MAKALAH
Disusun Oleh:
Fakultas: Kesehatan
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berbasis internet telah menyebar
hingga seluruh lapisan masyarakat. Kemajuan teknologi seperti saat ini, membuat informasi begitu
cepat beredar dan mudah kita dapatkan. Hanya dalam hitungan detik, suatu peristiwa sudah bisa
langsung tersebar dan diakses oleh pengguna internet melalui media sosial. Melalui media sosial,
ratusan bahkan ribuan informasi disebar setiap harinya. Bahkan orang kadang belum sempat
memahami materi informasi, reaksi atas informasi tersebut sudah lebih dulu terlihat. Meski begitu,
perkembangan teknologi informasi kehidupan di dunia nyata tidak pararel dengan kehidupan di
dunia maya.
Media sosial kini dipenuhi berita informasi palsu (hoax), provokasi, fitnah, sikap intoleran
dan anti Pancasila. Hoax merupakan informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi
sebenarnya, dengan kata lain Hoax diartikan sebagai upaya pemutarbalikan fakta menggunakan
informasi yang meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya, dapat pula diartikan
sebagai tindakan mengabutkan informasi yang sebenarnya, dengan cara membanjiri suatu media
dengan pesan yang salah agar bisa menutupi informasi yang benar (Mansyah, 2017). Hoax atau
berita bohong adalah salah satu bentuk Cyber Crime yang kelihatannya sederhana, mudah
dilakukan namun berdampak sangat besar bagi kehidupan sosial masyarakat. Hoax akan menerpa
emosi masyarakat, dan menimbulkan opini negatif sehingga bisa mengarah pada disintegrasi
bangsa (Nugroho, 2017).
Hoax juga dapat menyebabkan dekonstruksi konsep kebhinekaan yang dapat
menimbulkan perpecahan bangsa. Oleh karena itu, Sikap bela negara diperlukan untuk tetap
menjaga persatuan dan kesatuan tulisannya "Social Media as a Tool for Information Warfare"
menyebutkan sosial media sebagai senjata kata-kata yang mempengaruhi hati dan pikiran audiens
yang ditargetkan, dan senjata pemusnah massal yang bisa berdampak pada target di dunia fisik.
Aplikasi media sosial bisa menjadi alat untuk konflik saat mereka jatuh ke tangan yang salah.
Dalam konteks perang modern, sosial media juga dapat digunakan sebagai senjata dalam Cyber
Warfare, Information Conflict/Warfare, Hybrid Warfare atau Netwar (Manduric, 2016:).
Penggunaan sosial media yang salah juga menciptakan efek negatif dan akan menjadi ancaman
nyata karena dapat memicu disintegrasi bangsa. Dalam hal ini, problem masyarakat bukan pada
bagaimana mendapatkan berita, melainkan kurangnya kemampuan mencerna informasi yang
benar. Kredibilitas media arus utama yang selalu digerogoti kepentingan elit dan pemilik, memaksa
masyarakat mencari informasi alternatif (Syuhada, 2018). Kesenjangan antara kurangnya literasi
digital di tengah banjirnya informasi ini disalahgunakan oleh sebagaian kelompok untuk
memproduksi berita yang tidak terkonfirmasi, yang belum tentu kebenarannya atau sering disebut
hoaks. Media sosial menjadi medium penting penyebaran hoaks (Figueira & Oliveira, 2017; Grech,
2017).
Himbauan sejumlah pihak agar menggunakan sosial media secara bijak rupanya masih
sulit diwujudkan karena masih rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia. Aturan-aturan
hukum yang selama ini ada juga tidak benar-benar ketat diterapkan dan tidak berhasil mencegah
ii
atau meminimalisir penggunaan sosial media secara negatif. Dalam jangka pendek, penegakan
hukum terhadap para pelaku kejahatan di dunia maya, merupakan langkah yang harus dilakukan.
Namun dalam jangka panjang, tentu hal ini menjadi tidak efektif bila masyarakat masih rendah
pemahaman dunia digital. Hal itu karena kunci superioritas atau dominasi di dunia maya terletak
pada orang/SDM.
Oleh karenanya perlu adanya pelatihan berpikir kritis. Maka, dalam menangkal perang
informasi di dunia maya dari berita palsu, hoax dan sejenisnya, dibutuhkan tidak hanya
penguasaan dan pemahaman teknologi informasi. Akan tetapi hal ini membutuhkan literasi digital
yang mencakup pemahaman mengenai aturan, etika, termasuk mengidentifikasi valid atau
tidaknya suatu informasi. Dengan demikian, diharapkan muncul kesadaran dan kepekaan
masyarakat terhadap munculnya suatu informasi/ berita yang mengadu domba dan berpotensi
menciptakan perpecahan di masyarakat. Selain itu literasi digital upaya dalam menangkal
disintegrasi bangsa yang disebabkan oleh berita hoax adalah dengan menanamkan jiwa bela
Negara.
Makna bela negara ini menjadi sikap dan tindakan yang mencerminkan kekuatan dan
ketangguhan bangsa dan negara dalam menjaga dan melindungi negara secara keseluruhan dari
ancaman disintegritas bangsa termasuk dalam melawan hoax. Sikap bela negara yang dapat
dilakukan untuk memerangi berita hoax antara lain dengan memiliki rasa cinta tanah air termasuk
tidak menyebarluaskan berita-berita yang negatif yang mengandung hoax yang dapat meresahkan
masyarakat, melaporkan para pelaku yang dicurigai sebagai penyebar berita hoax kepada pihak
yang berwenang, sadar berbangsa dan bernegara termasuk kesadaran dan kepatuhan dengan
hukum/undang-undang dan yakin pada pancasila sebagai ideologi negara.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana melaksanakan bela negara dengan literasi digital.
C. Tujuan
Untuk mengetahui bela negara dengan literasi digital.
iii
BAB II
Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah India dan Amerika
Serikat, dan negaranegara ini memiliki masalah serius dengan penyebaran berita palsu (fake
news/hoax) (Firmansyah, 2017). Penyebaran hoax ibarat virus yang dimulai dari penerbit berita,
opini, data, foto dan gambar yang mengandung hoax dan dibagikan melalui media sosial (seperti
Facebook, Twitter, WhatsApp, Line, YouTube, Path, dan Instagram) (Triartanto, Kredibilitas Teks
Hoax di Media Siber, 2015). Penggunaan media sosial di masyarakat dapat mengancam kedaulatan
negara. Namun di sisi lain, media sosial juga bisa menjadi sumber pengetahuan tentang dunia
informasi, komunikasi dan teknologi digital sehingga masyarakat bisa melek digital. Aktivitas
masyarakat Indonesia yang menggunakan teknologi digital pada akhirnya berpotensi terhadap
terjadinya cyber warfare. Setidaknya hingga saat ini, masih banyak orang yang salah paham dan
tidak sengaja melakukan aktivitas yang mengandung unsur cybercrime di media sosial. Oleh karena
itu, untuk menegakkan keutuhan NKRI dan sistem pertahanan yang kokoh, upaya pencegahan
hoax harus dilakukan. Sosial Media Hoax merupakan ancaman bagi persatuan dan kesatuan negara,
karena isi berita hoax dinilai sangat meyakinkan jika ditambah dengan datadata, sehingga
penyebaran hoax tersebut pada akhirnya dapat diterima oleh masyarakat yang kemudian
berdampak signifikan terhadap pemikiran masyarakat tanpa perlu berpikir secara kritis apakah
berita tersebut akurat atau tidak. Segregasi pemikiran publik pun terjadi sehingga perpecahan pun
tidak dapat dihindari, terutama yang mengutamakan publikasi kebencian di ruang publik.
