1
PENDAHULUAN
Media sosial merupakan suatu alat yang di gunakan oleh masyarakat luas
untuk mencari informasi dan berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya.
Selain itu media sosial juga dapat di artikan sebagai wadah untuk menampung
berbagai sumber informasi dari segala aspek. Menurut Michael Cross (2013)
Media sosial adalah istilah yang digunakan untuk menggabungkan, bertukar
informasi, dan menggunakan pesan berbasis web. Karena internet selalu
berkembang, berbagai teknologi dan fitur yang tersedia bagi pengguna selalu
berubah. Ini membuat media sosial lebih hypernymiting referensi khusus
untuk berbagai penggunaan atau desain
Selain itu, media sosial tersebut kini telah menjadi sarana bisnis online,
berbagi ide, menyebarkan informasi, bahkan efektif digunakan untuk berbagai
praktik penipuan, intimidasi, fitnah, provokasi kebencian, dan sejenisnya.
Singkatnya, media sosial kini dapat digunakan untuk tujuan apa pun dan sulit
dibendung. Dampak negatifnya kemudian adalahfenomena haters. Haters secara
harfiah berasal dari bahasa Inggris yang berarti a person who hate (“pembenci”
atau “orang yang membenci”). Pemanfaatan media sosial dan situs berita online
yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun ini menimbulkan fenomena baru.
Setiap orang bebas mengungkapkan apa saja melalui akunmedia sosial
mereka.Ataubahkan berita-berita pada situs berita dengan mudah dishare ke
media sosial dan kemudian dapat dikomentari oleh netizen lainnya. Bahkan kini
3
dalam situs berita online pun disiapkanruang komentar untuk para pembaca.
Berita-berita ini kemudian ditanggapi secara beragamoleh netizen di ruang
komentar baik itu positif, negatif, maupun netral. Namun hal ini juga
mendatangkan masalah baru dimana praktik atau ujaran kebencian juga tumbuh
pesat melalui medium ini yang sekarang dikenal dengan istilah hate speech.
Ujaran-ujaran yang muncul tersebut akan mempengaruhi perilaku manusia, bisa
mempengaruhi pola pikir manusia, atau lebih-lebih opininya.
KAJIAN PUSTAKA
Masyarakat Publik
4
masyarakat publik dapat diartikan sebagai jaringan hubungan antar komunitas
yang interdependen saling bergantung satu sama lain]dan menyeluruh dengan
hidup bersama tanpa dibatasi lingkungannya. Terbentuknya masyarakat publik
karena adanya pikiran dan keinginannya dengan reaksi dalam lingkungan untuk
mencapai kepentingan bersama.
Dampak yang paling kontras yang dirasakan oleh masyarakat publik yaitu
perubahan gaya hidup dan pola tingkah laku yang menuntut masyarakat bersikap
serba instan sehingga menyebabkan terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya
dalam kehidupan masyarakat. Media sosial mempengaruhi gaya hidup masyarakat
untuk menjadi serupa dengan apa yang disajikan oleh media. Sadar atau tidak,
masyarakat masuk kedalam pengaruh media sosial tersebut bahkan menuntut lebih
dari itu. Kehadiran media sosial dirasakan lebih berpengaruh terhadap generasi
muda yang sedang berada dalam tahap pencarian jati diri.
Media Sosial
5
pada relasi sosial. Relasi sosial itu sendiri bisa dilihat dalam kategori aksi sosial
dan relasi sosial. Dua pengertian dasar tentang media dan sosial telah dijelaskan,
namun tidak mudah membuat sebuah defenisi tetang media sosial berdasarkan
perangkat Media Sosial merupakan komunitas online yang memungkinkan
penggunanya dapat berinteraksi, berpartisipasi dan bertukar informasi tanpa
dibatasi ruang dan waktu. Media yang berasal dari kata Latin ‟Medium” yang
artinya perantara. Perantara pesan dari satu diteruskan ke yang lainnya.
