Anda di halaman 1dari 56

BELA NEGARA DENGAN LITERASI DITIGAL

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pembuatan

Makalah PKKMB Universitas Bhamada Slawi Tahun

2021 Dengan Tema : Bela Negara

Disusun Oleh:

Nama: Dimyati Devran I

Fakultas: Kesehatan

Program: S1 Ilmu Keperawatan

PENGENALAN KEHIDUPAN KAMPUS MAHASISWA BARU


UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI
TAHUN 2021

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berbasis internet telah menyebar
hingga seluruh lapisan masyarakat. Kemajuan teknologi seperti saat ini, membuat informasi begitu
cepat beredar dan mudah kita dapatkan. Hanya dalam hitungan detik, suatu peristiwa sudah bisa
langsung tersebar dan diakses oleh pengguna internet melalui media sosial. Melalui media sosial,
ratusan bahkan ribuan informasi disebar setiap harinya. Bahkan orang kadang belum sempat
memahami materi informasi, reaksi atas informasi tersebut sudah lebih dulu terlihat. Meski begitu,
perkembangan teknologi informasi kehidupan di dunia nyata tidak pararel dengan kehidupan di
dunia maya.
Media sosial kini dipenuhi berita informasi palsu (hoax), provokasi, fitnah, sikap intoleran
dan anti Pancasila. Hoax merupakan informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi
sebenarnya, dengan kata lain Hoax diartikan sebagai upaya pemutarbalikan fakta menggunakan
informasi yang meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya, dapat pula diartikan
sebagai tindakan mengabutkan informasi yang sebenarnya, dengan cara membanjiri suatu media
dengan pesan yang salah agar bisa menutupi informasi yang benar (Mansyah, 2017). Hoax atau
berita bohong adalah salah satu bentuk Cyber Crime yang kelihatannya sederhana, mudah
dilakukan namun berdampak sangat besar bagi kehidupan sosial masyarakat. Hoax akan menerpa
emosi masyarakat, dan menimbulkan opini negatif sehingga bisa mengarah pada disintegrasi
bangsa (Nugroho, 2017).
Hoax juga dapat menyebabkan dekonstruksi konsep kebhinekaan yang dapat
menimbulkan perpecahan bangsa. Oleh karena itu, Sikap bela negara diperlukan untuk tetap
menjaga persatuan dan kesatuan tulisannya "Social Media as a Tool for Information Warfare"
menyebutkan sosial media sebagai senjata kata-kata yang mempengaruhi hati dan pikiran audiens
yang ditargetkan, dan senjata pemusnah massal yang bisa berdampak pada target di dunia fisik.
Aplikasi media sosial bisa menjadi alat untuk konflik saat mereka jatuh ke tangan yang salah.
Dalam konteks perang modern, sosial media juga dapat digunakan sebagai senjata dalam Cyber
Warfare, Information Conflict/Warfare, Hybrid Warfare atau Netwar (Manduric, 2016:).
Penggunaan sosial media yang salah juga menciptakan efek negatif dan akan menjadi ancaman
nyata karena dapat memicu disintegrasi bangsa. Dalam hal ini, problem masyarakat bukan pada
bagaimana mendapatkan berita, melainkan kurangnya kemampuan mencerna informasi yang
benar. Kredibilitas media arus utama yang selalu digerogoti kepentingan elit dan pemilik, memaksa
masyarakat mencari informasi alternatif (Syuhada, 2018). Kesenjangan antara kurangnya literasi
digital di tengah banjirnya informasi ini disalahgunakan oleh sebagaian kelompok untuk
memproduksi berita yang tidak terkonfirmasi, yang belum tentu kebenarannya atau sering disebut
hoaks. Media sosial menjadi medium penting penyebaran hoaks (Figueira & Oliveira, 2017; Grech,
2017).
Himbauan sejumlah pihak agar menggunakan sosial media secara bijak rupanya masih
sulit diwujudkan karena masih rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia. Aturan-aturan
hukum yang selama ini ada juga tidak benar-benar ketat diterapkan dan tidak berhasil mencegah

ii
atau meminimalisir penggunaan sosial media secara negatif. Dalam jangka pendek, penegakan
hukum terhadap para pelaku kejahatan di dunia maya, merupakan langkah yang harus dilakukan.
Namun dalam jangka panjang, tentu hal ini menjadi tidak efektif bila masyarakat masih rendah
pemahaman dunia digital. Hal itu karena kunci superioritas atau dominasi di dunia maya terletak
pada orang/SDM.
Oleh karenanya perlu adanya pelatihan berpikir kritis. Maka, dalam menangkal perang
informasi di dunia maya dari berita palsu, hoax dan sejenisnya, dibutuhkan tidak hanya
penguasaan dan pemahaman teknologi informasi. Akan tetapi hal ini membutuhkan literasi digital
yang mencakup pemahaman mengenai aturan, etika, termasuk mengidentifikasi valid atau
tidaknya suatu informasi. Dengan demikian, diharapkan muncul kesadaran dan kepekaan
masyarakat terhadap munculnya suatu informasi/ berita yang mengadu domba dan berpotensi
menciptakan perpecahan di masyarakat. Selain itu literasi digital upaya dalam menangkal
disintegrasi bangsa yang disebabkan oleh berita hoax adalah dengan menanamkan jiwa bela
Negara.
Makna bela negara ini menjadi sikap dan tindakan yang mencerminkan kekuatan dan
ketangguhan bangsa dan negara dalam menjaga dan melindungi negara secara keseluruhan dari
ancaman disintegritas bangsa termasuk dalam melawan hoax. Sikap bela negara yang dapat
dilakukan untuk memerangi berita hoax antara lain dengan memiliki rasa cinta tanah air termasuk
tidak menyebarluaskan berita-berita yang negatif yang mengandung hoax yang dapat meresahkan
masyarakat, melaporkan para pelaku yang dicurigai sebagai penyebar berita hoax kepada pihak
yang berwenang, sadar berbangsa dan bernegara termasuk kesadaran dan kepatuhan dengan
hukum/undang-undang dan yakin pada pancasila sebagai ideologi negara.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana melaksanakan bela negara dengan literasi digital.

C. Tujuan
Untuk mengetahui bela negara dengan literasi digital.

iii
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah India dan Amerika
Serikat, dan negaranegara ini memiliki masalah serius dengan penyebaran berita palsu (fake
news/hoax) (Firmansyah, 2017). Penyebaran hoax ibarat virus yang dimulai dari penerbit berita,
opini, data, foto dan gambar yang mengandung hoax dan dibagikan melalui media sosial (seperti
Facebook, Twitter, WhatsApp, Line, YouTube, Path, dan Instagram) (Triartanto, Kredibilitas Teks
Hoax di Media Siber, 2015). Penggunaan media sosial di masyarakat dapat mengancam kedaulatan
negara. Namun di sisi lain, media sosial juga bisa menjadi sumber pengetahuan tentang dunia
informasi, komunikasi dan teknologi digital sehingga masyarakat bisa melek digital. Aktivitas
masyarakat Indonesia yang menggunakan teknologi digital pada akhirnya berpotensi terhadap
terjadinya cyber warfare. Setidaknya hingga saat ini, masih banyak orang yang salah paham dan
tidak sengaja melakukan aktivitas yang mengandung unsur cybercrime di media sosial. Oleh karena
itu, untuk menegakkan keutuhan NKRI dan sistem pertahanan yang kokoh, upaya pencegahan
hoax harus dilakukan. Sosial Media Hoax merupakan ancaman bagi persatuan dan kesatuan negara,
karena isi berita hoax dinilai sangat meyakinkan jika ditambah dengan datadata, sehingga
penyebaran hoax tersebut pada akhirnya dapat diterima oleh masyarakat yang kemudian
berdampak signifikan terhadap pemikiran masyarakat tanpa perlu berpikir secara kritis apakah
berita tersebut akurat atau tidak. Segregasi pemikiran publik pun terjadi sehingga perpecahan pun
tidak dapat dihindari, terutama yang mengutamakan publikasi kebencian di ruang publik.
Berdasarkan hasil survei MASTEL 2017 yang dirilis oleh Kominfo, media sosial merupakan
penyumbang dan penyebar terbesar masalah Hoax

Sosial Media

Hoax merupakan ancaman bagi persatuan dan kesatuan negara, karena isi berita hoax
dinilai sangat meyakinkan jika ditambah dengan datadata, sehingga penyebaran hoax tersebut
pada akhirnya dapat diterima oleh masyarakat yang kemudian berdampak signifikan terhadap
pemikiran masyarakat tanpa perlu berpikir secara kritis apakah berita tersebut akurat atau tidak.
Segregasi pemikiran publik pun terjadi sehingga perpecahan pun tidak dapat dihindari, terutama
yang mengutamakan publikasi kebencian di ruang publik. Berdasarkan hasil survei MASTEL 2017
yang dirilis oleh Kominfo, media sosial merupakan penyumbang dan penyebar terbesar masalah
Hoax tersebut. Berdasarkan gambar di atas, media sosial merupakan media yang digunakan untuk
menyebarkan hoax, pada level tertinggi yaitu 92,4%. Selanjutnya, proporsi aplikasi obrolan /
perpesanan setinggi 62,8%. Tempat ketiga adalah halaman web / situs web. terhitung 34,9%.
Disusul televisi, media cetak, e-mail dan radio menduduki peringkat keempat sampai ketujuh,
dengan rasio kurang dari 10%. Data ini membuktikan bahwa jika digunakan secara tidak benar,
media sosial seperti pisau. Beberapa media sosial yang menjadi sasaran penyebaran keisengan
antara lain Facebook, Whatsapp, Google, bahkan Youtube (Triartanto, Kredibilitas Teks Hoax di
Media Siber, 2015). Penyebaran hoax ibarat virus yang dimulai dari penerbit berita, opini, data,
foto, dan gambar yang mengandung hoax dan dibagikan melalui media sosial. Setidaknya hingga
saat ini, masih banyak orang yang salah paham dan tidak sengaja melakukan aktivitas yang
iv
mengandung unsur cybercrime di media sosial. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang
mendalam tentang betapa berbahayanya hoax bagi negara dan kehidupannya serta upaya untuk
mengatasi berita hoax tersebut. Namun, di satu sisi media sosial dapat mempromosikan
persahabatan yang lebih dekat, platform bisnis online, dan lain-lain. Akan tetapi sisi lain dari media
sosial seringkali memunculkan berbagai permasalahan, seperti maraknya penyebaran hoax, ujaran
kebencian, hasutan, penghinaan, dan perkelahian satu sama lain yang dapat berujung pada
disintegrasi bangsa.

