Anda di halaman 1dari 8

PERAN GENERASI Z DALAM MENCEGAH PENYEBARAN BERITA

HOAX DI MASYARAKAT

A. Latar Belakang
Perkembangan yang pesat pada teknologi komunikasi dan informasi di era
digital ini, mempengaruhi pola kehidupan manusia. Ini menjadi sebuah fenomena
yaitu masyarakat lebih mudah mengakses dan mendapatkan beragam informasi di
internet. Media sosial merupakan medium yang identik dengan pencarian informasi
terkini, bertransaksi online maupun memberikan opini publik terhadap sesuatu isu
yang sedang hangat diperbincangkan. Media sosial adalah segala bentuk media
komunikasi interaktif yang memungkinkan terjadinya interaksi dan umpan balik dua
arah (Kent, 2013).
Banyak jenis platform media sosial yang tersedia saat ini antara lain
WhatsApp, Instagram, Twitter, Tik Tok, Facebook, dan berbagai jenis media sosial
lainnya menjadi sarana menyebarkan informasi. Menurut data digital yang diunggah
hootsuite dan dirilis pada Januari 2020, jumlah pengguna media sosial aktif di
Indonesia meningkat 8,1 persen dibanding tahun sebelumnya. Totalnya menyentuh
160 juta pengguna (We Are Social & Hootsuite, 2020). Kemudahan yang didapat
dalam perkembangan teknologi justru menimbulkan masalah baru. Berbagai
informasi didapat dan ditukarkan, tidak terkecuali informasi tidak benar atau hoax.
Hoax merupakan ekses atau hal negatif yang melampaui batas terhadap kebebasan
berpendapat dan penyampaian aspirasi khususnya media sosial dan blog di internet
(Simarmata et al., 2019).

Hoax dibuat secara sengaja, bermaksud mempengaruhi publik dengan


mengeluarkan opini yang berbanding terbalik dengan fakta yang ada, menggiring
opini, membentuk persepsi serta menguji kecermatan serta kecerdasan pengguna
internet dan media sosial dalam membaca serta menerima informasi. Akibat yang
ditimbulkan dari penyebaran berita hoax itu sendiri adalah keributan,
kesalahpahaman, hingga perpecahan antar elemen masyarakat. Terlebih elemen
masyarakat yang menjadi pengguna aktif di media social. Munculnya beragam hoax
di media sosial menuntut pengguna untuk bisa mengidentifikasinya dengan cermat.
Kemampuan pengenalan ini disebut melek media atau literasi media. Dalam hal ini
yang berarti kemampuan seseorang untuk membuat, mengakses, dan mengevaluasi
secara tepat secara kritis disebut dengan literasi media. Sebagaimana, hal ini menjadi
perhatian dari berbagai kalangan.

Generasi Z adalah generasi yang sangat dekat dengan perkembangan teknologi


serta berperan dalam penggunaan media sosial. Hal ini biasa disebut Generasi
Internet. Generasi Z memiliki hubungan sosial yang lebih dekat dengan dunia maya.
Generasi ini sudah banyak dikenalkan oleh teknologi sejak kecil, yaitu dalam
mengenal smartphone, dan tergolong generasi yang kreatif. Adapun karakterisitik
yang dimiliki oleh generasi Z adalah menyukai aktivitas sosial dibandingkan generasi
sebelumnya, multitasking, sangat menyukai teknologi, peduli lingkungan, mudah
dipengaruhi lingkungan perihal produk atau merek, cerdas serta mudah dalam
mengakses informasi yang cepat (Kupperschmidt, 2016). Oleh karena itu, pemahaman
yang baik tentang literasi media perlu dimiliki oleh masyarakat khususnya generasi Z
yang setiap harinya tidak luput dalam penggunaan internet dan media social.

B. Batasan Masalah
Pemilihan masalah penelitian dilakukan dengan dua pertimbangan. Pertama,
pengembangan model pembelajaran mengenai bahayanya hoax yang disebarkan di
media social dan implementasi cara-cara untuk mengkaji berita hoax di media social