Media sosial mengajak penggunanya untuk berpartisipasi penuh dalam
memberikan ulasan, berkomentar ataupun membagi informasi yang tidak
memilik batas dan penggunaanya bisa sepuasnya. Menurut Andreas M. Kaplan
(2010) media sosial merupakan sebuah aplikasi yang berbasis internet yang di
dirikan dengan dasar ideology Web 2.0 yang memungkinkan penggunanya dapat
menciptakan dan bertukar dari User Generated Content. Menurut (Dailey, 2009)
Media sosial adalah sebuah konten yang proses pembuatannya menggunakan
teknologi penerbitan yang dapat diakses dengan mudah dan terukur. Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa definisi media
sosial adalah sebuah jejaring di internet yang memungkinkan penguna
mengapresiasikan dirinya maupun bersosialisasi, bekerja sama, berbagi,
berkomunikasi dengan pengguna lain, dan membentuk ikatan sosial atau suatu
alat perantara yang digunakan untuk berinteraksi dan berkomunikasi antara
seseorang dengan orang lain yang banyak memberikan kontribusi atau
manfaat bagi masyarakatknologi semata.
6
Makna Hate Speech
7
Namun menurut David O. Brink, ada pernyataan atau ujaran yang bersifat
diskriminatif namun tidak termasuk dalam kategori ujaran kebencian. Hal ini
dapat dicontohkan pada stereotipe yang bias dan jahat, namun tidak sampai pada
derajat stigmatisasi, merendahkan, sangat menyakiti ataupun melukai. Menurut
Brink, hate speech lebih buruk dari sekedar pernyataan yang diskriminatif. Ia
menggunakan simbol tradisional untuk melecehkan seseorang karena
keterikatannya pada kelompok tertentu dan sebagai ekspresi dari penghinaan
kepada targetnya agar menimbulkan efek kesengsaraan secara psikologis (Anam
dan Hafiz, 2015).
Hal ini memunculkan kepelikan kedua, yaitu bahwa hate speech sangat
dekat dengan jaminan hak berpendapat dan berekspresi. Kesalahan dalam menilai
dan meletakkan ukuran ucapan, ujaran atau pernyataan yang terkategori ke dalam
hate speech justru akan berdampak pada pembatasan terhadap hak berpendapat
dan ekspresi. Sebaliknya, membuka kran ekspresi seluas-luasnya tanpa
mengindahkan aspek-aspek pernyataan yang mengandung ujaran kebencian justru
membiarkan masyarakat berada pada situasi saling membenci, saling curiga,
intoleran, diskriminatif, bahkan dapat menimbulkan kekerasan terhadap kelompok
tertentu yang lebih lemah (Anam dan Hafiz, 2015).
Hate Speech atau ujaran kebencian merupakan tindakan baik ucapan atau
kata-kata yang menggunakan media tertentu misalnya internet seperti media sosial
untuk menghina atau mendiskriditkan orang lain, dengan dalih ataudasar suku,
ras, agama, gender, kelompok atau bangsa tertentu. Hate Speech menggunakan
media sosial seperti facebook, twitter, instagram, bbm, Whatsapp dan lain
sebagainya makin marak saat ini. Banyak faktor penyebab terjadinya Hate speech.
Cyber Bullying
Cyber bullying adalah adanya bencana pada harga diri mereka dan
kehidupan sosial, serta merusak prospek masa depan dengan cara menghancurkan
optimisme mereka. Fakta-fakta di atas tentunya harus menjadi perhatian semua
orang. Sudah seharusnya setiap orang menghindari perilaku cyber bullying. Cyber
bullying memilik efek yang sangatburuk bahkan bisa berujung pada kematian
korban. Cyberbullying atau kekerasan dunia maya ternyata lebih menyakitkan jika
dibandingkan dengan kekerasan secara fisik. Menurut Hertz (2008), cyberbullying
adalah bentuk penindasan atau kekerasan dengan bentuk mengejek, mengatakan
kebohongan, melontarkan katakata kasar, menyebarkan rumor maupun melakukan
ancaman atau berkomentar agresif yang dilakukan melalui media-media seperti
email, chat room, pesan instan, website (termasuk blog) atau pesan singkat
(SMS). Hinduja & Patchin (2009), dan Smith, dkk (2008) mengadaptasi definisi
bullying dari Olweus, yaitu cyberbullying adalah perilaku agresif, intens, berulang
yang dilakukan oleh individu dan perorangan dengan menggunakan bentuk-
bentuk pemanfaatan teknologi dan eletronik sebagai media untuk menyerang
orang tertentu.
