Kata Pengantar
Puji dan syukur atas berkah ilmu, kesempatan serta karunia hidup
kepada Allah SWT hingga dalam kesempatan ini saya dapat menerima
dan menyelesaikan tugas makalah yang di wajibkan untuk saya kerjakan
sebagai syarat penilaian tugas ke-1 agenda 3 yang diberikan oleh Bapak
Endro Marijanto, S.Pd, M. B. A. selaku tutor pada Latsar CPNS Pemprov
Kaltara angkatan XXXVIII.
Adapun maksud dan tujuan makalah yang saya berikan judul “Sistem
Merit & Penerapan dalam Pengelolaan ASN” ini untuk memenuhi
kewajiban tugas dan membantu memberikan pemahaman dan
wawasan bagi para pembaca maupun saya sendiri tentang pengertian
dan penerapan sistem merit pada pengelolaan ASN.
Ucapan terimakasih saya haturkan kepada Bapak Endro Marijanto,
S.Pd, M.B.A. dan tidak lupa permohonan maaf untuk kiranya dapat
memaklumi hasil dari makalah ini yang masih jauh dari kata sempurna.
Kritik dan masukan demi kebaikan bersama akan selaku saya nantikan
untuk perbaikan mutu kedepan.
BAB I
PENDAHULUAN
. Latar Belakang
Pegawai memiliki kedudukan dan peran yang sangat penting dalam
penyelenggaraan fungsi pemerintahan. Arti penting dari pegawai sebagai
sarana pemerintahan oleh Utrecht dikaitkan dengan pengisian jabatan
pemerintahan, yang diisi oleh Pegawai Negeri Sipil. Kedudukan Pegawai
Negeri Sipil mempunyai peran penting dalam menyelenggarakan fungsi
pemerintahan di suatu Negara dalam rangka mencapai tujuan nasional atau
dengan kata lain dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan nasional,
diperlukan adanya Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur Aparatur Negara, Abdi
Negara, dan Abdi masyarakat yang penuh kesetian dan ketaatan kepada
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah serta bersatu
padu, dan sadar akan tanggung jawabnya untuk menyelengarakan tugas
pemerintahan dan pembangunan.
Pengembangan aparatur sipil negara menjadi fokus utama dalam
organisasi bedasarkan visi misi demi tercapainya suatu tujuan untuk
kepentingan bersama. Pentingnya pengembangan sumber daya aparatur
agar mendapatkan aparatur yang berkualitas dan produktif untuk
menjalankan suatu menjalankan badan dalam organisasi. Keberlangsungan
pengembangan sumber daya aparatur dapat mencerminkan investasi bagi
sumber daya dalam jangka panjang dan jangka pendek agar mendapatkan
keuntungan bagi suatu organisasi. Salah satu yang harus dimiliki oleh
pegawai agar memiliki standar kuali ikasi pengembanagn sumber daya
diantaranya: pengembangan karier, promosi jabatan, mutasi, dan
kompensasi. Dengan adanya pengembangan sumber daya aparatur tersebut
f
dapat menciptakan profesionalisme dan tata pemerintahan yang baik
(Kalang, 2015).
Bab II
Tinjauan Pustaka
. Pengelolaan ASN
Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan aktor utama penggerak birokrasi
pemerintah dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan, pembangunan
dan pelayanan publik. Untuk menciptakan ASN yang profesional,
berintegritas, netral dan berkinerja tinggi, Pemerintah telah menetapkan
Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara untuk
menggantikan Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 dan Undang-Undang No. 43
Tahun 1999.
Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tersebut disusun sebagai bagian dari
program reformasi birokrasi, yang merupakan upaya untuk mentransformasi
birokrasi Pemerintah Indonesia, dari rule-based bureaucracy menuju ke
dynamic governance. Sejalan dengan itu maka manajemen Aparatur Sipil
Negara juga harus berubah dari administrasi kepegawaian, menuju ke
pembangunan Human Capital.
