berbagai kegiatan bersama dan hubungan ini adalah inti dari interaksi di
antara mereka di lingkungan masing-masing dan tidak terikat oleh sebuah pola-pola tertentu.
Karena sosial merupakan cara manusia berhubungan dengan sesama dalam berbagai
kegiatan, maka seiring dengan perkembangan budaya, sifat sosial juga mengalami
perkembangan seiring dengan perkembangan pranata yang timbul berdasarkan tujuan atau
kegiatan yang disepakati bersama oleh suatu kumpulan manusia (Santoso, 2018).
Dalam penyerapan informasi melalui berbagai sosial media, yang tidak dapat kita
hindari adalah hoaks. Hoaks adalah sebuah informasi yang tidak memiliki kebenaran. Hoaks
tersebar diseluruh dunia maya. Media sosial sebagai sumber nomor satu pemberitaan tidak
tervalidasi atau hoaks.
Orang-orang tidak bertanggung jawab atas apa yang diunggahnya di dunia maya
menggunakan semua sosial media yang ada di internet. Membuat orang-orang tidak bersalah
mempercayai hal tidak benar tersebut. Menurut Survey yang diadakan oleh Mastel pada
tahun 2019, sosial media yang paling sering digunakan untuk menyebarkan hoaks,
diantaranya, Facebook, Twitter, dan Instagram meraih posisi pertama sebagai media sosial
yang paling sering dipakai atau paling sukar untuk menyebar hoaks. Di posisi kedua ada
Whatsapp, Line, dan Telegram. Dan diposisi ketiga ada website sebagai penyebar berita tidak
bervalidasi atau hoax (MASTEL.ID, 2019).
Manusia adalah mahluk sosial. Manusia selalu membutuhkan manusia lain untuk
bertahan hidup. Kekurangan literasi serta penyerapan informasi dapat membuat manusia buta
arah dan mudah ditipu. Seiring perkembangannya teknologi, tentu saja banyak hal yang harus
diperhatikan. Salah satunya bagaimana pengguna menyerap informasi tersebut. Perbedaan
usia mempengaruhi daya literasi serta daya serap untuk mengolah informasi baru. Generasi
muda menganggap, generasi tua sebagai mahluk konservatif. Rata-rata orang yang sudah
memasuki usia tua dan masuk ke dalam generasi tua terbilang sulit untuk menyerap informasi
baru. Tidak heran bila mereka mudah mempercayai sesuatu atau mempercayai berita hoaks.
Pemberitaan hoaks ini dapat menimbulkan konflik antar generasi.
Salah satu contoh konflik dapat kita lihat pada sebuah keluarga yang telah kami
observasi, kejadian ini terjadi disaat pandemic virus Covid-19. Kejadian ini terjadi dirumah
keluarga tersebut, karena itu setiap hari mereka harus bertemu karena adanya Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat yang diberlakukan oleh pemerintah. Berada di dalam
rumah yang sama dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan rasa stress bagi semua
orang. Ditambah lagi dengan beredarnya virus yang menakutkan, dapat membuat orang
cemas. Hal ini dirasakan bagi semua orang namun telebih lagi para lansia. Generasi kakek
nenek kita yang sangat rentan akan virus tersebut, membuat mereka ingin tahu lebih banyak
tentang virus dan cara mencegah atau menyembuhkannya. Karena minimnya pengetahuan
soal sosial media, seorang kakek A menjadi korban hoaks yang beredar. Hoaks tersebut
beredar pada group whatsapp yang isinya penuh dengan lansia. Artikel yang dikirimkan
mengatakan bahwa minyak kayu putih jika diminum dapat menyembuhkan batuk akibat
terpapar virus Covid-19, dengan mencantumkan nama seorang dokter sebagai penjamin
informasi tersebut. Kakek tersebut yang menderita batuk akibat terpapar virus Covid-19
langsung mencobanya. Pertama kali ia meminum minyak kayu putih, sang anak dari kakek
melihat aksi tersebut. Disaat sang anak melarang kakek untuk meminum minyak kayu putih,
kakek membantahnya. Kakek yang sudah dilarang meminum minyak kayu putih
sembarangan, tidak berhenti meminumnya, melainkan meminum minyak kayu putih secara
diam diam. Disitulah konflik terjadi antara kakek dan anaknya. Karena adanya orang orang
yang tidak bertanggung jawab menyebarkan informasi yang tidak benar, dapat menyebabkan
perseteruan antara manusia.