METODE
A. Pendekatan Penelitian
10
Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan kualitatif dan metode
analisis isi. Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui media
sosial dengan orang-orang yang terkoneksi dengan peneliti. Penelitian ini
menggunakan metode random sampling sebagai acuan sampel penelitian. Dalam
metode analisis isi, dilakukan kategorisasi terhadap pesan yang diteliti sebagai
berikut. Berdasarkan pada pokok permasalahan yang dikaji yaitu tentang “ Stop
Menjadi Generasi Pengecut (Study Kasus Mengenai Fenomena Hate Speech di
Sosial Media)”. Maka penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi
dengan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan
/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat
dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya.
11
1. Teknik Observasi
Pada media sosial saat ini dikenal istilah ucapan kebencian atau dikenal
dengan Hate Speech, yang makin populer saat ini, hal ini disebabkan friksi atau
gesekan atau perbedaan yang mewakili kelompok-kelompok tertentu baik Suku,
Agama, Ras, Etnis, dan Golongan. Intensitas Perilaku ini makin meningkat
dengan adanya Pilkada atau pemilihan kepala daerah. Kelompok pendukung calon
tertentu mungkin berseberangan dengan kolompok pendukung calon lainnya. Ada
juga pernyataan calon kepala daerah tertentu yang ucapannya menghina atau
melecehkan calon kepala daerah yang lain dan ada juga seseorang yang
meyebarkan berita kelompok tertentu yang aktifitasnya berkaitan dengan agama
atau suku atau ras yang menimbulkan kata-kata kebencian di media sosial
merebak bahkan jadi viral. Juga kasus-kasus perbedaan gender, kaum difabel dan
kelompok orang yang berorientasi seksual menyimpang. Awal mula maraknya
Ujaran kebencian ini muncul di Indonesia seiring dengan makin maraknya aksi
unjuk rasa.Umumnya ujaran kebencian atau Hate Speech bisa berbentuk Orasi
kampanye, unjuk rasa, demonstrasi, dan perdebatan yang sengit. Yang umumnya
mendominasi adalah kelompok yang arogan, merasa kuat, punya pelindung,
12
punya pengaruh, massanya banyak dan sebagainya. Tetapi tidak menutup
kemungkinan dan juga sudah terjadi dimana kelompok minoritas yang memicu
aksi ujaran kebencian dan juga bullying.
Para Haters ini masuk kategori cyber bullying yang perilaku dan
komentarnya menimbulkan tekanan berat bagi korban, dampak yang ditimbulkan
bisa depresi bahkan bunuh diri. Permasalahan yang timbul adalah pelaku tidak
dikenal dan tidak diketahui keberadaannya, sementara korbannya mendapatkan
hukuman secara fisik, seperti dikucilkan, dianiaya bahkan ancaman akan dibunuh
Kejadian Hate dan Hate speech trendnya makin meningkat seiring dengan makin
banyaknya pengguna media sosial. Korbannya pun tidak mengenal usia. Baik
muda sampai orang tua menjadi sasaran empuk kasus ini. Menurut ictwatch.com
sebanyak 90% remaja yang pernah menyaksikan Hate mengaku tidak
mempedulikannya. Hanya 40% dari mereka mengadukannya ke orang tua.
Sebanyak 42% remaja yang online mengaku pernah mengalami Hate dalam
beberapa tahun terakhir. Jumlah ini akan terus meningkat, mengingat anak-anak
dan remaja pengguna internet semakin besar kuantitasnya. Setidaknya 69%anak
masa kini sudah mengakses internet melalui ponsel maupun komputer. Dari
jumlah itu, sebesar 80% aktif disatu social media atau lebih. Dan 10% kasus
tersebut terindikasi Hate speech. Bagi banyak kalangan berkomunikasi langsung
dengan tatap muka saat ini bukanlah hal yang penting dan yang menjadi trend saat
ini adalah komunikasi menggunakan media soisial. Umumnya Setiap minggu,
rata-rata para pengguna media sosial mengirim 500 pesan ke teman, atau 65 pesan
teks per hari. Jumlah itu sama dengan dua kali lipat dari komunkasi atau pesan
yang dikirim remaja. Remaja putri bahkan lebih intens. Remaja putri yang usianya
14-17 tahun rata-rata berkirim pesan teks 100 kali dalam sehari. Lebih miris lagi
anak usia 3-5 tahun sudah bermain internet. Ini terbukti dari riset, dimana
ditemukan 1 dari 3 anak usia 3-5 tahun sudah kenal game online. Dan 1 dari 2
anakusia 6-9 tahun juga sudah mengenal internet. Jejaring sosial Facebook
menetapkan aturan bahwa merekahanya menerima user di rentang usiadi atas 13
13
tahun, tapi kenyatannya ada 7,5 juta anak usia di bawah 13 tahun yang ber-
Facebook-ria.
