Anda di halaman 1dari 5

KECAKAPAN DIGITAL

A. Pentingnya Kecakapan Digital ala Milenial


Semakin berkembangnya teknologi digital, akses untuk berselancar dengan
berbagai informasi dan pengetahuan pun semakin mudah didapatkan. Namun, dengan
adanya kecanggihan ini, tidak berarti penggunanya terhindar dari wabah disinformasi.
Semakin banyaknya informasi, justru semakin membanjirnya hoaks, ujaran
kebencian, dan informasi lainnya yang menyesatkan.
Akibatnya, begitu mudahnya milenial  terjebak pada hoaks dan ujaran kebencian,
ternyata juga menjadi pintu masuk bagi infiltrasi radikalisme. Jika menilik pada data
bahwa milenial merupakan generasi yang lebih dekat dengan digital dan rentan
terpapar informasi yang menyesatkan.
Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui jumlah penduduk Indonesia hingga 2020
didominasi oleh dua generasi, yakni  generasi milenial Z dan Y. Generasi Z adalah
penduduk yang lahir pada kurun tahun 1997-2012, dan generasi Y yang lahir periode
1981-1996. Dari hasil survei sepanjang Februari-September 2020 itu didapati jumlah
generasi Z mencapai 75,49 juta jiwa atau setara dengan 27,94 persen dari total
populasi berjumlah 270,2 juta jiwa. Sementara, generasi Y mencapai 69,90 juta jiwa
atau 25,87 persen.
Dari kedua generasi tersebut, milenial merupakan usia yang masih dalam proses
pencarian jati diri dengan terus mencari role model. Media sosial menyajikan galeri
karakter lintas budaya dari beragam kepribadian dan latar belakang. Di antara karakter
itu, kita akan temui beragam tipe informasi, misalnya banyaknya hoaks, ujaran
kebencian, narasi bullying, dan lainnya. Maka dari itu, generasi milenial  perlu belajar
menahan diri ketika berhadapan dengan beragam informasi di media sosial maupun di
kanal berita.
Sabar mengulik keabsahan data, mengurai argumen, dan menerka maksud dari apa
yang disampaikan merupakan kunci agar generasi milenial tidak terjebak pada
informasi yang menyesatkan. Di sisi lain, sikap waspada itu harus juga dibarengi
sikap terbuka dan berlapang dada. Terbuka menerima keberagaman, menghargai
pendapat orang lain, dan beradaptasi dengan ide serta gagasan baru.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, kecakapan literasi digital perlu
dimiliki oleh generasi milenial. Literasi digital adalah kemampuan untuk
memanfaatkan teknologi digital untuk meneliti, mengembangkan, dan lebih kritis
dalam menerima informasi yang didapatkan. Kemampuan ini juga mencakup
menggunakan perangkat cerdas untuk mengetahui , bertukar informasi, termasuk
mencari hiburan.
Kesempatan untuk menuangkan gagasan dan berdiskusi dengan berbagai kalangan
semakin luas dan terbuka. Generasi milenial pun dapat memanfaatkan kelas virtual
dengan komunitas yang sesuai bakat atau minat dari berbagai layanan yang banyak
tersedia secara gratis. Sementara, sebagai langkah awal, generasi milenial butuh
dibekali dengan pemahaman akan konsep anonimitas dan privasi sebelum ditanamkan
kepada mereka nilai-nilai kritis, demokratis, dan etis dalam pergaulan di dunia maya.
Konsep anonimitas ini mengajarkan milenial agar selalu waspada terhadap potensi
kejahatan yang bisa menyasar informasi pribadi mereka. Akun digital, baik dari media
sosial atau lainnya yang bisa dimanfaatkan untuk kejahatan atas nama pemilik akun.
Konsekuensi dari jejak digital (digital footprint) perlu disampaikan lebih awal.
Meskipun, tidak berarti generasi milenial ini dapat seenaknya kemudian berlindung di
balik identitas anonim.
Namun, konsep privasi akan menyadarkan mereka untuk memiliki ruang pribadi
yang tidak melulu di posting atau dibagikan di sosial media. Potret wajah, diri, dan
suasana hati bukanlah sesuatu yang wajar untuk diunggah di ruang publik secara terus
menerus.
Beberapa kasus human trafficking, pemerasan dengan modus ancaman penyebaran
foto-foto pribadi, serta penyalahgunaan foto seseorang di situs dewasa dapat bermula
dari menyepelekan hal tersebut. Oleh karena itu, milenial perlu dijejali doktrin bahwa
ketenaran dan kepuasan tidak sebanding dengan harga diri. Tanggungjawab atas hal-
