A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dunia yang sudah memasuki era revolusi industry 4.0 dan era society 5.0 dimana
ditandai dengan kehadiran ilmu pengetahuan dibidang teknologi yang menuntut
masyarakat untuk hidup berdampingan dengan teknologi, menguasai dan
memanfaatkan teknologi, salah satunya yaitu jejaring internet atau media sosial semua
itu mengubah tatanan baru peradaban manusia dengan munculnya informasi sebagai
dasar interaksi antar manusia. Data menunjukkan jika pemakai internet di Indonesia
mencapai 215,63 juta orang pada periode 2022-2023. Jumlah tersebut meningkat
2,67% dibandingkan pada periode sebelumnya yang sebanyak 210,03 juta pengguna.
Jumlah pengguna internet tersebut setara dengan 78,19% dari total populasi Indonesia
yang sebanyak 275,77 juta jiwa. Bila dibandingkan dengan survei periode
sebelumnya, tingkat penetrasi internet Indonesia pada tahun ini mengalami
peningkatan sebesar 1,17 persen dibandingkan pada 2021-2022 yang sebesar 77,02%.
Sebagai informasi, tren penetrasi internet di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.
Pada 2018, penetrasi internet di Tanah Air mencapai 64,8% dan levelnya naik
menjadi level 73,7% pada 2019-2020. (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII), Survei Penetrasi Internet Indonesia 2023).
B. PEMBAHASAN
1. ANALISA MASALAH
Ancaman global yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan Indonesia,
salah satunya dengan maraknya isu-isu berita hoax atau fake news, seringkali
merupakan berita yang berisi fitnah dan berita bohong yang tersebar luas melalui
perantaraan media sosial. Setiap individu atau kelompok dapat dengan mudah
menyebarkan berita yang tidak benar, dan penerima berita seringkali pula dinilai tidak
kritis dalam mencerna pemberitaan apakah berita tersebut benar atau tidak. Karena
itulah, masyarakat harus terus diingatkan untuk meningkatkan kesadaran bagaimana
mencerna informasi yang didapat dari berbagai macam sosial media. Apalagi dengan
'meledaknya' sosial media, kita seringkali membaca situs-situs bukan pada saat
berkunjung ke situs tersebut, tapi saat membaca link yang dikirim melalui grup
sosmed. Ironisnya, banyak orang yang menyebarkan link tersebut tanpa proses
pemfilteran yang cukup. Ada beberapa jenis informasi hoax seperti; fake news atau
berita bohong, Clickbait (autan jebakan), Confirmation bias (bias konfirmasi),
Misinformation, Satire, Post-truth (pasca-kebenaran), Propaganda. Dari jenis-jenis
informasi hoax tersebut jenis Clickbait yang sebagaian besar menjadi masalah dalam
masyarakat dimana Clickbait atau autan jebakan, merupakan autan yang diletakkan
secara stategis di dalam suatu situs dengan tujuan untuk menarik orang masuk ke situs
lainnya. Konten di dalam tautan ini sesuai fakta namun judulnya dibuat berlebihan
atau dipasang gambar yang menarik untuk memancing pembaca.
Salah satu berita hoax yang sangat mempengaruhi masyarakat yaitu COVID-19
dimana bukan hanya indonesia yang berperang menghadapi virus ini, tapi seluruh
dunia. Yang membuat semakin tidak kondusif saat masyarakat diharuskan melakukan
segala aktifitas hanya dirumah saja atau kita kenal dengan istilah PPKM
(Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyaraka). Yang mana hal tersebut sangat
mudah untuk dipengaruhi dengan berita-berita hoax, yang dapat mempengaruhi
kemarahan masyarakat terhadap pemerintah saat itu. Berita hoax yang selalu
dikonsumsi akan membuat masyarakat dengan mudah digiring, difitnah bahkan diadu
domba dengan berita-berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Terlebih di era digital masa kini, suatu berita, entah itu benar atau tidak dengan mudah
tersebar dan sampai ke banyak orang secara cepat dan viral. Untuk itu sangat
dikhawatirkan apabila tindakan menyebarkan berita-berita hoax yang sifatnya
merekrut, mengajak, memprovokasi, mempengaruhi masyarakat sampai pada tindakan
radikalisme dan terorisme. Itu akan sangat merugikan diri kita sendiri, orang disekitar
kita bahkan mengancam negara kita.
Dan dalam hal ini ASN harus melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan penuh
tanggungjawab sebagai pelayan publik, jangan sampai ASN yang dengan cepat
terpengaruh berita hoax akibat tidak cermat dalam menerima informasi sehingga
berujung pada hal-hal yang merugikan diri sendiri dan banyak orang. Maraknya
kasus dan pemberitaan hoax yang berkembang di media sosial diharapkan dapat
ditanggapi secara cerdas dan dewasa oleh ASN maupun masyarakat. Perlu adanya
terus kesadaran dan kewaspadaan bersama dalam menanggulangi dan meminimalisir
maraknya kasus hoax yang semakin hari dinilai semakin merajarela. Oleh karenanya,
jangan mudah terpancing dengan isu, berita, dan sumber informasi yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya dan senantiasa mulai menanamkan sikap
filterisasi dan semangat toleransi guna menyaring isu hoax hingga meminimalisir
bentuk provokasi yang ingin memecah belah NKRI.
2. PERAN ASN DALAM MENGATASI MASALAH
Selaku Aparatur Sipil Negara (ASN) harus dapat memberikan pemahaman
kepada masyarakat untuk dapat memberikan informasi yang positif dalam
menyampaikan pernyataan, sehingga berita negatif dapat dinetralisasi secara maksimal
menjadi berita positif. ASN harus memberikan informasi secara benar dan tidak
menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukannya terkait kepentingan bermedia
sosial dalam menanggapi berita hoax. Tidak menyalahgunakan informasi untuk
mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau orang lain.
Dalam ber-medsos, ASN diharapkan menggunakan sarana media sosial secara
bijaksana, serta diarahkan untuk mempererat persatuan dan kesatuan NKRI. ASN
harus memastikan bahwa informasi yang disebarluaskan jelas sumbernya, dapat
dipastikan kebenarannya, dan tidak mengandung unsur kebohongan. ASN tidak boleh
membuat dan menyebarluaskan berita palsu (Hoax), fitnah, provokasi, radikalisme,
terorisme, melalui media sosial atau media lainnya. Selain itu, ASN tidak boleh
memproduksi dan menyebarluaskan informasi yang memiliki muatan yang
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok
masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, ras, agama, dan antar golongan (SARA),
melanggar kesusilaan, penghinaan dan/atau pencemaran nama baik, pemerasan
dan/atau pengancaman.
Dengan menanamkan sikap ASN yang tidak gampang terpengaruh dan bersikap
netral tanpa berpihak kepada siapapun mau itu untuk menguntungkan diri sendiri atau
suatu golongan dan organisasi, diharapkan ASN dapat menunjukan kemampuan
berpikir kritis dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis dalam menjalankan
tugas jabatan sebagai ASN profesional dalam pelayanan masyarakat dan mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat.