Anda di halaman 1dari 12

KADER ANSOR DAN TANTANGAN DIGITAL

Materi orientasi media digital, literasi digital, gerakan media sosial, desain
grafis dan audio visual, jurnalistik, website, hingga big data.

Kader Ansor harus melek terhadap tekhnologi, generasi aktif di media - media
termasuk media sosial dan gerak cepat dan tepat terhadap peluang,"

Gerakan Pemuda Ansor disebut menghadapi empat tantangan di zaman modern, era
globalisasi yang salah satunya ditandai dengan kemajuan elektronik.
Tren pergeseran masyarakat, adanya organisasi yang bertentangan dengan aqidah
serta ideologi negara, adanya resonansi gerakan, dan adanya pertarungan isu.

Sebagai kader Ansor Banser, cerdas memahami dan terampil menguasai media sosial
adalah sebuah kewajiban.

Islam Nusantara merupakan identitas Ansor Banser yang sangat kompatibel dalam
perubahan yang sudah, sedang, dan akan terjadi termasuk perubahan dan
perkembangan  di bidang teknologi informasi dan komunikasi yang mampu
menciptakan media sosial  sebagai salah satu “mahkluk”  terkuat di muka bumi ini. 

Kader Ansor harus cerdas menggunakan dan mengelola berbagai jenis media sosial
seperti  YouTube, Facebook, Twitter, Instagram, WhatsApp, Pinterest, komunitas online
(forum), dll.

Cerdas dalam bermedia sosial merupakan bagian dari kemampuan kader Ansor Banser
dalam menguasai digital literacy.

Cerdas dalam digital literacy merupakan jawaban atas prinsip sensitivitas perubahan
(sense of change)  sehingga ada kaidah “perubahan hukum diniscayakan seiring
perubahan waktu dan tempat” (taghayyur al-ahkam bi taghayyur  al-azman  wa al-
amkinah).  

Terdapat tiga literasi dalam media sosial yang wajib dikuasai oleh kader Ansor yaitu:
Information literacy.
Artinya setiap kader Ansor Banser wajib cerdas mensortir dan memfilterasi informasi
sehingga informasi yang diterima atau dikirimkan di dalam media sosial adalah
informasi  yang baik dan benar. Selain itu seorang kader Ansor Banser wajib cerdas
mengolah dan mengelola data menjadi informasi yang baik dan benar dan tentunya
diviralkan melalui media sosial agar  bermanfaat dan maslahat untuk umat. 
Media literacy.
Kecerdasan mengelola media terutama berbagai jenis media sosial adalah keharusan
bagi kader Ansor Banser dalam menyampaikan informasinya sehingga informasi yang
ditampilkan tampak menarik, eye cactching dan tampilannya mampu mempengaruhi
banyak orang. 
Technology literacy
Yaitu kemampuan/kecerdasan dalam menggunakan dan mengelola teknologi informasi
dan komunikasi terkini. Seorang kader Ansor Banser wajib cerdas dan terampil
menggunakan berbagai jenis teknologi informasi dan teknologi komunikasi sebagai alat
atau media utama dalam mempublikasikan  atau memviralkan informasi  ke dunia.

Agar terhindar dari berbagai jenis kejahatan dunia maya (cyber crime), kunci Sukses
kader Ansor Banser untuk menjadi pegiat di media sosial dengan melakukan digital
citizenship yaitu:

Pertama, be safe: protect yourself and others.


Artinya adalah dalam aktif di media sosial kita wajib melindungi diri, keselamatan diri
dan orang lain. Menjaga nama baik diri dan orang lain adalah hal yang pertama dan
utama dilakukan kader Ansor BANSER dalam bermedia sosial.

Kedua,  be savvy: educate yourself and others.


Artinya adalah bahwa seorang kader Ansor BANSER harus mampu menjadikan media
sosial sebagai sarana untuk belajar, mencari ilmu, pengetahuan dan informasi yang
baik, benar dan bermanfaat juga dalam rangka sharing knowledge,  mengajarkan dan
mendidik orang lain. 

Ketiga, be social: respect yourself and others.