Bela Negara
Dalam era globalisasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat
ini, bela negara memiliki arti yang luas tidak hanya dalam menghadapi ancaman militer tetapi juga
dalam aspek nonmiliter. Bentuk ancaman juga sangat beragam dan kompleks. Hanya negara
dengan keunggulan kompetitif yang dapat bersaing dan memenangkan kompetisi tersebut. Dalam
rangka melindungi negara dari ancaman internal dan eksternal, militer dan non-militer, maka
sangat penting untuk mempertahankan negara dan menumbuhkan kesadaran bela negara,
terutama kepada generasi milenial, sebagai ahli waris dan penerus negara dan kelangsungan
hidupnya. Apalagi saat ini Indonesia dihadapkan dengan tantangan yang luar biasa dengan
pesatnya kemajuan teknologi informasi dengan keberadaaan media sosial (sosmed), dimana media
sosial ini ibarat hutan belantara dan barang siapa yang tidak berhati-hati akan terjebak di
dalamnya. Dalam artian jika tidak berhati-hati, maka bisa termakan isuisu yang dipropagandakan
oleh para propagandis yang tidak bertanggung jawab. Bela negara dapat diartikan sebagai
kecintaan warga negara pada negara, pemahaman tentang negara Indonesia, serta pemahaman
yang tertib, komprehensif, dan berkesinambungan tentang kekuatan Pancasila sebagai ideologi
bangsa dan kesediaan untuk berkorban untuk mencegah setiap ancaman terhadap kemerdekaan
dan kedaulatan bangsa, persatuan dan kesatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yurisdiksi, serta
nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, baik dari ancaman luar maupun dalam negeri (Azhar, 2001: 32).
Pandangan lain dijelaskan oleh Wiyono dan Isworo (2007: 3) mendefinisikan bela negara sebagai
sikap dan perilaku warga negara yang menjaga perdamaian negara karena kecintaannya pada
persatuan Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kelangsungan hidup negara itu
lengkap. Pandangan Winarno (2007: 186) semakin memperkuat kedua pandangan tersebut, yaitu
bahwa bela negara tidak selalu berarti membawa senjata untuk menghadapi musuh atau
mempertahankan negara militer. Dalam konteks pertahanan negara dapat dipahami sebagai dua
klasifikasi pertahanan negara yaitu fisik dan non fisik. Dalam mewujudkan bela negara di era
milenial ini, perlu ditanamkan pada diri masyarakat Indonesia beberapa sikap, salah satunya yaitu
sikap cinta tanah air karena inti dari bela negara itu adalah mencintai negeri ini. Apabila seseorang
merasa cinta terhadap tanah airnya maka akan timbul rasa ingin membela negaranya. Mengingat
bahwasanya Indonesia mempunyai kebudayaan, suku, agama, dan ras yang sangat beragam. Oleh
karena itu, cinta tanah air harus dibarengi juga dengan sikap toleransi. Hal itu, karena jika kita
saling hidup rukun di tengah perbedaan, maka tentu saja bela negara yang kita lakukan akan
berjalan dengan lebih mudah. Kemudian, untuk mendiseminasikan nilai-nilai bela Negara yang
sudah mulai ditinggalkan perlu adanya sosialisasi dan konsep baru bela Negara kepada masyarakat
di era saat ini. Sehingga tidak hanya militer saja yang melakukan bela negara tetapi juga seluruh
elemen masyarakat. Hal itu sebagaimana telah diatur UUD 1945 (pasal 27 dan pasal 30 ayat (1),
v
dimana setiap warga negara mempunyai hak dan kewajibam terhadap bela negara, Atas dasar
tersebut penanaman kesadaran bela Negara yang diintegrasikan dengan program literasi digital
terhadap setiap warga negara terutama generasi milenial sebagai pewaris dan penerus
kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara sangat penting. Hal itu dilakukan untuk
memperkuat sistem pertahanan Negara dan mampu mempertahankan negara dari ancaman baik
dari dalam negeri maupun dari luar negeri, militer maupun non militer. Upaya pembelaan negara
tersebut harus tetap dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara
Indonesia serta keyakinan pada Pancasila dan UUD 1945.

Literasi Digital
Minimnya pemahaman warganet terhadap literasi digital menjadi faktor penentu
penyebaran hoax yang merusak lingkungan komunikasi (Madrah & Mubarok, 2018; Rianto, 2019).
Menurut Potter (2001: 10), orang dengan tingkat literasi yang lebih rendah akan dengan mudah
menerima makna yang terlihat dari informasi yang dihasilkan dan ditentukan oleh media. Dari
perspektif yang terbatas, memiliki struktur pengetahuan yang lebih kecil, dangkal, dan kurang
terorganisir, sehingga tidak cocok digunakan dalam proses menjelaskan makna pesan media. Pada
akhirnya akan sulit bagi individu untuk mengidentifikasi keakuratan informasi, mengklasifikasikan
perselisihan, menjadi sadar akan konten satir dan mengembangkan visi yang lebih luas. Di sisi lain,
Potter (2001: 10) menjelaskan bahwa orang dengan literasi digital yang tinggi akan secara aktif
menggunakan serangkaian kemampuan menafsirkan. Orang-orang ini meletakkan pesan media
dalam struktur pengetahuan yang dibangun dengan hati-hati. Akhirnya, ia dapat
menginterpretasikan pesan apa pun dari berbagai dimensi, sehingga memberikan pilihan makna
yang lebih luas. Ketika tingkat literasi seseorang tinggi, dia akan tahu bagaimana memilih semua
pilihan makna, dan dia memiliki kemampuan dan kendali untuk memilih makna yang paling akurat
dari berbagai perspektif (kognitif, emosional, estetika dan moral). literasi digital. Setelah
menyiapkan pelindung literasi digital, orang berharap penipuan tidak akan masuk. Patuhi literasi
digital dan berharap seseorang dapat menyaring informasi, terlepas dari apakah informasi itu
bermakna atau tidak; apakah ada argumen, data, atau fakta. Dalam bukunya "Digital Literacy"
(1997), Paul Gilster mengemukakan bahwa literasi digital diartikan sebagai kemampuan untuk
memahami dan menggunakan berbagai bentuk informasi dari berbagai sumber yang diakses
melalui perangkat komputer. Literasi digital dan literasi media memiliki tiga unsur yaitu
kompetensi mandatoris, lokus personal, dan struktur pengetahuan. Literasi digital memiliki dua
tujuan. Pertama, kelompok "proteksionis" menunjukkan bahwa pendidikan media digital atau
literasi digital bertujuan untuk melindungi warga negara sebagai konsumen media dari efek negatif
media digital (terutama scam). Kedua, kelompok "persiapan" menunjukkan bahwa literasi digital
adalah mempersiapkan warga negara untuk hidup di dunia yang penuh dengan media sehingga
mereka dapat menjadi konsumen media utama (Aufderheide, 1992). Dalam rangka melawan
pemberitaan hoax dan menjaga integrasi bangsa Indonesia, salah satu bentuk literasi digital adalah
menyebarkan pemahaman dan nilai- nilai bela negara di media digital dan media massa. Salah satu
elemen dasar literasi digital sangat penting adalah critical atau kritis dalam menyikapi konten.
Elemen inilah yang menjadi elemen paling menentukan dalam mencegah penipuan. Kuncinya
berarti tidak menyerap informasi yang diperoleh dari Internet, termasuk informasi di media sosial
dan aplikasi percakapan secara mentah-mentah. Dalam praktiknya, mendorong pengguna Internet
vi
selalu kritis dan curiga, terutama pada konten yang terlalu dibombardir, tidak berarti, serta penuh
nuansa kebencian. Karena konten ini mungkin berisi informasi penipuan atau manipulasi. Literasi
digital akan menciptakan masyarakat dengan pemikiran dan opini yang kreatif dan kritis. Mereka
tidak akan mudah termakan pertanyaan provokatif dan menjadi korban informasi scam atau
penipuan berbasis digital. Dengan demikian, kehidupan sosial budaya masyarakat akan cenderung
aman dan menguntungkan. Ancaman disintegrasi bangsa akibat berita scam bisa diatasi.

vii
BAB III

PENUTUP

Hoax adalah salah satu jenis kejahatan dunia maya yang dapat mengancam keutuhan negara. Hoax
menyebar begitu masif seperti virus melalui kanal media sosial, mulai dari penerbit berita, opini, data,
foto, dan gambar. Dengan konsep pengintegrasian anatar konsep literasi digital dan bela Negara,
diharapakan bisa mencegah hoax dan memperkuat sistem pertahanan Negara. Literasi digital akan
menciptakan masyarakat dengan pemikiran dan opini yang kreatif dan kritis. Bersamaan dengan itu, bela
negara akan memungkinkan masyarakat untuk mencintai bangsa dan negaranya, dengan demikian
senantiasa menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

viii
Daftar Pustaka

Agung, D. (2018). Konflik Informasi, Keamanan Nasional & Bela Negara . Wira Edisi Mei-Juni 2018 Volume
72/ Nomor 56, 7. Aufderheide, Patricia. 1992.

