Anda di halaman 1dari 3

LITERASI DIGITAL MENJADI BUDAYA BARU DI ERA DIGITALISASI

Era digital yang masif berkembang saat ini menuntut berbagai sektor dalam melakukan transformasi dan
adaptasi di berbagai kebutuhan. Kondisi tersebut juga menciptakan efektivitas dan efisiensi dalam berbagai
pekerjaan, salah satunya dalam strategi pencegahan peredaran dan penyalahgunaan narkoba di masyarakat.
Tidak terbatasnya sarana digital, dewasa ini banyak digunakan oleh masyarakat sebagai sumber pencarian
informasi utama terkait berbagai topik/isu. Terdapatnya berbagai jensi aplikasi atau software memberikan
kemudahan masyarakat dalam mengakses informasi tersebut, baik informasi publik maupun privat. Wadah
tersebut dapat memberikan ruang dalam melakukan sosialisasi terkait narasi penyalahgunaan dan peredaran
narkoba melalui peningkatan literasi digital(digitalliteracy) pengguna internet atau netizen.

Di era saat ini, perkembangan teknologi semakin pesat, hal tersebut telah memberikan banyak kemajuan dan
kemudahan bagi kehidupan manusia. Segala kegiatan dapat dengan mudah dilakukan hanya memanfaatkan
komputer dan internet. Melalui hal tersebut segala jenis informasi dapat tersebar luas secara mudah.
Apa Itu Literasi Digital (Digital Literacy)?
Literasi digital dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan atau skills (hidup, belajar, dan bekerja) dalam
mengelola informasi melalui teknologi digital, seperti platforms internet, media sosial, dan mobile devices (Jisc,
2016). Dalam hal ini, komunikasi menjadi aspek utama literasi digital. Banyaknya infromasi yang beredar
di platforms digital menuntut beberapa aspek agar infromasi yang kita sampaikan menarik perhatian
masyarakat. Hal yang dapat dilakukan, seperti kejelasan ide, relevansi ide, etika, dan kepercayaan antara
penulis dan pembaca. Berbeda dengan literasi konvensional, literasi digital menuntut pemahaman praktis
seseorang dalam mengakses, mengelola, dan menciptakan informasi berbasis teknologi yang terus berkembang.
Oleh karena itu, membutuhkan kemauan pengguna untuk terus belajar mengikuti perkembangan teknologi dan
beradaptasi.
Literasi Digital sebagai Strategi P4GN

Menjamurnya platforms digital dan penyebarlusan informasi berbasis digital hingga saat ini, menuntut kita
untuk dapat beradaptasi dan familiar dengan hal tersebut. Secara langsung, kondisi tersebut menuntut kita
dalam membangun kemampuan atau skills literasi digital (digital literacy) yang menjadi basis dalam
melakukan strategi kampanye dan self branding di platforms digital yang diinginkan. Dengan kata lain,
melalui literasi digital dapat menjadi strategi dalam melakukan kampanye P4GN yang melibatkan berbagai
kalangan pengguna internet dengan karakter dan targetnya masing-masing. Dewasa ini,
penggunaan platforms digital sebagai sarana informasi dan edukasi terkait narkoba telah masif dilakukan
salah satunya melalui kampanye anti narkoba di media sosial, seperti Instagram, Twitter, Youtube, dan
Facebook.

Hal yang menjadi tantangan adalah bagaimana informasi yang disampaikan dapat menarik perhatian
pengguna. Selain itu, bagaimana pengguna platforms digital dapat berkontribusi sebagai agen pencegahan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di lingkupnya masing-masing. Jika mengacu pada prinsip
literasi digital terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan, meliputi membangun sosial media dengan self
branding yang konsisten dan unik; mencari ide yang up-to-date atau fresh; menggunakan pola bahasa atau
pemilihan kata yang relevan dengan sasaran/target; gunakan metode penyampaian berbasis visul, audio, audio-
visual yang sedang tren di kalangan pengguna; memperhatikan aspek etika (validitas, hak cipta, dan
persetujuaan/consent) dalam pembuatan dan penyampaian informasi; dan yang terakhir konsistensi. Melalui
aspek-aspek tersebut maka pengguna dapat menjadi agen pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba berbasis digital dengan sasaran yang lebih masif di berbagai platforms digital saat ini.