Atas dasar uraian permasalahan diatas tujuan dari penelitian ini untuk memaparkan
unsur-unsur perbedaan antar generasi. Mendeskripsikan pengaruh perbedaan usia terhadap
penyerapan informasi dari sosial media. Dan menjabarkan hambatan yang dialami antar
individu yang berinteraksi.
METODOLOGI PENELITIAN
ANALISIS PEMBAHASAN
Dalam penelitian kali ini, peneliti melakukakan penelitian pada sebuah keluarga.
Yang dimana terjadi konflik sosial yang disebabkan oleh berita miring atau hoaks. Peneliti
melakukan wawancara dan observasi kepada kakek dan anak sebagai objek penelitian.
Peneliti menggunakan model Lasswell sebagai penunjuk proses komunikasi yang terjadi
antara komunikan dan komunikator.
Dalam konflik ini terdapat model lasswell yang mempunyai unsur Who, merujuk pada
komunikator atau sumber yang mengirimkan pesan. (Says) What, merujuk pada isi pesan. (In
Which) Channel, merujuk pada media atau saluran yang digunakan untuk mengirimkan
pesan. (To) Whom, merujuk pada penerima pesan. (With What) Effects, merujuk pada efek
media yang ditimbulkan (Ambar, 2017). Berikut Penerapan model lasswel pada konflik yang
diangkat oleh peneliti.
Dalam wawancara tersebut terjadi pesan verbal, yaitu yang berupa pesan yang ditulis
pada aplikasi sosial media whatsapp. Pesan tidak diterima secara langsung melainkan melalui
forward message, yaitu pesan yang dibagikan. Pesan tersebut sudah dibagikan kebanyak
orang, termasuk Kakek. Dibagikan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Lalu
percakapan antara anak dan kakek, anak yang mencegah kakek untuk meminum minyak kayu
putih karena itu belum diakui kesahannya oleh dokter sebenarnya. Sang anak meyakinkan
Kakek bahwa itu hoaks. Namun Kakek membantah marah dan tetap meminumnya secara
diam-diam. Yang kakek lihat pada artikel tersebut merupakan berita hoaks. Dalam maksud
pesan non verbal yang mengartikan pesan dapat tersampaikan pada mimik, ekspresi tanpa
adanya kata-kata yang terlibat. Ekspresi yang didapati oleh komunikator, yaitu ekspresi
bingung dan marah. Pada komunikan, sang anak juga marah pada saat itu mendengar atau
melihat kakek. Maka komunikan (anak) bertindak untuk mencegah kakek dengan melarang
untuk meminum minyak kayu putih.
Dalam elemen yang dikemukakan Laswell, terdapat elemen channel. Elemen channel
disini menjelaskan melalui media apa informasi tersebut didapat atau diberikan. Kasus yang
digarap oleh peneliti pesan yang disampaikan melalui aplikasi media sosial whatsapp, lalu
diteruskan kepada komunikan, yaitu sang anak sebab sudah ketahuan dalam meminum
minyak kayu putih yang kala itu marak pemberitaan cara kesembuhan covid-19 padahal hal
itu pemberitaan hoaks. Kakek yang kala itu terpapar covid-19 tidak menelaah informasi yang
didapat dengan sebenar-benarnya. Kakek percaya akan informasi yang didapatinya di aplikasi
media sosial whatsapp.
Kakek sudah diberitahu anaknya bahwa itu pemberitaan hoaks, tetapi kakek tetap
teguh pada pendiriannya untuk meminum minyak kayu putih yang dipercaya dapat
menyembuhkan gejala batuk covid-19. Sang anak tahu bahwa itu adalah pemberitaan
kebohongan atau koaks. Ia berpikir setelah dirinya melarang kakek untuk meminum minyak
kayu putih, kakek tidak akan meminumnya. Dalam hal ini, dapat kita lihat nilai yang dilihat
oleh pelaku komunikasi. Dikutip dari pinhome.id nilai menurut Simanjuntak merupakan ide-
ide masyarakat tentang sesuatu yang baik dan sesuatu yang dianggap buruk. Keadaan ini bisa
disebabkan dari adanya faktor kebiasaan dalam masyarakat yang mana selalu dijalankan
setiap harinya. (Fahmy, 2022). Dalam kasus ini, kakek menilai apa yang baik bagi dirinya
tanpa menelaah dengan benar informasi tersebut. Lalu sang anak melarang kakek, karena
sang anak menilai infromasi itu, informasi yang buruk atau informasi hoaks. Temtu sebagai
mahluk sosial, bisa menentukan baik atau buruknya informasi. Dalam hal ini terdapat norma
yang harus dipahami dan diikuti. Menurut Utrecht norma adalah kumpulan petunjuk hidup
yang mengatur tata tertib pada masyakat. Aturan tersebut harus diaati, jika melanggar maka
akan mendapat sanksi. Pemberitaan yang didapat kakek, dapat terkena pasal Pada pasal 45A
ayat (1) UU ITE disebutkan, setiap orang yang sengaja menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik bisa
dikenakan pidana penjara paling lama enam tahun dan/atau denda maksimal Rp 1 miliar.