Menjadi pegiat media sosial, kader Ansor BANSER wajib memiliki rasa kepedulian
sosial dan empati yang sangat tinggi kepada sesama. meskipun orang yang
membutuhkan pertolongan atau bantuan  tidak kita kenal hanya mendapatkan informasi
dari media sosial.  

FUNGSI MEDIA SOSIAL

Kontra Narasi Radikalisme Islam Di Media Sosial


5 Cara Meningkatkan Kemampuan Literasi Digital

Literasi digital merupakan kemampuan untuk memahami dan memakai informasi dari
berbagai sumber yang diakses dari komputer maupun perangkat lainnya. Literasi digital
adalah keterampilan yang dibutuhkan untuk belajar, bekerja, dan menavigasi kehidupan
di dunia kita yang semakin digital. Kemampuan inil memungkinkan Anda menggunakan
perangkat digital, perangkat lunak, dan aplikasi dengan percaya diri. Selain itu,
keterampilan literasi digital akan membantu Anda dalam menangani data dengan cara
yang tepat, efektif dan aman.

Literasi digital tidak hanya berkaitan dengan teknologi saja. Sebab,  literasi digital
merupakan kecakapan yang mencakup kemauan untuk belajar, berpikir kritis, kreatif
dan inovatif dalam melakukan berbagai hal di dunia digital.

1. Mulailah Berpikir Kritis

Langkah pertama sebagai cara meningkatkan kemampuan literasi digital adalah


dengan mencoba berpikir kritis. Kita semua tahu, bahwa informasi yang saat ini
bertebaran di internet berasal dari situs berita atau semacamnya. Akan tetapi, apakah
informasi tersebut dapat dipercaya?

Ketika Anda menerima sebuah informasi yang tidak jelas dari mana asalnya, mulailah
dengan mendorong diri Anda untuk mengajukan pertanyaan bagaimana informasi itu
dibuat? Kemudian cari jawabannya dengan langsung ke sumbernya. Anda dapat
memeriksa dan menganalisis objektivitasnya.

2. Menguasai Finding Information

Keterampilan dalam berpikir kritis dan menganalisa sebuah informasi di internet adalah
salah satu cara meningkatkan kemampuan literasi. Selain keahlian ini, Anda juga perlu
menguasai finding information.

Finding information artinya Anda bisa memilah secara akurat dan mengevaluasi


informasi yang diterima ataupun disebarkan melalui platform digital. Skill ini
menitikberatkan Anda untuk menguasai komunikasi, kesadaran sosial dan pengetahuan
tentang pembuatan informasi di lingkungan digital.

3. Manfaatkan Media Sosial untuk Belajar dan Berkolaborasi

Metode selanjutnya untuk cara meningkatkan kemampuan literasi digital adalah


memanfaatkan media sosial dengan baik. Misalnya, Anda dapat belajar sesuatu hal
baru dari content creator yang sering membuat konten edukasi atau semacamnya.
Tidak hanya untuk sarana belajar saja, Anda dapat memanfaatkan media sosial
sebagai sarana kolaborasi. Sebagai contoh Twitter dapat digunakan untuk membuat
jajak pendapat untuk tujuan penelitian atau menemukan sumber ahli.

4. Memahami Digital Culture 

Kultur digital sangat penting dipahami oleh Anda. Sebagai salah satu cara
meningkatkan kemampuan literasi digital, Anda perlu memahami bagaimana
keberadaan internet mempengaruhi cara berinteraksi dan berkomunikasi seseorang.

Pada umumnya, penggunaan internet sering kali membawa dua dampak. Anda bisa
melakukan banyak hal positif dan sebaliknya Anda dapat terjerumus pada tindakan
negatif.

Dengan memahami digital culture, setidaknya Anda dapat lebih bijak untuk melakukan


sesuatu di dunia digital. 

5. Menjadi Aman di Internet

Saat mengakses internet, Anda perlu membiasakan diri untuk mendeteksi potensi-
potensi yang bisa membahayakan diri. Misalnya Anda tidak secara sembarangan
menaruh data dan privasi yang bisa dilihat oleh semua orang.

Ketika Anda sadar akan potensi risiko dan keamanan pribadi saat mencari informasi,
secara tidak langsung Anda akan semakin lebih bijak dalam mengakses internet.

Mengapa Literasi Digital Itu Penting?