Berdasarkan hasil survei MASTEL 2017 yang dirilis oleh Kominfo, media sosial merupakan
penyumbang dan penyebar terbesar masalah Hoax
Sosial Media
Hoax merupakan ancaman bagi persatuan dan kesatuan negara, karena isi berita hoax
dinilai sangat meyakinkan jika ditambah dengan datadata, sehingga penyebaran hoax tersebut
pada akhirnya dapat diterima oleh masyarakat yang kemudian berdampak signifikan terhadap
pemikiran masyarakat tanpa perlu berpikir secara kritis apakah berita tersebut akurat atau tidak.
Segregasi pemikiran publik pun terjadi sehingga perpecahan pun tidak dapat dihindari, terutama
yang mengutamakan publikasi kebencian di ruang publik. Berdasarkan hasil survei MASTEL 2017
yang dirilis oleh Kominfo, media sosial merupakan penyumbang dan penyebar terbesar masalah
Hoax tersebut. Berdasarkan gambar di atas, media sosial merupakan media yang digunakan untuk
menyebarkan hoax, pada level tertinggi yaitu 92,4%. Selanjutnya, proporsi aplikasi obrolan /
perpesanan setinggi 62,8%. Tempat ketiga adalah halaman web / situs web. terhitung 34,9%.
Disusul televisi, media cetak, e-mail dan radio menduduki peringkat keempat sampai ketujuh,
dengan rasio kurang dari 10%. Data ini membuktikan bahwa jika digunakan secara tidak benar,
media sosial seperti pisau. Beberapa media sosial yang menjadi sasaran penyebaran keisengan
antara lain Facebook, Whatsapp, Google, bahkan Youtube (Triartanto, Kredibilitas Teks Hoax di
Media Siber, 2015). Penyebaran hoax ibarat virus yang dimulai dari penerbit berita, opini, data,
foto, dan gambar yang mengandung hoax dan dibagikan melalui media sosial. Setidaknya hingga
saat ini, masih banyak orang yang salah paham dan tidak sengaja melakukan aktivitas yang
iv
mengandung unsur cybercrime di media sosial. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang
mendalam tentang betapa berbahayanya hoax bagi negara dan kehidupannya serta upaya untuk
mengatasi berita hoax tersebut. Namun, di satu sisi media sosial dapat mempromosikan
persahabatan yang lebih dekat, platform bisnis online, dan lain-lain. Akan tetapi sisi lain dari media
sosial seringkali memunculkan berbagai permasalahan, seperti maraknya penyebaran hoax, ujaran
kebencian, hasutan, penghinaan, dan perkelahian satu sama lain yang dapat berujung pada
disintegrasi bangsa.
Bela Negara
Dalam era globalisasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat
ini, bela negara memiliki arti yang luas tidak hanya dalam menghadapi ancaman militer tetapi juga
dalam aspek nonmiliter. Bentuk ancaman juga sangat beragam dan kompleks. Hanya negara
dengan keunggulan kompetitif yang dapat bersaing dan memenangkan kompetisi tersebut. Dalam
rangka melindungi negara dari ancaman internal dan eksternal, militer dan non-militer, maka
sangat penting untuk mempertahankan negara dan menumbuhkan kesadaran bela negara,
terutama kepada generasi milenial, sebagai ahli waris dan penerus negara dan kelangsungan
hidupnya. Apalagi saat ini Indonesia dihadapkan dengan tantangan yang luar biasa dengan
pesatnya kemajuan teknologi informasi dengan keberadaaan media sosial (sosmed), dimana media
sosial ini ibarat hutan belantara dan barang siapa yang tidak berhati-hati akan terjebak di
dalamnya. Dalam artian jika tidak berhati-hati, maka bisa termakan isuisu yang dipropagandakan
oleh para propagandis yang tidak bertanggung jawab. Bela negara dapat diartikan sebagai
kecintaan warga negara pada negara, pemahaman tentang negara Indonesia, serta pemahaman
yang tertib, komprehensif, dan berkesinambungan tentang kekuatan Pancasila sebagai ideologi
bangsa dan kesediaan untuk berkorban untuk mencegah setiap ancaman terhadap kemerdekaan
dan kedaulatan bangsa, persatuan dan kesatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yurisdiksi, serta
nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, baik dari ancaman luar maupun dalam negeri (Azhar, 2001: 32).
Pandangan lain dijelaskan oleh Wiyono dan Isworo (2007: 3) mendefinisikan bela negara sebagai
sikap dan perilaku warga negara yang menjaga perdamaian negara karena kecintaannya pada
persatuan Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kelangsungan hidup negara itu
lengkap. Pandangan Winarno (2007: 186) semakin memperkuat kedua pandangan tersebut, yaitu
bahwa bela negara tidak selalu berarti membawa senjata untuk menghadapi musuh atau
mempertahankan negara militer. Dalam konteks pertahanan negara dapat dipahami sebagai dua
klasifikasi pertahanan negara yaitu fisik dan non fisik. Dalam mewujudkan bela negara di era
milenial ini, perlu ditanamkan pada diri masyarakat Indonesia beberapa sikap, salah satunya yaitu
sikap cinta tanah air karena inti dari bela negara itu adalah mencintai negeri ini. Apabila seseorang
merasa cinta terhadap tanah airnya maka akan timbul rasa ingin membela negaranya. Mengingat
bahwasanya Indonesia mempunyai kebudayaan, suku, agama, dan ras yang sangat beragam. Oleh
karena itu, cinta tanah air harus dibarengi juga dengan sikap toleransi. Hal itu, karena jika kita
saling hidup rukun di tengah perbedaan, maka tentu saja bela negara yang kita lakukan akan
berjalan dengan lebih mudah. Kemudian, untuk mendiseminasikan nilai-nilai bela Negara yang
sudah mulai ditinggalkan perlu adanya sosialisasi dan konsep baru bela Negara kepada masyarakat
di era saat ini. Sehingga tidak hanya militer saja yang melakukan bela negara tetapi juga seluruh
elemen masyarakat. Hal itu sebagaimana telah diatur UUD 1945 (pasal 27 dan pasal 30 ayat (1),
v
dimana setiap warga negara mempunyai hak dan kewajibam terhadap bela negara, Atas dasar
tersebut penanaman kesadaran bela Negara yang diintegrasikan dengan program literasi digital
terhadap setiap warga negara terutama generasi milenial sebagai pewaris dan penerus
kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara sangat penting. Hal itu dilakukan untuk
memperkuat sistem pertahanan Negara dan mampu mempertahankan negara dari ancaman baik
dari dalam negeri maupun dari luar negeri, militer maupun non militer. Upaya pembelaan negara
tersebut harus tetap dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara
Indonesia serta keyakinan pada Pancasila dan UUD 1945.