Dilansir oleh Direktorat Sekolah Dasar, berdasarkan hasil surveynya di Indonesia, menyatakan bahwa
73,9 persen penduduknya memanfaatkan teknologi digital dimana hal tersebut setara dengan 202 juta orang
dari total 270 juta penduduk Indonesia. Hal tersebut membuktikan bahwa penduduk Indonesia telah
memanfaatkan teknologi yang berkembang.

Persebaran teknologi informasi yang semakin mudah juga tidak semuanya berisi tentang hal positif, namun
juga terdapat hal negatif, seperti penyebaran informasi tentang berita hoaks, radikalisme, penipuan, dan lain
sebagainnya. Dengan adanya hal tersebut kita sebagai pengguna teknologi perlu adanya cara untuk
memahami dan menyaring informasi tersebut, salah satunya yaitu dengan meningkatkan literasi digital.

Apakah kalian tahu literasi digital itu? Siapa yang mencetuskan istilah literasi digital? Istilah literasi
digital dicetuskan oleh Paul Gilster yaitu seorang pemerhati teknologi informasi asal Amerika Serikat yang
kemudian istilah tersebut dijadikan istilah baku dalam bukunya Digital Literacy yang terbit pada 1997. Menurut
Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul Digital Literacy (1997), literasi digital merupakan kemampuan untuk
memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas yang
diakses melalui piranti komputer. Selain itu, berdasarkan lansiran Portal Informasi Indonesia, UNESCO
memperkuat istilah literasi digital , menurutnya literasi digital yaitu berkaitan dengan kecakapan (life skill)
karena tidak hanya melibatkan teknologi, melainkan meliputi kemampuan untuk belajar, berpikir kritis, kreatif,
dan inovatif untuk menghasilkan kompetensi digital.

Di Indonesia, literasi digital telah meningkat. Hal tersebut dibuktikan oleh survey yang dilakukan dalam
pengukuran Indeks Literasi Digital Indonesia 2021, yang menyatakan bahwa budaya digital (digital culture)
mendapatkan skor tertinggi yaitu 3.90 dalam skala 5 atau baik. Dengan demikian, literasi digital di Indonesia
diharapkan dapat terus meningkat supaya masyarakat Indonesia dapat menjadi masyarakat yang cerdas, kreatif,
dan inovatif serta dapat memilah – milah informasi yang positif maupun negatif.
Referensi :

Direktorat Sekolah Dasar. 2021. Minat Baca Tulis Netizen Turun di Era Digital, Lebih Banyak
Komen dan Update Status. Diakses melalui http://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/minat-
baca-tulis-netizen-turun-di-era-digital-lebih-banyak-komen-dan-update-status

Kemendikbud. -. Buku Literasi Digital. Diakses melalui https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/buku-


literasi-
digital/#:~:text=Menurut%20Paul%20Gilster%20dalam%20bukunya,yang%20diakses%20melal
ui%20piranti%20komputer.

Kominfo. 2022. Budaya Digital Membaik, Indeks Literasi Digital Indonesia Meningkat. Diakses
melalui https://www.kominfo.go.id/content/detail/39488/siaran-pers-no-15hmkominfo012022-
tentang-budaya-digital-membaik-indeks-literasi-digital-indonesia-meningkat/0/siaran_pers

Portal Informasi Indonesia. 2022. Literasi Digital Masyarakat Indonesia Membaik. Diakses
melalui https://indonesia.go.id/kategori/editorial/3962/literasi-digital-masyarakat-indonesia-
membaik

Digital capabilities: The six elements. Retrieved from https://www.jisc.ac.uk/rd/projects/building-


digital-capability (opens in new window

Anda mungkin juga menyukai