Mengutip buku Pendidikan Literasi: Memenuhi Kecakapan Abad 21, dijelaskan bahwa
istilah literasi digital sudah digunakan sejak tahun 1980 dan mulai populer pada tahun
2015. Secara istilah literasi digital adalah kemampuan untuk menemukan,
mengevaluasi, menggunakan, membagikan, dan menciptakan suatu konten dengan
informasi teknologi serta jejaring internet.

Melansir dari Eavi.eu, peneliti dan pendidik di Durham University bernama Doug


Belshaw mengemukakan ada delapan elemen dari kerangka kerja literasi digital.
Menurut Belshaw delapan elemen penting literasi adalah kognitif, konstruktif,
komunikatif, sosial, kritis, kreatif, percaya diri dan kultural.

Berikut penjelasan lebih rincinya:


 Kultural: pemahaman tentang beragam konteks pengguna di dunia digital.
 Kognitif: daya pikir dalam menilai sebuah konten.
 Konstruktif: reka cipta atau sesuatu yang ahli dan aktual.
 Komunikatif: memahami kinerja jejaring dan komunikasi pada dunia digital.
 Kepercayaan diri:  bertanggungjawab atas semua konten yang dibuat atau dibagikan.
 Kritis: dalam menyikapi konten.
 Bertanggungjawab secara sosial.   

Belshaw berpendapat bahwa kemampuan literasi digital yang baik membutuhkan


sebagian besar penggunaan kompetensi ini sekaligus. Selain itu Belshaw menyatakan
praktik literasi digital bisa berubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, diperlukan
pikiran yang sangat fleksibel serta siap untuk  beradaptasi dengan perubahan.

Mengingat semua aktivitas di dunia kini banyak beralih menjadi semakin digital, maka
penting bagi anak-anak dan orang dewasa untuk memiliki keterampilan literasi digital.
Kemampuan literasi digital bisa membantu menavigasi dunia digital yang semakin
kompleks dengan ramah dan aman

Terlebih lagi penggunaan internet di Indonesia sangatlah tinggi.


Merujuk Databooks, berdasarkan laporan Bank Dunia berjudul Harnessing Digital
Technologies for Inclusion in Indonesia 2021, komunikasi menjadi aktivitas yang paling
sering dilakukan masyarakat Indonesia ketika menghabiskan waktu di internet.
Persentase aktivitas yang mencakup berkirim pesan dan surat elektronik (surel)
tersebut mencapai 36%.

Dari uraian data di atas, kita mengetahui bahwa aktivitas berkirim pesan
atau chatting yang dilakukan orang Indonesia begitu intens. Dalam beberapa momen
tertentu, ada saja informasi dan konten yang disebarkan melalui aplikasi pesan singkat. 

Dengan keterampilan literasi digital, Anda akan mampu  lebih selektif dan bersikap bijak
dalam menerima informasi tersebut, khususnya konten-konten yang banyak memuat
berita hoaks.
Peluang dan Tantangan, Ansor Menuju Satu Abad NU

Generasi muda adalah generasi penerus perjuangan bangsa, Sebagai pemegang kepemimpinan
nasional, mereka harus menanamkan di dalamnya nilai-nilai budaya nasional yang benar,
diterima, diikuti, dibela dan diperjuangkan. Generasi muda penerus bangsa juga memiliki
keterampilan terpendam yang dapat diolah menjadi keterampilan nyata. Selain itu, mereka
memiliki potensi kecerdasan intelektual, kecerdasan seni, emosional, sosial, dan bahasa, yang
dapat mereka olah menjadi kecerdasan aktual yang
akan mengantarkan mereka pada pencapaian dan kesuksesan yang tinggi. Mereka memiliki
potensi moral yang dapat diolah dan dikembangkan menjadi akhlak yang positif agar dapat
berperan aktif dalam pembangunan negara dan bangsa yang jujur, tidak koruptif, kurang ajar,
dan bertanggung jawab.
Melihat situasi saat ini, pemuda terpecah menjadi dua.