Literasi Digital
Minimnya pemahaman warganet terhadap literasi digital menjadi faktor penentu
penyebaran hoax yang merusak lingkungan komunikasi (Madrah & Mubarok, 2018; Rianto, 2019).
Menurut Potter (2001: 10), orang dengan tingkat literasi yang lebih rendah akan dengan mudah
menerima makna yang terlihat dari informasi yang dihasilkan dan ditentukan oleh media. Dari
perspektif yang terbatas, memiliki struktur pengetahuan yang lebih kecil, dangkal, dan kurang
terorganisir, sehingga tidak cocok digunakan dalam proses menjelaskan makna pesan media. Pada
akhirnya akan sulit bagi individu untuk mengidentifikasi keakuratan informasi, mengklasifikasikan
perselisihan, menjadi sadar akan konten satir dan mengembangkan visi yang lebih luas. Di sisi lain,
Potter (2001: 10) menjelaskan bahwa orang dengan literasi digital yang tinggi akan secara aktif
menggunakan serangkaian kemampuan menafsirkan. Orang-orang ini meletakkan pesan media
dalam struktur pengetahuan yang dibangun dengan hati-hati. Akhirnya, ia dapat
menginterpretasikan pesan apa pun dari berbagai dimensi, sehingga memberikan pilihan makna
yang lebih luas. Ketika tingkat literasi seseorang tinggi, dia akan tahu bagaimana memilih semua
pilihan makna, dan dia memiliki kemampuan dan kendali untuk memilih makna yang paling akurat
dari berbagai perspektif (kognitif, emosional, estetika dan moral). literasi digital. Setelah
menyiapkan pelindung literasi digital, orang berharap penipuan tidak akan masuk. Patuhi literasi
digital dan berharap seseorang dapat menyaring informasi, terlepas dari apakah informasi itu
bermakna atau tidak; apakah ada argumen, data, atau fakta. Dalam bukunya "Digital Literacy"
(1997), Paul Gilster mengemukakan bahwa literasi digital diartikan sebagai kemampuan untuk
memahami dan menggunakan berbagai bentuk informasi dari berbagai sumber yang diakses
melalui perangkat komputer. Literasi digital dan literasi media memiliki tiga unsur yaitu
kompetensi mandatoris, lokus personal, dan struktur pengetahuan. Literasi digital memiliki dua
tujuan. Pertama, kelompok "proteksionis" menunjukkan bahwa pendidikan media digital atau
literasi digital bertujuan untuk melindungi warga negara sebagai konsumen media dari efek negatif
media digital (terutama scam). Kedua, kelompok "persiapan" menunjukkan bahwa literasi digital
adalah mempersiapkan warga negara untuk hidup di dunia yang penuh dengan media sehingga
mereka dapat menjadi konsumen media utama (Aufderheide, 1992). Dalam rangka melawan
pemberitaan hoax dan menjaga integrasi bangsa Indonesia, salah satu bentuk literasi digital adalah
menyebarkan pemahaman dan nilai- nilai bela negara di media digital dan media massa. Salah satu
elemen dasar literasi digital sangat penting adalah critical atau kritis dalam menyikapi konten.
Elemen inilah yang menjadi elemen paling menentukan dalam mencegah penipuan. Kuncinya
berarti tidak menyerap informasi yang diperoleh dari Internet, termasuk informasi di media sosial
dan aplikasi percakapan secara mentah-mentah. Dalam praktiknya, mendorong pengguna Internet
vi
selalu kritis dan curiga, terutama pada konten yang terlalu dibombardir, tidak berarti, serta penuh
nuansa kebencian. Karena konten ini mungkin berisi informasi penipuan atau manipulasi. Literasi
digital akan menciptakan masyarakat dengan pemikiran dan opini yang kreatif dan kritis. Mereka
tidak akan mudah termakan pertanyaan provokatif dan menjadi korban informasi scam atau
penipuan berbasis digital. Dengan demikian, kehidupan sosial budaya masyarakat akan cenderung
aman dan menguntungkan. Ancaman disintegrasi bangsa akibat berita scam bisa diatasi.
vii
BAB III
PENUTUP
Hoax adalah salah satu jenis kejahatan dunia maya yang dapat mengancam keutuhan negara. Hoax
menyebar begitu masif seperti virus melalui kanal media sosial, mulai dari penerbit berita, opini, data,
foto, dan gambar. Dengan konsep pengintegrasian anatar konsep literasi digital dan bela Negara,
diharapakan bisa mencegah hoax dan memperkuat sistem pertahanan Negara. Literasi digital akan
menciptakan masyarakat dengan pemikiran dan opini yang kreatif dan kritis. Bersamaan dengan itu, bela
negara akan memungkinkan masyarakat untuk mencintai bangsa dan negaranya, dengan demikian
senantiasa menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
viii
Daftar Pustaka
Agung, D. (2018). Konflik Informasi, Keamanan Nasional & Bela Negara . Wira Edisi Mei-Juni 2018 Volume
72/ Nomor 56, 7. Aufderheide, Patricia. 1992.
Media Literacy. A Report of the National Leadership Conference on Media Literacy. Queenstown Maryland:
The Aspen Institute Wye Center. Hal.147 Azhar,
Muhammad, 2001, Perspektif Islam Tentang Bela Negara. Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. VI No. 1 April
2001.
Boyd, D. (2009). Sosial Media is here to say…now what? Redmond. Washington: Microsoft Tech Fest.
Retrieved from www. Danah. Org/paper/talks.MSTechFest2009.html. tanggal 10 September 2020.
Figueira, Á., & Oliveira, L. (2017).
The current state of fake news: Challenges and opportunities. Procedia Computer Science, 121, 817–825.
https://doi.org/10.1016/j.procs.2017.11.10 6
Firmansyah, R. (2017). Web Klarifikasi Berita untuk Meminimalisir Penyebaran Berita Hoax. JURNAL
INFORMATIKA, 4 (2), 230-235.
Goldfine, E. (2011). Best Practice: The Use of Social Media Throughout Emergency dan Disaster Relief.
Diakses dari http://www.unapcict.org/ecohub/bestpractice s-the-use-of-social-
mediathroughoutemergency-disaster-relief-1. tanggal 10 September 2020.
Goldfine, E. (2011). Best Practice: The Use of Social Media Throughout Emergency dan Disaster Relief.
Diakses dari http://www.unapcict.org/ecohub/bestpractice s-the-use-of-social-
mediathroughoutemergency-disaster-relief-1. tanggal 10 September 2020.