Media Literacy. A Report of the National Leadership Conference on Media Literacy. Queenstown Maryland:
The Aspen Institute Wye Center. Hal.147 Azhar,

Muhammad, 2001, Perspektif Islam Tentang Bela Negara. Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. VI No. 1 April
2001.

Boyd, D. (2009). Sosial Media is here to say…now what? Redmond. Washington: Microsoft Tech Fest.
Retrieved from www. Danah. Org/paper/talks.MSTechFest2009.html. tanggal 10 September 2020.
Figueira, Á., & Oliveira, L. (2017).

The current state of fake news: Challenges and opportunities. Procedia Computer Science, 121, 817–825.
https://doi.org/10.1016/j.procs.2017.11.10 6

Firmansyah, R. (2017). Web Klarifikasi Berita untuk Meminimalisir Penyebaran Berita Hoax. JURNAL
INFORMATIKA, 4 (2), 230-235.

Goldfine, E. (2011). Best Practice: The Use of Social Media Throughout Emergency dan Disaster Relief.
Diakses dari http://www.unapcict.org/ecohub/bestpractice s-the-use-of-social-
mediathroughoutemergency-disaster-relief-1. tanggal 10 September 2020.

Goldfine, E. (2011). Best Practice: The Use of Social Media Throughout Emergency dan Disaster Relief.
Diakses dari http://www.unapcict.org/ecohub/bestpractice s-the-use-of-social-
mediathroughoutemergency-disaster-relief-1. tanggal 10 September 2020.

Mahmoud, A. E., Auter, P. J. (2009). The Interactive Nature of Computer‐Mediated Communication.


American Communication Journal Vol. 11, No. 4, Winter 2009. Diakses dari situs:
http://acjournal.org/journal/2009/Winter/Ar ticles/110401%2 0Interactive_Nature.pdf tanggal 10
September 2020.

Manduric, A. (2016:). Social Media as a Tool for Information Warfare. Google It, Total Information
Awareness, 261-264.

ix
PENGARUH NARKOBA TERHADAP GENERASI MUDA

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pembuatan Makalah


PKKMB Universitas BhamadaSlawiTahun 2021

DenganTema: NAPZA

Disusun Oleh:

Nama : DIMYATI DEVRAN IBROHIM

Fakultas: KESEHATAN

Program Studi: S1 ILMU KEPERAWATAN

PENGENALAN KEHIDUPAN KAMPUS MAHASISWA BARU

UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI

TAHUN 2021

x
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini masalah narkoba atau napza sudah menjadi masalah yang

menggejala di lingkungan kita, terutama remaja. Namun data akhir-akhir ini, bahaya

narkoba ternyata tidak hanya mengancam anak-anak pada usia remaja, narkoba

bahkan sudah dikonsumsi oleh anak-anak di bawah usia remaja. Berdasarkan data

BNN (Badan Narkotika Nasional), jumlah pengguna narkoba di Indonesia tiap tahun

terus meningkat sehingga mengancam masa depan generasi muda.

Tercatat pada tahun 2007, 81.702 pelajar di lingkungan SD, SMP dan

SMA menggunakan narkoba. Data ini setiap tahun terus meningkat. Menurut

penelitian dan berita di Internet ditemukan 2 kali kasus penggunan Narkotika

oleh Remaja di Kota Metro pada Desember tahun 2016 dan Februari tahun 2020.(

https://www.lampung1.com/2016/12/terlibat-kasus-narkoba-3- remaja-kota-

metro-di-tangkap-polisi/)( https://m.lampost.co/berita-polres-metro-amankan-

tiga- pelajar-dan-satu-bandar-tembakau-gorila.html)

NARKOBA atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi

kondisi kejiwaan / psikologis seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat

menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologis. Yang termasuk dalam NAPZA,

yaitu narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Narkoba dapat menimbulkan

ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis.

Masa remaja adalah masa transisi. Masa peralihan manusia dari anak-anak
menjuju dewasa. Pada masa peralihan ini, keadaan jiwa para remaja belum stabil. Para
remaja akan mudah dipengaruhi

5
dengan hal-hal negatif, selain itu remaja juga memiliki keinginan yang sangat besar untuk

mencoba hal-hal yang baru termasuk mencoba narkoba.

Hal ini dikarenakan masa remaja merupakan masa seorang anak mengalami perubahan cepat

dalam segala bidang yang menyangkut perubahan tubuh, perasaan, kecerdasan, sikap sosial dan

kepribadian. Sehingga mereka mudah dipengaruhi dan tidak stabilnya emosi cenderung

menimbulkan perilaku nakal. Jenis psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain shabu-

shabu dan ecstasy.

1.2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diketahui masalah masalah yang muncul, masalh –

masalah tersebut dapat di identifikasikan sebagai berikut :

1. Kurang pemahaman dan pengetahuan masyarakat dan remaja tentang bahaya Narkoba.

2. Kurangnya pengawasan orang tua.

1.3 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang yang dijabarkan di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan Narkoba terhadap Remaja dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan /

psikologis (pikiran, perasaan dan perilaku)?

2. Aapakah penggunaan Narkoba terhadap Remaja dapat menimbulkan ketergantungan

fisik dan psikologis?

6
1.4 Tujuan Penelitian

Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa ini kian

meningkat. Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda tersebut, dapat membahayakan

keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari. Karena pemuda sebagai generasi yang

diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif

penghancur syaraf. Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya, generasi

harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan. Sasaran dari penyebaran

narkoba ini adalah kaum muda atau remaja. Karya Ilmiah ini bertujuan untuk :

1. Sebagai sarana pengetahuan tentang dampak Narkoba bagi para remaja.

2. Sebagai sebuah referensi sehingga para remaja dapat mengerti mengenai efek serta

jenis- jenis Narkoba.

3. Membantu para orang tua sehingga mempunya kesadaran untuk memperhatikan

anak meraka.

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan disusunnya karya ilmiah ini diharapakan dapat memberikan pengetahuan kepada

masyarakat luas khususnya para Orang Tua, Guru, Pelajar dan Remaja, akan bahaya dan dampak

buruk yang diakibatkan oleh narkoba, sehingga diharapkan kedepannya akan dapat menimbulkan

kesadaran pribadi untuk penanggulangan terhadap penyalahgunaan narkoba di lingkungannya.

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kerangka Pikir

Narkoba (singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif berbahaya lainnya)

adalah bahan/zat yang jika dimasukkan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup,

maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang.

Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis. Narkotika adalah zat

atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang

dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat

menimbulkan ketergantungan. Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing,

jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja. Garam-

garam dan turunanturunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan sediaan-

sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang

berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan

perubahan pada aktivitas mental dan perilaku. Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium,

Mandarax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam,

Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis Diethylamide), dsb.

Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun

sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu

sistim syaraf pusat. Alkohol yang mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut)

8
berupa zat organik (karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh

minuman yang beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh: lem/perekat,

aceton, ether, dsb. Berdasarkan efeknya, narkoba tersebut bisa dibedakan menjadi tiga: 1.

Depresan, yaitu menekan sistem sistem syaraf pusat dan mengurangi aktifitas fungsional tubuh

sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila

kelebihan dosis bisa mengakibatkan kematian.

Jenis narkoba depresan antara lain opioda, dan berbagai turunannya seperti morphin dan

heroin. Contoh yang populer sekarang adalah Putaw. Depresan menimbulkan pengaruh yang

bersifat menenangkan. Dengan obat ini, orang yang merasa gelisah atau cemas misalnya, dapat

menjadi tenang. Tetapi bila obat penenang digunakan tidak sesuai dengan indikasi dan petunjuk

dokter, apalagi digunakan dalam dosis yang berlebihan, justru dapat menimbulkan akibat buruk

lainnya. 2. Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta kesadaran.

Jenis stimulan: Kafein, Kokain, Amphetamin.

Contoh yang sekarang sering dipakai adalah Shabu-shabu dan Ekstasi. Stimulan

menimbulkan pengaruh yang bersifat merangsang sistem syaraf pusat sehingga menimbulkan

rangsangan secara fisik dan psikis. Ecstasy, yang tergolong stimulan, menyebabkan pengguna

merasa terus bersemangat tinggi, selalu gembira, ingin bergerak terus, sampai tidak ingin tidur

dan makan. Akibatnya dapat sampai menimbulkan kematian. 3. Halusinogen, efek utamanya

adalah mengubah daya persepsi atau mengakibatkan halusinasi. Halusinogen kebanyakan berasal

dari tanaman seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari jamur-jamuran. Selain itu ada

juga yang diramu di laboratorium seperti LSD. Yang paling banyak dipakai adalah marijuana

atau ganja Halusinogenik seperti marijuana atau ganja, mengakibatkan timbulnya halusinasi

9
sehingga pengguna tampak senang berkhayal. Tetapi sekitar 40-60 persen pengguna justru

melaporkan berbagai efek samping yang tidak menyenangkan, misalnya muntah, sakit kepala,

koordinasi yang lambat, tremor, otot terasa lemah, bingung, cemas, ingin bunuh diri, dan

beberapa akibat lainnya.

Penyalahgunaan Narkoba

1. Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan dan penelitian.