C. Rumusan Masalah
Hoax dibuat secara sengaja, bermaksud mempengaruhi publik dengan
mengeluarkan opini yang berbanding terbalik dengan fakta yang ada, menggiring
opini, membentuk persepsi serta menguji kecermatan serta kecerdasan pengguna
internet dan media sosial dalam membaca serta menerima informasi. Akibat yang
ditimbulkan dari penyebaran berita hoax itu sendiri adalah keributan,
kesalahpahaman, hingga perpecahan antar elemen masyarakat. Terlebih elemen
masyarakat yang menjadi pengguna aktif di media sosial.
Literasi media yang baik mengurangi perilaku penyebaran hoax sebagaimana
pernah dilakukan penelitian oleh (Nabila et al., n. d.) mengenai “Pengaruh Tingkat
Literasi Media terhadap Perilaku Penyebaran Hoax di Kalangan Generasi Z”
menunjukkan terdapat pengaruh dengan persentase 35,7 persen yang berarti bahwa
tingkat literasi media antara perilaku penyebaran hoax sangat berpengaruh di
lingkungan generasi Z. Artinya pemahaman literasi media yang baik, mempengaruhi
kecermatan seseorang dalam menerima sebuah informasi.
Penelitian oleh (Fauzi, 2018) mengenai Memahami Literasi Media Baru dalam
Penyebaran Informasi Hoax dan hate speech yang menunjukkan hasil beberapa
aktivitas informan di Facebook memperlihatkan adanya kegiatan berupa
mengomentari dan menanggapi sebuah isu yang sedang diperbincangkan. Serta
penyebaran informasi guna memberi informasi kepada orang lain mengenai
kebenaran sebuah informasi. Media menyebar informasi bertujuan untuk menentukan
kebenaran sehingga penerima informasi perlu memilah informasi yang diterima
(Hilmiyah et al., 2021).
Penelitian yang dilakukan oleh Ayu Ardiyanti Rahmawati dengan judul
Pengaruh Penggunaan Instant Messaging Whatsapp Terhadap Efektivitas Penyebaran
Informasi (Studi pada Grup Whatsapp di Kalangan Ibu-Ibu PKK RT 09 RW 02
Pendem)‖. Penelitian ini menggunakan teori dependensi dengan metode kuantitatif
eksplanatif, yakni uji regresi linier. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa secara
simultan diperoleh nilai korelasi penggunaan instant messaging WhatsApp (X) 0,820
dan nilai korelasi efektivitas penyebaran informasi (Y) sebesar 0,799. Hal ini berarti
terdapat pengaruh yang signifikan antara variable penggunaan instant messaging
WhatsApp dengan variabel efektivitas penyebaran informasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Imanuel Youri Karelino dengan judul
Pengaruh Intensitas Penggunaan Whatsapp dan Tingkat Literasi Media Terhadap
Perilaku Penyebaran Hoax (Studi Pada Warga Kelurahan Karet Tengsin)‖. Penelitian
ini menggunakan teori pembelajaran sosial dengan metode yang sama yakni
kuantitatif eksplanatif. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa, Intensitas pengguna
Whatsapp tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku penyebaran hoax
pada warga Kelurahan Karet Tengsin. Sedangkan tingkat literasi media atau terpaan
berita online memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku penyebebaran hoax
pada warga Kelurahan Karet Tengsin dan Intensitas penggunaan Whatsapp dan
tingkat literasi media memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
penyebaran hoax (Karelino, 2020).
Terakhir, penelitian yang dilakukan oleh Nur Afifah Putri Ningrum dengan
judul Pengaruh Penggunaan Aplikasi Whatsapp Terhadap Efektivitas Komunikasi
Organisasi di Lingkungan Pegawai Dinas Pariwisata Diy‖. Menggunakan teori media
dan metode kuantitatif, hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis korelasi
hubungan kedua variable diperoleh hasil 0.643 yang menyatakan bahwa kedua
variabel memiliki korelasi kuat, dengan nilai koefisien determinasi diperoleh angka
sebesar 41.4%. Dari semua analisis dan uji data yang telah dilakukan dapat
disimpulkan jika terdapat pengaruh yang signifikan sebesar 5.938 dari Penggunaan
Whatsapp terhadap Efektivitas Komunikasi Organisasi.

D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini sebagai berikut:
1. Mengetahui cara-cara untuk mengatasi penyebaran hoax.
2. Mengetahui peran gen Z terhadap penyebaran hoax

E. Landasan Teori
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat sejak
10 tahun terakhir. Sebagaimana 10 tahun terakhir, koran, radio, televisi masih sangat
dibutuhkan untuk mencari atau mengetahui sebuah berita atau informasi. Namun, di
era globalisasi ini semuanya berubah. Mulai dari alat komunikasi canggih hingga
munculnya internet maupun media sosial yang sangat cepat di akses. Kemudahan
dalam mengakses internet serta media sosial yang lebih cepat dibandingkan 10 tahun
yang lalu. Media sosial berfungsi sebagai penghubung antar individu maupun
kelompok kapanpun dan dimanapun. Media sosial memberikan banyak informasi
bahkan hal-hal baru yang sebelumnya tidak diketahui. Dalam memberikan kecepatan
informasi, media sosial unggul sehingga penggunanya semakin adaptif dan dinamis.