Manduric, A. (2016:). Social Media as a Tool for Information Warfare. Google It, Total Information
Awareness, 261-264.
ix
PENGARUH NARKOBA TERHADAP GENERASI MUDA
MAKALAH
DenganTema: NAPZA
Disusun Oleh:
Fakultas: KESEHATAN
TAHUN 2021
x
BAB 1
PENDAHULUAN
Saat ini masalah narkoba atau napza sudah menjadi masalah yang
menggejala di lingkungan kita, terutama remaja. Namun data akhir-akhir ini, bahaya
narkoba ternyata tidak hanya mengancam anak-anak pada usia remaja, narkoba
bahkan sudah dikonsumsi oleh anak-anak di bawah usia remaja. Berdasarkan data
BNN (Badan Narkotika Nasional), jumlah pengguna narkoba di Indonesia tiap tahun
Tercatat pada tahun 2007, 81.702 pelajar di lingkungan SD, SMP dan
SMA menggunakan narkoba. Data ini setiap tahun terus meningkat. Menurut
oleh Remaja di Kota Metro pada Desember tahun 2016 dan Februari tahun 2020.(
https://www.lampung1.com/2016/12/terlibat-kasus-narkoba-3- remaja-kota-
metro-di-tangkap-polisi/)( https://m.lampost.co/berita-polres-metro-amankan-
tiga- pelajar-dan-satu-bandar-tembakau-gorila.html)
kondisi kejiwaan / psikologis seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat
yaitu narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Narkoba dapat menimbulkan
Masa remaja adalah masa transisi. Masa peralihan manusia dari anak-anak
menjuju dewasa. Pada masa peralihan ini, keadaan jiwa para remaja belum stabil. Para
remaja akan mudah dipengaruhi
5
dengan hal-hal negatif, selain itu remaja juga memiliki keinginan yang sangat besar untuk
Hal ini dikarenakan masa remaja merupakan masa seorang anak mengalami perubahan cepat
dalam segala bidang yang menyangkut perubahan tubuh, perasaan, kecerdasan, sikap sosial dan
kepribadian. Sehingga mereka mudah dipengaruhi dan tidak stabilnya emosi cenderung
menimbulkan perilaku nakal. Jenis psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain shabu-
Berdasarkan latar belakang masalah dapat diketahui masalah masalah yang muncul, masalh –
1. Kurang pemahaman dan pengetahuan masyarakat dan remaja tentang bahaya Narkoba.
Dari uraian latar belakang yang dijabarkan di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
6
1.4 Tujuan Penelitian
Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa ini kian
keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari. Karena pemuda sebagai generasi yang
diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif
penghancur syaraf. Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya, generasi
harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan. Sasaran dari penyebaran
narkoba ini adalah kaum muda atau remaja. Karya Ilmiah ini bertujuan untuk :
2. Sebagai sebuah referensi sehingga para remaja dapat mengerti mengenai efek serta
anak meraka.
Dengan disusunnya karya ilmiah ini diharapakan dapat memberikan pengetahuan kepada
masyarakat luas khususnya para Orang Tua, Guru, Pelajar dan Remaja, akan bahaya dan dampak
buruk yang diakibatkan oleh narkoba, sehingga diharapkan kedepannya akan dapat menimbulkan
7
BAB II
PEMBAHASAN
Narkoba (singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif berbahaya lainnya)
adalah bahan/zat yang jika dimasukkan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup,
maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang.
Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis. Narkotika adalah zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing,
jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja. Garam-
garam dan turunanturunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan sediaan-
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan pada aktivitas mental dan perilaku. Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium,
Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun
sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu
sistim syaraf pusat. Alkohol yang mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut)
8
berupa zat organik (karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh
minuman yang beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh: lem/perekat,
aceton, ether, dsb. Berdasarkan efeknya, narkoba tersebut bisa dibedakan menjadi tiga: 1.
Depresan, yaitu menekan sistem sistem syaraf pusat dan mengurangi aktifitas fungsional tubuh
sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila
Jenis narkoba depresan antara lain opioda, dan berbagai turunannya seperti morphin dan
heroin. Contoh yang populer sekarang adalah Putaw. Depresan menimbulkan pengaruh yang
bersifat menenangkan. Dengan obat ini, orang yang merasa gelisah atau cemas misalnya, dapat
menjadi tenang. Tetapi bila obat penenang digunakan tidak sesuai dengan indikasi dan petunjuk
dokter, apalagi digunakan dalam dosis yang berlebihan, justru dapat menimbulkan akibat buruk
lainnya. 2. Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta kesadaran.
Contoh yang sekarang sering dipakai adalah Shabu-shabu dan Ekstasi. Stimulan
menimbulkan pengaruh yang bersifat merangsang sistem syaraf pusat sehingga menimbulkan
rangsangan secara fisik dan psikis. Ecstasy, yang tergolong stimulan, menyebabkan pengguna
merasa terus bersemangat tinggi, selalu gembira, ingin bergerak terus, sampai tidak ingin tidur
dan makan. Akibatnya dapat sampai menimbulkan kematian. 3. Halusinogen, efek utamanya
adalah mengubah daya persepsi atau mengakibatkan halusinasi. Halusinogen kebanyakan berasal
dari tanaman seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari jamur-jamuran. Selain itu ada
juga yang diramu di laboratorium seperti LSD. Yang paling banyak dipakai adalah marijuana
atau ganja Halusinogenik seperti marijuana atau ganja, mengakibatkan timbulnya halusinasi
9
sehingga pengguna tampak senang berkhayal. Tetapi sekitar 40-60 persen pengguna justru
melaporkan berbagai efek samping yang tidak menyenangkan, misalnya muntah, sakit kepala,
koordinasi yang lambat, tremor, otot terasa lemah, bingung, cemas, ingin bunuh diri, dan
Penyalahgunaan Narkoba
1. Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan dan penelitian.
Tetapi karena berbagai alasan - mulai dari keinginan untuk coba-coba, ikut trend/gaya,
lambang status sosial, ingin melupakan persoalan, dll. , maka narkoba kemudian
ketergantungan atau dependensi, disebut juga kecanduan. Ada beberapa alasan, seseorang
lingkungan pergaulan sudah dianggap hal yang wajar bahkan sebagai suatu gaya hidup
masa kini
3. Ada keinginan lari dari masalah yang ada, untuk merasakan kenikmatan sesaat
4. Sudah terjadi ketergantungan dan tidak ada keinginan untuk berhenti, dan lain-lain
Penyalahgunaan ini tentu saja berdampak pada kehidupan seseorang, baik secara fisik,
psikis dan sosial. Seberapa besar dampak yang terjadi sangat tergantung pada : jenis
10
1. Dampak Fisik
b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot
e. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat,
g. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan
h. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara
bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga
i. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi
narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan
kematian.
