Banyaknya berita hoaks tentang virus corona di media sosial indonesia, menurut
menteri kominfo Johnny G Plate terdapat 54 kasus berita hoaks tentang virus corona
di indonesia. Berita hoaks tentang kasus tersebut pertamakali terjadi pada tanggal 6
Mei 2019, lau sisanya pada tanggal 23 Januari 2020 hingga 3 Februari 2020.
Kajian Teori
PENDAHULUAN
3. Periksa fakta
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari
institusi resmi seperti KPK atau POLRI sebaiknya jangan cepat percaya apabila
informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat. Perhatikan
keberimbangan sumber berita, jika hanya ada satu sumber pembaca tidak bisa
mendapatkan gambaran yang utuh. Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan
antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini.
Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari
google, yakni dengan melakukan drag-and-drop kekolom pencarian google image.
Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar yang serupa yang terdapat di
internet sehingga bisa di bandingkan
Di facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoaks, misanya
forum anti fitnah, hasut, dan hoax (FAFHH), fanpage and group indonesian hoax
buster, fanpage indonesian hoaxes, dan grup sekoci. Di grup grup diskusi ini
detizen juga ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoaks atau bukan.
Sumber : kominfo.go.id
Pada sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, mengajarkan setiap
individu harus merasa takut kepada sang pencipta saat hendak menyebarkan
pemberitaan palsu atau hoaks serta harus dapat mengedepankan nilai kejujuran.
Pada sila ke dua yang berbunyi Kemanusiaaan yang adil dan beradap,
mengajarkan kita sebagai manusia yang bermartabat agar tidak berlaku
sewenang-wenang terhadap orang lain. Salah satu contohnya ialah menyebarkan
informasi hoaks yang bersifat menjatuhkan ataupun yang berisikan hujatan
terhadap orang lain, sebab kita selaku makluk ciptaan tuhan yang maha esa
memiliki derajat yang sama
selain itu oada sila ke tiga yaitu persatuan indonesia, mengajarkan kesadaran bagi
masyarakat bahwa informasi hoaks dapat sangat berbahaya karena dapat
memecah belah bangsa.
Pada sila ke empat yang berbunyi, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, mengajarkan kita bahwa
setiap pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan bersama terelibih
dahulu harus selau mengedepankan musyawarah untuk mencapai mufakat
Teakhir pada sila ke lima yaitu kkeadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia,
mengajarkan kepada setiap warga negara indonesia harus diperlakukan secara
adil sesuai dengan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.
Kesimpulan
Penguatan etika digital pada siswa untuk menanggulangi penyebaran berita bohong
(hoax) di media sosial oleh siswa SMA/SMK Kota Surakarta melalui Pendidikan
Kewarganegaraan dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi pembelajaran. Tahap perencanaan pembelajaran tahap ini nilai-nilai etika
digital diintegrasikan atau diselipkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Pengintegrasian nilai-nilai etika digital pada setiap materi atau Kompetensi Dasar
berbeda yang disesuaikan dengan materi atau Kompetensi Dasar yang akan diajarkan.
Tahap pelaksanaan pembelajaran, guru melalukan penguatan etika digital pada siswa
melalui Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan metode yang variatif sesuai
dengan materi yang disampaikan. Gerakan literasi yang dilakukan akan menambah
wawasan siswa sehingga siswa akan mampu untuk berpikir kritis terhadap informasi
yang mereka dapatkan. Selain itu program sekolah seperti cyber class, e-learning,
kelas digital. Dan PAS online merupakan upaya yang telah dilakukan oleh sekolah
sebagai wahana untuk dapat meningkatkan etika digital dalam merespon
perkembangan teknologi yang sudah memasuki ranah pendidikan. Pada tahap evaluasi,
guru Pendidikan Kewarganegaraan melakukan evaluasi terkait penguatan etika digital
pada siswa dalam menanggulangi penyebaran berita bohong dengan evaluasi afektif
siswa. Penilaian didasarkan dengan cara atau metode observasi, lembar pengamatan,
maupun penilaian teman sejawat.
