Latsar : 2022
Angkatan : XI
Nama : dr.Shinta Besly Cumlaude
NDH : 21
Instansi : Puskesmas Made
Nama Mentor : drg.Endang Susilowati
Jabatan Mentor : Kepala Puskesmas
TUGAS HARI KE-4
1. RANGKUMAN PANDUAN PERILAKU DARI CORE VALUE ASN
b. Transparan
Segala hal terkait pelayanan publik, misal persyaratan, alur dan prosedur, biaya, harus diketahui
masyarakat secara terbuka dan diberi akses seluas-luasnya untuk menyampaikan aduan atau
pertanyaan bila masyarakat kurang puas terhadap layanan publik yang diselenggarakan pemerintah.
c. Responsif
Pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya dalam
penyelenggaraan pelayanan publik sebagai aspirasi dan keinginan masyarakat yang di posisi klien,.
Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan, akan tetapi juga
terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya
penyelenggaraan pelayanan.
d. Tidak diskriminatif.
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh membedakan antara satu warga
negara dengan warga negara yang lain berdasar perbedaan status sosial, pandangan politik, agama,
profesi, jenis kelamin atau orientasi seksual, difabel, dan sejenisnya.
g. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat dijangkau oleh warga negara yang
membutuhkan dalam arti fisik (dekat, terjangkau dengan kendaraan publik, mudah dilihat, gampang
ditemukan, dan lain-lain) dan dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait dengan biaya dan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.
h. Akuntabel
Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan menggunakan fasilitas dan sumber daya manusia
yang dibiayai oleh warga negara melalui pajak yang mereka bayar. Oleh karena itu, semua bentuk
penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada
masyarakat. Pertanggungjawaban di sini tidak hanya secara formal kepada atasan (pejabat atau unit
organisasi yang lebih tinggi secara vertikal), akan tetapi yang lebih penting harus
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat luas melalui media publik baik cetak
maupun elektronik, sering disebut sebagai social accountability.
i. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik bertujuan melindungi warga negara dari praktik buruk yang
dilakukan oleh warga negara yang lain. Oleh karena itu, penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat
dijadikan sebagai alat melindungi kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa keadilan bagi
kelompok lemah ketika berhadapan dengan kelompok yang kuat.
2. AKUNTABEL: Terdapat 9 faktor dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, jelaskan?
1. Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana pimpinan memainkan peranan yang
penting dalam menciptakan lingkungannya. Pimpinan mempromosikan lingkungan yang akuntabel
dapat dilakukan dengan memberikan contoh pada orang lain (lead by example), adanya komitmen yang
tinggi dalam melakukan pekerjaan sehingga memberikan efek positif bagi pihak lain untuk
berkomitmen pula, terhindarnya dari aspek- aspek yang dapat menggagalkan kinerja yang baik yaitu
hambatan politis maupun keterbatasan sumber daya, sehingga dengan adanya saran dan penilaian yang
adil dan bijaksana dapat dijadikan sebagai solusi.
2. Transparansi
Tujuan dari adanya transparansi adalah:
• Mendorong komunikasi yang lebih besar dan kerjasama antara kelompok internal dan eksternal
• Memberikan perlindungan terhadap pengaruh yang tidak seharusnya dan korupsi dalam pengambilan
keputusan
• Meningkatkan akuntabilitas dalam keputusan-keputusan
• Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan secara keseluruhan.
3. Integritas
Dengan adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk menjunjung tinggi dan mematuhi semua
hukum yang berlaku, undang-undang, kontrak, kebijakan, dan peraturan yang berlaku. Dengan adanya
integritas institusi, dapat memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada publik dan/atau
stakeholders.
5. Keadilan
Keadilan adalah landasan utama dari akuntabilitas. Keadilan harus dipelihara dan dipromosikan oleh
pimpinan pada lingkungan organisasinya agar kredibilitas organisasi terpercaya dan penyelengaraan
pelayanan dapat berjalan optimal.
6. Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan
akuntabilitas. Dengan kata lain, lingkungan akuntabilitas tidak akan lahir dari hal- hal yang tidak dapat
dipercaya.
7. Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka diperlukan adanya keseimbangan antara
akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
Setiap individu yang ada di lingkungan kerja harus dapat menggunakan kewenangannya untuk
meningkatkan kinerja. Adanya peningkatan kerja juga memerlukan adanya perubahan kewenangan
sesuai kebutuhan yang dibutuhkan. Selain itu, adanya harapan dalam mewujudkan kinerja yang baik
juga harus disertai dengan keseimbangan kapasitas sumber daya dan keahlian (skill) yang dimiliki.
8. Kejelasan
Kejelasan juga merupakan salah satu elemen untuk menciptakan dan mempertahankan akuntabilitas.
Agar individu atau kelompok dalam melaksanakan wewenang dan tanggungjawabnya, mereka harus
memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan. Dengan
demikian, fokus utama untuk kejelasan adalah mengetahui kewenangan, peran dan tanggungjawab,
misi organisasi, kinerja yang diharapkan organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik individu
maupun organisasi.
9. Konsistensi
Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan yang tidak konsisten dari sebuah kebijakan, prosedur,
sumber daya akan memiliki konsekuensi terhadap tercapainya lingkungan kerja yang tidak akuntabel,
akibat melemahnya komitmen dan kredibilitas anggota organisasi.
3. KOMPETEN: Jelaskan standar kompetensi ASN menurut Peraturan Menteri PANRB Nomor 38
Tahun 2017?
Standar Kompetensi ASN meliputi:
1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati,
diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan;
2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati,
diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan
3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat
majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral,
emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi setiap pemegang Jabatan, untuk memperoleh hasil kerja sesuai
dengan peran, fungsi dan Jabatan.
Akuisisi sejumlah kompetensi dalam standar kompetensi ASN diperlukan, yang memungkinkan
tumbuhnya perilaku dan kompetensi ASN yang adaptif terhadap dinamika lingkungannya.
Menserasikan standar kompetensi jabatan dan model pengembangan, dengan pendekatan
pengambangan yang lebih variatif dan individual (seperti dari klasikal kepada non klasikal), sesuai
kebutuhan kesenjangan kompetensi masing-masing pegawai, selayaknya lebih diintensifkan.
7. KOLABORATIF: Salah satu aspek normatif kolaborasi pemerintahan terdapat pada pasal 363
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. jelaskan?
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, Daerah dapat mengadakan kerja sama yang
didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik serta saling menguntungkan.
Kerja sama dimaksud dapat dilakukan oleh Daerah dengan:
a. Daerah lain, hal ini dikategorikan menjadi kerja sama wajib dan kerja sama sukarela;
b. pihak ketiga; dan/atau
c. lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Bantuan Kedinasan adalah kerja sama antara Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan guna kelancaran
pelayanan Administrasi Pemerintahan di suatu instansi pemerintahan yang membutuhkan. Pejabat
Pemerintahan memiliki kewajiban memberikan Bantuan Kedinasan kepada Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan yang meminta bantuan untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan tertentu
dengan syarat:
a. Keputusan dan/atau Tindakan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan yang meminta bantuan
b. penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan karena kurangnya tenaga dan fasilitas yang dimiliki oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan;
c. dalam hal melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak
memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melaksanakannya sendiri;
d. apabila untuk menetapkan Keputusan dan melakukan kegiatan pelayanan publik, Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan membutuhkan surat keterangan dan berbagai dokumen yang diperlukan dari
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lainnya; dan/atau
e. jika penyelenggaraan pemerintahan hanya dapat dilaksanakan dengan biaya, peralatan, dan fasilitas
yang besar dan tidak mampu ditanggung sendiri oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tersebut.