11
2. Dampak Psikis
Selain fisik, ada juga dampak psikis yang mungkin terjadi, seperti :
3. Dampak Sosial
Seringkali orang berpikir bagaimana seseorang bisa terlibat dalam penggunaan narkoba
sementara orang lain tidak. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang menggunakan
a) Faktor kepribadian. Ciri-ciri kepribadian yang beresiko lebih besar menggunakan NAPZA,
seperti kurang percaya diri, mudah kecewa, agresif, murung, pemalu, pendiam dan
sebagainya.
12
b) Faktor usia. Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja sedang
a) Keluarga Seperti komunikasi orang tua dan anak kurang baik, orang tua yang bercerai,
kawin lagi, orang tua terlampau sibuk, acuh, orang tua otoriter dan sebagainya.
b) Lingkungan pergaulan Misalnya lingkungan kurang baik di sekitar rumah, sekolah, teman
Ketika seseorang menggunakan narkoba, tidak mudah baginya untuk bersembunyi dari
apa yang telah terjadi pada dirinya. Perubahan secara fisik, sikap dan perilakunya akan mudah
untuk dikenali bahwa dia menggunakan narkoba. Adapun tanda-tanda perubahan fisik, sikap dan
1. Perubahan Fisik Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo
(cadel), apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif. Bila terjadi kelebihan dosis
(overdosis) : nafas sesak, denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan
meninggal. Saat sedang ketagihan (sakau) : mata merah, hidung berair, menguap terus,
diare, rasa sakit seluruh tubuh, malas mandi, kejang, kesadaran menurun. Pengaruh
jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli terhadap kesehatan dan
13
kebersihan, gigi keropos, bekas suntikan pada lengan.
14
2. Perubahan Sikap dan Perilaku Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas
sekolah, sering membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab. Pola tidur berubah,
begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk di kelas. Sering berpergian sampai
larut malam, kadang tidak pulang tanpa ijin. Sering mengurung diri, berlama-lama di
kamar mandi, menghindar bertemu dengan anggota keluarga yang lain. Sering
berbohong, minta banyak uang dengan berbagai alasan, tapi tidak jelas penggunaannya,
mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau keluarga, mencuri, terlibat
kekerasan dan sering berurusan dengan polisi. Sering bersikap emosional, mudah
Mengapa Remaja ?
Masa remaja merupakan masa transisi, yaitu suatu fase perkembangan antara masa anak-
anak dan masa dewasa. Masalah utama remaja pada umumnya adalah pencarian jati diri. Mereka
mengalami krisis identitas karena untuk dikelompokkan ke dalam kelompok anak-anak merasa
sudah besar, namun kurang besar untuk dikelompokkan dalam kelompok dewasa. Hal ini
merupakan masalah bagi setiap remaja. Oleh karena itu, seringkali memiliki dorongan untuk
menampilkan dirinya sebagai kelompok tersendiri. Dorongan ini disebut sebagai dorongan
originalitas. Namun dorongan ini justru seringkali menjerumuskan remaja pada masalah-masalah
Pada awalnya remaja, berkeinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya
Walaupun sebenanarnya kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa justru
15
memudahkan remaja untuk terdorong menyalahgunakan narkoba. Data menunjukkan
bahwa jumlah pengguna narkoba yang paling banyak adalah kelompok usia remaja.
Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para remaja tertular
dan menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkoba
melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan kehilangan remaja yang sangat banyak
akibat penyalahgunaan narkoba dan merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan
kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa. Oleh karena itu dalam kerentanan di masa remaja,
Bila kebutuhan remaja kurang diperhatikan, maka remaja akan terjebak dalam
perkembangan pribadi yang "lemah", bahkan dapat dengan mudah terjerumus ke dalam belenggu
penyalahgunaan narkoba. Fakta berbicara bahwa tidak semua keluarga mampu menciptakan
kebahagiaan bagi semua anggotanya, terutama bagi anak yang menginjak remaja. Banyak
keluarga. Banyak keluarga berantakan yang ditandai oleh relasi orangtua yang tidak harmonis
Berhadapan dengan situasi demikian, remaja merasa bimbang, bingung dan ketiadaan
pegangan dalam hidupnya. Apalagi ditambah dengan sikap dan watak orangtua yang otoriter.
Remaja akhirnya terdorong untuk mencari sendiri pegangan hidupnya. Dalam pencarian inilah
permasalahan yang dialami remaja. Dikatakan bahwa usia remaja adalah usia serba tidak pasti,
16
penuh gejolak. Remaja, di satu pihak, ingin melepaskan diri dari pengaruh orangtua. Namun di
lain pihak ia belum sepenuhnya berdiri sendiri. Dengan demikian jika orangtua tidak bisa
menjadi tempat yang aman bagi remaja, maka remaja akan mencari tempat sandaran lain berupa
kelompok para remaja yang tidak tertutup kemungkinan telah terlibat narkotika. Narkotika
akhirnya bisa dilihat oleh remaja sebagai pengganti kasih sayang dan perhatian yang tidak
2.2 Hipotesis
H0 : Penggunaan Narkoba terhadap Remaja tidak dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan
psikologis?
psikologis?
17
A. Pengertian Narkoba
Menurut WHO (1982) Narkoba adalah Semua zat padat, cair maupun gas yang dimasukan
kedalam tubuh yang dapat merubah fungsi dan struktur tubuh secara fisik maupun psikis tidak
termasuk makanan, air dan oksigen dimana dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi tubuh
normal. Disini akan kami jelaskan tentang jenis-jenis narkoba, yaitu diantaranya adalah :
1. Narkotika adalah Zat/ obat yang berasal dari tanaman atau sintetis maupun semi
2. Psikotropika Zat/obat alamiah atau sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan
3. Zat adiktif adalah Bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang pengunaannya
dapat menimbulkan ketergantungan baik psikologis atau fisik. Mis : Alkohol , rokok,
cofein
Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa ini
kian meningkat Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda tersebut, dapat membahayakan
keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari. Karena pemuda sebagai generasi yang
18
diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif
penghancur syaraf. Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya, generasi
harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan.Sasaran dari penyebaran
narkoba ini adalah kaum muda atau remaja. Kalau dirata-ratakan, usia sasaran narkoba ini adalah
usia pelajar, yaitu berkisar umur 11 sampai 24 tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
bahaya narkoba sewaktu-waktu dapat mengincar anak didik kita kapan saja.
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat-obatan terlarang. Sementara nafza
merupakan singkatan dari narkotika, alkohol, dan zat adiktif lainnya (obat-obat terlarang,
tersebut). Kedua istilah tersebut sering digunakan untuk istilah yang sama, meskipun istilah
nafza lebih luas lingkupnya. Narkotika berasal dari tiga jenis tanaman, yaitu (1) candu, (2) ganja,
dan (3) koka. Ketergantungan obat dapat diartikan sebagai keadaan yang mendorong seseorang
tidak melakukannya dia merasa ketagihan (sakau) yang mengakibatkan perasaan tidak nyaman
bahkan perasaan sakit yang sangat pada tubuh (Yusuf, 2004: 34).
narkoba itu pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Artinya usia tersebut ialah usia
produktif atau usia pelajar. Pada awalnya, pelajar yang mengonsumsi narkoba biasanya diawali
dengan perkenalannya dengan rokok. Karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi
hal yang wajar di kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat,
apalagi ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah menjadi
19
pencandu narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami ketergantungan.Dampak
negatif penyalahgunaan narkoba terhadap anak atau remaja (pelajar-red) adalah sebagai berikut:
D. Upaya pencegahan
menjadi tanggung jawab kita bersama. Dalam hal ini semua pihak termasuk orang tua, guru, dan
masyarakat harus turut berperan aktif dalam mewaspadai ancaman narkoba terhadap anak-anak
kita.