hambatan dalam penguatan etika digital pada siswa untuk menanggulangi penyebaran
berita bohong melalui Pendidikan Kewarganegaraan di SMA/SMK Kota Surakarta
ialah, kemampuan siswa dalam memahami apa yang disampaikan oleh guru
berbeda-beda sehingga menimbulkan ketidakmampuan siswa untuk melakukan apa
yang diinstruksikan oleh guru. Faktor lingkungan yang sedang memasuki tahun
politik menimbulkan situasi dimana fenomena hoax menjadi tak terhindarkan dan
faktro pergaulan siswa sendiri yang semakin hari semakin jauh dari etika. Solusi
untuk menghadapi hambatan tersebut ialah, internalisasi nilai-nilai karakter yang
dilakukan oleh guru tidak hanya fokus pada materi saja namun juga merambah ke
aspek afektif siswa. Kegiatan saling belajar anatra guru dan siswa setidaknya
mendukung terciptanya hubungan yang harmonis antara guru dan siswa. Serta
perlunya intensivitas dan kontinuitas internalisasi nilai-nilai karakter karena siswa
pada dasarnya selalu butuh bimbingan Bagi guru hendaknya membekali siswa dengan
nilai-nilai etika digital, karena etika digital sekarang sangat diperlukan dalam
menghadapi perkembangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi sehinggan
mampu menciptakan warga negara digital yang berkarakter kuat.Bagi siswa
hendaknya selalu menjunjung nilai-nilai etika digital yang mencerminkan perilaku
pengguna dunia maya yang baik tidak hanya dilingkungan sekolah saja namun juga
dilingkungan masyarakat. Bagi masyarakat hendaknya dapat menjadi kontrol bagi
perilaku siswa SMA/SMK dalam menciptakan perilaku penyebaran berita bohong
sehingga mampu mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas dan anti hoax.
Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan pemuda sebagai langkah antisipasi.
Pertama, budayakan berinternet yang beretika. Kebebasan dalam mengakses media
sosial, bukan berarti kita juga bisa melakukan apapun dengan bebas. Termasuk
menyalahgunakan fungsi dari bahasa sebagai penyalur informasi itu sendiri.
Kebebasan berinternet selayaknya diimbangi dengan etika dalam penggunaannya.
Seperti menggali serta memperoleh informasi yang bermanfaat, menggunakan
internet sebagai media untuk belajar, sehingga pemuda lebih banyak menggunakan
waktu berinternetnya untuk sesuatu yang positif.
Kedua, meningkatkan kualitas diri. Pemuda Indonesia, yang dinilai sebagai generasi
penerus serta agen perubahan. Diharuskan untuk selalu mengupgrade diri, dengan
ilmu-ilmu pengetahuan yang bisa menguatkan karakter serta pengetahuan mereka.
Dengan ilmu yang dimiliki diharapkan menjadi tameng penghalang ketika hendak
berbuat negatif.
Ketiga, menjadi filterasi informasi. Bahasa yang digunakan sebagai alat penyebar
luasan informasi ini tidak selamanya memuat kebenaran sesuai dengan fakta yang ada.
Informasi yang dibagikan bisa berupa informasi kebohongan. Pemuda diharapkan bisa
menjadi filterasi informasi dengan cara yang bijak. Ketika memperoleh suatu
informasi, seharusnya kita membaca dengan seksama berita yang ada. kemudian
mengecek portal media dari berita yang diperoleh, serta mengecek kebenaran berita
sebelum menyebarluaskannya.
Begitulah peran bahasa yang tidak hanya sebagai sumber informasi positif. Jika
disalah artikan, bahasa juga bisa menjadi alat penghancur karakter bangsa yang
mematikan. Untuk itu, alangkah baiknya jika kita yang mengaku sebagai pemuda
Indonesia yang berkarakter. Memberi tameng diri dengan pemahaman-pemahaman
akan tujuan bahasa yang sebenarnya, demi mewujudkan negeri yang damai tanpa
kebohongan.