Tetapi karena berbagai alasan - mulai dari keinginan untuk coba-coba, ikut trend/gaya,

lambang status sosial, ingin melupakan persoalan, dll. , maka narkoba kemudian

disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berlanjut akan menyebabkan

ketergantungan atau dependensi, disebut juga kecanduan. Ada beberapa alasan, seseorang

menggunakan narkoba, seperti misalnya 1. Menggunakan narkoba di kalangan

lingkungan pergaulan sudah dianggap hal yang wajar bahkan sebagai suatu gaya hidup

masa kini

2. Pada awalnya dibujuk orang agar merasakan manfaatnya

3. Ada keinginan lari dari masalah yang ada, untuk merasakan kenikmatan sesaat

4. Sudah terjadi ketergantungan dan tidak ada keinginan untuk berhenti, dan lain-lain

Penyalahgunaan ini tentu saja berdampak pada kehidupan seseorang, baik secara fisik,

psikis dan sosial. Seberapa besar dampak yang terjadi sangat tergantung pada : jenis

narkoba yang digunakan, cara menggunakan dan lama penggunaan.

10
1. Dampak Fisik

Secara fisik, penyalahgunaan narkoba menyebabkan :

a. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan

kesadaran, kerusakan syaraf tepi

b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot

jantung, gangguan peredaran darah

c. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim

d. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran

bernafas, pengerasan jaringan paru-paru

e. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat,

pengecilan hati dan sulit tidur

f. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti:

penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta

gangguan fungsi seksual

g. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan

periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)

h. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara

bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga

saat ini belum ada obatnya

i. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi

narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan

kematian.
11
2. Dampak Psikis

Selain fisik, ada juga dampak psikis yang mungkin terjadi, seperti :

a. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah

b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga

c. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal

d. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan

e. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.

3. Dampak Sosial

Dampak sosial yang mungkin terjadi antara lain :

a. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan

b. Merepotkan dan menjadi beban keluarga

c. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram.

Seringkali orang berpikir bagaimana seseorang bisa terlibat dalam penggunaan narkoba

sementara orang lain tidak. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang menggunakan

narkoba, antara lain:

1. Faktor individual, yang termasuk dalam faktor individual antara lain :

a) Faktor kepribadian. Ciri-ciri kepribadian yang beresiko lebih besar menggunakan NAPZA,

seperti kurang percaya diri, mudah kecewa, agresif, murung, pemalu, pendiam dan

sebagainya.

12
b) Faktor usia. Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja sedang

mengalami perubahan biologis, psikologis maupun sosial yang pesat.

c) Pandangan atau keyakinan yang keliru d. Religiusitas yang rendah

2. Faktor Lingkungan, faktor lingkungan yang sedikit banyak mempengaruhi seseorang

menggunakan narkoba seperti misalnya :

a) Keluarga Seperti komunikasi orang tua dan anak kurang baik, orang tua yang bercerai,

kawin lagi, orang tua terlampau sibuk, acuh, orang tua otoriter dan sebagainya.

b) Lingkungan pergaulan Misalnya lingkungan kurang baik di sekitar rumah, sekolah, teman

sebaya maupun masyarakat.

Mengenali Penyalahguna Narkoba melalui Gejala Perubahan Fisik dan Perilaku

Ketika seseorang menggunakan narkoba, tidak mudah baginya untuk bersembunyi dari

apa yang telah terjadi pada dirinya. Perubahan secara fisik, sikap dan perilakunya akan mudah

untuk dikenali bahwa dia menggunakan narkoba. Adapun tanda-tanda perubahan fisik, sikap dan

perilaku pengguna narkoba adalah sebagai berikut :

1. Perubahan Fisik Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo

(cadel), apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif. Bila terjadi kelebihan dosis

(overdosis) : nafas sesak, denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan

meninggal. Saat sedang ketagihan (sakau) : mata merah, hidung berair, menguap terus,

diare, rasa sakit seluruh tubuh, malas mandi, kejang, kesadaran menurun. Pengaruh

jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli terhadap kesehatan dan

13
kebersihan, gigi keropos, bekas suntikan pada lengan.

14
2. Perubahan Sikap dan Perilaku Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas

sekolah, sering membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab. Pola tidur berubah,

begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk di kelas. Sering berpergian sampai

larut malam, kadang tidak pulang tanpa ijin. Sering mengurung diri, berlama-lama di

kamar mandi, menghindar bertemu dengan anggota keluarga yang lain. Sering

berbohong, minta banyak uang dengan berbagai alasan, tapi tidak jelas penggunaannya,

mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau keluarga, mencuri, terlibat

kekerasan dan sering berurusan dengan polisi. Sering bersikap emosional, mudah

tersinggung, pemarah, kasar, bermusuhan, pencurigaan, tertutup dan penuh rahasia.

Mengapa Remaja ?

Masa remaja merupakan masa transisi, yaitu suatu fase perkembangan antara masa anak-

anak dan masa dewasa. Masalah utama remaja pada umumnya adalah pencarian jati diri. Mereka

mengalami krisis identitas karena untuk dikelompokkan ke dalam kelompok anak-anak merasa

sudah besar, namun kurang besar untuk dikelompokkan dalam kelompok dewasa. Hal ini

merupakan masalah bagi setiap remaja. Oleh karena itu, seringkali memiliki dorongan untuk

menampilkan dirinya sebagai kelompok tersendiri. Dorongan ini disebut sebagai dorongan

originalitas. Namun dorongan ini justru seringkali menjerumuskan remaja pada masalah-masalah

yang serius, seperti nakoba.

Pada awalnya remaja, berkeinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya

hidup, serta bersenang-senang sebagai bentuk kebutuhan sosialisasi terhadap kelompoknya.

Walaupun sebenanarnya kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa justru

15
memudahkan remaja untuk terdorong menyalahgunakan narkoba. Data menunjukkan

bahwa jumlah pengguna narkoba yang paling banyak adalah kelompok usia remaja.

Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para remaja tertular

dan menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkoba

melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan kehilangan remaja yang sangat banyak

akibat penyalahgunaan narkoba dan merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan

kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa. Oleh karena itu dalam kerentanan di masa remaja,

dibutuhkan pengertian dan dukungan orangtua dan keluarga.

Bila kebutuhan remaja kurang diperhatikan, maka remaja akan terjebak dalam

perkembangan pribadi yang "lemah", bahkan dapat dengan mudah terjerumus ke dalam belenggu

penyalahgunaan narkoba. Fakta berbicara bahwa tidak semua keluarga mampu menciptakan

kebahagiaan bagi semua anggotanya, terutama bagi anak yang menginjak remaja. Banyak

keluarga mengalami problema-problema tertentu. Salah satunya ketidakharmonisan hubungan

keluarga. Banyak keluarga berantakan yang ditandai oleh relasi orangtua yang tidak harmonis

dan kurangnya komunikasi antara mereka.

Berhadapan dengan situasi demikian, remaja merasa bimbang, bingung dan ketiadaan

pegangan dalam hidupnya. Apalagi ditambah dengan sikap dan watak orangtua yang otoriter.

Remaja akhirnya terdorong untuk mencari sendiri pegangan hidupnya. Dalam pencarian inilah

mereka akhirnya terjerumus ke dalam narkotika.

Faktor ketidakharmonisan dalam keluarga memiliki kontribusi kuat pada munculnya

permasalahan yang dialami remaja. Dikatakan bahwa usia remaja adalah usia serba tidak pasti,

16
penuh gejolak. Remaja, di satu pihak, ingin melepaskan diri dari pengaruh orangtua. Namun di

lain pihak ia belum sepenuhnya berdiri sendiri. Dengan demikian jika orangtua tidak bisa

menjadi tempat yang aman bagi remaja, maka remaja akan mencari tempat sandaran lain berupa

kelompok para remaja yang tidak tertutup kemungkinan telah terlibat narkotika. Narkotika

akhirnya bisa dilihat oleh remaja sebagai pengganti kasih sayang dan perhatian yang tidak

mereka alami dari orangtua di rumah.

2.2 Hipotesis

H0 : Penggunaan Narkoba terhadap Remaja tidak dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan /

psikologis (pikiran, perasaan dan perilaku)?

H1 :Penggunaan Narkoba terhadap Remaja dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologis

(pikiran, perasaan dan perilaku)?

H0 : Penggunaan Narkoba terhadap Remaja tidak dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan

psikologis?

H1 : Penggunaan Narkoba terhadap Remaja dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan

psikologis?

17
A. Pengertian Narkoba

Menurut WHO (1982) Narkoba adalah Semua zat padat, cair maupun gas yang dimasukan

kedalam tubuh yang dapat merubah fungsi dan struktur tubuh secara fisik maupun psikis tidak

termasuk makanan, air dan oksigen dimana dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi tubuh

normal. Disini akan kami jelaskan tentang jenis-jenis narkoba, yaitu diantaranya adalah :

1. Narkotika adalah Zat/ obat yang berasal dari tanaman atau sintetis maupun semi

sintetis yang dapat menurunkan kesadaran, hilangnya rasa , mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan

2. Psikotropika Zat/obat alamiah atau sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan

khas pada aktifitas mental dan perilaku

3. Zat adiktif adalah Bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang pengunaannya

dapat menimbulkan ketergantungan baik psikologis atau fisik. Mis : Alkohol , rokok,

cofein

B. Bahaya Narkoba Bagi Remaja

Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa ini

kian meningkat Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda tersebut, dapat membahayakan

keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari. Karena pemuda sebagai generasi yang

18
diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif

penghancur syaraf. Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya, generasi

harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan.Sasaran dari penyebaran

narkoba ini adalah kaum muda atau remaja. Kalau dirata-ratakan, usia sasaran narkoba ini adalah

usia pelajar, yaitu berkisar umur 11 sampai 24 tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa

bahaya narkoba sewaktu-waktu dapat mengincar anak didik kita kapan saja.

