Anda di halaman 1dari 6

RESUME

SEMINAR LITERASI DIGITAL SEKTOR PERGURUAN TINGGI


“disusun untuk memenuhi tugas UTS mata kuliah Perencanaan Merek dan Citra”

Dosen Pengampu
Dr. Farida Nurfalah, Sos., M.Si

Disusun Oleh :
Hanna Mazlin 120100016

3 A Ilmu Komunikasi

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2023
Paul Gilster (2007, dalam Harjono) mengatakan bahwa literasi digital merupakan
kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi yang didapatkan dari berbagai
sumber.Sementara itu, menurut Deakin University’s Graduate Learning Outcome 3,
mengungkapkan bahwa literasi digital adalah upaya memanfaatkan teknologi dalam
menemukan, menggunakan, dan menyebarluaskan informasi dalam dunia digital seperti saat
ini.Sedangkan menurut Common Sense Media (2009, dalam Harjono) berpendapat bahwa
literasi digital itu mencakup adanya tiga kemampuan yang berupa kompetensi pemanfaatan
teknologi, memaknai dan memahami konten digital serta menilai kredibilitasnya, meneliti
dan mengkomunikasikan dengan alat yang tepat.

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa literasi digital merupakan upaya yang diperlukan
individu pada era canggih seperti saat ini untuk menyaring informasi secara akurat. Upaya
lain untuk mendukung literasi digital ini adalah penggunaan aplikasi yang tepat dan
pemahaman secara mendalam mengenai informasi yang didapatkan tersebut. Mengingat
dampak mengenai penyebaran hoax dalam masyarakat sangat memperihatinkan. Literasi
yang buruk ternyata dapat berdampak buruk bagi psikologis remaja. Hal tersebut karena usia
remaja cenderung labil dan sering menelan mentah-mentah informasi yang didapatkan tanpa
mencari tahu kebenaran dan keakuratan dari informasi tersebut.

Komponen dalam Literasi Digital

Sembilan komponen tersebut yakni social networking, transliteracy, maintaining privacy,


managing identify, creating content, organising and sharing content, reusing/repurposing
content, filtering and selecting content, serta self broadcasting.

1. Social Networking

Pada zaman sekarang, setiap individu pasti memiliki akun sosial media lebih dari satu, mulai
dari Meta (Facebook), Twitter, LinkedIn, Instagram, TikTok, maupun WhatsApp.
Pemerolehan informasi-informasi dari sosial media tersebut juga wajib diseleksi terlebih
dahulu. Namun, tidak semua orang cermat dalam upaya menyaring informasi yang tersebar
tersebut. Misalnya, mereka yang bekerja di dunia akademik lebih memanfaatkan sosial media
berupa LinkedIn untuk mendukung hubungannya dengan para cendekiawan di seluruh dunia.
Lalu, mereka yang bekerja di bidang pemasaran, memanfaatkan fitur ‘Toko’ dalam platform
Instagram guna mempromosikan produk mereka.

2. Transliteracy

Komponen transliteracy ini didefinisikan sebagai upaya memanfaatkan berbagai platform


untuk membuat konten, membagikan hingga mengkomunikasikannya. Dalam komponen ini
lebih mengutamakan kemampuan berkomunikasi dengan berbagai sosial media, grup diskusi,
atau layanan online lain.

3. Maintaining Privacy

Privasi menjadi hal penting dalam literasi digital ini. Kita sebagai pengguna sosial media dari
berbagai platform harus memahami mengenai cyber crime. Saat ini cyber crime telah marak
terjadi seiring berkembangnya dunia digital ini. Apa itu cyber crime? Cyber crime adalah
kejahatan dunia maya yang melibatkan aktivitas ilegal menggunakan komputer, perangkat
digital atau jaringan komputer. Contoh dari cyber crime yang sering terjadi adalah pencurian
online lewat kartu kredit (carding), peretasan via surel, hingga pencurian informasi pribadi
(phising).

4. Managing Digital Identity

Komponen keempat ini yakni managing digital identity, berhubungan dengan bagaimana kita
selaku pengguna platform menggunakan identitas secara tepat di berbagai sosial media yang
kita miliki.

