Dosen Pengampu
Dr. Farida Nurfalah, Sos., M.Si
Disusun Oleh :
Hanna Mazlin 120100016
3 A Ilmu Komunikasi
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa literasi digital merupakan upaya yang diperlukan
individu pada era canggih seperti saat ini untuk menyaring informasi secara akurat. Upaya
lain untuk mendukung literasi digital ini adalah penggunaan aplikasi yang tepat dan
pemahaman secara mendalam mengenai informasi yang didapatkan tersebut. Mengingat
dampak mengenai penyebaran hoax dalam masyarakat sangat memperihatinkan. Literasi
yang buruk ternyata dapat berdampak buruk bagi psikologis remaja. Hal tersebut karena usia
remaja cenderung labil dan sering menelan mentah-mentah informasi yang didapatkan tanpa
mencari tahu kebenaran dan keakuratan dari informasi tersebut.
1. Social Networking
Pada zaman sekarang, setiap individu pasti memiliki akun sosial media lebih dari satu, mulai
dari Meta (Facebook), Twitter, LinkedIn, Instagram, TikTok, maupun WhatsApp.
Pemerolehan informasi-informasi dari sosial media tersebut juga wajib diseleksi terlebih
dahulu. Namun, tidak semua orang cermat dalam upaya menyaring informasi yang tersebar
tersebut. Misalnya, mereka yang bekerja di dunia akademik lebih memanfaatkan sosial media
berupa LinkedIn untuk mendukung hubungannya dengan para cendekiawan di seluruh dunia.
Lalu, mereka yang bekerja di bidang pemasaran, memanfaatkan fitur ‘Toko’ dalam platform
Instagram guna mempromosikan produk mereka.
2. Transliteracy
3. Maintaining Privacy
Privasi menjadi hal penting dalam literasi digital ini. Kita sebagai pengguna sosial media dari
berbagai platform harus memahami mengenai cyber crime. Saat ini cyber crime telah marak
terjadi seiring berkembangnya dunia digital ini. Apa itu cyber crime? Cyber crime adalah
kejahatan dunia maya yang melibatkan aktivitas ilegal menggunakan komputer, perangkat
digital atau jaringan komputer. Contoh dari cyber crime yang sering terjadi adalah pencurian
online lewat kartu kredit (carding), peretasan via surel, hingga pencurian informasi pribadi
(phising).
Komponen keempat ini yakni managing digital identity, berhubungan dengan bagaimana kita
selaku pengguna platform menggunakan identitas secara tepat di berbagai sosial media yang
kita miliki.
5. Creating Content
Creating content merupakan keterampilan kita sebagai pengguna platform dalam membuat
atau menciptakan konten, misalnya platform PowToon, blogspot, wordpress, dan lainnya.
Organising and sharing content ini berkaitan dengan bagaimana kita sebagai pengguna
platform mengatur dan membagikan konten informasi supaya lebih mudah disebarkan kepada
khalayak umum. Contohnya, pemanfataan situs social bookmarking yang dinilai
memudahkan dalam proses penyebaran informasi dan dapat diakses oleh banyak pengguna
internet.
Dalam komponen reusing/ repurposing content ini, mengutamakan bagaimana kita selaku
pengguna platform membuat atau ‘mengolah’ kembali konten yang ada supaya dapat
dipergunakan kembali sesuai kebutuhan. Contohnya, seorang guru membuat konten
mengenai mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi teks ceramah. Konten tersebut
diunggah di platform Slideshare, dengan tujuan supaya banyak orang yang mengunduh dan
mempelajarinya. Setelah itu, konten tersebut ‘diolah’ kembali oleh orang lain dengan
menambahkan informasi atau pengetahuan baru yang lebih lengkap.
Dalam komponen filtering and selecting content ini mengutamakan kemampuan mencari dan
menyaring informasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan kita melalui mesin pencari di
internet.
9. Self Broadcasting
Dalam komponen ini, memiliki tujuan yakni membagikan ide atau gagasan menarik serta
konten multimedia melalui berbagai platform, misalnya melalui blog atau forum online. Self
Broadcasting ini dapat menjadi upaya berpartisipasi masyarakat sosial online dalam kegiatan
literasi digital.