Efek dari Hate Speech Jika di dunia nyata, bisa mengakibatkan tindakan
membolos dari sekolah akibat takut di-bully teman, bahkan berimbas pada bunuh
diri. Remaja yang pernah mengalami bully, dua kali lipat berpotensi bunuh diri
ketimbang yang tidak pernah di-bully. Pada kasus Hate ,jauh lebih
memprihatinkan. Satu dari 5 remaja korban Hate berpikir untuk melakukan bunuh
diri. Bahkan 1 dari 10 korban Hate melakukan tindakan bunuh diri. Dalam
setahun, ada sekitar 4500 anak di dunia yang mengakhiri nyawanya sendiri.
Sebuah survei baru yang dilakukan oleh ictwatch.com yang diadakan di Inggris
menunjukkan bahwa sekitar 5,43 juta anak-anak di Inggris menjadikorban cyber
bullying. Survei tersebut juga menyajikan fakta bahwa anak-anak muda dua kali
lebih mungkin untuk menjadi korban cyber bullying di Facebook dibandingkan
dengan situs jejaring sosial lainnya. Survei ini merupakan survei terbesar yang
pernah dilakukan untuk mengungkap cyber bullying. Survei tersebut menunjukkan
fakta 2 dari 3 orang yang disurvei yang berusia antara 13 sampai dengan 22 tahun
telah menjadi korban cyber bullying. Ini artinya ada sekitar 5,43 juta yang pernah
mengalami cyber bullying. Sebuah angka yang cukup besar tentunya.
(ictwatch.com) Menurut survey Ditch the Label, sebuah kegiatan amal anti
bullying nasional di Inggris mengkhawatirkan 69% dari 7.000 orang yang disurvei
telah menjadi.
15
media sosial banyak disalahgunakan sebagai tempat meluapkan emosi dan tempat
perundungan kepada seseorang. Saat ini artis-artis Indonesia selalu menjadi bahan
utama dan santapan lezat para netizen untuk melakukan tindakan cyberbullying.
Itulah salah satu contoh kasus dari ribuan kasus cyberbullying yang pernah
terjadi kepada public figure Di Indonesia. Masyarakat yang tidak bijak
menggunakan media sosial dengan mudah memberikan komentar apa saja kepada
public figure, seolah-olah dia adalah manusia yang paling benar di muka bumi ini.
Padahal tindakan cyberbullying akan banyak mendatangkan dampak yang sangat
buruk bagi orang lain maupun bagi pelaku cyberbullying. Bagi korban akan
mendapatkan dampak afeksi seperti gangguan depresi dan kecemasan (Suwarti
dan Hana, 2019). Hal itu berkaitan dengan adanya hujatan, makian, dan bentuk
bullying lainnya yang di terima sehingga meningkatkan perasaan sedih dan
kesepian dalam dirinya dan hal itu sangat berdampak terhadap psikologi korban.
Bagi pelaku akan mendapatkan dampak yang sangat negatif dari perilakunya atau
ulahnya sendiri. Pelaku Cyberbullying akan selalu diliputi dengan perasaan
negatif dan yang lebih parah akan berpotensi menjadi seorang kriminal.