Penerapan sistem merit dalam manajemen ASN merupakan amanat
utama dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 2014. Dengan menerapkan sistem
merit maka pengangkatan pegawai, mutasi, promosi, penggajian,
penghargaan dan pengembangan karier pegawai didasarkan pada kuali ikasi,
kompetensi dan kinerja pegawai. Sistem tersebut tidak hanya menimbulkan
rasa keadilan di kalangan pegawai, juga dapat mendorong peningkatan
kompetensi dan kinerja. Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 membawa
f
perubahan mendasar dalam manajemen ASN, antara lain (Prasojo dan Rudita,
2014):
a. Perubahan dari pendekatan personal administration yang hanya
berupa pencatatan administrasi kepegawaian menjadi manajemen sumber
daya manusia yang menganggap aparatur negara adalah SDM sebagai aset
negara yang harus dikelola, dihargai dan dikembangkan dengan baik;
b. Perubahan dari pendekatan close-career system yang sangat
berorientasi kepada senioritas dan kepangkatan, menjadi open-career system
yang mengedepankan kompetisi dan kompetensi ASN dalam promosi dan
pengisian jabatan;
c. Menghadirkan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
untuk menciptakan atmos ir baru dalam pemerintahan;
d. Reward and punishment berbasis kinerja yang lebih tegas;
e. Meningkatkan perlindungan ASN dari intervensi politik
Penataan sumber daya manusia dalam proses reformasi birokrasi dapat
diartikan sebagai suatu bentuk pendekatan manajemen sumber daya
manusia. Dalam perspektif reformasi birokrasi, pendekatan ini dilakukan
dalam rangka menyikapi, mengatasi dan sekaligus mengantisipasi
permasalahan sumber daya manusia dalam birokrasi. Manajemen sumber
daya manusia menurut Veithzal Rivai (2003) dalam (Subekhi dan Jauhar,
2012:20) merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi
segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian.
Perencanaan adalah proses penentuan tindakan untuk mencapai tujuan.
Pengorganisasian adalah proses pembagian kerja yang disertai dengan
pendelegasian wewenang. Pengarahan adalah kegiatan mengarahkan semua
karyawan agar mau bekerja sama dan bekerja secara efektif serta e isien
dalam membantu tercapainya tujuan organisasi.
Menurut Sedarmayanti (2009:94) pengukuran mengenai penataan
sumber daya manusia/aparatur dilaksanakan dengan memerhatikan : (1)
Penerapan sistem merit dalam manajemen kepegawaian; (2) Sistem diklat
f
yang efektif; (3) Standar dan peningkatan kinerja; (4) Pola karier yang jelas
dan terencana; (5) Standar kompetensi jabatan; (6) Klasi ikasi jabatan; (7)
Tugas, fungsi dan beban tugas proporsional; (8) Rekrutmen sesuai prosedur;
(9) Penempatan pegawai sesuai keahlian; (10) Renumerasi memadai; (11)
Perbaikan sistem informasi manajemen kepegawaian.
Pendapat lainnya diutarakan oleh Edy Topo Ashari dalam jurnal Reformasi
Pengelolaan SDM Aparatur Persyarat Tata Kelola Birokrasi Yang Baik (Edy
Topo Ashari, 2009) yang mengemukakan bahwa pengelolaan manajemen
SDM Aparatur dilakukan melalui : (1) Asesmen kompetensi individu bagi
aparatur; (2) Membangun sistem penilaian kinerja; (3) Mengembangkan
sistem pengadaan dan seleksi; (4) Mengembangkan pola pengembangan dan
pelatihan; (5) Memperkuat pola rotasi, mutasi, dan promosi; (6) Memperkuat
pola karir; (7) Mendorong terwujudnya PNS yang sejahtera; (8) Membangun
atau memperkuat database kepegawaian; (9) Mendorong terciptanya
kedisiplinan aparatur.
Penataan sumber daya manusia aparatur dalam rangka reformasi
birokrasi termasuk ke dalam lingkup manajemen publik dengan focus fungsi
manajerial pada sektor perencanaan sumber daya manusia. Pengukuran
penataan sumber daya manusia aparatur menurut Sedarmayanti (2009:94)
dan Edy T. Ashari (2009) secara garis besar terdiri dari (1) tugas, fungsi dan
beban tugas proporsional; (2) rekrutmen sesuai prosedur; (3) remunerasi
memadai; (4) standar kompetensi jabatan; (5) asesmen kompetensi individu
bagi aparatur;(6) membangun sistem penilaian kinerja; (7) membangun atau
memperkuat database kepegawaian; (8) mengembangkan pola
pengembangan dan pelatihan.
. Sistem Merit
Indonesia merupakan negara yang dimana sudah melakukan
perombakan dalam pembaharuan manajemen sumber daya manusia dengan
menggunakan sistem merit. Menurut Hasan Basri (2017) Merit sistem adalah
f
suatu kebijakan yang menggabungkan dengan manajemen ASN berdasarkan
kuali ikasi, kompetensi, dan kinerja, secara adil dan wajar dengan tanpa
membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis
kelamin, status pernikahan, umur, ataupun kondisi kecacatan.
