Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ageung kersana

Kelas: IK3A
NPM:

KETERGANTUNGAN MEDIA PADA MASYARAKAT INDONESIA


KHUSUSNYA PADA USIA REMAJA
Oleh : Ageung Kersana

Abstract
Perkembang Media di masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun sangatlah berkembang
pesat, hingga mengakibatkan ketergantungan media yang berdampak pada masyarakat. Hidup
menjadi sangatlat mudah dengan media untuk mendapatkan informasi, membeli barang
kebutuhan dan bisa menjadi lahan untuk mencari uang namun karena perkembangan media
sangatlah cepat kita sering kali abai dalam menggunakan media sehingga masyarakat
khususnya pada remaja Media sosial yang berkembang pesat disertai dengan perangkat
smartphone yang serta akses internet yang mudah dan cepat memungkinkan adanya bullying
yang dilakukan di dunia maya.
Perkembangan internet dan smartphone yang cukup pesat dengan minat yang besar
dari remaja dapat memberikan dampak baik maupun buruk, tergantung dari aktivitas online
mereka. Cyberbullying sangatlah marak terjadi di Masyarakat Indonesia karena bebasnya
bermedia memberi cuitan-cuitan negative sehingga menimbulkan efek ketergantungan media.
Korban dan pelaku pun kebanyakan masih dibawah umur sehingga dampak psikologis yang
sangat berpengaruh pada remaja.
Kata kunci: Ketergantungan Media, Remaja, Social Media, Bullying