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat-obatan terlarang. Sementara nafza

merupakan singkatan dari narkotika, alkohol, dan zat adiktif lainnya (obat-obat terlarang,

berbahaya yang mengakibatkan seseorang mempunyai ketergantungan terhadap obat-obat

tersebut). Kedua istilah tersebut sering digunakan untuk istilah yang sama, meskipun istilah

nafza lebih luas lingkupnya. Narkotika berasal dari tiga jenis tanaman, yaitu (1) candu, (2) ganja,

dan (3) koka. Ketergantungan obat dapat diartikan sebagai keadaan yang mendorong seseorang

untuk mengonsumsi obat-obat terlarang secara berulang-ulang atau berkesinambungan. Apabila

tidak melakukannya dia merasa ketagihan (sakau) yang mengakibatkan perasaan tidak nyaman

bahkan perasaan sakit yang sangat pada tubuh (Yusuf, 2004: 34).

C. Bahaya bagi pelajar

Di Indonesia, pencandu narkoba ini perkembangannya semakin pesat. Para pencandu

narkoba itu pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Artinya usia tersebut ialah usia

produktif atau usia pelajar. Pada awalnya, pelajar yang mengonsumsi narkoba biasanya diawali

dengan perkenalannya dengan rokok. Karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi

hal yang wajar di kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat,

apalagi ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah menjadi

19
pencandu narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami ketergantungan.Dampak

negatif penyalahgunaan narkoba terhadap anak atau remaja (pelajar-red) adalah sebagai berikut:

1. Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian,

2. Sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran,

3. Menjadi mudah tersinggung dan cepat marah,

4. Sering menguap, mengantuk, dan malas,

5. Tidak memedulikan kesehatan diri,

6. Suka mencuri untuk membeli narkoba.

D. Upaya pencegahan

Upaya pencegahan terhadap penyebaran narkoba di kalangan pelajar, sudah seyogianya

menjadi tanggung jawab kita bersama. Dalam hal ini semua pihak termasuk orang tua, guru, dan

masyarakat harus turut berperan aktif dalam mewaspadai ancaman narkoba terhadap anak-anak

kita.

Adapun upaya-upaya yang lebih kongkret yang dapat kita lakukan adalah melakukan

kerja sama dengan pihak yang berwenang untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba,

atau mungkin mengadakan razia mendadak secara rutin. Kemudian pendampingan dari orang tua

siswa itu sendiri dengan memberikan perhatian dan kasih sayang.

Pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap gerak-gerik anak

didiknya, karena biasanya penyebaran (transaksi) narkoba sering terjadi di sekitar lingkungan

sekolah.

20
Yang tak kalah penting adalah, pendidikan moral dan keagamaan harus lebih ditekankan

kepada siswa. Karena salah satu penyebab terjerumusnya anak-anak ke dalam lingkaran setan ini

adalah kurangnya pendidikan moral dan keagamaan yang mereka serap, sehingga perbuatan

tercela seperti ini pun, akhirnya mereka jalani. Oleh sebab itu, mulai saat ini, kita selaku

pendidik, pengajar, dan sebagai orang tua, harus sigap dan waspada, akan bahaya narkoba yang

sewaktu-waktu dapat menjerat anak-anak kita sendiri. Dengan berbagai upaya tersebut di atas,

mari kita jaga dan awasi anak didik kita, dari bahaya narkoba tersebut, sehingga harapan kita

untuk menelurkan generasi yang cerdas dan tangguh di masa yang akan datang dapat

terealisasikan dengan baik

Berbagai upaya berbagai pihak untuk mengatasi permasalahan narkoba yang sering

dialami para remaja.` Ada tiga tingkat intervensi yang dapat dilakukan, yaitu

1. Primer, sebelum penyalahgunaan terjadi, biasanya dalam bentuk pendidikan,

penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui keluarga, dll.

Instansi pemerintah, seperti halnya BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap

intervensi ini. kegiatan dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai bentuk

materi KIE yang ditujukan kepada remaja langsung dan keluarga.

2. Sekunder, pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan

(treatment). Fase ini meliputi: Fase penerimaan awal antara 1 - 3 hari dengan

melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan Fase detoksifikasi dan terapi komplikasi

medik, antara 1 - 3 minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan

adiktif secara bertahap.

3. Tertier, yaitu upaya untuk merehabilitasi merekayang sudah memakai dan dalam proses

penyembuhan. Tahap ini biasanya terdiri atas Fase stabilisasi, antara 3-12 bulan, untuk
21
mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat, dan Fase sosialiasi dalam masyarakat,

agar mantan penyalahguna narkoba mampu mengembangkan kehidupan yang bermakna

di masyarakat. Tahap ini biasanya berupa kegiatan konseling, membuat kelompok-

kelompok dukungan, mengembangkan kegiatan alternatif, dll.

Ketiga upaya di atas dapat dilakukan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi saat itu,

apakah perlu dilakukan upaya primer, sekunder atau tertier. Selain itu, ada juga pendapat yang

menyatakan bahwa permasalahan remaja tersebut dapat diupayakan dengan tiga pendekatan,

yaitu :

1. Pendekatan Agama, dengan menanamkan ajaran-ajaran agama. Yang diutamakan bukan

hanya ritual keagamaan, melainkan memperkuat nilai moral yang terkandung dalam

agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pendekatan Psikologis, dengan mengenali dan memahami karakteristik kepribadian.

Mengenali remaja beresiko tinggi menyalahgunaan NAPZA dan melakukan intervensi

terhadap mereka agar tidak menggunakan NAPZA.

3. Pendekatan Sosial, dengan menciptakan lingkungan keluarga dan masyarakat yang positif.

Hal ini dapat dilakukan melalui komunikasi dua arah, bersikap terbuka dan jujur,

mendengarkan dan menghormati pendapat anak. Masalah pencegahan penyalahgunaan

NAPZA bukanlah menjadi tugas dari sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas kita

bersama. Upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan sejak dini sangatlah

baik, tentunya dengan pengetahuan yang cukup tentang penanggulangan tersebut. Peran

orang tua dalam keluarga dan juga peran pendidik di sekolah sangatlah besar bagi

pencegahan penaggulangan terhadap NAPZA

22
BAB III

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari Pembahasan di atas bisa ditark kesimpulan bahwa

1. Narkoba adalah barang yang sangat berbahaya dan bisa merusak susunan syaraf
yang bisa merubah
2. sebuah kepribadian seseorang menjadi semakin buruk
3. Narkoba adalah sumber dari tindakan kriminalitas yang bisa merusak norma
dan ketentraman umu.
4. Menimbulkan dampak negative yang mempengaruhi pada tubuh baik secara fisik
maupun psikologis

5.2 Saran

Dalam masalah yang kita hadapi hendaklah kita selalu mencari penyelesaiannya dengan cara
yang baik dan berfikir positif. Masalah Narkoba di kalanagan remaja hanyalah segelintir masalah
yang kita hadapi. Mungkin saya dapat memberikan saran dalam penyelesaian masalah tentang
Narkoba antaralain:

1. Orang tua hendaknya selalu memperhatikan kelakuan dan perubahan perilaku anak.
2. Kasih sayang dari orang tua dan pendidikan agama.
Semoga Karya ilmiah ini dapat di gunakan sebagai referensi dalam penanggulangan narkoba
dalam kalangan remaja. Dan semoga kedepannya bangsa ini dapat menjdi lebih baik lagi dan
terbebas dari narkoba.

23
DAFTAR PUSTAKA

Fransiska Novita Eleanora, "Bahaya Penyalahgunaan Narkoba serta Usaha Pencegahan dan

Penanggulangannya, " (Jurnal Hukum, Volume 25 Nomor 1 (April, 2011), hal. 439)

Muhammad Yamin, 2012, Tindak Pidana Khusus, Cetakan Pertama. (Bandung: Pustaka Setia,

hal. 163)

Komunikasi Penyuluhan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba, 2004, (Jakarta: Badan

Narkotika Nasional Republik Indonesia, hal. 17)

Della Alvialli Suwanto, 2013, Pemahaman dan Sikap terhadap Narkoba di Kalangan Remaja,(

Jakarta: Balai Pustaka, hal. 1)

Rosita Endang Kusmaryani, Mengenal Bahaya Narkoba Bagi Remaja

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/(C)%20Mengenal%20Bahaya%20Narkoba%2

0bagi%20Remaja%202009_0.pdf

Tiga Pelajar dan Bandar Tembakau Gorila Ditangkap, https://m.lampost.co/berita-polres-metro-

amankan-tiga-pelajar-dan-satu-bandar-tembakau-gorila.html

Terlibat Kasus Narkoba, 3 Remaja Kota Metro, Di Tangkap Polisi,

https://www.lampung1.com/2016/12/terlibat-kasus-narkoba-3-remaja-kota-

metro-di-

tangkap-polisi/

24
LAMPIRAN

1
ANTI RADIKALISME DAN ANTI TERORISME

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pembuatan Makalah


PKKMB Universitas BhamadaSlawiTahun 2021
DenganTema: PERAN MEHASISWA DALAM

MENANGKAL RADIKALISME DAN TERORISME

Disusun Oleh:

