NIP : 197810022022212010
LATIHAN EVALUASI 1
1. Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi memiliki empat pilar dalam
rangka mendukung transformasi digital Indonesia. Menteri Komunikasi dan Informatika
Johnny G. Plate mendorong pemerintah daerah untuk merealisasikan empat pilar literasi digital
yang mencakup digital skills, digital ethics, digital culture dan digital safety. Semua itu menjadi
bagian dalam upaya mewujudkan Indonesia menjadi digital nations.
Perkembangan teknologi menyebabkan terbentuknya era digital yang membawa
perubahan. Pada era ini, teknologi digital sudah menjadi bagian dalam melaksanakan rutinitas
sehari-hari, dari cara berkomunikasi, interaksi melalui jejaring sosial, transaksi pembayaran
hingga belanja kebutuhan sehari-hari.
Peluncuran program literasi digital ini bertujuan untuk mendorong dan membantu seluruh anak
bangsa Indonesia semakin bertalenta dalam menghadapi perubahan teknologi pada masa yang
akan datang, sehingga bisa semakin cakap dan tanggap menggunakan teknologi digital.
2. Penjelasan tentang digital skill, digital ethics, digital culture, dan digital safety
1. Digital Skills
Digital skill berkaitan dengan kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan
menggunakan perangkat keras, dan perangkat lunak TIK serta sistem operasi digital dalam
kehidupan sehari-hari. Kemampuan ini meliputi:
Pengetahuan dasar mengenai mesin pencarian informasi, cara penggunaan dan pemilahan data.
Pengetahuan Dasar mengenai Aplikasi Percakapan, dan Media Sosial. Pengetahuan Dasar
mengenai Aplikasi dompet digital, loka pasar (market place), dan transaksi digital.
2. Digital Safety
Digital Safety adalah kemampuan dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis,
menimbang, meningkatkan kesadaran pelindungan data pribadi dan keamanan digital dalam
kehidupan sehari-hari. Kemampuan yang dimaksud adalah:
Pengetahuan dasar mengenai proteksi identitas digital dan data pribadi di platform digital.
Pengetahuan dasar mengenai penipuan digital. Pengetahuan dasar mengenai rekam jejak digital
di media (mengunduh dan mengunggah).
3. Digital Ethics
Digital ethics adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan
diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika berinternet
(netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan digital ethics meliputi:
Pengetahuan mengenai informasi yang mengandung hoaks, ujaran kebencian, pornografi,
perundungan dan konten negatif lainnya. Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi, dan
kolaborasi di ruang digital yang sesuai dengan kaidah etika digital dan peraturan yang berlaku.
Pengetahuan dasar berinteraksi dan bertransaksi secara elektronik di ruang digital sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Pengetahuan mengernai Minor safety (catfishing).
4. Digital Culture
Digital culture merupakan kemampuan dalam membaca, menguraikan, membiasakan,
memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika
dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan ini ditujukan untuk: Digitalisasi kebudayaan
melalui TIK. Menumbuhkan pengetahuan dasar yang mendorong perilaku mencintai produk
dalam negeri dan kegiatan produktif lainnya. Digital Rights.
3. menjelaskan contoh implementasi literasi digital dalam kehidupan bermedia digital
1. Memanfaatkan Mesin Pencari untuk Mencari Informasi
Contoh dari penerapan literasi digital yang pertama adalah memanfaatkan mesin pencari untuk
mencari informasi yang dibutuhkan. Apakah kamu ingin mencari sebuah topik tertentu? Kamu
hanya perlu masuk ke dalam halaman Google dan memasukkan kata kunci topik yang ingin
dicari. Melalui Google, kamu akan menemukan berbagai macam sumber yang sesuai dengan
informasi yang dibutuhkan. Sumber-sumber yang tersedia tersebut dapat berupa artikel,
makalah, tesis, video, dan banyak lagi.
2. Membaca Buku Secara Digital
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, dalam setahun ada sekiranya
13 juta ton kertas yang diproduksi dan itu berarti ada begitu banyak pohon yang ditebang untuk
memproduksi kertas tersebut. Oleh karena itu, dengan adanya literasi digital, perlahan-lahan
produksi buku dalam bentuk hardcopy mulai dialihkan ke dalam bentuk digital atau yang biasa
kita kenal dengan e-book.
3. Melatih Kemampuan untuk Merangkai Kalimat
Sejak masa pandemi, kita hanya dapat terhubung dengan orang lain melalui aplikasi tukar
pesan seperti WhatsApp, Telegram, Line, dan lainnya. Oleh karena penggunaan aplikasi-
aplikasi tersebut, secara tidak langsung kamu dapat melatih kemampuan untuk merangkai
kalimat dengan baik.