17
Selain adanya pengaruh dalam kasus tersebut, Cyberbullying sendiri juga
berpengaruh dalam kehidupan masyarakat dan para pelajar dengan spesifikasi
pengaruh negatif. Pengaruh yang terjadi di lingkungan masyarakat antara lain
adanya sikap saling membedakan dari segala aspek di lingkungan, cenderung
disorganisasi, dan merasa dirinya selalu salah dalam bermasyarakat. Sedangkan
pengaruh yang terjadi dikalangan pelajar yaitu adanya sikap diskriminatif
(pengucilan), melakukan tindak Hate Speech (pengujar kebencian), pudarnya
perilaku berinteraksi, menyebabkan gangguan psikolog dan depresi, serta memicu
untuk berbuat menyakiti diri sendiri bagi korban Cyberbullying.
Study observasi kasus yang ada di sosial media seperti halnya kasus
pertama yaitu Kasus kejahatan yang banyak terjadi melalui media sosial atau lebih
di kenal dengan sebutan Cyberbullying. Pada dasarnya cyberbulliying merupakan
suatu tindakan yang bersifat mempengaruhi seseorang untuk menjadi minder akan
adanya suatu tindakan yang akan dilakukan karena faktor bully. Seperti beberapa
kasus tentang Cyberbullying yang ada di Negara kita saat ini, sudah menjadi suatu
fenomena yang merabah di masyarakat.
Kasus kedua yaitu banyak beredar kasus hoax. Kabar berita hoax kini
sudah banyak terjadi di media sosial, berkat kemajuan teknologi informasi
mempermudah pelaku penyebar berita hoax. Media sosial yang biasa digunakan
antara lain :Instagram, Facebook, dan Tweet Informasi yang dikeluarkan sesorang
atau sekelompok orang sangat mempengaruhi perasaan, emosi, dan pemikiran
sesorang terkadang seseorang tidak dapat memfuter informasi dengan baik.
Akibatnya informasi hoax dengan judul yang sangat profokatif mengiring
18
pembaca dan penerima merasa dirugikan dan menimbulkan ujaran kebencian.
Opini negatif dan fitnah inilah yang membuat seseorang menjadi pengujar
kebencian. Contoh berita hoax Hal tersebut berpengaruh dikalangan masyarakat
khususnya para pelajar, dengan pemikiran yang masih labil dan emosional mereka
bertindak saling menghujat antara berbagai pihak individu atau golongan,
membuat perpecahan dari beberapa pihak. Dimana hujatan tersebut selayaknya
debat yang mengkontrovensikan adanya pihak yang berpendapat diberbagai akun
media sosial atas yang dilakukan oleh Ratna Sarumpaet.
Contoh Kasus yang ketiga yakni tentang Hate Speech (Ujaran Kebencian)
di media sosial adalah kasus Edy Mulyadi ditetapkan jadi tersangka dan ditahan
usai menjalani pemeriksaan di Bareskrim Polri terkait kasus 'jin buang anak'.
Ucapan Edy menjadi polemik lantaran dianggap menghina Kalimantan Timur
tempat berdirinya Ibu Kota Negara baru. Ucapan itu mulanya terlontar karena Edy
menolak Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Dia mengibaratkan ibu kota negara
baru itu sebagai tempat 'jin buang anak'. Dirangkum detikcom, Senin (31/1/2021)
berikut ini kronologi kasus penyataan 'jin buang anak' Edy Mulyadi yang
membuatnya jadi tersangka dan ditahan.
19
Dari kasus tersebut Edy Mulyadi dinilai telah melanggar Pasal 14 ayat 1
dan 2 atau Pasal 15 UU No 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana dan
atau Pasal 28 ayat 2 jo Pasal 45a UU ITE serta Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. Pihaknya berharap
laporan tersebut dapat ditindak pihak berwajib Edy Mulyadi didesak meminta
maaf secara terbuka kepada masyarakat Kalimantan Timur. Edy Mulyadi meminta
maaf atas ucapannya berkaitan dengan pernyataan Kalimantan sebagai tempat jin
membuang anak. Dia mengaku pernyataan itu sebetulnya untuk menggambarkan
lokasi yang jauh. Permintaan maaf itu disampaikan oleh Edy melalui akun
YouTubenya BANG EDY CHANNEL. Dalam video klarifikasi itu, dia awalnya
menyinggung kembali pernyataannya.
