NIP : 199603062022032018
Angkatan :I
Kelompok :I
I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Penyebaran informasi pada saat ini banyak dilakukan pada media online.
Kemudahan yang ditawarkan dalam penyampaian informasi kepada publik yang
disediakan dan dimediakan dalam jaringan membuat informasi atau berita tidak dapat
difilter dangan baik. Tidak ada redaksi yang dapat bertanggung jawab atas penyebaran
informasi yang tersebar di media online, dikarenakan semua orang yang dapat akses
untuk melakukan transaksi data media online dapat melakukan penyebaran informasi.
Banyaknya informasi yang bersifat anonymous membuat penyebaran hoax pada media
online begitu cepat tersebar.
Hoax dapat diartikan sebagai sebuah informasi yang dibuat-buat atau
direkayasa untuk menutupi informasi yang sebenarnya. Dengan kata lain, hoax
diartikan sebagai upaya pemutarbalikan fakta menggunakan informasi yang seolah-
olah meyakinkan akan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya.
Media penyebaran hoax saat ini sangat beragam, diantaranya aplikasi chat
seperti whatsapp, line, telegram sebanyak 62,80%, situs web sebanyak 34,90%, dan
media sosial sebanyak 92,40% (instagram, facebook, twitter). Data dari laman web
kominfo.go.id mengatakan ada 800.000 situs penyebar hoax dan hate speech di
Indonesia. Hoax merupakan efek samping dari era keterbukaan, yang memiliki peluang
untuk menciptakan perpecahan dan permusuhan karena dapat membuat masyarakat
bingung akan sebuah kebenaran informasi.
Aparatur Sipil Negara (ASN) harus dapat berperan dalam membangun
suasana kondusif di media sosial, yang dewasa ini telah menjadi sarana komunikasi
yang sangat dinamis. Karena itu, dalam menggunakan media sosial pegawai ASN
harus menjunjung tinggi nilai dasar, kode etik dan kode perilaku ASN.
b. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menganalisa seputar hoax yang
terjadi di kalangan ASN serta cara ASN menyikapi berbagai hoax yang muncul di
media sosial.
c. Sasaran
Sasaran penulisan makalah ini adalah Aparatur Sipil Negara di lingkungan kerja
Pemerintah Kota Manado.
Fenomena Hoax di kalangan Aparatur Sipil Negara sudah sering terjadi. Salah
satu yang terjadi di beberapa tahun lalu adalah beredarnya sebuah informasi berupa
surat dan pesan berantai mengenai Badan Kepegawaian Negara (BKN), informasi
tersebut menjelaskan tentang pengusulan Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), yang disebutkan mengalami kekosongan
akibat peserta yang melaksanakan ujian menjadi ASN dan PPPK di tahun 2021 banyak
yang tidak lolos ujian. Disebutkan pula bahwa keputusan pengusulan ASN dan PPPK
tersebut berdasarkan putusan dari Kemendikbud dan Biro Pengadaan dan
Kepangkatan BKN.
Faktanya, informasi mengenai pengusulan ASN dan PPPK pada surat dan
pesan berantai tersebut adalah tidak benar, dan bukan merupakan surat resmi yang
dikeluarkan BKN. Pada media sosial resmi milik BKN telah ditegaskan bahwa informasi
yang beredar dengan mencatut nama Satya Pratama salah satu JPT Pratama di BKN
tersebut adalah hoax.
Contoh kasus hoax lainnya yakni adanya informasi mengenai peredaran buku
panduan kiat lulus tes CPNS yang mengatasnamakan Badan Kepegawaian Negara
(BKN). Bahkan website tersebut mencantumkan logo lama CAT-BKN. BKN pun
membantah bahwa buku yang beredar dalam website tersebut merupakan produknya.
BKN menyatakan tidak pernah bekerja sama maupun secara mandiri menerbitkan
buku kisi-kisi materi seleksi ASN dan sejenisnya.
Hoax tersebut beredar di berbagai platform media sosial dengan cepat dan
merambat ke seluruh kalangan masyarakat dikarenakan banyak sekali kalangan
masyarakat yang berharap adanya pengangkatan CPNS kembali pada saat itu.
Banyak juga masyarakat yang secara langsung menanyakan kepada pegawai ASN
mengenai info yang beredar, sehingga diperlukan sikap yang tepat dari seorang ASN
dalam memberikan respon.
Selain itu, ASN tidak boleh memproduksi dan menyebarluaskan informasi yang
memiliki muatan yang menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu
dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, ras, agama, dan antar
golongan (SARA), melanggar kesusilaan, penghinaan dan/atau pencemaran nama
baik, pemerasan dan/atau pengancaman.