NAMA : DIMYATI DEVRAN IBROHIM

FAKULTAS: KESEHATAN

PROGRAM STUDI :S1 ILMU KEPERAWATAN

PENGENALAN KEHIDUPAN KAMPUS MAHASISWA BARU UNIVERSITAS


BHAMADA SLAWI

TAHUN 2021

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Narkoba sudah tidak asing di telinga masyarakat dunia pada umumnya, bahkan
khususnya masyarakat Indonesia. Narkoba namanya sangat dikenal baik dikalangan
masyarakat karena pengguna narkoba tersebut mengatakan bahwa benda tersebut
merupakan benda yang dapat menolong mereka yang sedang mengalami masalah dalam
kehidupannya, menurut mereka narkoba merupakan pahlawan dalam kehidupannya.
Narkoba sudah meresahkan masyarakat kita di Indonesia karena efek dari benda
ini bila dikonsumsi secara salah dan berlebihan oleh penggunanya maka akan berakibat
fatal, bisa juga mengakibatkan kematian bagi para penggunanya. Dampak negatif selain
kematian, narkoba akan merusak sistem saraf bagi para penggunanya sehingga tidak
jarang para pecandu sering terganggu sistem sarafnya.
Namun dengan ancaman yang akan di rasakan oleh pecandu narkoba, para
pecandu kebanyakan tidak menghiraukan hal tersebut yang akan membahayakan
keselamatan hidupnya. Mereka malah senang bersahabat dengan benda terlarang
tersebut, bagi mereka narkoba merupakan sahabat tanpa jiwa yang memiliki kekuatan
dalam menolong mereka ketika mereka membutuhkannya.
Kasus pecandu narkoba dari tahun ke tahun semakin meningkat, kebanyakan para
penggunanya yaitu orang-orang yang sukses yang memiliki uang berlebih sehingga
mendapatkan narkoba merupakan hal yang tak susah. Namun, yang lebih parah lagi
kasus pecandu narkoba dari kalangan remaja pun sudah ada.
Hal tersebut menjadi kekhawatiran para orang tua, guru dan pihak lainnya, mereka
khawatir dengan hal tersebut karena jika para penerus bangsa ini kebanyakan para
pecandu narkoba maka masa depan bangsa ini akan suram. Maka dari itu perlu adanya
sosialisasi yang benar mengenai narkoba dan upaya pencegahan pengguna narkoba yang
efektif agar hal tersebut tidak merajalela.

1.2 Rumusan Masalah


Ada pun perumusan masalah pencegahan dan penanggulangan narkoba dan
3
psikotropika sebagai berikut,

4
1. apa yang dimaksud narkotika dan psikotropika?
2.Bagaimanakah faktor atau sebab dan akibat penggunaan penyalahgunaan narkotika
dan psikotropika?
3. Bagaimanah cara pengobatan dan pencegahanannya?

1.3 Tujuan Penulisan


Ada pun tujuan penulisan makalah pencegahan dan penanggulangan narkoba dan
psikotropika sebagai berikut,
1. Mengetahui arti narkotika dan psikotropika.
2. Mengetahui faktor atau sebab dan akibat penggunaan penyalahgunaan narkotika
dan psikotropika
3. Mengetahui cara pengobatan dan pencegahannya.

1.4 Manfaat Penulisan


Untuk memberikan informasi tentang narkoba dan bahayanya agar kita tidak terjerumus
di dalamnya serta kita bisa menjadi penerus bangsa yang bersih dari narkotika.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Narkotika dan Psikotropika

2.1.1 Pengertian Narkotika


Narkotika adalah bahan atau zat yang dapat memengaruhi kondisi kejiwaan
psikologi seseorang (pikiran, perasaan, dan perilaku) serta dapat menimbulkan
ketergantungan secara fisik dan psikologi [1].
Menurut UU RI No. 35/2009, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semisintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

2.1.2 Pengertian Psikotropika


Menurut UU RI No. 35/2009, Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah
maupun sintesis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku.

2.2 Jenis-jenis Narkotika dan Psikotropika

2.2.1 Jenis-jenis Narkotika


a. Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat
tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah :
• Heroin
Heroin ini merupakan turunan morfin yang sudah mengalami proses kimiawi.
Pada mulanya heroin ini digunakan untuk pengobatan ketergantungan morfin,
tetapi kemudian terbukti bahwa kecanduan heroin justru lebih hebat. Morfin atau
heroin disebut juga putaw. Bentuknya seperti serbuk putih tidak berbau.
• Kokain
Efek dari penggunaan kokain dapat menyebabkan paranoid, halusinasi serta
berkurang rasa percaya diri. Pemakaian obat ini akan merusak saraf di otak. Selain

6
memperburuk sistem pernafasan, penggunaan yang berlebihan sangat
membahayakan dan bisa membawa kematian. Kokain yang turunannya putaw
sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.
• Ganja
Ganja yang dikenal juga dengan nama cannabis sativa pada mulanya banyak
digunakan sebagai obat relaksan untuk mengatasi intoksikasi (keracunan ringan).
Bahan yang digunakan dapat berupa daun, batang dan biji, namun kemudian
disalahgunakan pemakaiannya.
Ganja dapat membuat ketagihan secara mental dan berfikir menjadi lamban
dan pecandunya nampak bodoh karena zat tersebut dapat mempengaruhi
konsentrasi dan ingatan serta kemampuan berfikir menjadi menurun.
b. Golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah :
• Morfin
Morfin merupakan turunan opium yang dibuat dari hasil pencampuran getah
poppy (papaver sormary ferum) dengan bahan kimia lain, sifatnya jadi semi
sintetik. Morfin merupakan zat aktif dari opium. Di dalam dunia kedokteran, zat
ini digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada waktu dilakukannya pembedahan
atau operasi.
Ketika pecah perang saudara di Amerika Serikat pada tahun 1856, zat ini
digunakan untuk serdadu yang luka, yang mengurangi rasa sakit. Akan tetapi
efeknya yang negatif maka penggunanya diganti dengan obat-obatan sintetik
lainnya.
c. Golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah :
• Kodein
Kodein adalah sejenis obat yang digunakan untuk mengobati nyeri sedang hingga
berat. Efek sampingnya dapat mengecam jiwa, seperti halnya senyawa opiat
lainnya adalah depresi saluran pernapasan[2].

7
2.2.2 Jenis-jenis Psikotropika
a. Golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom
ketergantungan. Contohnya adalah :
• Ekstasi
Dari sekian banyak jenis narkoba yang beredar maka ekstasi mungil inilah yang
paling banyak di produksi di dalam negeri. Selain dari bahan bakunya mudah di
dapat harga jualnya pun bervariasi mulai dari harga golongan “high class
eksekutif” selebritis, diatas Rp.100.000 hingga harga banting di warung kafe Rp.
10.000/butir.
Inex nama lain ekstasi ini masih keturunan kandung psikotropika banyak di
perjual-belikan bagai kacang goreng. Ekstasi beredar dalam bentuk tablet dan
kapsul dengan ukuran sebesar kancing kerah baju yang berdiri dari berbagai
macam jenis, diantaranya : Adam, Eva, Flash, Dolar, Bonjovi, Mike Tyson,
Playboy, Apple, Angel, White Dove, dan lain-lain.

b. Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom
ketergantungan. Contohnya adalah :
• Amphetamine
Memiliki nama jalanan: seed, meth, crystal, whiz. Bentuknya ada yang berbentuk
bubuk warna putih dan keabuan dan juga tablet. Cara penggunaan dengan cara
dihirup. Sedangkan yang berbentuk tablet diminum dengan air.
c. Golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindrom
ketergantungan. Contohnya adalah :
• Phenobarbital
Phenobarbatial merupakan antikonvulsan turunan barbiturat yang efektif dalam
mengatasi epilepsi. Phenobarbatial menekan korteks sensor, menurunkan aktivitas
motorik, menyebabkan kantuk, efek sedasi, dan hipnotik.

8
d. Golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan terapi dan atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
sindrom ketergantungan. Contohnya : Diazepam.

2.2.3 Zat Adiktif Lainnya


Zat Adiktif lainnya adalah bahan atau zat yang berpengaruh psikoaktif di luar
Narkotika dan Psikotropika, meliputi:
a. Minuman Alkohol yang mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh
menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan
manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan
dengan narkotika atau psikotropika akan memperkuat pengaruh obat atau
zat itu dalam tubuh manusia. Ada tiga golongan minuman beralkohol, yaitu:
1) Golongan A dengan kadar alkohol 1-5% (Bir).
2) Golongan B dengan kadar etanol 5-20% (Berbagai minuman anggur),
dan
3) Golongan C dengan kadar etanol 20-45% (Whisky, Vodca, Manson
House, Johny Walker).
b. Inhalasi (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah
tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Beberapa yang sering
disalahgunakan adalah Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, dan Bensin.
c. Tembakau. Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat. Rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan
NAPZA.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA
dapat digolongkan menjadi tiga golongan sebagai berikut:
1. Golongan Depresan (Downer)
Jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktivitas fungsional tubuh. Jenis
ini membuat pemakaiannya menjadi tenang dan bahkan membuat tertidur
dan tak sadarkan diri. Contohnya: Opioda (Morfin, Heroin, Kodein),
sedative (penenang), Hipnotik (obat tidur), dan Tranquilizer (anti cemas).

9
2. Golongan Stimulan (Upper)
Jenis NAPZA yang merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan
kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar, dan bersemangat.
Contoh: Amphetamine (Shabu,Ekstasi), Kokain.
3. Golongan Halusinogen
Jenis NAPZA ynag dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat
merubah perasaan, pikiran, dan seringkali menciptakan daya pandang yang
berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Contoh: Kanabis
(ganja).

2.3 Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika

Faktor penyebab penyalahgunaan narkoba dapat dibagi menjadi dua faktor, yaitu :

2.3.1 Faktor Internal


Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu seperti
kepribadian, kecemasan, dan depresi serta kurangya religiusitas. Kebanyakan
penyalahgunaan narkotika dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab remaja
yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik maupun sosial yang pesat
merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunakan obat-obat terlarang ini.
Anak atau remaja dengan ciri-ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk
menjadi penyalahguna narkoba.

2.3.2 Faktor Eksternal


Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu atau lingkungan
seperti keberadaan zat, kondisi keluarga, lemahnya hukum serta pengaruh
lingkungan. Faktor-faktor tersebut diatas memang tidak selau membuat seseorang
kelak menjadi penyalahgunaan obat terlarang. Akan tetapi makin banyak faktor-
faktor diatas, semakin besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahgunaan
narkoba. Hal ini harus dipelajari Kasus demi kasus.
Faktor individu, faktor lingkungan keluarga dan teman sebaya/pergaulan
tidak selalu sama besar perannya dalam menyebabkan seseorang
menyalahgunakan narkoba. Karena faktor pergaulan, bisa saja seorang anak yang
berasal dari keluarga yang harmonis dan cukup kominikatif menjadi
penyalahgunaan narkoba.[3]

10
2.4 Dampak Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika

Penyalahgunaan narkotika dan psikotropika adalah penggunaan salah satu atau


beberapa jenis narkotika dan psikotropika secara berkala atau teratur di luar indikasi
medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan gangguan fungsi
sosial. Akibat dari penyalahgunaan yang dilakukan terlalu sering akan menyebabkan
ketergantungan.

2.4.1 Dampak pada Tubuh Manusia


a. Otak dan susunan saraf pusat yang berakibat pada gangguan daya ingat,
gangguan perhatian atau konsentrasi, gangguan bertindak rasional,
gangguan persepsi sehingga menimbulkan halusinasi gangguan motivasi
sehingga malas sekolah atau bekerja, dan gangguan pengendalian diri
sehingga sulit membedakan baik atau buruk.
b. Saluran napas akan terjadi radang paru dan pembengkakan paru.
c. Jantung, terjadi peradangan oto jantung, penyempitan pembuluh darah
jantung.
d. Hati, terjadi Hepatitis B dan C yang menular melalui jarum suntik, hubungan
seksual.
e. Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS. Para pengguna NAPZA dikenal
dengan perilaku seks resiko tinggi, mereka mau melakukan hubungan
seksual demi mendapatkan zat atau uang untuk membeli zat. Penyakit yang
terjadi adalah kencing nanah, raja singa, dan lain-lain. Pengguna NAPZA juga
menggunakan jarum suntik bersama-sama membuat angka penularan
HIV/AIDS semakin meningkat.
f. Kulit terdapat bekas suntikan bagi pengguna yang menggunakan jarum suntik
sehingga mereka sering menggunakan baju lengan panjang.
g. Sistem reproduksi sering terjadi kemandulan.
h. Komplikasi pada kehamilan meliputi: ibu mengalami anemia, infeksi vagina,
hepatitis, dan AIDS. Kandungan mengalami abortus, keracunan kehamilan,
bayi lahir mati, dan janin mengalami pertumbuhan terhambat, prematur,
dan berat bayi rendah.

2.4.2 Dampak Sosial


a. Lingkungan Keluarga

11
1) Sering terjadi pertengkaran dan mudah tersinggung.
2) Orang tua resah karena barang berharga sering hilang.

12
3) Perilaku menyimpang anak (berbohong, mencuri, tidak tertib, hidup
bebas) dan menjadi aib keluarga.
4) Putus sekolah atau menganggur karena dikeluarkan dari sekolah atau
pekerjaan, sehingga merusak kehidupan keluarga, dan kesulitan
keuangan.
5) Orang tua menjadi putus asa karena pengeluaran uang meningkat untuk
biaya pengobatan dan rehabilitasi.
b. Lingkungan Sekolah
1) Merusak disiplin dan motivasi belajar.
2) Meningkatnya tindak kenakalan, membolos, dan tawuran pelajar.
3) Memengaruhi peningkatan penyalahgunaan di antara sesama teman
sebaya.
c. Lingkungan Masyarakat
1) Tercipta pasar gelap antara pengedar dan bandar yang mencari
penggunanya.
2) Pengedar atau bandar menggunakan perantara remaja atau siswa yang
telah menjadi ketergantungan.
3) Meningkatnya kejahatan di masyarakat, seperti perampokan, pencurian,
dan pembunuhan yang membuat masyarakat menjadi resah.

2.4.3 Gejala Perubahan sebagai Dampak Penyalahgunaan NAPZA


a. Perubahan Fisik
1) Saat menggunakan NAPZA, pengguna jalan sempoyongan, bicara pelo
(cadel), apatis (acuh tak acuh), mengantuk, dan agresif.
2) Bila terjadi kelebihan dosis, terjadi sesak napas, denyut jantung dan nadi
lambat, kulit terasa dingin, dan bahkan meninggal.
3) Saat sedang ketagihan, terjadi mata merah, hidung berair, menguap
terus, diare, rasa sakit di seluruh tubuh, malas mandi, kejang, dan
kesadaran menurun.
4) Pengaruh jangka panjang akan berakibat pada penampilan tidak sehat,
tidak peduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, bekas
suntukan pada lengan.
b. Perubahan Sikap dan Perilaku
1) Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah, sering
13
membolos, pemalas, dan kurang bertanggung jawab.

14
2) Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, dan
mengantuk di kelas atau tempat kerja.
3) Sering bepergian larut malam, terkadang tidak pulang tanpa izin.
4) Sering mengurung diri, berlama-lama di kamar mandi, dan menghindar
bertemu dengan anggota keluarga yang lain.
5) Sering mendapat telpon dan didatangi orang yang tidak dikenal oleh
anggota keluarga yang lain.
6) Sering berbohong, minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tidak
jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik
sendiri atau keluarga, mencuri, terlibat kekerasan, dan sering berurusan
dengan polisi.
7) Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, pemarah, kasar,
bermusuhan, mencurigakan, tertutup, dan penuh rahasia.

2.5 Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika

2.5.1 Pencegahan Terhadap Diri Sendiri


a. Belajar untuk mengatakan tidak, baik kepada diri sendiri ataupun kepada
orang lain yang menawarkan barang haram itu terhadap kita.
b. Tidak usah terpancing karena dibilang kuper.
c. Tidak usah selalu ingin dianggap hebat, berani, gaul, dan sebagainya.
d. Bergaul dengan teman yang baik dan jauhi teman yang berperilaku buruk.
e. Jangan pernah coba-coba.
f. Berpikir bahwa narkoba akan mengakibatkan penderitaan, baik bagi diri
sendiri maupu bagi orang lain.
g. Isilah hari-hari dengan kegiatan yang positif, seperti berolahraga, ikut
kegiatan karang taruna, dan ekstrakulikuler.
h. Menambah iman dan taqwa kepada Allah swt.
2.5.2 Pencegahan Terhadap Keluarga
a. Pengasuhan anak yang baik dengan penuh kasih sayang, penanaman
disiplin yang baik, mengajarkan yang perbedaan baik dan buruk,
mengembangkan kemandirian, memberi kebebasan bertanggung jawab,
dan mengembangkan harga diri anak dengan menghargai jika berbuat baik
atau mencapai prestasi tertentu.
15
b. Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat sehingga membuat anak
rindu untuk pulang ke rumah.

16
c. Meluangkan waktu untuk kebersamaan.
d. Orang tua menjadi contoh yang baik.
e. Kembangkan komunikasi yang baik.
f. Memperkuat kehidupan beragama.
g. Orang tua memahami masalah penyalahgunaan NAPZA agar dapat
berdiskusi dengan anak.
2.5.3 Pencegahan Terhadap Lingkungan Sekolah
a. Upaya Terhadap Siswa
1) Memberikan pendidikan kepada siswa tentang bahaya dan akibat
penyalahgunaan NAPZA.
2) Melibatkan siswa dalam perencanaan, pencegahan, dan
penanggulangan penyalahgunaan NAPZA di sekolah.
3) Membentuk citra diri yang positif dan mengembangkan keterampilan
yang positif untuk tetap menghindari dari pemakaian NAPZA dan
merokok.
4) Menyediakan pilihan kegiatan yang bermakna bagi siswa
(ekstrakulikuler).
5) Meningkatkan kegiatan bimbingan konseling.
6) Penerapan kehidupan beragama dalam kegiatan sehari-hari.
b. Upaya Mencegah Peredaran NAPZA di Sekolah
1) Razia dengan cara sidak.
2) Melarang orang yang tidak berkepentingan untuk masuk lingkungan
sekolah.
3) Melarang siswa keluar sekolah pada jam pelajaran tanpa izin guru.
4) Membina kerjasama yang baik dengan berbagai pihak.
5) Meningkatkan pengawasan sejak anak itu datang sampai dengan
pulang sekolah.
c. Upaya Membina Lingkungan Sekolah
1) Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang sehat dengan membina
hubungan yang harmonis antara pendidik dan peserta didik.
2) Mengupayakan kehadiran guru secara teratur di sekolah.
3) Sikap keteladanan guru amat penting.