Kasus dugaan ujaran kebencian Edy Mulyadi terkait pernyataan 'jin buang
anak' naik ke tahap penyidikan. Kasus dinaikkan ke tingkat penyidikan setelah
penyidik memeriksa sejumlah saksi dan ahli. Berdasarkan keterangan tertulis yang
diterima redaksi, Bareskrim telah memeriksa 15 orang saksi dan 5 ahli terkait
laporan atas Edy Mulyadi ini. Bareskrim sebelumnya menarik laporan terhadap
Edy Mulyadi dari sejumlah Polda. Selain itu, penyidik Bareskrim telah mengirim
SPDP ke Kejaksaan Agung pada 26 Januari. Selanjutnya Edy Mulyadi dan
sejumlah orang lainnya bakal dimintai keterangan. Bareskrim Polri menetapkan
Edy Mulyadi sebagai tersangka kasus dugaan ujaran kebencian. Edy Mulyadi
menjadi tersangka terkait pernyataannya 'tempat jin buang anak'. Dalam kasus ini
masyarakat khususnya Kalimantan sangat mengecam keras ujaran kebencian yang
dilontarkan oleh Edy Mulyadi tersebut.
20
lingkungan sosial si pelaku, dimana pengaruh tersebut dampaknya akan terasa
langsung khususnya tindakan yang dilakukan di dalam media sosial.
Media sosial telah merubah model komunikasi dan interaksi sosial pada
penggunaannya. Perilaku media sosial tidak hanya pada generasi muda yang
mendatang melainkan semua orang atau masyarakat yang mempunyai media
sosial. Pentingnya untuk melindungi hak dan kebebasan setiap individu , tidak
peduli siapa mereka atau mereka. Perkataan yang mendorong kebencian adalah
saat seseorang mengungkapkan hal yang benar-benar berbahaya atau
menyinggung, baik kepada orang lain maupun sekelompok orang tertentu.
21
guna mempelajari, mengetahui serta menerapkan aturan perundang-undangan ITE
yang berlaku.
22
hujatan atau ujaran kebencian, hal ini menyebabkan orang tua siswi tersebut
meninggal dunia terkena serangan jantung dan siswi tersebut mengalami depresi.
Kesimpulan
Etika dalam menggunakan media sosial merupakan aturan moral bagi para
pengguna teknologi komunikasi dalam berbagai situasi. Masyarakat juga harus
memperhatikan etika penggunaan teknologi komunikasi agar tidak merugikan diri
sendiri maupun orang lain. Karena adanya internet kita lebih mudah untuk
mencari informasi terbaru yang lagi populer, manfaat internet sangatlah besar bagi
masyarakat, maka dari itu para pengguna media sosial harus lebih berhati hati dan
lebih kritis dalam memanfaatkan fasilitasnya. Dengan adanya hate spceeh sikap
kita pengguna media sosial harus lebih bijak menyikapi permasalahan yang
berujung pada cyberbullying. Tindakan yang harus di lakukan ketika seseorang
menjadi korban dari cyberbulliying harus melaporkan kejahatan yang terkait pada
permasalahannya tersebut. Pada metode ini orang orang yang menggunakan sosial
media seperti facebook, instagram harus lebih pintar dalam menggunakan dan
lebih mengerti tentang dampak dampak yang akan terjadi selanjutnya setelah apa
yang mereka lakukan. Sebagai acuan sampel untuk meneliti terjadinya ujaran
kebencian yang sedang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat kita perlu
23
memberikan sosialisasi atau penyuluhan terkait terjadinya permasalahan tersebut
agar mereka lebih mengerti batasan batasan dalam menggunakan media sosial
lebih bijak lagi.
Saran
Untuk para pengguna media sosial, sebaiknya harus lebih dominan ke arah
toleransi sesama pengguna, tidak hanya itu, setiap individu pengguna media sosial
harus mengintropeksi diri sebelum menyampaikan argumen kepada orang lain.
Untuk pemerintah diharapkan lebih tegas dan memperhatikan apa yang telah
terjadi terhadap korban, serta memberi sanksi yang tegas bersifat preventif kepada
pelaku. Hal ini di harapkan penulis selanjutnya bisa mengembangkan lebih luas
tentang fenomena media sosial.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
26