Adapun upaya-upaya yang lebih kongkret yang dapat kita lakukan adalah melakukan
kerja sama dengan pihak yang berwenang untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba,
atau mungkin mengadakan razia mendadak secara rutin. Kemudian pendampingan dari orang tua
Pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap gerak-gerik anak
didiknya, karena biasanya penyebaran (transaksi) narkoba sering terjadi di sekitar lingkungan
sekolah.
20
Yang tak kalah penting adalah, pendidikan moral dan keagamaan harus lebih ditekankan
kepada siswa. Karena salah satu penyebab terjerumusnya anak-anak ke dalam lingkaran setan ini
adalah kurangnya pendidikan moral dan keagamaan yang mereka serap, sehingga perbuatan
tercela seperti ini pun, akhirnya mereka jalani. Oleh sebab itu, mulai saat ini, kita selaku
pendidik, pengajar, dan sebagai orang tua, harus sigap dan waspada, akan bahaya narkoba yang
sewaktu-waktu dapat menjerat anak-anak kita sendiri. Dengan berbagai upaya tersebut di atas,
mari kita jaga dan awasi anak didik kita, dari bahaya narkoba tersebut, sehingga harapan kita
untuk menelurkan generasi yang cerdas dan tangguh di masa yang akan datang dapat
Berbagai upaya berbagai pihak untuk mengatasi permasalahan narkoba yang sering
dialami para remaja.` Ada tiga tingkat intervensi yang dapat dilakukan, yaitu
Instansi pemerintah, seperti halnya BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap
intervensi ini. kegiatan dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai bentuk
2. Sekunder, pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan
(treatment). Fase ini meliputi: Fase penerimaan awal antara 1 - 3 hari dengan
melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan Fase detoksifikasi dan terapi komplikasi
3. Tertier, yaitu upaya untuk merehabilitasi merekayang sudah memakai dan dalam proses
penyembuhan. Tahap ini biasanya terdiri atas Fase stabilisasi, antara 3-12 bulan, untuk
21
mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat, dan Fase sosialiasi dalam masyarakat,
Ketiga upaya di atas dapat dilakukan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi saat itu,
apakah perlu dilakukan upaya primer, sekunder atau tertier. Selain itu, ada juga pendapat yang
menyatakan bahwa permasalahan remaja tersebut dapat diupayakan dengan tiga pendekatan,
yaitu :
hanya ritual keagamaan, melainkan memperkuat nilai moral yang terkandung dalam
3. Pendekatan Sosial, dengan menciptakan lingkungan keluarga dan masyarakat yang positif.
Hal ini dapat dilakukan melalui komunikasi dua arah, bersikap terbuka dan jujur,
NAPZA bukanlah menjadi tugas dari sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas kita
bersama. Upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan sejak dini sangatlah
baik, tentunya dengan pengetahuan yang cukup tentang penanggulangan tersebut. Peran
orang tua dalam keluarga dan juga peran pendidik di sekolah sangatlah besar bagi
22
BAB III
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Narkoba adalah barang yang sangat berbahaya dan bisa merusak susunan syaraf
yang bisa merubah
2. sebuah kepribadian seseorang menjadi semakin buruk
3. Narkoba adalah sumber dari tindakan kriminalitas yang bisa merusak norma
dan ketentraman umu.
4. Menimbulkan dampak negative yang mempengaruhi pada tubuh baik secara fisik
maupun psikologis
5.2 Saran
Dalam masalah yang kita hadapi hendaklah kita selalu mencari penyelesaiannya dengan cara
yang baik dan berfikir positif. Masalah Narkoba di kalanagan remaja hanyalah segelintir masalah
yang kita hadapi. Mungkin saya dapat memberikan saran dalam penyelesaian masalah tentang
Narkoba antaralain:
1. Orang tua hendaknya selalu memperhatikan kelakuan dan perubahan perilaku anak.
2. Kasih sayang dari orang tua dan pendidikan agama.
Semoga Karya ilmiah ini dapat di gunakan sebagai referensi dalam penanggulangan narkoba
dalam kalangan remaja. Dan semoga kedepannya bangsa ini dapat menjdi lebih baik lagi dan
terbebas dari narkoba.
23
DAFTAR PUSTAKA
Fransiska Novita Eleanora, "Bahaya Penyalahgunaan Narkoba serta Usaha Pencegahan dan
Penanggulangannya, " (Jurnal Hukum, Volume 25 Nomor 1 (April, 2011), hal. 439)
Muhammad Yamin, 2012, Tindak Pidana Khusus, Cetakan Pertama. (Bandung: Pustaka Setia,
hal. 163)
Della Alvialli Suwanto, 2013, Pemahaman dan Sikap terhadap Narkoba di Kalangan Remaja,(
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/(C)%20Mengenal%20Bahaya%20Narkoba%2
0bagi%20Remaja%202009_0.pdf
amankan-tiga-pelajar-dan-satu-bandar-tembakau-gorila.html
https://www.lampung1.com/2016/12/terlibat-kasus-narkoba-3-remaja-kota-
metro-di-
tangkap-polisi/
24
LAMPIRAN
1
ANTI RADIKALISME DAN ANTI TERORISME
MAKALAH
Disusun Oleh:
FAKULTAS: KESEHATAN
TAHUN 2021
2
BAB I
PENDAHULUAN
Narkoba sudah tidak asing di telinga masyarakat dunia pada umumnya, bahkan
khususnya masyarakat Indonesia. Narkoba namanya sangat dikenal baik dikalangan
masyarakat karena pengguna narkoba tersebut mengatakan bahwa benda tersebut
merupakan benda yang dapat menolong mereka yang sedang mengalami masalah dalam
kehidupannya, menurut mereka narkoba merupakan pahlawan dalam kehidupannya.
Narkoba sudah meresahkan masyarakat kita di Indonesia karena efek dari benda
ini bila dikonsumsi secara salah dan berlebihan oleh penggunanya maka akan berakibat
fatal, bisa juga mengakibatkan kematian bagi para penggunanya. Dampak negatif selain
kematian, narkoba akan merusak sistem saraf bagi para penggunanya sehingga tidak
jarang para pecandu sering terganggu sistem sarafnya.