17
2.6 Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika

Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika dapat dilakukan


melalui beberapa cara berikut ini,
2.6.1 Preventif (Pencegahan)
Preventif dilakukan untuk membentuk masyarakat yang mempunyai ketahanan
dan kekebalan terhadap narkoba. Pencegahan adalah lebih baik daripada
pemberantasan.
Pencegahan penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan dengan berbagai cara,
seperti pembinaan dan pengawasan dalam keluarga, penyuluhan oleh pihak yang
kompeten baik di sekolah dan masyarakat, pengajian oleh para ulama,
pengawasan tempat-tempat hiburan malam oleh pihak keamanan, pengawasan
distribusi obat-obatan ilegal dan melakukan tindakan-tindakan lain yang bertujuan
untuk mengurangi atau meniadakan kesempatan terjadinya penyalahgunaan
narkoba.
2.6.2 Kuratif (Pengobatan)
Kuratif bertujuan untuk penyembuhan para korban, baik secara medis maupun
dengan media lain. Seperti tempat-tempat penyembuhan dan rehabilitasi pecandu
narkoba, yaitu Pusat Rehabilitasi Narkoba.
2.6.3 Rehabilitatif (Rehabilitasi)
Rehabilitatif dilakukan agar setelah pengobatan selesai para korban tidak kambuh
kembali “ketagihan” narkoba. Rehabilitasi berupaya menyantuni dan
memperlakukan secara wajar para korban narkoba agar dapat kembali ke
masyarakat dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
2.6.4 Represif (Penindakan)
Represif artinya menindak dan memberantas penyalahgunaan narkoba melalui
jalur hukum, yang dilakukan oleh para penegak hukum atau aparat keamanan yang
dibantu oleh masyarakat. Kalau masyarakat mengetahui harus segera melaporkan
kepada pihak berwajib dan tidak boleh ada main hakim sendiri.[2]

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Narkotika adalah bahan atau zat yang dapat memengaruhi kondisi kejiwaan psikologi
seseorang (pikiran, perasaan, dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan
secara fisik dan psikologi. Sedangkan psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah
maupun sintesis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
Faktor penyebab penyalahgunaan narkoba dapat dibagi menjadi dua faktor, yaitu
faktor internal yang berasal dari dalam diri individu seperti kepribadian, kecemasan, dan
depresi serta kurangya religiusitas, serta faktor eksternal yang berasal dari luar individu
atau lingkungan seperti keberadaan zat, kondisi keluarga, lemahnya hukum serta
pengaruh lingkungan.
Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika dapat
dilakukan melalui beberapa cara seperti preventif seperti pembinaan dan pengawasan
dalam keluarga, kuratif seperti penyembuhan dengan medis atau dengan media lain,
rehabilitatif agar korban tidak kembali ketagihan dengan narkoba, dan represif melalui
jalur hukum.

3.2 Saran

Berdasarkan pembahasan tersebut, saran penulis adalah sebagai berikut:


1. Jangan pernah mencoba narkoba walaupun itu hanya sedikit.
2. Pemerintah harus memberantas peredaran narkoba di Indonesia.
3. Orang tua harus lebih memperhatikan anaknya agar tidak terjerumus ke
dalam jurang narkoba.
4. Perlu peningkatan kerja sama antar masyarakat dengan aparat untuk
memeberantas peredaran narkoba.
5. Remaja harus diperhatikan oleh semua pihak agar tidak terjerumus pada
penyalahgunaan narkoba.

19
DAFTAR PUSTAKA

[1] Wikipedia. 2010. “Narkoba” (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba. diakses


tanggal 24 April 2016)
[2] Tanjung, Ain. 2004. Pahami Kejahatan Narkoba. Jakarta: Lembaga Terpadu
Pemasyarakatan Anti Narkoba
[3] BNK Samarinda. 2007. “Faktor dan Akibat Narkoba” (online)
(http://bnk.samarinda.go.id/index.php?q=faktor-akibat-narkoba. diakses tanggal 24
April 2016)

20
URGENSI SEORANG PERAWAT

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pembuatan Makalah

PKKMB Universitas Bhamada Slawi Tahun 2021

Dengan Tema : Konsep Diri

Disusun Oleh:

Nama: Dimyati Devran I

Fakultas: Kesehatan

Program: S1 Ilmu Keperawatan

PENGENALAN KEHIDUPAN KAMPUS MAHASISWA BARU

UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI

TAHUN 2021

21
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Menjadi seorang perawat merupakan suatu pilihan hidup bahkan merupakan suatu cita-
cita bagi sebagian orang. Seorang perawat mengabdikan dirinya untuk menjaga dan merawat
klien tanpa membeda-bedakan mereka dari segi apapun. Setiap tindakan dan intervensi yang
tepat yang dilakukan oleh seorang perawat, akan sangat berharga bagi nyawa orang lain.

Menjadi seorang perawat ideal bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi untuk
membangun citra perawat ideal di mata masyarakat. Seorang perawat seharusnya dapat
menjadi sosok perawat ideal yang senantiasa menjadi role model bagi perawat vokasional
dalam memberikan asuhan keperawatan.

Alasan saya ingin menjadi seorang perawat yaitu saya ingin menjadi orang yang
bermanfaat selama saya hidup dengan membantu masyarakat. Menjadi seorang perawat
merupakan suatu pekerjaan yang tidak membosankan. Apalagi ditengan pandemi Covid
banyak orang yang meninggal.

2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari konsep diri?

2. Apa peran penting menjadi perawat ?

3. Alasan ingin menjadi perawat?

3.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengertian dari konsep diri.

2. Untuk mengetahui pentingnya menjadi perawat

3. Untuk mengetahui alasan menjadi perawat.

22
Bab II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri adalah gambaran yang ada pada diri individu yang berisi tentang
bagaimana individu melihat dirinya sendiri sebagai pribadi yang disebut dengan
pengetahuan diri, bagaimana individu merasa atas dirinya yang merupakan penilaian atas
dirinya sendiri serta bagaimana individu menginginkan dirinya sendiri sebagai manusia
yang diharapkan.

Konsep diri tidak hanya mempengaruhi individu dalam karakter tetapi juga tingkat
kepuasan yang diperoleh dalam hidupnya. Dalam hal ini individu dapat menerima dirinya
secara apa adanya dan akan mampu menginstropeksi diri atau lebih mengenal dirinya
melalui kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, Sedangkan individu yang memiliki konsep
diri negatif, ia tidak memiliki kestabilan perasaan dan keutuhan diri, juga tidak mampu
mengenal diri sendiri baik kelebihan maupun kelemahan serta potensi yang dimiliki.
Individu yang memiliki konsep diri negatif adalah individu yang pesimis, merasa dirinya
tidak berharga, dan tidak tahan dengan kritikan yang diberikan kepadanya

Konsep diri memiliki tiga komponen utama, yaitu komponen perseptual


yaitu image seseorang mengenai penampilan fisiknya dan kesan yang ditampilkan pada
orang lain, komponen ini sering disebut physical self-concept. Kedua, komponen konseptual
yaitu konsepsi seseorang mengenai karakteristik khusus yang dimiliki, baik kemampuan dan
ketidakmampuannya, latar belakang serta masa depannya. Komponen ini sering
disebut psycological self-concept, yang tersusun daribeberapa kualitas penyesuaian diri,
seperti pendirian yang teguh dan kebalikannya dari sifat-sifat tersebut. Ketiga, komponen
sikap yaitu perasaan seseorang tentang diri sendiri, sikap terhadap statusnya sekarang dan
prospeknya di masa depan, sikap terhadap harga diri dan pandangan diri yang dimilikinya.

2. Pentingnya menjadi perawat


Seorang perawat juga mengemban fungsi dan peran yang sangat penting dalam
memberikan asuhan keperawatan secara holistik kepada klien. Seorang perawat
mengabdikan dirinya untuk menjaga dan merawat klien tanpa membeda-bedakan mereka
dari segi apapun. Setiap tindakan dan intervensi
23 yang tepat yang dilakukan oleh seorang
perawat, akan sangat berharga bagi nyawa orang lain.
Seorang perawat profesional diharapkan mampu menciptakan kenyamanan bagi klien
saat klien menjalani perawatan. Perawat profesional juga seharusnya mampu mengidentifikasi
kebutuhan yang berbeda-beda dalam diri klien akan rasa nyaman. Kenyamanan yang tercipta
akan membantu klien dalam proses penyembuhan, sehingga proses penyembuhan akan lebih
cepat.

Peran perawat sebagai komunikator juga sangat berpengaruh terhadap citra perawat di
mata masyarakat. Masyarakat sangat mengharapkan perawat dapat menjadi komunikator yang
baik. Klien juga manusia yang membutuhkan interaksi pada saat ia menjalani asuhan
keperawatan. Interaksi verbal yang dilakukan dengan perawat sedikit banyak akan berpengaruh
terhadap peningkatan kesehatan klien.

Hal-hal di atas merupakan sebagian kecil gambaran mengenai peran yang dapat
dilakukan oleh seorang perawat profesional dalam membangun citra perawat ideal di mata
masyarakat.

3. Alasan menjadi Perawat

Alasan saya menjadi perawat adalah saya ingin membantu banyak oranng dalam
bidang kesehatan. Ditambah saat ini dalam masa pandemi banyak sekali orang yang
meninggal. Dan banyak orang yang terkena virus covid-19. Menjadi sorang perawat
merupakan pekerjaan yang sangat mulia.

24
Bab III

PENUTUP

KESIMPULAN

Salah satu profesi yang berperan penting dalam penyelenggaraan menjaga mutu
pelayanan kesehatan adalah keperawatan. Sehingga perlu dikembangkan usaha untuk
meningkatkan kualitas peran pelayanan keperawatan diberbagai aspek.

SARAN

Sebagai perawat yang memiliki peran pelayanan kepada masyarakat harus ditingkatkan kuaitas
seorang perawat. Seorang perawat harus mampu memahami mengenai perannya yang sangat
penting.

25
DAFTAR PUSTAKA

https://www.mutupelayanankesehatan.net/13-berita/2585-peran-perawat-profesional-untuk-pasien

https://binus.ac.id/character-building/2020/05/konsep-diri/

26

Anda mungkin juga menyukai