Sepuluh manfaat tersebut adalah menghemat waktu, belajar lebih cepat, menghemat uang,
membuat lebih aman, pemerolehan informasi terkini, selalu terhubung, membuat keputusan
yang lebih baik, dapat membuatmu mau bekerja, menjadi lebih bahagia, dan dapat
memengaruhi dunia. Berikut beberapa manfaat literasi digital:
1. Menghemat Waktu
2. Belajar Lebih Cepat
3. Menghemat Uang
4. Membuat Lebih Aman
5. Pemerolehan Informasi Terkini
Media digital saat ini memudahkan kita untuk memperoleh informasi secara cepat karena
setiap penggunanya dapat saling berbagi informasi. Tidak dapat dibantah bahwa hal tersebut
memberikan dampak positif dan dampak negatif kepada penggunanya, terutama yang berusia
remaja. Di Indonesia, jumlah pengguna internet didominiasi oleh kalangan remaja sehingga
kemungkinan dampak yang paling dirasakan adalah remaja. Menurut Retnowati (2015, dalam
Pratiwi) penggunaan internet yang baik dapat meningkatkan prestasi penggunanya, tetapi
apabila digunakan secara buruk pasti dapat mengakibatkan efek negatif terhadap diri remaja.
Contoh yang saat ini sering terjadi adalah kasus pencemaran nama baik, bullying, bahkan
prostitusi yang pasti memicu depresi remaja. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Karena
mereka belum memahami seutuhnya mengenai konsekuensi dari adanya penggunaan media
digital. Memang mereka (remaja) telah menguasai literasi berupa kemampuan baca dan tulis,
tetapi mereka belum memiliki kemampuan literasi digital.
Dalam internet, banyak pengguna yang tidak segan untuk menghina bahkan mengetik tulisan
yang bermakna kasar kepada pengguna lain. Itulah contoh dari dampak negatif literasi digital
saat ini. Fenomena tersebut apabila diterima oleh remaja yang pada umunya kondisi
psikologisnya belum stabil, dapat berpengaruh pada perkembangan emosinya kelak.
Ketidakmampuan remaja dalam memaknai literasi digital dapat dilihat dari tindakan mereka
yang segera berkomentar menghina saat terdapat informasi negatif, lalu apabila terdapat
informasi positif mereka langsung membagikannya di akun miliknya.
Lalu apa yang harus dilakukan supaya para remaja saat ini tidak mudah depresi saat
melakukan literasi digital dengan sosial media? Tentu saja peran orang tua sangatlah penting.
Mereka harus cermat untuk mengawasi tingkah laku remaja. Selain itu, para orang tua
seharusnya memberikan pemahaman mengenai literasi digital.
Jangan sampai adanya kemajuan teknologi ini terutama keberadaan literasi digital ini
membuat keadaan psikologis remaja terganggu bahkan hingga depresi.
Indeks Literasi Digital Masyarakat Indonesia Membaik
Saat ini, kemampuan masyarakat dalam memahami informasi di ranah digital yang
berkembang dalam jaringan internet sudah semakin maju. Mereka sudah mulai mampu
menyaring informasi mana saja yang layak untuk dikonsumsi dan apa saja yang kemudian
dikategorikan sebagai informasi negatif.
Hal ini diketahui dari hasil pengukuran Indeks Literasi Digital Indonesia 2021 yang digelar
oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Katadata Insight Center
(KIC). Secara keseluruhan, Indeks Literasi Digital Indonesia 2021 mencapai 3.49 dari skala
1-5, atau naik dari pencapaian tahun sebelumnya 3.46.
Pengukuran Indeks Literasi Digital Indonesia 2021 dilakukan melalui survei tatap muka
kepada 10.000 responden di 514 kabupaten/kota di Indonesia. Karakteristik responden adalah
pengguna internet berusia 13—70 tahun. Dari survei tersebut ditemukan bahwa budaya
digital (digital culture) mendapatkan skor tertinggi, 3.90.
Diikuti etika digital (digital etics) (3.53), dan kecakapan digital (digital skill) sebesar 3.44.
Kemudian keamanan digital (digital safety) mendapat skor terendah, 3.10 atau sedikit di atas
sedang. Pengukuran indeks literasi digital ini selain untuk mengetahui status literasi digital di
Indonesia juga untuk memastikan upaya peningkatan literasi digital masyarakat makin tepat
sasaran.
Cakap digital
Mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta
sistem operasi digital.
etika digital
keamanan digital
budaya digital.
Keterkaitan antara 4 Pilar Literasi Digital dengan tugas Public Relations dalam membuat
Perencanaan Merek dan Citra yaitu, dalam usaha untuk membangun sebuah citra yang baik
saat ini menjadi lebih mudah dengan adanya media sosial, dalam hal ini masyarakat dapat
dengan mudah mendapatkan informasi terkait suatu program atau dalam usaha promosi
produk. Oleh karena itu kecakapan digital sangat diperlukan agar kita sebagai pengguna
media sosial sekaligus orang-orang yang berusaha membangun citra baik individu maupun
organisasi harus paham terkait 4 pilar literasi digital diatas, walaupun kita menggunakan
media sosial tentunya harus mengikuti anjuran yang diberikan oleh lembaga terkait agar kita
dapat memaksimalkan manfaat dari media sosial