(Adam005, 2020). Akan hal itu, sebagai manusia yang berakal perlu literasi yang mendalam
dalam menerima informasi. Manusia harus memahami value atau nilai baik buruknya suatu
informasi. Penyebaran berita bohong tersebut dapat melanggar norma yang berdampak sanksi
hukum. Maka pengertian etika menurut Sr. James. J adalah suatu prilaku atau tingkah laku
dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan moralitas. Didefinisikan W.
Poespoprodjo, moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukan bahwa
perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. (Lararenjana, 2022). Sebagai manusia, tiap
individu mempunyai atau mampu mengambil keputusan. Kakek mengambil keputusan bahwa
dirinya menyerap infromasi dengan mentah tanpa ditelaah lebih dalam. Literasi yang
dilakukan kakek pun kurang. Jadi kakek tidak dapat benar-benar memahami yang seharusnya
baik atau benar dari informasi tersebut.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa usia menjadi faktor utama
perbedaan antar generasi. Perbedaan usia membedakan reaksi manusia tehadap perubahan.
Dapat kita lihat dari konflik diatas generasi baby boomer memiliki literasi penggunaan sosial
media yang cukup rendah. Berbeda dengan generasi sang anak yang tumbuh di era kemajuan
teknologi, memiliki literasi penggunaan sosial media yang lebih baik. Perbedaan usia
berpengaruh dalam penyerapan informasi dari sosial media. Seorang kakek dapat
mempercayai berita hoaks lebih mudah daripada anaknya. Kurangnya pengetahuan kakek
terhadap sosial media dapat menimbukan konflik serta membahayakan dirinya. Dalam hal ini
kita sebagai generasi yang lebih muda dan melek terhadap teknologi, harus lebih
memperhatikan orang tua disekitar kita. Agar kita dapat menghindari konflik dan juga
menjaga orang disekitar kita.
Daftar Pustaka
18 Pengertian Etika Menurut Para Ahli. (2022, March 10). Retrieved November 10, 2022,
from Sastrawacana.id: https://www.sastrawacana.id/2022/03/pengertian-etika-
menurut-para-ahli.html
18 Pengertian Menurut Para Ahli. (2022, March 10). Retrieved November 22, 2022, from
Sastrawacana.id: https://www.sastrawacana.id/2022/03/pengertian-etika-menurut-
para-ahli.html
Adam005. (2020, April 4). Kominfo: Penyebar Hoaks COVID-19 Diancam Sanksi
Kurungan dan Denda 1 Miliar. Retrieved November 21,
2022, from Kominfo:
https://www.kominfo.go.id/content/detail/25923/kominfo-penyebar-hoaks-covid-19-
diancam-sanksi-kurungan-dan-denda-1-miliar/0/virus_corona
BRS. (2014, Mei 08). Pengguna Internet di Indonesia Capai 82 Juta. Retrieved from
https://www.kominfo.go.id/:
https://www.kominfo.go.id/index.php/content/detail/3980/Kemkominfo%3A+Penggu
na+Internet+di+Indonesia+Capai+82+Juta/0/berita_satker
Fahmy, I. A. (2022, September 29). 11 Pengertian Nilai menurut Para Ahli dan Contohnya.
Retrieved November 21, 2022, from pinhome.id:
https://www.pinhome.id/blog/pengertian-nilai-menurut-para-ahli/
Hernanto, W. (2012). Ilmu Sosial Budaya Dasar. Ilmu Sosial Budaya Dasar, 44.
Lararenjana, E. (2022, Juli 23). Moralitas Adalah Nilai yang Berhubungan dengan Baik
dan Buruk, Ini Penjelasannya. Retrieved November 22, 2022, from merdeka.com:
https://www.merdeka.com/jatim/moralitas-adalah-nilai-yang-berhubungan-dengan-
baik-dan-buruk-ini-penjelasannya-kln.html