Sistem merit sudah harus dilaksanakan terlepas dari adanya hambatan
dan tantangan dalam setiap permasalahan. Disamping itu terdapat beberapa
hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai kefektifan penerapan sistem
merit yaitu:
1. Menetapkan pagu atau target prestasi dalam kinerja setiap pegawai
2. Mengembangkan sistem penilaian berdasarkan orientasi yang
berfokus pada jabatan tertentu dengan mempertimbangkan dari beberapa
nilai kinerja atau multi raters
3. Memberikan pelatihan bagi para pimpinan unit agar lebih cepat
tanggap dalam menyelesaikan tugas dan terampil agar menguasai berbagai
hal yang berkaitan. Serta prestasi yang dimiliki tiap pegawai akan menjadi
investasi dimasa mendatang jika konstan dalam setiap pekerjaannya.
4. Memberikan pengharagaan dari setiap pekerjaan dan prestasi yang
diberikan oleh pegawai
5. Memberikan kenaikan penghasilan untuk tiap pegawai yang berskala
besar agar meningkatkan produktivitas kinerja (Akhmad Aulawi, 2017).
Penerapan sistem merit ini pula berkaitan dengan kesejahteraan aparatur
yang meliputi jaminan sosial, gaji pegawai, serta fasilitas yang digunakan
untuk menunjang kehidupan apartur itu sendiri.
Pengembangan sumber daya manusia juga terdapat dalam aparatur sipil
negara dengan menerapkan sistem merit. Pemerintah harus menyeleksi
pegawai yang akan diterima sebagai Aparatur sipil negara dengan proses
rekruitmen. Selain untuk mewujudkan pegawai yang profesionalitas harus
melihat dari kuali ikasi, kompetensi dan kinerja para pegawai,
pengembangan karir melalui penilaian kerja, pemberian sanksi kepada PNS
yang tidak disiplin, dan memberikan Diklat PNS. (Octalehy, 2017)
f
ff
Bab III
Hasil dan Pembahasan
. Pengelolaan/manajemen asn di Indonesia
Meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat
dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian
kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian,
jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan. Manajemen PNS pada
Instansi Pusat dilaksanakan oleh pemerintah pusat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Manajemen PNS pada Instansi Daerah
dilaksanakan oleh pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
a) Penyusunan dan Penetapan Kebutuhan
Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis
jabatan PNS berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja.
Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS dilakukan untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun yang diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas
kebutuhan. Berdasarkan penyusunan kebutuhan tersebut, Menteri
menetapkan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS secara nasional.
b) Pengadaan
Pengadaan PNS merupakan kegiatan untuk mengisi
kebutuhan Jabatan Administrasi dan/atau Jabatan Fungsional dalam
suatu Instansi Pemerintah. Pengadaan PNS di Instansi Pemerintah dilakukan
berdasarkan penetapan kebutuhan yang ditetapkan oleh Menteri. Pengadaan
PNS dilakukan melalui tahapan perencanaan, pengumuman lowongan,
pelamaran, seleksi, pengumuman hasil seleksi, masa percobaan, dan
pengangkatan menjadi PNS.
(1) Setiap Instansi Pemerintah merencanakan pelaksanaan pengadaan
PNS.
cara seperti pengalaman hidup dan aktivitas di tempat kerja dan program
pengembangan (Wu, 2013:262). Adanya penyederhanaan birokrasi
tersebut sangat mendukung dalam pelaksanaan sistem merit saat ini,
dengan mengutamakan kompetensi dan keahlian yang dimiliki oleh masing-
masing ASN. Penyedehanaan birokrasi tersebut juga dapat membantu
lembaga pengawasan ASN, yakni Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN)
dalam menjalankan tugasnya sebagai pengawas sistem merit yang ada di
pemerintahan Indonesia.
Hal tersebut dapat sebagai pemacu untuk para ASN agar dapat
meningkatkan kompetensi dan keahliannya agar dapat menduduki jabatan
fungsional tersebut, melalui pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan
jabatan fungsional yang akan diduduki. Selain itu, langkah yang dapat
dilakukan adalah penilaian yang ketat pada akhir proses pendidikan dan
pelatihan jabatan fungsional tersebut dengan tujuan ketika para ASN sedang
mengikuti pendidikan dan pelatihan benar-benar belajar dan memahami
materi yang telah diberikan oleh pemateri dalam pelatihan dan pendidikan
tersebut. Aparat negara yang telah menyelesaikan pendidikan dan
pelatihan dapat menjadi ASN yang memiliki kompentensi dan keahlian yang
lebih baik dibandingkan sebelum mengikuti pelatihan dan pendidikan serta
dapat menjalankan tugasnya sebagai pejabat fungsional sesuai dengan
aturan yang ada.