5. Creating Content

Creating content merupakan keterampilan kita sebagai pengguna platform dalam membuat
atau menciptakan konten, misalnya platform PowToon, blogspot, wordpress, dan lainnya.

6. Organising and Sharing Content

Organising and sharing content ini berkaitan dengan bagaimana kita sebagai pengguna
platform mengatur dan membagikan konten informasi supaya lebih mudah disebarkan kepada
khalayak umum. Contohnya, pemanfataan situs social bookmarking yang dinilai
memudahkan dalam proses penyebaran informasi dan dapat diakses oleh banyak pengguna
internet.

7. Reusing/ Repurposing Content

Dalam komponen reusing/ repurposing content ini, mengutamakan bagaimana kita selaku
pengguna platform membuat atau ‘mengolah’ kembali konten yang ada supaya dapat
dipergunakan kembali sesuai kebutuhan. Contohnya, seorang guru membuat konten
mengenai mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi teks ceramah. Konten tersebut
diunggah di platform Slideshare, dengan tujuan supaya banyak orang yang mengunduh dan
mempelajarinya. Setelah itu, konten tersebut ‘diolah’ kembali oleh orang lain dengan
menambahkan informasi atau pengetahuan baru yang lebih lengkap.

8. Filtering and Selecting Content

Dalam komponen filtering and selecting content ini mengutamakan kemampuan mencari dan
menyaring informasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan kita melalui mesin pencari di
internet.

9. Self Broadcasting

Dalam komponen ini, memiliki tujuan yakni membagikan ide atau gagasan menarik serta
konten multimedia melalui berbagai platform, misalnya melalui blog atau forum online. Self
Broadcasting ini dapat menjadi upaya berpartisipasi masyarakat sosial online dalam kegiatan
literasi digital.

Manfaat Literasi Digital


Literasi digital tentu memiliki banyak manfaat bagi masyarakat sekarang ini. Menurut Brian
Wright dalam karya infografisnya yang berjudul Top 10 Benefits of Digital Literacy: Why
You Should Care About Technology (2015, dalam Maulana) yang berisi sepuluh manfaat
dari adanya literasi digital ini.

Sepuluh manfaat tersebut adalah menghemat waktu, belajar lebih cepat, menghemat uang,
membuat lebih aman, pemerolehan informasi terkini, selalu terhubung, membuat keputusan
yang lebih baik, dapat membuatmu mau bekerja, menjadi lebih bahagia, dan dapat
memengaruhi dunia. Berikut beberapa manfaat literasi digital:

1. Menghemat Waktu
2. Belajar Lebih Cepat
3. Menghemat Uang
4. Membuat Lebih Aman
5. Pemerolehan Informasi Terkini

Pengaruh Literasi Digital terhadap Psikologi Anak dan Remaja

Media digital saat ini memudahkan kita untuk memperoleh informasi secara cepat karena
setiap penggunanya dapat saling berbagi informasi. Tidak dapat dibantah bahwa hal tersebut
memberikan dampak positif dan dampak negatif kepada penggunanya, terutama yang berusia
remaja. Di Indonesia, jumlah pengguna internet didominiasi oleh kalangan remaja sehingga
kemungkinan dampak yang paling dirasakan adalah remaja. Menurut Retnowati (2015, dalam
Pratiwi) penggunaan internet yang baik dapat meningkatkan prestasi penggunanya, tetapi
apabila digunakan secara buruk pasti dapat mengakibatkan efek negatif terhadap diri remaja.

Contoh yang saat ini sering terjadi adalah kasus pencemaran nama baik, bullying, bahkan
prostitusi yang pasti memicu depresi remaja. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Karena
mereka belum memahami seutuhnya mengenai konsekuensi dari adanya penggunaan media
digital. Memang mereka (remaja) telah menguasai literasi berupa kemampuan baca dan tulis,
tetapi mereka belum memiliki kemampuan literasi digital.