hal sebesar itu merupakan dasar bagi sikap menghargai diri sendiri. Dari sinilah
pentingnya kecakapan literasi digital.
Pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi membuat klasifikasi pengguna
layanan digital tidak lagi dilihat dari perbedaan usia. Foundation for Young
Australians melalui skema ‘The New Work Order’ menyebutkan bahwa dunia digital
dimanfaatkan oleh setidaknya empat golongan di antaranya pertama, digital muggle,
merupakan golongan yang mengakses layanan digital tanpa perlu memiliki kecakapan
digital tertentu.
Kedua, digital citizen, memanfaatkan layanan digital untuk tujuan berkomunikasi,
mencari informasi, dan melakukan transaksi. Ketiga, digital worker, mengatur
jalannya sistem digital yang keempat, digital maker, berperan membangun teknologi
digital. Biasanya digital maker membuat teknologi sesuai dengan kebutuhan setiap
pengguna.
Sementara, generasi milenial disebut digital natives masuk dalam kategori digital
muggle. Mereka merupakan bagian dari kelompok yang memasuki dunia digital tanpa
pemahaman cukup akan seluk beluknya. Di lain sisi, dunia digital tidak dibatasi ruang
sehingga siapa pun bisa ditemui dan diajak berinteraksi. Hal inilah yang kemudian
dimanfaatkan generasi milenial untuk terlibat dalam pergaulan yang lebih luas dan
menemukan komunitas yang tepat.
Meskipun begitu, milenial tetap butuh bimbingan dalam interaksi tersebut dalam
hal menyikapi keberagaman. Termasuk sikap tenang dan santun ketika menghadapi
perbedaan pendapat, menjalin dialog konstruktif, dan tidak melayani serta
memedulikan ujaran kebencian. Kemampuan berpikir kritis juga dapat dilatih dalam
situasi bertukar informasi di jejaring media sosial. Milenial dituntun untuk menilai
sebuah informasi dari sisi keabsahan maupun kebermanfaatannya.
Sumber informasi, konteks, otoritas (lembaga maupun keilmuan), hingga refrensi
menjadi pertimbangan mereka ketika memvalidasi keabsahan suatu informasi. Selain
itu, perlu pula diberi pemahaman bahwa informasi yang absah pun tidak serta merta
bermanfaat. Terkadang informasinya memang baik, akan tetapu tidak tepat atau tidak
signifikan. Asas kebermanfaatan informasi penting dalam menentukan informasi
mana yang layak disebar dan mana yang tidak.
Dengan demikian, pentingnya literasi digital merupakan bagian untuk dapat
meningkatkan kecakapan untuk dapat menerima informasi. Darurat komunikasi
bangsa ini harus diatasi secara bersama-sama dengan bertanggung jawab atas
informasi yang dibuat, dikonsumsi, dan didistribusikan. Oleh karena itu, dengan
adanya digital milenial seharusnya  dapat menjaga kecakapan dan kewarasan berfikir
untuk memilah dan memilih materi dan bahan bacaaan di media digital.
B. Pengertian literasi digital
Dikutip dari buku Peran Literasi Digital di Masa Pandemik (2021) karya Devri Suherdi,
literasi digital merupakan pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan
media digital, seperti alat komunikasi, jaringan internet dan lain sebagainya. Kecakapan
pengguna dalam literasi digital mencakup kemampuan untuk menemukan, mengerjakan,
mengevaluasi, menggunakan, membuat serta memanfaatkannya dengan bijak, cerdas, cermat
serta tepat sesuai kegunaannya.
C. Prinsip dasar literasi digital
Menurut Yudha Pradana dalam Atribusi Kewargaan Digital dalam Literasi Digital
(2018), literasi digital memiliki empat prinsip dasar, yaitu:
1. Pemahaman
Artinya masyarakat memiliki kemampuan untuk memahami informasi yang diberikan
media, baik secara implisit ataupun eksplisit.
2. Saling ketergantungan
Artinya antara media yang satu dengan lainnya saling bergantung dan
berhubungan. Media yang ada harus saling berdampingan serta melengkapi antara satu
sama lain.
3. Faktor social
Artinya media saling berbagi pesan atau informasi kepada masayrakat. Karena
keberhasilan jangka panjang media ditentukan oleh pembagi serta penerima informasi.
4. Kurasi
Artinya masyarakat memiliki kemampuan untuk mengakses, memahami serta
menyimpan informasi untuk dibaca di lain hari. Kurasi juga termasuk kemampuan
bekerja sama untuk mencari, mengumpulkan serta mengorganisasi informasi yang dinilai
berguna.

