Anda di halaman 1dari 6

NAMA : IMELDA HERMAN

OPD : UPTD PUSKESMAS MARGOREJO

SMART ASN

Literasi Digital

Kompetensi literasi digital diperlukan agar seluruh masyarakatdigital dapat menggunakan media
digital secara bertanggung jawab. Hal ini termasuk dalam visi misi Presiden Jokowi untuk
meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Penilaiannya dapat ditinjau dari etis dalam
mengakses media digital (digital ethics), budaya menggunakan digital(digital culture),
menggunakan media digital dengan aman (digital safety),dan kecakapan menggunakan media
digital (digital skills).

Presiden Jokowi juga telah menekankan 5 hal yang perlu menjadi perhatian dalam percepatan
transformasi digital:
1. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
2. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektorstrategis, baik di
pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial,sektor pendidikan, sektor kesehatan,
perdagangan, sektor industri,sektor penyiaran.
3. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudahdibicarakan.
4. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital
5. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan danpembiayaan transformasi
digital dilakukan secepat-cepatnya

Menurut definisi UNESCO literasi digital adalahkemampuan untuk mengakses, mengelola,


memahami,mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakaninformasi
secara aman dan tepat melalui teknologi digital untukpekerjaan, pekerjaan yang layak, dan
kewirausahaan. Ini mencakupkompetensi yang secara beragam disebut sebagai literasi
komputer,literasi TIK, literasi informasi dan literasi media. Affordance dalam literasi digital
adalah akses, perangkat, dan platform digital. Constraint dalam literasi digital bisa meliputi
kurangnya infrastruktur, akses, dan minimnya penguatan literasi digital (Jones dan Hafner,
2012).

Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM danpersiapan kebutuhan SDM
talenta digital, literasi digital berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya
manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Seorang
pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu
mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.

Dan secara umum, perkembangan konsep literasi digital berikut kompetensinya telah diadaptasi
dari dan ke dalam program-program berikut:
Terdapat tiga pilar utama dalam Indonesia Digital Nation, yaitu masyarakat digital yang
dibarengi pula dengan pemerintah digital dan ekonomi digital. Masyarakat digital meliputi
aktivitas, penggunaan aplikasi, dan penggunaan infrastruktur digital. Pemerintah digital meliputi
regulasi, kebijakan, dan pengendalian sistem digital. Sementara itu, ekonomi digital meliputi
aspek SDM digital, teknologi penunjang, danriset inovasi digital.Indikator yang dipakai dalam
menentukan keberhasilan terwujudnya Indonesia Digital Nation melalui peta jalan literasi digital
diantaranya yaitu dari ITU, IMD, dan Katadata. Telah disusun pula 4 modul yang dibuat untuk
menunjang percepatan transformasi digital yaitu: 1) cakap bermedia digital, 2) budaya bermedia
digital, 3)etis bermedia digital, 4) aman bermedia digital.

Saat ini, tingkat penetrasi internet di Indonesia sebesar 73,7%. Sementara itu, persentase
masyarakat Indonesia yang masih belum mendapatkan layanan internet yaitu sebesar 26,3%.
Dalam hal lingkup literasi digital, kesenjangan digital (digital divide) juga menjadi hal yang
perlu dipahami. Contoh digital immigrant yang kurang mengapresiasi kecakapan digital seperti
halnya digital native. Karakteristik yang umum dijumpai pada digital immigrant adalah gagap
dengan teknologi. Di satu sisi, mereka senang akan inovasi teknologi. Namun kompetensi digital
tidak dimiliki, dipelajari, dan diaplikasikan dengan baik, sehingga masih diperlukan penguatan
literasi digital oleh berbagai pihak.

Berbagai perbincangan, regulasi pendukung, dan upaya konkret menerapkan transformasi digital
di lingkungan perguruan tinggi dan semua tingkat sekolah di Indonesia telah dilakukan. Sejalan
dengan perkembangan ICT (Information, Communication and Technology), muncul berbagai
model pembelajaran secara daring. Selanjutnya, muncul pula istilah sekolah berbasis web (web-
school) atau sekolah berbasis internet (cyber-school), yang menggunakan fasilitas internet.
Bermula dari kedua istilah tersebut, muncullah berbagai istilah baru dalam pembelajaran yang
menggunakan internet, seperti online learning, distance learning, web-based learning, dan e-
learning (Kuntarto dan Asyhar, 2016).
Pilar Literasi Digital

Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital.
Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi adalah
kecakapan yang paling utama. Padahal literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang
bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu,
literasi digital juga banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam
melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto,
2020; Kurnia & Astuti, 2017). Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang
bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan
penuh tanggung jawab.

Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan kecakapan
dalam bermedia digital. Etika bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam menyadari,
mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan
tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital
meliputi kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan
membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan
sehari-hari. Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam mengenali,
mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran keamanan
digital dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, kecakapan bermedia digital meliputi
Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan
piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam Cakap di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:


 Pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras digital (HP, PC)
 Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search engine) dalam mencari informasi
dan data, memasukkan kata kunci dan memilah berita benar
 Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan media social untuk
berkomunikasi dan berinteraksi, mengunduh dan mengganti Settings
 Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet digital dan e-commerce
untuk memantau keuangan dan bertransaksi secara digital

Dalam Etika di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:


 Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang berlaku, tata krama, dan etika
berinternet (netiquette)
 Pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja yang mengandung hoax dan
tidak sejalan, seperti: pornografi, perundungan, dll.
 Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di ruang digital yang
sesuai dalam kaidah etika digital dan peraturan yang berlaku
 Pengetahuan dasar bertransaksi secara elektronik dan berdagang di ruang digital
yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Dalam Budaya di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:


 Pengetahuan dasar akan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan
kehidupan berbudaya, berbangsa dan berbahasa Indonesia
 Pengetahuan dasar membedakan informasi mana saja yang tidak sejalan dengan
nilai Pancasila di mesin telusur, seperti perpecahan, radikalisme, dll.
 Pengetahuan dasar menggunakan Bahasa Indonesia baik dan benar dalam
berkomunikasi, menjunjung nilai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika
 Pengetahuan dasar yang mendorong perilaku konsumsi sehat, menabung,
mencintai produk dalam negeri dan kegiatan produktif lainnya.

Dalam Aman Bermedia Digital perlu adanya penguatan pada:


 Pengetahuan dasar fitur proteksi perangkat keras (kata sandi, fingerprint)
Pengetahuan dasar memproteksi identitas digital (kata sandi)
 Pengetahuan dasar dalam mencari informasi dan data yang valid dari sumber yang
terverifikasi dan terpercaya, memahami spam, phishing.
 Pengetahuan dasar dalam memahami fitur keamanan platform digital dan
menyadari adanya rekam jejak digital dalam memuat konten sosmed
 Pengetahuan dasar perlindungan diri atas penipuan (scam) dalam transaksi digital
serta protocol keamanan seperti PIN dan kode otentikasi

Implementasi Literasi Digital

Pengetahuan dasar mengenai lanskap digital meliputi berbagai perangkat keras dan perangkat
lunak karena lanskap digital merupakan sebutan kolektif untuk jaringan sosial, surel, situs
daring, perangkat seluler, dan lain sebagainya. Beberapa perangkat keras yang seringkali
digunakan dalam dunia digital adalah komputer, notebook, netbook, tablet, smartphone. Telepon
seluler merupakan salah satu gawai paling populer di Indonesia. Per tahun 2019, 63,3%
penduduk memiliki telepon pintar dan diprediksi dapat mencapai 89,2% dari populasi pada tahun
2025 (Pusparisa, 2020). Telepon pintar kerap dikaitkan dengan penggunaan internet. Sebuah
lembaga riset internet live stats (2016) menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke
12 pengguna internet terbanyak. Lembaga ini mengestimasi bahwa lebih dari 53 juta penduduk
Indonesia sudah mengakses internet. Ada beberapa pertimbangan dalam memilih jasa internet
yang bisa kita gunakan yaitu: kecepatan akses, stabilitas, pelayanan terhadap pelanggan, dan
biaya jasa internet.

Dalam menggunakan internet, salah satu aktivitas yang sering kita lakukan adalah menggunakan
mesin pencarian informasi untuk menunjang kegiatan. Hasil survei yang dikeluarkan oleh
Hootsuite dan We are Social di tahun 2020 menunjukkan bahwa Google menempati peringkat
pertama sebagai mesin pencarian informasi yang paling banyak diakses. Mesin pencarian
informasi memiliki tiga tahapan kerja sebelum menyajikan informasi yang kita butuhkan.
Pertama, penelusuran (crawling) penelusuran tersebut tentu mengacu pada kata kunci yang
diketikkan pada mesin pencarian Kedua, pengindeksan (indexing), yakni pemilahan data atau
informasi yang relevan dengan kata kunci yang kita ketikkan. Ketiga, pemeringkatan (ranking),
yaitu proses pemeringkatan data atau informasi yang dianggap paling sesuai. Cara penggunaan
mesin pencarian informasi dapat dilakukan dengan mengetik kata kunci (keyword) di kolom
pencarian, kemudian klik enter, maka berbagai hasil pencarian yang relevan akan muncul.