Dalam internet, banyak pengguna yang tidak segan untuk menghina bahkan mengetik tulisan
yang bermakna kasar kepada pengguna lain. Itulah contoh dari dampak negatif literasi digital
saat ini. Fenomena tersebut apabila diterima oleh remaja yang pada umunya kondisi
psikologisnya belum stabil, dapat berpengaruh pada perkembangan emosinya kelak.
Ketidakmampuan remaja dalam memaknai literasi digital dapat dilihat dari tindakan mereka
yang segera berkomentar menghina saat terdapat informasi negatif, lalu apabila terdapat
informasi positif mereka langsung membagikannya di akun miliknya.

Lalu apa yang harus dilakukan supaya para remaja saat ini tidak mudah depresi saat
melakukan literasi digital dengan sosial media? Tentu saja peran orang tua sangatlah penting.
Mereka harus cermat untuk mengawasi tingkah laku remaja. Selain itu, para orang tua
seharusnya memberikan pemahaman mengenai literasi digital.

Jangan sampai adanya kemajuan teknologi ini terutama keberadaan literasi digital ini
membuat keadaan psikologis remaja terganggu bahkan hingga depresi.
Indeks Literasi Digital Masyarakat Indonesia Membaik

Saat ini, kemampuan masyarakat dalam memahami informasi di ranah digital yang
berkembang dalam jaringan internet sudah semakin maju. Mereka sudah mulai mampu
menyaring informasi mana saja yang layak untuk dikonsumsi dan apa saja yang kemudian
dikategorikan sebagai informasi negatif.

Hal ini diketahui dari hasil pengukuran Indeks Literasi Digital Indonesia 2021 yang digelar
oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Katadata Insight Center
(KIC). Secara keseluruhan, Indeks Literasi Digital Indonesia 2021 mencapai 3.49 dari skala
1-5, atau naik dari pencapaian tahun sebelumnya 3.46.

Pengukuran Indeks Literasi Digital Indonesia 2021 dilakukan melalui survei tatap muka
kepada 10.000 responden di 514 kabupaten/kota di Indonesia. Karakteristik responden adalah
pengguna internet berusia 13—70 tahun. Dari survei tersebut ditemukan bahwa budaya
digital (digital culture) mendapatkan skor tertinggi, 3.90.

Diikuti etika digital (digital etics) (3.53), dan kecakapan digital (digital skill) sebesar 3.44.
Kemudian keamanan digital (digital safety) mendapat skor terendah, 3.10 atau sedikit di atas
sedang. Pengukuran indeks literasi digital ini selain untuk mengetahui status literasi digital di
Indonesia juga untuk memastikan upaya peningkatan literasi digital masyarakat makin tepat
sasaran.

Demikian dikatakan Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan


Informatika Samuel Abrijani Pangerapan dalam acara Peluncuran Indeks Literasi Digital
Indonesia 2021 di Jakarta
4 Pilar Literasi Digital

Cakap digital

Mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta
sistem operasi digital.

etika digital

menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri dan merasionalkan, mempertimbangkan, dan


mengembangkan tata kelola etika digital.

keamanan digital

mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang, meningkatkan, kesadaran


diri dan perlindungan data pribadi, serta keamanan digital

budaya digital.

Membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan,


nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika

Keterkaitan antara 4 Pilar Literasi Digital dengan tugas Public Relations dalam membuat
Perencanaan Merek dan Citra yaitu, dalam usaha untuk membangun sebuah citra yang baik
saat ini menjadi lebih mudah dengan adanya media sosial, dalam hal ini masyarakat dapat
dengan mudah mendapatkan informasi terkait suatu program atau dalam usaha promosi
produk. Oleh karena itu kecakapan digital sangat diperlukan agar kita sebagai pengguna
media sosial sekaligus orang-orang yang berusaha membangun citra baik individu maupun
organisasi harus paham terkait 4 pilar literasi digital diatas, walaupun kita menggunakan
media sosial tentunya harus mengikuti anjuran yang diberikan oleh lembaga terkait agar kita
dapat memaksimalkan manfaat dari media sosial

Anda mungkin juga menyukai