D. Manfaat literasi digital


Dilansir dari Manfaat Literasi Digital Bagi Masyarakat dan Sektor Pendidikan Pada Saat
Pandemi Covid-19 (2020) karya Eti Sumiati dan Wijonarko, literasi digital telah
membawa banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat. Manfaat tersebut di antaranya:
1. Kegiatan mencari dan memahami informasi dapat menambah wawasan individu.
2. Meningkatkan kemampuan individu untuk lebih kritis dalam berpikir serta memahami
informasi.
3. Menambah penguasaan ‘kosa kata’ individu, dari berbagai informasi yang dibaca.
4. Meningkatkan kemampuan verbal individu.
5. Literasi digital dapat meningkatkan daya fokus serta konsentrasi individu.
6. Menambah kemampuan individu dalam membaca, merangkai kalimat serta menulis
informasi.

E. Tantangan literasi digital


Literasi digital setidaknya memiliki dua tantangan yang harus dihadapi. Tantangan ini
bisa diatasi dengan menerapkan literasi digital dalam setiap penggunakan teknologi
informasi dan komunikasi. Berikut penjelasannya:
 Arus informasi yang banyak
Tantangan paling kuat dari literasi digital adalah arus informasi yang banyak. Artinya
masyarakat terlalu banyak menerima informasi di saat yang bersamaan. Dalam hal inilah
literasi digital berperan, yakni untuk mencari, menemukan, memilah serta memahami
informasi yang benar dan tepat.
 Konten negatif
Konten negatif juga menjadi salah satu tantangan era literasi digital. Contohnya konten
pornografi, isu SARA dan lainnya. Kemampuan individu dalam mengakses internet,
khususnya teknologi informasi dan komunikasi, harus dibarengi dengan literasi digital.
Sehingga individu bisa mengetahui, mana konten yang positif dan bermafaat serta mana
konten negatif.
F. Contoh literasi digital
Literasi digital bisa diterapkan di mana saja, yakni di lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah ataupun lingkungan masyarakat. Berikut beberapa contoh penerapan literasi digital:
 Literasi digital di sekolah
1. Komunikasi dengan guru atau teman menggunakan media sosial.
2. Mengirim tugas sekolah lewat e-mail.
3. Pembelajaran dengan cara online, yakni lewat aplikasi ataupun web.
4. Mencari bahan ajar dari sumber tepercaya di internet.
 Literasi digital di rumah
1. Melakukan penelusuran dengan menggunakan browser.
2. Mendengarkan musik dari layanan streaming resmi.
3. Melihat tutorial memasak dari internet.
4. Menggunakan laptop yang tersambung ke internet untuk mengerjakan tugas atau
pekerjaan.
 Literasi digital di lingkungan masyarakat
1. Menggunakan media internet untuk menggalang dana atau donasi.
2. Penggunaan media sosial untuk sarana promosi penjualan.
3. Memakai aplikasi meeting untuk rapat RT.
4. Menggunakan grup di media sosial untuk menyebarkan informasi yang tepat dan
kredibel.

Anda mungkin juga menyukai