1.1Latar belakang
Pada tanggal 15 Jan 2020 terdapat berita Artis muda yaitu Bentrand Peto mengalami
cyberbullying yang amat parah dilansir berita oleh Kompas.com Kasus cyber bullying
menimpa anak dari presenter Ruben Onsu, Betrand Peto. Pelaku merundung dan menghina
putranya lewat media sosial. Pelaku yang masih berumur 11 tahun itu membuat akun
Instagram yang mengatas namakan dan mengubah foto Betrand Peto mirip hewan. Sebagai
orangtua, Ruben Onsu tak tinggal diam melihat anaknya jadi korban perundungan. Akhirnya,
ia bertindak melaporkan kasus yang menimpa anaknya itu ke kepolisian. Ada beberapa fakta
yang sangat mengejutkan dibalik kasus ini seperti
 Berawal dari saling ejek Ruben menyampaikan, pelaku mem-bully Betrand dipicu
karena saling ejek dengan temannya di media sosial. Karena kesal dengan temannya
yang mengidolakan Betrand, akhirnya pelaku mem-bully Betrand di media sosial. (
 Permintaan maaf diapresiasi Ruben Presenter acara "Brownies" juga mengapresiasi
orangtua pelaku pem-bully anaknya, Betrand Peto yang minta maaf secara langsung
dari
 Terima permintaan maaf dan tetap proses hukum Permintaan maaf dari pelaku bully
Betrand Peto sudah diterima Ruben. Presenter acara "Brownies" ini pun telah
memaafkan perbuatan pelaku. Namun, dia akan tetap membawa kasus itu ke jalur
hukum.
(https://www.kompas.com/hype/read/2020/11/11/101047966/fakta-fakta-di-balik-
pengungkapan-kasus-bullying-betrand-peto?page=all.)
Umur 11 tahun adalah masa-masa remaja yang cenderung memiliki rasa penasaran dan
masa peralihan usia anak-anak ke remaja banyak psikologis remaja kerap kali membuat
kesalahan dan suatu masalah sehingga menjerumuskan pada kenakalan remaja. Ada beberapa
ahli mengatakan bahwa Remaja ialah:
Menurut Santrock ( 2006 ) istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin
adolescence yang berarti “tumbuh” menjadi dewasa. Istilah Adolescence seperti yang
dipergunakan saat ini, mempunyai arti lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional,
sosial dan fisik.
Pada tahun 1974, WHO memberilkan definisi tentang remaja, dalam definisi tersebut
dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi.Menurut WHO
remaja adalah suatu masa ketika :
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandatanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematanganseksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-
kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan
yang relatif lebih mandiri (Muangman, 1980:9 dalam Sarwono, 2005).
Menurut Ericson masa remaja adalah masa masa terjadinya krisis identitas atau
pencarian identitas diri, gagasan Ericson ini diperkuat oleh James Marcia bahwa karakteristik
remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri sering menimbulkan masalah pada
diri remaja
Jadi bisa kita simpulkan bahwa remaja adalah masa-masa peralihan atau masa transisi
dari anak-anak menuju masanya dewasa yang ditandai beberapa perubahan psikologis, fisik
dan psikis karena semakin bertambahnya usia banyaknya remaja yang penasaran dan ia
difasilitasi oleh internet. Ian akan meng eksplore internet banyaknya informasi yang ia dapat
tapi tanpa filter bisa berdampak buruk pada psikologis anak seperti kasus diatas pelaku usia
11 tahun ia mungkin tidak begitu paham akan adanya UU ITE jadi dalam penggunan media
internet semaunya saja tanpa berfikir panjang dan tanpa didampingi orangtua akan
berakibatkan merusak psikologis seseorang yang juga adalah remaja.
Era globalisasi teknologi bertambahnya tahun makin berkembang pesat. Tidak bisa
kita pungkiri adanya internet membuat hidup kita serba mudah karena kehidupan sehari-hari
baik dalam bersosialisasi, bisnis, politik , bahkan Pendidikan ditambah dengan adanya
pandemic semua yang kita lakukan pasti selalu berkaitan dengan internet. Bagi remaja media
sosial sudah menjadi candu atau ketergantungan media dalam (Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia, 2017). Media sosial dapat diakses oleh berbagai kalangan masyarakat,
salah satunya adalah remaja yang merupakan penggunaan tertinggi media sosial yaitu dengan
persentase 75,50%. Harusnya para remaja dalam masa perkembangan ini alangkah baiknya
keluar bersosialisasi, bermain dan belajar pada saat yang bersamaan karena beberapa motoric
seperti pertumbuhan dan perkembangan nilai moral dan agama (spiritual),fisik (koordinasi
motorik halus dan kasar),kognitif (daya fikir dan daya cipta), sosialemosional (sikap dan
perilaku serta beragama) akan menjadi remaja yang bisa mawas diri pada pergaulan dimana
ia berada terlebih lagi bila orang tua selalu mengawasi anak sehingga memiliki moral yang
baik pada masyarakat.
Namun karena pandemic para remaja kerap menghabisi hari nya hanya dengan gawai
kesayangannya secara tidak sadar bisa merubah pola perilakunya yang berdampak pada
lingkungan nya yang bisa berdampak baik maupun buruk. Sebagian besar remaja menyukai
sosial media seperti Instagram,tiktok,twitter, snapchat dan facebook mereka senang bisa
membagikan keseharian nya, berbagi cerita , mengobrol bersama teman baru, hingga
membuat konten agar mereka dikenal oleh public.
Studi yang di lakukan oleh UNICEF dengan Kominfo, The Berkman Center for
Internet and Society, dari Harvard University yang melakukan survei nasional mengenai
penggunaan dan tingkah laku internet para remaja, menunjukan bahwa setidaknya 30 juta
remaja di Indonesia yang mengakses internet secara regular (Lukman, 2014). Para remaja pun
kini telah bergantung pada media karena dengan media semua bisa kita dapat dan akses
sehingga media dianggap penting bagi mereka. Beberapa pengertian mengenai media social
yaitu
McGraw Hill Dictionary – Media sosial adalah sarana yang digunakan oleh orang-
orang untuk berinteraksi satu sama lain dengan cara menciptakan, berbagi, serta bertukar
informasi dan gagasan dalam sebuah jaringan dan komunitas virtual. (Baca : Model
Komunikasi).
Mark Hopkins (2008) – Sosial media adalah istilah yang tidak hanya mencakup
berbagai platform Media Baru tetapi juga menyiratkan dimasukkannya sistem seperti
FriendFeed, Facebook, dan lain-lain yang pada umumnya dianggap sebagai jejaring sosial.
Idenya adalah bahwa berbagai platform media yang memiliki komponen sosial dan sebagai
media komunikasi publik.
P.N. Howard dan M.R Parks (2012) – Media sosial adalah media yang terdiri atas tiga
bagian, yaitu : Insfrastruktur informasi dan alat yang digunakan untuk memproduksi dan
mendistribusikan isi media, Isi media dapat berupa pesan-pesan pribadi, berita, gagasan, dan
produk-produk budaya yang berbentuk digital, Kemudian yang memproduksi dan
mengkonsumsi isi media dalam bentuk digital adalah individu, organisasi, dan industri.
Michael Cross (2013) – Media sosial adalah sebuah istilah yang menggambarkan
bermacam-macam teknologi yang digunakan untuk mengikat orang-orang ke dalam suatu
kolaborasi, saling bertukar informasi, dan berinteraksi melalui isi pesan yang berbasis web.
Dikarenakan internet selalu mengalami perkembangan, maka berbagai macam teknologi dan
fitur yang tersedia bagi pengguna pun selalu mengalami perubahan. Hal ini menjadikan
media sosial lebih hypernym dibandingkan sebuah referensi khusus terhadap berbagai
penggunaan atau rancangan. [AdSense-A]
Jadi bisa kita simpulkan bahwa media daring atau bisa kita sebut juga dunia virtual
dan pengguna nya pun banyak dan dari berbagai negara,kota bahkan daerah. Disana kita bisa
bertemu dengan orang baru berkomunikasi,berbagi informasi dengan cepat dan kita juga bisa
bisa membuat konten dengan bebas tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Kecanduan Media Sosial Cooper (2000), menjelaskan bahwa kecanduan merupakan
perilaku ketergantungan pada suatu hal yang disenangi. Seseorang biasanya secara otomatis
akan melakukan apa yang disukai pada kesempatan yang ada. Kecanduan merupakan kondisi
terikat pada kebiasaan yang sangat kuat. Orang yang mengalami kecanduan tidak mampu
terlepas dari keadaan tersebut, orang itu kurang mampu mengontrol dirinya sendiri untuk
melakukan kegiatan tertentu yang disukai. Seseorang yang sudah kecanduan akan merasa
terhukum apabila tidak memenuhi hasrat kebiasaannya. Menurut Hovart (1989), kecanduan
tidak hanya terhadap zat saja tapi juga aktivitas tertentu yang dilakukan berulang-ulang dan
menimbulkan dampak negatif.
Kondisi Psikologis Kecanduan internet juga timbul akibat masalah-masalah
emosional seperti depresi dan gangguan kecemasan dan sering menggunakan dunia fantasi di
internet sebagai pengalihan secara psikologis terhadap perasaanperasaan yang tidak
menyenangkan atau situasi yang menimbulkan stress
Psikologis remaja ialah sedang mencari jati diri dimana sedang aktif aktifnya untuk
mencari tahu ia pun berselancar di media sosial untuk mencari siapa dirinya dan akhirnya
menemukan hal yang ia senangi dimedia sosial seperti menemukan teman baru atau
mengomentari postingan seseorang namun Ketika ia kecanduan pada media sosial ada satu
hal yang menurut dia tidak sejalan ia akan menjudge dan tak bisa mengontrol dirinya sendiri
sehingga terjadilah pembullyan di media sosial seperti kasus yang diatas.