LATIHAN EVALUASI 2
LATIHAN EVALUASI 3
1. Peserta diminta mengelaborasi cara-cara memutus rantai penyebaran hoaks
Untuk melindungi diri kita agar tidak terjerat dalam lingkaran hoax dapat dilakukan dengan
berbagai cara diantaranya:
1. Kenali Hoax
Hal pertama yang harus kita lakukan untuk menghindarkan diri dari berita hoax adalah mengenali
berita hoax. Berita hoax biasanya bernada ancaman, tekanan dan profokatif sehingga para
penerima berita itu tergerak untuk segera menyebarkannya. Berita hoax biasanya berisi perintah
seperti sebarkan !!!, viralkan !!!, teruskan !!! atau adapula yang menggunakan model
menyamarkan sumber informasi seperti " copas grub sebelah, info linetag, dan sejenisnya. Jika
ada berita seperti itu kita harus waspada jangan buru-buru disebarkan.
2. Tahan Diri
Berita hoax dapat terputus ketika kita menahan diri untuk tidak buru-buru menyebarkannya.
Ketika kita menahan diri maka berita hoax itu akan berhenti pada kita dan akan tidak mudah
tersebar.
3. Cari Sumber yang Valid
Ketika kita mendapat berita, jangan mudah mudah untuk menyebarluaskan sebelum menemukan
sumber dan data yang valid mengenai berita yang diperoleh. Jika berita yang diperoleh merupakan
berita yang valid maka bisa diteruskan, jika tidak maka jangan disebarkan.
4. Perbanyak Membaca
Membaca adalah salah satu jembatan untuk menambah pengetahuan kita sehingga tidak mudah
tersulut oleh berita hoax. Semakin luas wawasan kita maka akan semakin mudah untuk memfilter
berita yang diterima.
5. Ikuti Komunitas Anti Hoax
Kini sudah banyak sekali komunitas yang dapat diikuti untuk memahamkan kita mengenai berita
hoax. Komunitas yang sudah cukup besar adalah Turn Back Hoax. Komunitas ini memiliki
website untuk mensosialisasikan berita Hoax dan bukan hoax.
2. Fenomena pinjaman online yang marak di Indonesia sangat merugikan masyarakat,
bukan hanya kerugian materi namun juga pencurian identitas korban. Peserta diminta
menyikapi fenomena tersebut
Pandemi Covid-19 yang sampai saat ini masih melanda negeri kita, tidak hanya menciptakan
krisis kesehatan masyarakat, namun juga berdampak serius pada aktivitas ekonomi nasional.
Membangkitkan pertumbuhan ekonomi di tengah pandemi Covid-19 saat ini menjadi
konsentrasi penuh pemerintah sekarang.
Pemerintah berupaya mempercepat pemulihan ekonomi nasional dan penguatan daya beli
masyarakat melalui penguatan perlindungan sosial dan dukungan terhadap sektor usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Fintech peer to peer (P2P) lending atau pinjaman online tentunya bukanlah merupakan hal
yang buruk dan menakutkan yang harus dijauhi, karena tujuan fintech sebenarnya sangat baik,
yaitu untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses produk-produk keuangan dan
menyederhanakan proses transaksi, dengan penggunaan teknologi.
Fintech juga membantu untuk meningkatkan dan mengakeselerasi perbankan melalui
kolaborasi dan kemitraan, serta menawarkan model bisnis dan alternatif solusi yang dapat
membantu pemerintah dan institusi finansial lainnya untuk memperluas jangkauan pemberian
layanan finansial yang memadai.
Salah satu sisi positif dari keberadaan fintech adalah kemudahan dalam menjangkau
masyarakat yang membutuhkan layanan finansial, yang tentunya akan dapat membantu dalam
permodalan khususnya untuk menggerakkan UMKM. Tentunya agar bisa memanfaatkan dan
mendapatkan keuntungan dari fintech, masyarakatlah yang seharusnya bijak dalam
penggunaan platform ini, sehingga dapat terhindar dari hal-hal yang merugikan diri sendiri
maupun keluarga
3. Peserta diminta memberi pendapat tentang makna bijak dalam bermedia digital
Menurut saya Sebelum masuk ke dunia digital, masyarakat perlu mengenali diri sendiri.
Memahami bahwa literasi digital sebagai proses menerima, mengolah, dan menyebarkan
informasi untuk membantu tumbuh kembangnya kemanusiaan yang berdaulat lahir dan batin.
Serta jangan sampai dunia digital justru mereduksi nilai kemanusiaan atau mengasingkan
manusia dengan manusia lainnya, menghadapi dunia digital tanpa literasi digital dapat
mempengaruhi pendangkalan nilai spiritualitas dan religusitas, mendisrupsi budaya, dan
memunculkan rekayasa sosial yang dapat mengganggu keamanan dan kenyamanan di
lingkungan digital. Oleh sebab itu butuh pemahaman tentang keamanan digital yang meliputi
proteksi dan perlindungan data pribadi, keamanan daring, dan privasi individu, serta tentang
hak kebebasan berekspresi.Kontrol diri merupakan salah satu kunci agar tidak meninggalkan
jejak digital yang negatif, agar selalu menggunakan akal sehat dan berpikir sebelum
bertindak. Selalu memahami sumber informasi dan konten informasi agar tidak terjebak
hoaks. Serta yang lebih penting adalah bermedia dengan bijak selalu diawali dari diri sendiri,