Pertama, pemuda yang bermoral namun tidak memiliki sosok panutan dan organisasi yang tepat
sehingga dalam bergaul dan melangkah ia merasa paling benar atas dasar penafsiran tunggal.
Biasanya secara sekilas ia tampak baik, berpakaian rapi, namun kerap kali melontarkan argumen
dan pendapat yang terkesan Islami namun sejatinya sangat jauh dari nilai-nilai Islam. Misalnya
mengatakan, “Indonesia ini tidak tepat jika menggunakan sistem demokrasi, sejarah Islam
mencontohkan dengan sistem khilafah dan monarki”, atau “umat Islam kok menjaga gereja,
mestinya masjid yang dijaga”. Kedua, pemuda yang amoral. Ada banyak penyimpangan moral di
kalangan generasi muda seperti miras, tawuran pelajar dan seks bebas.
Masalah moral generasi muda telah menjadi masalah sosial yang belum sepenuhnya
terselesaikan. Akibat yang ditimbulkan begitu serius sehingga tindakan tersebut telah mengarah
pada tindakan kriminal dan tidak dapat lagi dianggap sebagai hal yang sederhana. Inilah
tantangan sekaligus peluang Gerakan Pemuda Ansor (GPA) NU sebagai wadah sekaligus
wasilah dalam merealisasikan gerakan pemuda yang sesuai dengan budaya dan tradisi nusantara
dengan napas Islam Nusantara.

Mengingat terbatasnya upaya lembaga pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai moral pada
peserta didiknya, maka lembaga selain lembaga pendidikan formal juga harus turut andil dalam
menegakkan pola pendidikan moral. Organisasi sosial dan keagamaan seperti Gerakan Pemuda
Ansor seharusnya tidak boleh diremehkan perannya dalam mendidik para generasi muda menjadi
manusia yang bermoral tinggi.

Kegiatan pembelajaran di organisasi GPA tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan dan
pelatihan ketrampilan tertentu, tetapi yang terpenting adalah juga penanaman dan pembentukan
nilai-nilai tertentu kepada generasi muda sebagai anggotanya. Secara teoritis, GPA dalam wadah
Rijalul Ansor mengkaji bagaimana menjaga gereja secara fikih adalah boleh bahkan bernilai
ibadah. Landasannya adalah basis dari penjagaan agama atau yang dalam istilah maqasid
syariah disebut hifz al-din. Menjaga
Agama bagi teman-teman Ansor tidak hanya dimaknai secara formalistik seperti mendirikan
salat dan menunaikan zakat, lebih dari itu bahwa, meminjam istilah yang dipakai oleh Jasser
Auda, menjaga agama Islam agar tidak difitnah dan dituduh sebagai agama teror dan makar
adalah bagian dari menjaga agama (protection and prevention religion). Sejatinya yang dijaga
oleh GPA bukanlah gerejanya melainkan keutuhannya.
Dalam bahasa KH. Achmad Shiddiq, Allah yarham, yang dijaga oleh GPA adalah saudara
setanah air (ukhwah wathoniyyah) dan saudara sesama makhluk Tuhan (ukhwah basyariyyah).
Secara praktis, GPA dalam wadah Banser menjalankan apa yang sudah dimusyawarahkan dan
dikaji dalam tubuh Rijalul Ansor. Artinya, apa yang dilakukan dalam tubuh GPA tidak grusa-
grusu, ada kajiannya, ada rapatnya, ada epistemologinya dalam bahasa akademiknya. Hasilnya?
Silakan lihat Google, tidak ada berita yang mengatakan GP Ansor sebagai banom yang makar
dan teroris, justru sebaliknya, GP Ansor menjadi mitra TNI-Polri dalam pengawasan terhadap
mereka yang akan mengancam keutuhan dan kedaulatan bangsa ini, baik secara fisik atau
pemikiran. Belum lagi, GPA adalah Banom NU yang dekat dengan para alim-ulama di Nahdlatul
Ulama. Keseketikaan GPA ini secara tidak langsung menjadi santri kalong dari banyak Kiai.
Relasi santri-kiai seperti ini nampaknya mustahil jika para kader GPA akan bersikap amoral,
sebab dalam hampir kesahariannya selalu berinteraksi dengan para kiai, selalu diawasi dan
diberikan nasehat kiai. Baik nasehat langsung ataupun tidak langsung.

Sebentar lagi, NU akan memasuki usia seratus tahun. GPA sebagai anak remaja dari organisasi
ini harus memberikan tawaran-tawaran program yang tidak hanya bermanfaat untuk organisasi,
lebih luas GPA harus berkontribusi untuk Indonesia. Makanya saya mengusulkan GPA untuk
memiliki program penguatan skill terhadap anggotanya. GPA juga harus mampu memadukan
tradisi NU dengan gerak perkembangan zaman. GPA harus mau dan mampu serta independen
dalam bermedia, sehingga dapat menjadi corong dalam mengekspresikan pendapat-pendapat
politik kebangsaannya dan politik keagamaannya. Oleh karenanya, jika dikristalkan ada tiga hal
yang perlu menjadi perhatian GPA. Pertama, kondisi bangsa yang sedang menghadapi kerasnya
paham-paham radikal dan terorisme. Juga yang tidak kalah penting adalah laku koruptif.

Kedua, perubahan peradaban dunia di era revolusi 4.0 dan teknologi yang sudah masuk era
revolusi 5.0 yang serba digital. Mau atau tidak, suka tidak suka para kader GPA harus
mengambil bagian penting dalam transformasi era digital ini. Dan ketiga, kondisi pasca-pandemi
Covid-19 yang bukan hanya dihadapi Indonesia namun lebih dari 250 negara mengalami
kesulitan yang luar biasa ini. Berbagai sektor kehidupan terdampak di antaranya sektor ekonomi,
pendidikan, dan kesehatan. Dalam tubuh NU sudah ada lembaga-lembaga yang bertugas
menangani tiga sektor tersebut, selanjutnya GPA harus membersamai dan menjadi motor
pendorong dalam merealisasikan program-program induknya.
URGENSI LTNNU DALAM PENGEMBANGAN LITERASI
DIGITAL MENJELANG 1 ABAD NU
Oleh H. Mahlail Syakur Sf. 
(Dosen FAI Unwahas Semarang, Ketua PW LTNNU Jawa Tengah)

Muqaddimah
Penggunaan media digital, termasuk media interaktif dan sosial telah berkembang pesat sebagai
dampak teknologi informasi. Perkembangan teknologi informasi secara pesat menuntut setiap
individu untuk memiliki kompetensi dasar berkaitan dengan konsep digital itu sendiri.
Keterampilan mencari sumber informasi yang bisa dipertanggungjawabkan menjadi sangat
penting bagi setiap individu di tengah percepatan teknologi digital. 

Literasi sudah menjadi bagian dari kehidupan dan perkembangan manusia, dari zaman
prasejarah hingga era digital sekarang. Literasi adalah pemahaman dan keterampilan menulis,
membaca, berhitung, dan disiplin ilmu lainnya. Perkembangan penggunaan teknologi,
informasi, dan komunikasi dunia digital telah memberikan berbagai dampak dalam kehidupan
manusia sehari-hari. 

Perkembangan internet merupakan perwujudan literasi digital, yakni penggunaan perangkat


teknologi, informasi dan komunikasi dalam mengakses, mengaryakan, hingga mendistribusikan
informasi. Bahkan siaran TV sudah mulai beralih ke siaran digital. Setiap individu tentunya
perlu memahami bahwa literasi digital adalah salah satu hal penting, karena dengan adanya
pemahaman dan penerapan literasi digital akan membuat individu dapat berpartisipasi dalam
komunikasi global di era digital sekarang ini. Penggunaan perangkat teknologi, informasi dan
komunikasi semakin mudah dan memanjakan setiap individu. Produknya berupa aneka media
sosial daring seperti FB, IG, YT, Twitter, WA, dan lainnya yang mengandung resiko dan
kegunaan. Di antara risiko dari penggunaan media-media tersebut terutama bagi kaum remaja
adalah efek kesehatan negatif pada tidur, perhatian, dan pembelajaran, insiden obesitas dan
depresi yang lebih tinggi, paparan konten dan kontak yang tidak akurat, tidak pantas, atau tidak
aman serta privasi dan kerahasiaan yang dikompromikan (Maranatha Wijayaningtyas, Dosen
Institut Teknologi (ITN) Malang dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk
wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa 27/7/2021). Adapun dampak positifnya adalah
untuk membantu proses komunikasi, untuk membedakan sumber-sumber informasi yang benar,
signifikan, dan memberikan manfaat, dan untuk membuka peluang bagi siapapun agar lebih
produktif dalam menciptakan media komunikasi digital. 