Pada dasarnya, eksistensi dan sistem kerja komputer sama dengan keberadaan
media sosial. Pengenalan, komunikasi, dan kerja sama merupakan bentuk dalam
bersosial. Diibaratkan seperti sebuah sistem yang telah terbentuk menjadi cara kerja
komputer sebagaimana sistem tersebut seperti di antara individu dengan masyarakat.
Medium yang memungkinkan untuk penggunanya mempresentasikan diri serta
melakukan interaksi untuk kerja sama, berbagi serta berkomunikasi dan membangun
hubungan sosial secara virtual disebut media sosial. Adanya media sosial segala
bentuk berita dan informasi dapat diakses dengan jangka waktu yang singkat. Ini
merupakan keuntungan yang didapat dalam kemudahan informasi dan teknologi saat
ini.

Perilaku seseorang tergantung terhadap respons dan reaksi pribadi orang itu
sendiri. Kecepatan dalam mengakses sebuah informasi, juga memiliki hal negative,
yaitu cepatnya penyebaran berita atau informasi hoax di media sosial atau internet.
Hoax adalah informasi yang tidak tepat atau tidak benar atau palsu. Tujuan dari
dibuatnya hoax sangat beragam, beberapa dari oknum penyebaran hoax menganggap
itu sebagai lelucon hingga ke hal yang serius. Hoax dibuat oleh individu atau
kelompok yang tidak setuju atau menyukai suatu hal. Selain itu, hoax dengan sengaja
dibuat untuk membuat masyarakat kebingungan, tidak aman dan merasa tidaknyaman
atas hal yang sedang terjadi. Dulu, aktivitas hoax pada media sosial dilakukan sebagai
sarana bully.

Generasi millennial atau millennium dalam satu literasi dikatakan sebagai


generasi Z namun pada pendapat lain yang menyatakan bahwa genereasi Z tidak
manganggap bahwa mereka adalah genearsi millennial. generasi ini adalah generasi
yang tumbuh ditengah perkembangan teknologi yang cukup pesat. Generasi
millennial adalah generasi yang lahir pada masa internet booming sehingga perilaku
generasi milenaial yang melekat dengan teknologi komunikasi berbasis internet. Ciri–
ciri dari generasi Z adalah karakteristik masing-masing individu berbeda,tergantung
dimana dia dibesarkan, strata ekonomi, dan sosial keluarganya, pola komunikasinya
sangat terbuka dibanding generasi-generasi sebelumnya, pemakai media sosial yang
fanatik dan kehidupannya sangat terpengaruh dengan perkembangan teknologi, lebih
terbuka dengan pandangan politik dan ekonomi, sehingga mereka terlihat sangat
reaktif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi disekelilingnya, memiliki
perhatian yang lebih terhadap kekayaan.

Anak milenial memiliki karakter dan perilaku yang melekat dengan internet
sehingga generasi milenial memilki karakter sebagai berikut:
1. Kreatif dan Inovatif. Generasi Milenial adalah generasi yang Kreatif dan Inovatif,
dimana hal ini dapat dibuktikan dengan hadirnya Start Up yang dibangun oleh
pasa Millenial dengan inovasi berupa robot dan aplikasi yang mereka buat untuk
memudahkan berbagai urusan manusia.
2. Internet Natif Generasi Milenaial adalah generasi dengan penggunaan internet
yang Natif atau fasih, generasi adalah generai pengguna internet terbanyak
dibanding pengguna internet dari generasi lainnya sehingga mereka fasih dalam
penggunaanya karena kehidupannya yang ditemani gadget.
3. Berorientasi pada Passion Generasi Milenial berorientasi pada Passion (gairah)
sehingga membuat generasi ini sebagai generasi yang fokus dan berjalan sesuai
dengan keinginan atau yang disukai bahkan terkadang menjadi tujuan dan
pekerjaan, contohnya seperti Youtuber, Vlogger, Musisi, lainnya.

Generasi milennial sebagai pengguna internet secara umum kurang mampu


dalam memilih-memilah informasi dan cenderung mengesampingkan moral, etika
dalam berkominukasi dan menyebarkan informasi di media sosial. Ketergantungan
terhadap gadget membuat para kaum millennial tidak memfilter informasi yang
masuk, jika informasi itu dirasa penting dan genting, maka dengan segera
disebarluaskan dengan tanpa disadari bahwa yang disebarkan adalah berita bohong
yang justru menguntungkan pihak tertentu. Generasi milenial adalah generasi serba
digital, serba instan dan generasi yang paling banyak mengkonsumsi media sosial.
Berbagai jenis media sosial sangat bisa dimanfaatkan dalam menyebarkan nilai-nilai
moderasi. Hal yang paling sederhana,yang bisa dilakukan adalah menulis status atau
story misalnya. Dengan menyebarkan pesan-pesan baik, secara tidak langsung akan
mempengaruhi orang lain dari alam bawah sadarnya.