Dalam hal pelaksanaan Bantuan Kedinasan menimbulkan biaya, maka beban yang ditimbulkan
ditetapkan bersama secara wajar oleh penerima dan pemberi bantuan dan tidak menimbulkan
pembiayaan ganda. Yang dimaksud dengan “secara wajar” adalah biaya yang ditimbulkan sesuai
kebutuhan riil dan kemampuan penerima Bantuan Kedinasan
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan juga dapat menolak memberikan Bantuan Kedinasan apabila:
a. mempengaruhi kinerja Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan pemberi bantuan;
b. surat keterangan dan dokumen yang diperlukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan bersifat rahasia; atau
c. ketentuan peraturan perundang-undangan tidak memperbolehkan pemberian bantuan.
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang menolak untuk memberikan Bantuan Kedinasan kepada
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tersebut harus memberikan alasan penolakan secara tertulis.
Penolakan Bantuan Kedinasan hanya dimungkinkan apabila pemberian bantuan tersebut akan sangat
mengganggu pelaksanaan tugas Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang diminta bantuan, misalnya:
pelaksanaan Bantuan Kedinasan yang diminta dikhawatirkan akan melebihi anggaran yang dimiliki,
keterbatasan sumber daya manusia, mengganggu pencapaian tujuan, dan kinerja Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan
Jika suatu Bantuan Kedinasan yang diperlukan dalam keadaan darurat, maka Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan wajib memberikan Bantuan Kedinasan.
Tanggung jawab terhadap Keputusan dan/atau Tindakan dalam Bantuan Kedinasan dibebankan kepada
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang membutuhkan Bantuan Kedinasan, kecuali ditentukan lain
berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan dan/atau kesepakatan tertulis kedua belah pihak.
3. Identifikasi masalah (isu aktual) di unit kerja dan analisis penyebab masalah terkait MANFAAT
• Alur pelayanan cepat, efisien dan
dengan penerapan Panduan Perilaku dari Core Value ASN BerAKHLAK menggunakan solutif
alur pikir komprehensif. • Petugas bekerja sesuai tugas dan
fungsi masing-masing
• Mengurangi resiko transmisi covid-19
MASALAH (KONDISI SAAT INI): akibat kerumunan
Petugas loket kurang komunikatif dalam
menjelaskan alur pendaftaran dan syarat
administrasi yang diperlukan termasuk fasilitas
PENYEBAB SOLUSI KONDISI YANG
• Kurangnya pemahaman petugas
dari jaminan kesehatan yg bisa di pakai sesuai
• Meningkatkan kemampuan
perlunya berorientasi pelayanan penyakit yang diderita dan KTP pasien (khusus berkomunikasi
DIHARAPKAN
(memberi pelayanan prima dan KTP Surabaya). • Pasien paham alur pelayanan dan
• Menjelaskan alur pelayanan
mendapat jaminan kesehatan
cekatan) BUKTI: singkat dengan bahasa yang
terlayani hingga tuntas
• Kurangnya pengetahuan warga • Saat pasien diperiksa dokter dan dijelaskan rencana mudah dimengerti pasien
akan BPJS dan pendaftaran onlne permasalahannya
tindakan yang akan atau yang perlu dilakukan, • Membuat banner tentang syarat
• Kurangnya jumlah petugas yang • Antrean pasien menunggu
keluarga atau pasien masih bertanya ulang ke nakes administrasi yang diperlukan
melayani administrasi dan diperiksa tidak menumpuk dan
terutama fasilitas penggunaan Jaminan Kesehatan • Mengedukasi pasien untuk
pendaftaran pasien menjadi kerumunan
yang dipakai untuk berobat mendaftar online agar lebih
• Pelayanan pasien berlangsung
• Pasien belum tahu perihal fasilitas BPJS gratis dari teratur dan efisien
cepat dan komprehensif
Pemerintah Kota Surabaya.
• Pasien harus bolak-balik dari poli ke loket untuk
mendapat penjelasan administrasi, lalu kembali ke
dokter untuk menjalankan pengobatan
• Pasien hanya diberi leaflet untuk mendaftarkan BPJS,
tanpa ditawarkan untuk dibantu petugas sampai BPJS
aktif di faskes terkait