Dalam kontek literasi digital, setiap orang memerlukan kompetensi untuk dapat mengakses,
menganalis, mencipta, melakukan refleksi, dan bertindak menggunakan aneka ragam perangkat
digital, berbagai bentuk ekspressi, dan strategi dalam komunikasi. Dalam penerapan literasi
digital seseorang tidak sekadar memerlukan penguasaan kemampuan mengoperasikan perangkat
digital dan lunak tetapi juga memerlukan keterampilan kompleks seperti keterampilan
memproduksi, keterampilan photovisul, keterampilan hipertekstualitas, keterampilan
mengevaluasi informasi, dan keterampilan sosio-emosional.

NU sebagai jam’iyyah yang berusia 1 abad terpanggil untuk mengemban amanat literasi dalam
arti memberikan wawasan keislaman ‘ala ahlissunnah wal-jama’ah melalui berbagai underbow,
badan otonom, dan lembaga. Di antara lembaga yang bertugas secara khusus pada bidang
literasi adalah Lembaga Ta`lif wan-Nasyr Nahdlatul ‘Ulama (LTN NU). Lembaga inilah yang
memiliki tugas menerima informasi tentang NU dan ajarannya secara benar dan
menginformasikannya kepada public terutama warga nahdliyyin. 

Literasi Digital dan Manfaatnya


Literasi (literacy) adalah sebuah kemampuan seseorang untuk menggunakan potensi dan
keterampilan dalam mengolah serta memahami informasi ketika melakukan aktivitas membaca
(qira`ah) dan menulis (kitabah).  
Literasi merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh setiap individu karena ada
amanat baginya sebagai khalifah (QS. Al-Baqarah: 30). Kompetensi literasi sangat penting bagi
siapapun karena akan menjadi khalifah di muka bumi ini. Tugas Nabi Muhammad saw. pertama
sebagai utusan (rasul) adalah melakukan literasi dan mengembangkannya sebagaimana tersirat
dalam wahyu pertama (QS. Al-‘Alaq: 1-5). Demikian pula potensi literasi juga dibekalkan
kepada Nabi Adam as. (QS. Al-Baqarah: 31-33).  Implementasinya merupakan wujud syukur
kepada Allâh karena hekekat literasi adalah pemanfaatan potensi pendengaran, penglihatan, dan
pemahaman secara fungsional (QS. An-Nahl: 78). Implementasi literasi mulai dari diri sendiri
sebagai pembaca dan penulis hingga sebagai informan atau pengajar. 
Ada enam kompetensi literasi yang perlu dikuasai oleh setiap individu guna menavigasi
berbagai tantangan abad ke-21 yang kian berubah dan berkembang terutama menghadapi satu
abad NU. Enam literasi yang dimaksud adalah Aksara, Numerasi, Sains, Finansial, Digital,
Budaya dan Kewargaan.

Literasi digital merupakan perpaduan dari keterampilan teknologi informasi dan komunikasi,
berpikir kritis, keterampilan bekerja sama (kolaborasi), dan kesadaran sosial. Literasi digital
adalah kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi yang didapat dari berbagai
sumber (Paul Glister). Menurut Deakin University’s Graduate Learning Outcome 3, literasi
digital adalah upaya memanfaatkan teknologi dalam menemukan, menggunakan, dan
menyebarluaskan informasi dalam dunia digital. Literasi digital adalah kemampuan dalam
memahami dan memakai informasi dari berbagai sumber yang diakses dengan computer atau
perangkat gadget lainnya. Kominfo menggariskan bahwa Literasi digital mencakup tiga
kompetensi, yaitu kompetensi pemanfaatan teknologi, memaknai, dan memahami konten digital
hingga menilai kredibilitas dengan meneliti hingga melakukan komunikasi dengan alat yang
tepat. Jadi, literasi digital merupakan upaya yang diperlukan seseorang di era sekarang guna
menyaring informasi secara akurat.