Aplikasi percakapan dan media sosial adalah salah satu bagian dari perkembangan teknologi.
Terdapat tujuh kompetensi yang berkaitan langsung dengan penggunaan aplikasi percakapan,
yakni: mengakses, menyeleksi, memahami, memverifikasi, memproduksi, mendistribusikan,
berpartisipasi, serta berkolaborasi. Media social mengalami perkembangan sangat cepat, tercatat
hingga kini media sosial memiliki pengguna aktif sebanyak 106 juta pengguna di Indonesia, di
mana angka tersebut sebanyak 40% dari total populasi yang ada.

Dalam beraktivitas di internet, terdapat etika dan etiket yang perlu diikuti oleh pengguna.
Keduanya wajib dipahami, ditaati, dan dilaksanakan oleh pengguna selama mengakses layanan
internet. Etiket berlaku jika individu berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain.
Sementara etika berlaku meskipun individu sendirian. Hal lain yang membedakan etika dan
etiket ialah bentuknya, etika pasti tertulis, misal kode etik Jurnalistik, sedangkan etiket tidak
tertulis (konvensi).

Konten negatif yang membarengi perkembangan dunia digital tentu menyasar para pengguna
internet. Beberapa konten negatif yang saat ini sedang marak, yaitu : hoaks, cyberbullying,
ujaran kebencian, pornografi, dst. Tips untuk melindungi diri dari berita hoaks sebagai berikut :
a) evaluasi, b) google it!, c)dapatkan berita dari sumber berita, d) bedakan opini dengan fakta.
Perangkat digital yang kita miliki saat ini menjadi kunci untuk berbagai aktivitas digital. Karena
pentingnya isi di dalam perangkat digital, teknologi ini sering menjadi incaran upaya peretasan.
Proteksi perangkat digital bertujuan agar perangkat digital tidak dapat diretas dan perangkat
digital yang kita gunakan tidak disalahgunakan oleh orang lain.

Dalam konteks ke-Indonesiaan, sebagai warga Negara digital, tiap individu memiliki tanggung
jawab (meliputi hak dan kewajiban) untuk melakukan seluruh aktivitas bermedia digitalnya
berlandaskan pada nilai-nilai kebangsaan, yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Memasuki
era The Death of Expertise dimana Internet memungkinkan kita untuk menjadi produsen
informasi, peran partisipatif warga negara digital yang baik sangat diperlukan. Artinya, menjadi
kewajiban kita untuk memastikan tidak memproduksi dan menyebarluaskan informasi yang tidak
benar, sekaligus memproduksi konten positif. Selain partisipasi, kita juga diharapkan memiliki
kecakapan berkolaborasi, dalam hal ini secara aktif menginisiasi, menggerakkan dan mengelola
kegiatan bermedia digital yang positif.

Partisipasi literasi digital dalam seni budaya tradisional dan kontemporer bisa dilakukan dengan
banyak cara. Salah satu cara yang paling manjur adalah bergabung dengan berbagai kelompok
seni budaya tradisional & kontemporer, serta menjadi bagian dari kelompok penjaga dan
pelestari bahasa daerah di masing-masing daerah. Potensi Indonesia bukan saja bertitik tolak
pada jumlah penduduknya tapi hasil-hasil karya anak bangsa yang sebenarnya banyak dilirik
kalangan mancanegara. Seperti contoh batik, songket, ulos, kain tenun dan lain sebagainya
termasuk barang aksesoris, perhiasan, tas, sepatu dan lain-lain. Kecintaan pada produksi dalam
negeri sebenarnya bukti dari bela negara secara ekonomi.

Hak digital adalah hak asasi manusia yang menjamin tiap warga negara untuk mengakses,
menggunakan, membuat, dan menyebarluaskan media digital. Hak Digital meliputi hak untuk
mengakses, hak untuk berekspresi dan hak untuk merasa nyaman. Hak harus diiringi dengan
tanggung jawab. Tanggung jawab digital, meliputi menjaga hak-hak atau reputasi orang lain,
menjaga keamanan nasional atau atau ketertiban masyarakat atau kesehatan atau moral publik.

Anda mungkin juga menyukai