Pentingnya peran seluruh warga masyarakat Indonesia dalam bela negara demi
menjaga kedaulatan Bangsa Indonesia, khususnya generasi muda. Generasi muda
penerus bangsa yang dapat disebut sebagai generasi Z menjadi salah satu penggerak
dan pendorong inovasi kemajuan negeri. Dimana generasi Z ini memiliki peran
penting dalam menjaga keselamatan negara Indonesia di era teknologi serba digital
seperti saat ini. Walaupun demikian masih banyaknya anak muda yang belum tahu
akan pengetahuan bela negara di era teknologi digital. Padahal generasi Z saat ini
tidak dapat dipisahkan dari yang namanya teknologi gawai dan internet, dimana dari
adanya teknologi ini sebenarnya akan memberikan dampak negatif pada upaya bela
negara jika digunakan secara bijaksana.
Kurang meratanya pemahaman dan pola pikir generasi Z mengenai bela
negara berbasis media sosial membuat sukar diimplementasikannya upaya-upaya bela
negara non-fisik di era seperti saat ini. Namun yang utama bukanlah menanamkan
pendidikan bela negara kepada masyarakat Indonesia baik mulai dari anak kecil
hingga orang tua, tetapi yang paling penting adalah bagaimana mengajak dan
menyadarkan masyarakat terutama generasi pemuda sebagai penerus berdirinya
negara dalam hal keikutsertaan. Penggunaan media sosial seperti facebook, whatsapp,
instagram, line, dan lain sebagainya bisa menjadi salah satu strategi dalam melakukan
bela negara pada kalangan generasi muda bahkan tua. Disini peran generasi muda
sangat diperlukan, namun pemerintah juga tidak boleh tinggal diam dan harus
memulai aksinya dalam menyebarkan progam bela negara dalam pengembangan
media sosial kepada masyarakat. Bukan tanpa alasan adanya pengembangan ini
dilakukan, melihat dari intensitas masyarakat menggunakan dan menghabiskan waktu
seharian dengan media sosialnya. Walaupun seharian menggunakan media sosialnya
kebanyakan masyarakat hanya sebagai hiburan semata dan bahkan sampai digunakan
sebagai sarana menjatuhkan orang lain yang dikenal dengan cyber bullying. Sejatinya,
jika digunakan dengan bijaksana tidak ada salahnya melakukan kegiatan bela negara
di media sosial masing-masing, dengan cara membuat konten-konten yang
bertemakan bangsa dan negara sekaligus konten yang dapat mengajak masyarakat
untuk melakukan bela negara.

Banyak sekali upaya yang dapat dilakukan dalam media sosial. Peran generasi
Z juga sangat berarti dalam hal penanganan hoax. generasi Z yang memiliki pola
pemikiran yang kritis terhadap suatu hal dapat dijadikan sebagai cara melakukan
upaya penanganan hoax yaitu dengan cara Saring baru Sharing. Dimana dalam
menyebarkan suatu informasi haruslah dilakukan penyaringan fakta apakah informasi
itu benar atau hanya tipu daya agar menarik orang banyak. Pemutusan penyebaran
hoax ini adalah salah satu cara yang dapat dilakukan oleh generasi yang memiliki
pemikiran kritis ini. Namun ini juga harus disertai dengan adanya pembinaan dan
pembimbingan oleh para pihak-pihak yang bersangkutan seperti halnya orang tua,
masyarakat di lingkungan sekitar, dan yang paling utama adalah pemerintah dimana
harus dapat menyesuaikan dan mengajak masyarakat untuk beradaptasi dengan
keadaam lingkungan sekitar. Hal ini memungkinkan pemerintah dapat memulai leibh
banyak cara dalam memberikan pembinaaan dan pensosialisasian upaya bela negara
yang berbasis pengembangan media sosial pada generasi muda. Oleh sebab itu
pentingnya peranan generasi Z ini dalam upaya bela negara di era serba digital.
Generasi-generasi sebelumnya hanya dapat beradaptasi dengan inovasi kreatif yang
dilakukan oleh pendongkrak kemajuan bangsa dan negara yaitu generas muda.

Anda mungkin juga menyukai