Kerangka kerja literasi digital terdiri dari serangkaian keterampilan:

1. Literasi Fotovisual adalah kemampuan untuk bekerja secara efektif dengan


lingkungan digital, seperti antarmuka pengguna, yang menggunakan komunikasi
grafis.
2. Literasi Reproduksi adalah kemampuan untuk membuat karya tulis dan karya seni
yang otentik, bermakna dengan mereproduksi dan memanipulasi teks digital, visual,
dan potongan audio yang sudah ada sebelumnya.
3. Literasi Cabang adalah kemampuan untuk membangun pengetahuan dengan navigasi
nonlinier melalui domain pengetahuan, seperti di Internet dan lingkungan hypermedia
lainnya.
4. Literasi Informasi adalah kemampuan untuk mengkonsumsi informasi secara kritis
dan memilah informasi yang salah dan bias.
Literasi digital akan menciptakan sebuah tatanan masyarakat dengan pola pikir dan pandangan
yang kritis-kreatif, sehingga mereka tidak akan mudah tertipu oleh informasi yang berbasis
digital seperti menjadi korban informasi hoaks.

Seiring dengan perkembangan teknologi, komunikasi dan informasi bisa tersampaikan dengan
cepat dan mudah. Teknologi yang dimanfaatkan dengan baik, sangat mampu membantu
perkembangan bidang-bidang penting dalam kehidupan masyarakat. Di bidang teknologi
khususnya informasi dan komunikasi, literasi digital berkaitan dengan kemampuan si pengguna.
Kemampuan dalam memakai teknologi sebijak mungkin merupakan inti literasi digital demi
menciptakan interaksi dan komunikasi yang positif. Jadi, kompetensi literasi digigtal membuat
seseorang dapat berpikir kritis, mampu memecahkan masalah, berkomunikasi dengan lancer,
dan punya kesempatan berkolaborasi.

Prinsip Literasi Digital


Menurut Yudha Pradana (Atribusi Kewargaan Digital dalam Literasi Digital, 2018) ada
beberapa prinsip dasar literasi digital. Di antaranya adalah pemahaman, saling ketergantungan,
faktor sosial, dan kurasi. Berikut ini penjelasan dari beberapa prinsip literasi digital tersebut.

1. Pemahaman
Dalam artian masyarakat memiliki kemampuan untuk memahami informasi yang diberikan
oleh media, baik secara implisit maupun eksplisit.
2. Ketergantungan
Antara media yang satu dengan lainnya saling bergantung dan berhubungan, media yang ada
saling berdampingan serta melengkapi antara satu sama lain.
3. Faktor Sosial
Media saling berbagi pesan atau informasi kepada masyarakat, keberhasilan jangka panjang
dari media ditentukan oleh pembagi serta penerima informasi.
4. Kurasi
Masyarakat punya kemampuan untuk mengakses, memahami dan menyimpan informasi
untuk dibaca di lain kesempatan. Kurasi merupakan kemampuan bekerja sama dalam
mencari, mengumpulkan hingga mengorganisasi informasi yang dinilai berguna.

Manfaat Literasi Digital


Pemahaman mengenai informasi digital memiliki banyak manfaat bagi masyarakat, mulai bagi
diri sendiri maupun kelompok masyarakat umum. Di antara manfa’at meiliki kompetensi literasi
digital dalam kehidupan sehari-hari adalah:

1. Memperoleh dan memperluas informasi secara cepat dan terkini, seperti mencari
makna kata-kata yang sulit, sejarah ‘ulama, kamus dan lainnya. Semuanya dapat
ditemukan secara mudah dan cepat secara digital melalui internet.
2. Penggunaan internet di era digital membuat seseorang secara tak langsung belajar dan
melatih keterampilan. Seperti ketika akan mengerjakan tugas prakarya, teknis
menyusun makalah ilmiah, memasak dan lainnya, semuanya bisa dilihat dan dipelajari
melalui internet.
3. Menghemat penggunaan waktu; Penggunaan referensi internet di mana dan kapan saja
sudah membuktikan bahwa munculnya literasi digital bisa menghemat penggunaan
waktu. Internet saat ini bisa diakses menggunakan ponsel canggih, sehingga tidak lagi
memikirkan perangkat apa yang harus dipakai.
4. Mempermudah komunikasi dan jarirangan sosial dari berbagai wilayah, maupun
negara di berbagai belahan dunia karena hanya melalui media sosial.
5. Mempermudah seseorang menerima informasi yang beragam tentang kasus tertentu
sehingga dapat menganalisis, memilih, dan memilah antara yang benar dan salah.