Namun dengan ancaman yang akan di rasakan oleh pecandu narkoba, para
pecandu kebanyakan tidak menghiraukan hal tersebut yang akan membahayakan
keselamatan hidupnya. Mereka malah senang bersahabat dengan benda terlarang
tersebut, bagi mereka narkoba merupakan sahabat tanpa jiwa yang memiliki kekuatan
dalam menolong mereka ketika mereka membutuhkannya.
Kasus pecandu narkoba dari tahun ke tahun semakin meningkat, kebanyakan para
penggunanya yaitu orang-orang yang sukses yang memiliki uang berlebih sehingga
mendapatkan narkoba merupakan hal yang tak susah. Namun, yang lebih parah lagi
kasus pecandu narkoba dari kalangan remaja pun sudah ada.
Hal tersebut menjadi kekhawatiran para orang tua, guru dan pihak lainnya, mereka
khawatir dengan hal tersebut karena jika para penerus bangsa ini kebanyakan para
pecandu narkoba maka masa depan bangsa ini akan suram. Maka dari itu perlu adanya
sosialisasi yang benar mengenai narkoba dan upaya pencegahan pengguna narkoba yang
efektif agar hal tersebut tidak merajalela.
4
1. apa yang dimaksud narkotika dan psikotropika?
2.Bagaimanakah faktor atau sebab dan akibat penggunaan penyalahgunaan narkotika
dan psikotropika?
3. Bagaimanah cara pengobatan dan pencegahanannya?
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
memperburuk sistem pernafasan, penggunaan yang berlebihan sangat
membahayakan dan bisa membawa kematian. Kokain yang turunannya putaw
sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.
• Ganja
Ganja yang dikenal juga dengan nama cannabis sativa pada mulanya banyak
digunakan sebagai obat relaksan untuk mengatasi intoksikasi (keracunan ringan).
Bahan yang digunakan dapat berupa daun, batang dan biji, namun kemudian
disalahgunakan pemakaiannya.
Ganja dapat membuat ketagihan secara mental dan berfikir menjadi lamban
dan pecandunya nampak bodoh karena zat tersebut dapat mempengaruhi
konsentrasi dan ingatan serta kemampuan berfikir menjadi menurun.
b. Golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah :
• Morfin
Morfin merupakan turunan opium yang dibuat dari hasil pencampuran getah
poppy (papaver sormary ferum) dengan bahan kimia lain, sifatnya jadi semi
sintetik. Morfin merupakan zat aktif dari opium. Di dalam dunia kedokteran, zat
ini digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada waktu dilakukannya pembedahan
atau operasi.
Ketika pecah perang saudara di Amerika Serikat pada tahun 1856, zat ini
digunakan untuk serdadu yang luka, yang mengurangi rasa sakit. Akan tetapi
efeknya yang negatif maka penggunanya diganti dengan obat-obatan sintetik
lainnya.
c. Golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah :
• Kodein
Kodein adalah sejenis obat yang digunakan untuk mengobati nyeri sedang hingga
berat. Efek sampingnya dapat mengecam jiwa, seperti halnya senyawa opiat
lainnya adalah depresi saluran pernapasan[2].
7
2.2.2 Jenis-jenis Psikotropika
a. Golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom
ketergantungan. Contohnya adalah :
• Ekstasi
Dari sekian banyak jenis narkoba yang beredar maka ekstasi mungil inilah yang
paling banyak di produksi di dalam negeri. Selain dari bahan bakunya mudah di
dapat harga jualnya pun bervariasi mulai dari harga golongan “high class
eksekutif” selebritis, diatas Rp.100.000 hingga harga banting di warung kafe Rp.
10.000/butir.
Inex nama lain ekstasi ini masih keturunan kandung psikotropika banyak di
perjual-belikan bagai kacang goreng. Ekstasi beredar dalam bentuk tablet dan
kapsul dengan ukuran sebesar kancing kerah baju yang berdiri dari berbagai
macam jenis, diantaranya : Adam, Eva, Flash, Dolar, Bonjovi, Mike Tyson,
Playboy, Apple, Angel, White Dove, dan lain-lain.
b. Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom
ketergantungan. Contohnya adalah :
• Amphetamine
Memiliki nama jalanan: seed, meth, crystal, whiz. Bentuknya ada yang berbentuk
bubuk warna putih dan keabuan dan juga tablet. Cara penggunaan dengan cara
dihirup. Sedangkan yang berbentuk tablet diminum dengan air.
c. Golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindrom
ketergantungan. Contohnya adalah :
• Phenobarbital
Phenobarbatial merupakan antikonvulsan turunan barbiturat yang efektif dalam
mengatasi epilepsi. Phenobarbatial menekan korteks sensor, menurunkan aktivitas
motorik, menyebabkan kantuk, efek sedasi, dan hipnotik.
8
d. Golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan terapi dan atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
sindrom ketergantungan. Contohnya : Diazepam.
9
2. Golongan Stimulan (Upper)
Jenis NAPZA yang merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan
kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar, dan bersemangat.
Contoh: Amphetamine (Shabu,Ekstasi), Kokain.
3. Golongan Halusinogen
Jenis NAPZA ynag dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat
merubah perasaan, pikiran, dan seringkali menciptakan daya pandang yang
berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Contoh: Kanabis
(ganja).
Faktor penyebab penyalahgunaan narkoba dapat dibagi menjadi dua faktor, yaitu :
10
2.4 Dampak Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika
11
1) Sering terjadi pertengkaran dan mudah tersinggung.
2) Orang tua resah karena barang berharga sering hilang.
12
3) Perilaku menyimpang anak (berbohong, mencuri, tidak tertib, hidup
bebas) dan menjadi aib keluarga.
4) Putus sekolah atau menganggur karena dikeluarkan dari sekolah atau
pekerjaan, sehingga merusak kehidupan keluarga, dan kesulitan
keuangan.
5) Orang tua menjadi putus asa karena pengeluaran uang meningkat untuk
biaya pengobatan dan rehabilitasi.
b. Lingkungan Sekolah
1) Merusak disiplin dan motivasi belajar.
2) Meningkatnya tindak kenakalan, membolos, dan tawuran pelajar.
3) Memengaruhi peningkatan penyalahgunaan di antara sesama teman
sebaya.
c. Lingkungan Masyarakat
1) Tercipta pasar gelap antara pengedar dan bandar yang mencari
penggunanya.
2) Pengedar atau bandar menggunakan perantara remaja atau siswa yang
telah menjadi ketergantungan.
3) Meningkatnya kejahatan di masyarakat, seperti perampokan, pencurian,
dan pembunuhan yang membuat masyarakat menjadi resah.
14
2) Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, dan
mengantuk di kelas atau tempat kerja.
3) Sering bepergian larut malam, terkadang tidak pulang tanpa izin.
4) Sering mengurung diri, berlama-lama di kamar mandi, dan menghindar
bertemu dengan anggota keluarga yang lain.
5) Sering mendapat telpon dan didatangi orang yang tidak dikenal oleh
anggota keluarga yang lain.
6) Sering berbohong, minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tidak
jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik
sendiri atau keluarga, mencuri, terlibat kekerasan, dan sering berurusan
dengan polisi.
7) Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, pemarah, kasar,
bermusuhan, mencurigakan, tertutup, dan penuh rahasia.
16
c. Meluangkan waktu untuk kebersamaan.
d. Orang tua menjadi contoh yang baik.
e. Kembangkan komunikasi yang baik.
f. Memperkuat kehidupan beragama.
g. Orang tua memahami masalah penyalahgunaan NAPZA agar dapat
berdiskusi dengan anak.
2.5.3 Pencegahan Terhadap Lingkungan Sekolah
a. Upaya Terhadap Siswa
1) Memberikan pendidikan kepada siswa tentang bahaya dan akibat
penyalahgunaan NAPZA.
2) Melibatkan siswa dalam perencanaan, pencegahan, dan
penanggulangan penyalahgunaan NAPZA di sekolah.
3) Membentuk citra diri yang positif dan mengembangkan keterampilan
yang positif untuk tetap menghindari dari pemakaian NAPZA dan
merokok.
4) Menyediakan pilihan kegiatan yang bermakna bagi siswa
(ekstrakulikuler).
5) Meningkatkan kegiatan bimbingan konseling.
6) Penerapan kehidupan beragama dalam kegiatan sehari-hari.
b. Upaya Mencegah Peredaran NAPZA di Sekolah
1) Razia dengan cara sidak.
2) Melarang orang yang tidak berkepentingan untuk masuk lingkungan
sekolah.
3) Melarang siswa keluar sekolah pada jam pelajaran tanpa izin guru.
4) Membina kerjasama yang baik dengan berbagai pihak.
5) Meningkatkan pengawasan sejak anak itu datang sampai dengan
pulang sekolah.
c. Upaya Membina Lingkungan Sekolah
1) Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang sehat dengan membina
hubungan yang harmonis antara pendidik dan peserta didik.
2) Mengupayakan kehadiran guru secara teratur di sekolah.
3) Sikap keteladanan guru amat penting.
17
2.6 Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Narkotika adalah bahan atau zat yang dapat memengaruhi kondisi kejiwaan psikologi
seseorang (pikiran, perasaan, dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan
secara fisik dan psikologi. Sedangkan psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah
maupun sintesis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
Faktor penyebab penyalahgunaan narkoba dapat dibagi menjadi dua faktor, yaitu
faktor internal yang berasal dari dalam diri individu seperti kepribadian, kecemasan, dan
depresi serta kurangya religiusitas, serta faktor eksternal yang berasal dari luar individu
atau lingkungan seperti keberadaan zat, kondisi keluarga, lemahnya hukum serta
pengaruh lingkungan.
Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika dapat
dilakukan melalui beberapa cara seperti preventif seperti pembinaan dan pengawasan
dalam keluarga, kuratif seperti penyembuhan dengan medis atau dengan media lain,
rehabilitatif agar korban tidak kembali ketagihan dengan narkoba, dan represif melalui
jalur hukum.
3.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20
URGENSI SEORANG PERAWAT
MAKALAH
Disusun Oleh:
Fakultas: Kesehatan
TAHUN 2021
21
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Menjadi seorang perawat merupakan suatu pilihan hidup bahkan merupakan suatu cita-
cita bagi sebagian orang. Seorang perawat mengabdikan dirinya untuk menjaga dan merawat
klien tanpa membeda-bedakan mereka dari segi apapun. Setiap tindakan dan intervensi yang
tepat yang dilakukan oleh seorang perawat, akan sangat berharga bagi nyawa orang lain.
Menjadi seorang perawat ideal bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi untuk
membangun citra perawat ideal di mata masyarakat. Seorang perawat seharusnya dapat
menjadi sosok perawat ideal yang senantiasa menjadi role model bagi perawat vokasional
dalam memberikan asuhan keperawatan.
Alasan saya ingin menjadi seorang perawat yaitu saya ingin menjadi orang yang
bermanfaat selama saya hidup dengan membantu masyarakat. Menjadi seorang perawat
merupakan suatu pekerjaan yang tidak membosankan. Apalagi ditengan pandemi Covid
banyak orang yang meninggal.
2. Rumusan Masalah
3.Tujuan Penelitian
22
Bab II
PEMBAHASAN
Konsep diri adalah gambaran yang ada pada diri individu yang berisi tentang
bagaimana individu melihat dirinya sendiri sebagai pribadi yang disebut dengan
pengetahuan diri, bagaimana individu merasa atas dirinya yang merupakan penilaian atas
dirinya sendiri serta bagaimana individu menginginkan dirinya sendiri sebagai manusia
yang diharapkan.
Konsep diri tidak hanya mempengaruhi individu dalam karakter tetapi juga tingkat
kepuasan yang diperoleh dalam hidupnya. Dalam hal ini individu dapat menerima dirinya
secara apa adanya dan akan mampu menginstropeksi diri atau lebih mengenal dirinya
melalui kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, Sedangkan individu yang memiliki konsep
diri negatif, ia tidak memiliki kestabilan perasaan dan keutuhan diri, juga tidak mampu
mengenal diri sendiri baik kelebihan maupun kelemahan serta potensi yang dimiliki.
Individu yang memiliki konsep diri negatif adalah individu yang pesimis, merasa dirinya
tidak berharga, dan tidak tahan dengan kritikan yang diberikan kepadanya
Peran perawat sebagai komunikator juga sangat berpengaruh terhadap citra perawat di
mata masyarakat. Masyarakat sangat mengharapkan perawat dapat menjadi komunikator yang
baik. Klien juga manusia yang membutuhkan interaksi pada saat ia menjalani asuhan
keperawatan. Interaksi verbal yang dilakukan dengan perawat sedikit banyak akan berpengaruh
terhadap peningkatan kesehatan klien.
Hal-hal di atas merupakan sebagian kecil gambaran mengenai peran yang dapat
dilakukan oleh seorang perawat profesional dalam membangun citra perawat ideal di mata
masyarakat.
Alasan saya menjadi perawat adalah saya ingin membantu banyak oranng dalam
bidang kesehatan. Ditambah saat ini dalam masa pandemi banyak sekali orang yang
meninggal. Dan banyak orang yang terkena virus covid-19. Menjadi sorang perawat
merupakan pekerjaan yang sangat mulia.
24
Bab III
PENUTUP
KESIMPULAN
Salah satu profesi yang berperan penting dalam penyelenggaraan menjaga mutu
pelayanan kesehatan adalah keperawatan. Sehingga perlu dikembangkan usaha untuk
meningkatkan kualitas peran pelayanan keperawatan diberbagai aspek.
SARAN
Sebagai perawat yang memiliki peran pelayanan kepada masyarakat harus ditingkatkan kuaitas
seorang perawat. Seorang perawat harus mampu memahami mengenai perannya yang sangat
penting.
25
DAFTAR PUSTAKA
https://www.mutupelayanankesehatan.net/13-berita/2585-peran-perawat-profesional-untuk-pasien
https://binus.ac.id/character-building/2020/05/konsep-diri/
26