Di samping itu, pada praktiknya pengembangan kompetensi masih
sering diabaikan oleh beberapa instansi pemerintah dan masih kurang
teratur. Hal tersebut dapat terlihat dari beberapa kementerian, lembaga dan
pemerintahan daerah belum mempunyai daftar yang memadai dalam hal
perencanaan kompetensi, misalnya jika diadakan pelatihan yang
mengikuti hanya pegawai yang berminat. Begitu pula dengan kurangnya
minat pegawai untuk melanjutkan pendidikan (Sambali, 2015:158). Hal ini
terlihat sangat tidak sistematis karena seharusnya semua ASN mengikuti
pelatihan yang diadakan oleh instansi pemerintah tempatnya bekerja, secara
bergantian antar sesama ASN, bukan hanya ASN yang berminat saja.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara telah
membuka ruang bagi ASN dalam pengembangan kompetensi, dimana setiap
ASN berhak mendapatkan pengembangan diri selama 20 jam dalam setahun
serta UU tersebut mengharuskan instansi pemerintah untuk membuat daftar
perencanaan pengembangan ASN dalam setiap tahunnya. Namun, masih ada
beberapa instansi pemerintah yang tidak menjalankan tugas tersebut,
sehingga mengakibatkan terjadinya berbagai permasalahan manajemen
ASN dalam penerapan sistem merit. Permasalahan demikian terjadi ketika
akan dilakukan penempatan ASN terutama dalam pengisian Jabatan
Pimpinan Tinggi (JPT) berupa Panitia JPT yang berkompeten, kredibel dan
nonpolitik menjadi sangat terbatas, jumlah assesor dan assessment
center yang terakreditasi yang juga terbatas, serta pengisian JPT yang belum
berdasarkan kuali ikasi, kompetensi, dan kebutuhan organisasi (Dwiputrianti,
2018:78).
Permasalahan tersebut mengakibatkan banyak posisi di instansi
pemerintah diisi oleh ASN yang tidak berkompeten dan takut bersaing
secara sehat dengan ASN lainya. Oleh karena itu, adanya sistem merit ini
diharapkan dapat menciptakan ASN yang memiliki kompetensi ketika
menduduki suatu jabatan tertentu serta ASN yang lebih peduli terhadap
kebutuhan masyarakat dengan memberikan pelayanan yang maksimal.
Selain itu, pentingnya sinergitas antara badan kepegawaian dan lembaga
diklat pada semua tingkatan karena kedua lembaga tersebut yang paling
mengetahui kebutuhan diklat bagi ASN (LAN:2016). Agar dapat mencapai
tujuan tata kelola pemerintahan yang baik, diperlukan beberapa hal yang
harus dilakukan oleh pemerintah dalam aspek kompetensi dalam sistem
merit pada ASN di Indonesia. Dalam mengatasi permasalahan tersebut,
Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah mengeluarkan acuan
mengenai pengembangan kompetensi dalam Peraturan LAN Nomor 10
Tahun 2018 tentang Pengembangan Kompetensi ASN.
f
f
Kesimpulan
Sistem merit yang diterapkan di Indonesia masih belum sepenuhnya
berlangsung optimal sesuai dengan peraturan yang berlaku. Komitmen
dan kerja sama antara ASN dengan semua instansi dalam lingkungan
kementerian, lembaga, pemerintah pusat maupun daerah dalam upaya
mewujudkan keberhasilan sistem merit yang akuntabel dan objektif.
Sangat penting kerja sama antara ASN dan semua kementerian,
lembaga, pemerintahan pusat dan daerah seperti Kalimantau Utara
mewujudkan keberhasilan sistem merit di Indonesia.
Beberapa hal yang direkomendasikan yakni urgensi dari pengawasan
oleh Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) terhadap implementasi sistem
merit perlu ditingkatkan dan didukung kontrol independen dari elemen
masyarakat lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari sedini
mungkin berbagai bentuk penyimpangan dalam seleksi pegawai aparatur
negara. Kesadaran tentang sistem merit sebagai kunci keberhasilan dalam
penerimaan pegawai ASN perlu ditingkatkan untuk mencapai hasil yang
optimal. Juga kebijakan Pemerintah setempat untuk terus memperhatikan
realisasi penerapan sistem merit dan terus meningkatkan kebijakan
penerimaan CPNS berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja.
Daftar Pustaka