Tantangan Literasi Digital


Di samping manfa’at yang dapat diperoleh dari literasi digital seseorang harus waspada
terhadapnya dan siap menghadapi tantangan. Di antara tantangan literasi digital adalah:  

1. Arus Informasi Banyak


Tantangan yang paling kuat adalah informasi yang muncul terlalu banyak sehingga hal ini
membuat seseorang seakan dipaksa menerima aneka informasi secara bersamaan. Fungsi literasi
digital adalah untuk mencari, menemukan, memilah dan memahami informasi yang benar serta
akurat.

2. Konten Negatif
Arus informasi yang begitu deras tak luput dari konten yang positif berbarengan dengan konten
negatif yang muncul dalam waktu yang sama. Bahkan secara kwantitas jumlahnya membuat
seseorang sulit menyaringnya. Konten berbasis pornografi, hoaks, ujaran kebencian, SARA, dan
lainnya lebih sering mucul dan sangat mudah dilihat dan didapat lewat akses internet.

Dan tentunya masih banyak tantangan yang perlu dihadapi dari dampak negatif literasi digital
terutama bagi orangtua, guru, pemimpin organisasi masyarakat

LTNNU dan Pengembangan Literasi Digital


Lembaga Ta’lif wan-Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) adalah lembaga yang bertugas
mengembangkan penulisan, penerjemahan, dan penerbitan kitab/buku serta media informasi
menurut faham Ahlussunnah wal-Jama’ah (sesuai rekomendasi dari Muktamar NU Ke-27 di
Situbondo, tahun 1984). Secara umum tugas LTNNU adalah turut membantu Nusantara
melengkapi warganya dengan keterampilan literasi digital guna menyerap dan mencerna
wawasan tentang Aswaja an-Nahdliyyah dan menginformasikannya kepada publik lewat
berbagai media sosial. Dunia maya yang sarat dengan literasi perlu dikuasai dan dikelola secara
baik dan benar. Dengan demikian warga nahdliyyin akan memperoleh informasi tentang ajaran
dan amaliyah yang sesuai dengan visi dan missi NU.

Menyongsong Satu Abad NU yang berhelat dalam era digital tidak dipungkiri semakin berat
tugas dan tantangan yang dihadapi oleh NU. Seiring dengan perkembangan dan realitas sosial
tugas LTNNU tidak cukup dengan berkutat pada manajemen struktural, tetapi juga harus mau
dan mampu menghadapi tantangan zaman yang mengancam wawasan warga nahdliyyin
termasuk pada bidang emosional dan kultural. Kompetensi literasi digital perlu
diimplementasikan dalam dunia nyata dan maya berdasarkan pemahaman yang baik terhadap
informasi, membuat networking dalam penyebaran informasi secara sinergis dan kolaboratif
antara satu Lembaga dengan lembaga lainnya dan antara banom yang ada, mempertimbangkan
kebutuhan informasi warga nahdliyyin, dan mendorong warga agar mempunyai kemampuan
mengakses, memahami ,dan menyimpan informasi untuk dibaca di lain kesempatan melalui
berbagai media sosial seperti YouTube, InstaGram, FaceBook, WhatsApp, Twitter, dan lain-
lain.
Lebih dari itu kompetensi literasi digital harus dibarengi dengan kompetensi sosio-emosional
dan dan akhlaq yang mulia (akhlaq mahmudah  atau akhlaq karimah) sehingga seseorang
mampu mengendalikan penyebaran informasi dengan konten yang bermanfa’at tanpa merugikan
orang lain. Kompetensi sosio-emosinal ini daidapati dalam pesan literal secara umum dari al-
Qur`an (QS. Al-Hujurat: 11):
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-
olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena)
boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-
olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik)
setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Wa-Allah a’lam bis-shawab
*********

Penulis: 
H. Mahlail Syakur Sf. (Dosen FAI Unwahas, Ketua LTN PWNU Jawa Tengah) 
Editor: 
Imam KU   

Anda mungkin juga menyukai