Anda di halaman 1dari 3

TUGAS INDIVIDU SELF LEARNING PELAYANAN PUBLIK

DISUSUN OLEH : NI MADE FEBRI RIA SWARI

Perubahan paradigma pelayanan dari Old Public Administration (OPA) menjadi New
Public Management (NPM) dan seterusnya menjadi New Public Service.

Layanan Publik menjadi salah satu sasaran dari visi presiden terpilih Ir. Joko
Widodo pada periode 2019 – 2024 dengan melakukan reformasi birokrasi. Reformasi
birokrasi merupakan hal penting karena birokrasi yang baik akan menentukan
penyelenggaraan layanan publik yang baik pula. Layanan publik di Indonesia selama
ini masih menjadi isu kebijakan yang kian hari kian strategis karena perbaikan layanan
publik cenderung lambat yang tertinggal dari ekspektasi masyarakat yang kian
meningkat. Layanan publik juga memiliki implikasi yang sangat luas karena
menyentuh seluruh ruang-ruang publik baik dalam sektor ekonomi, sosial, politik dan
budaya. Contohnya dalam bidang ekonomi pelayanan publik yang lambat juga akan
menghambat kinerja dari perusahaan sehingga berdampak pada penurunan investasi
yang berdampak pada ketersediaan tenaga kerja. Dampak selanjutnya dari minimnya
lapangan kerja adalah pengangguran dan masalah sosial lainnya. Maka dari itu
reformasi birokrasi sangat penting untuk merubah layanan publik menjadi lebih baik
sehingga memenuhi kebutuhan masyarakat.

Perlu perubahan yang mendasar dari sistem administrasi pelayanan publik


sehingga layanan publik juga dapat berubah sehingga dapat meminimalkan gap
kesenjangan antara kebutuhan layanan dengan layanan yang disediakan. Untuk
melakukan perubahan tentu saja diawali dari perkembangan paradigma pelayanan.
Dalam beberapa literatur, istilah paradigma diartikan sebagai cara pandang orang
terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir
(kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif). Untuk dapat memperjelas
akar permasalahan dari layanan publik maka tulisan ini akan difokuskan untuk
mengkaji paradigma pelayanan dari Old Public Administration (OPA) menjadi New
Public Management (NPM) dan seterusnya menjadi New Public Service dan peran ketiga
perspektif tersebut apakah masing-masing paradigma tersebut saling menggantikan
atau dapat diterapkan secara bersama-sama untuk merumuskan kebijakan yang tepat
terkait layanan publik.

Secara ringkas, Denhardt dan Denhardt menguraikan karakteristik OPA yaitu


penyediaan pelayanan publik melalui organisasi badan resmi pemerintah, berfokus
pada satu cara terbaik (on a single) kebijakan publik dan administrasi negara sebagai
tujuan yang bersifat politik, hanya bertanggungjawab mengimplementasikan kebijakan
publik, diskresi terbatas, Administrator bertanggungjawab kepada pimpinan pejabat
politik (elected political leaders) yang telah terpilih secara demokratis, bersifat hirarkis
dengan kontrol yang ketat oleh pimpinan organisasi, Nilai pokok yang dikejar oleh
organisasi publik adalah efisiensi dan rasionalitas, keterlibatan warga negara dibatasi
dan peranan administrator publik adalah melaksanakan prinsip-prinsip planning,
organizing, staffing, coordinating, reprting, dan budgeting. Maka secara ringkas melihat
karakteristik yang dijabarkan diatas Old Public Administration merupakan paradigma
pelayanan publik birokratik. Paradigma banyak dikritik karena kurang dapat
memenuhi kebutuhan layanan publik secara luas, kaku dan tidak efektif dan efisien.
Berbeda dengan paradigma OPA penerapan paradigma New Public Management
(NPM)sangat sukses di Amerika Serikat (AS), Inggris dan Selandia Baru sehingga
menyebar ke negara- negara lain karena dalam paradigma ini penyediaan layanan
publik melibatkan swasta. Paradigma ini seringkali disebut paradigma pemerintahan
wirausaha. Pemerintahan berperan sebagai katalis sementara swasta diberi kebebasan
untuk menjalankannya dengan demikian pemerintahan berperan untuk
memberdayakan masyarakat bukan melayani. Pemerintah menginjeksikan semangat
kompetisi dalam pelayanan publik sehingga kualitas layanan semakin baik dengan
adanya kompetisi. Paradigma ini mengganggap hasil adalah tujuan utama yang
berorientasi pada pelanggan. Dengan demikian pada paradigma ini pemerintahan
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan bukan birokrasi, profit oriented,
antisipatif, terdesentralisasi dan berorientasi pasar. Paradigma NPM mengkritik
paradigma OPA yang bersifat kaku dan birokratis. Dengan kata lain paradigma New
Public Management (NPM) atau Reinventing Government muncul akibat dari
ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah. Namun Paradigma OPA dan
Paradigma NPM mempunyai kelemahan masing-masing karena karakteristiknya yang
dominan pada salah satu sisi yaitu OPA lebih dominan kepada pemerintahan sebagai
otoritas sementara NPM memberikan kebebasan sepenuhnya kepada swasta.
Kemudian untuk menjawab kelemahan paradigma OPA dan NPM terdapat suatu
model pelayanan yang disebutnya dengan model pelayanan publik baru (the new public
services) atau disingkat NPS. Model ini berpijak pada teori demokrasi yang mengajarkan
adanya egaliter dan persamaan hak di antara warga negara. Birokrasi yang
memberikan pelayanan publik harus bertanggungjawab kepada masyarakat secara
keseluruhan dengan penekanan pada kepentingan masyarakat.
Sebagai kesimpulan pada dasarnya ketiga paradigma ini dalam hal layanan
publik memiliki peran masing-masing di mana pemerintah harus memposisikan dirinya
bukan hanya sebagai otoritas tetapi juga memberikan kesempatan kepada pihak
swasta untuk terlibat dalam penyediaan layanan publik dan melindungi hak-hak
mendasar dari masyarakat dalam pemerintahannya.

Anda mungkin juga menyukai