1.2 Landasan Teori


a) Teori Ketergantungan Media
Sifat dan tujuan teori bukan semata-mata untuk menemukan fakta yang tersembunyi,
tetapi juga suatu cara untuk melihat fakta, mengorganisasikan serta mempresentasikan fakta
tersebut. Karenanya teori yang baik adalah teori yang konseptualisasi dan penjelasannya
didukung oleh fakta serta dapat diterapkandalam kehidupan nyata. (Abraham Kaplan (1964))
Teori Ketergantungan (Dependency Theory) menurut Melvin Defluer dan Sandra Ball
Roceach , adalah teori tentang komunikasi massa yang menyatakan bahwa semakin seseorang
tergantung pada suatu media untuk memenuhi kebutuhannya, maka media tersebut menjadi
semakin penting untuk orang itu. Ketergantungan itu sangat esensial dalam naluri Freud.
Karena merupakan fitur yang sangat mencolok pada prosa pembangunan budaya itu, apa
yang memungkinkan untuk kegiatan psikis yang lebih tinggi, ilmiah, artistik maupun
ideologis, untuk memainkan peran penting dalam kehidupan beradab.

1.3 ESENSI & ASUMSI TEORI


Melihat Remaja masa kini atau bisa kita sebut dengan milenial jika dikaitkan dengan
ketergantungan media karena keseharian pembelajaran pun harus dilakukan dengan media
digital sehingga mereka semakin bergantung pada media tapi tak hanya pembelajaran yang
bisa mereka dapatkan di media sosial banyak hal yang ia bisa lakukan dimedia sosial. 12 jam
mereka bisa melakukan aktifitas berselancar di dunia maya.
Asumsi dasar tentang media,masyarakat
1. Jika media mempengaruhi masyarakat khususnya remaja, hal itu karena media
memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat, bukan dikarenakan media menggunakan
beberapa pengawasan pada setiap individu masyarakat;
2. Remaja menggunakan media dalam bagian yang besar menentukan berapa banyak
media akan mempengaruhi mereka, misalnya semakin individu tergantung pada informasi
dari media semakin besar kemungkinan media akan mempengaruhi sikap, psikologis dan
bahkan tingkah laku remaja itu sendiri
3. Karena peningkatan kompleksitas masyarakat khususnya remaja modern kita sangat
tergantung banyak pada media untuk membantu memahami dunia kita ditambah masa
pandemic membuat kita terbatas untuk mengenal dunia namun dengan media kita semakin
mudah,

1.4 Kesimpulan
Media Social adalah media yang bisa diakses siapapun dan kapan pun bahkan remaja
sekalipun. Tidak menutup kemungkinan perubahan gaya hidup juga terjadi pada remaja
sekalipun. Masa remaja adalah masa peralihan anak-anak menuju dewasa dimana mereka
sedang dimasa yang selalu penasaran akan sesuatu maka mereka akan mencari informasi,
berkomunikasi bahkan membuat konten pada saat mengakses sosial media. Namun saat
terjadi kecanduan kita sebagai orang dewasa atau orangtua harus bisa menjaga dan
mengawasi remaja saat mengakses sosial media agar mereka bisa lebih bisa membawa diri
mereka untuk tidak berbuat masalah di sosial media memang sejatinya social media, media
yang bebas namun kita harus tau bahwa social media memiliki UU ITE.
1.5 Sumber
(https://www.kompas.com/hype/read/2020/11/11/101047966/fakta-fakta-di-balik-
pengungkapan-kasus-bullying-betrand-peto?page=all.
https://pakarkomunikasi.com/pengertian-media-sosial-menurut-para-ahli
http://p2kp.stiki.ac.id/id3/2-3060-2956/Teori-Ketergantungan-Media_208897_p2kp-
stiki.html
http://repository.uin-suska.ac.id/13765/7/7.%20BAB%20II_2018134PSI.pdf

Anda mungkin juga menyukai