Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KELOMPOK

ANGKATAN 1, KELOMPOK 3
HARI KE 3 AGENDA II
Di susun oleh :
1. Ns. Hendri Hardi Wiradianata, S.kep NIP. 19890805 202012 1 009
2. dr. Amrullah NIP. 19900219 202012 1 004
3. Nurainiwati, S.Farm, Apt NIP. 19850202 202012 2 002
4. R.Muhammad Hafizan, SE NIP. 19921112 202012 1 006
5. Rima Auditia Lestari, S.Pd.SD NIP. 19900613 202012 2 006

ANALISIS KASUS NILAI-NILAI BerAKHLAK


TENTANG “ KORUPSI BANSOS MENTERI SOSIAL JULIARI PETER BATUBARA ”

1. DESKRIPSI KASUS
Pelanggaran nilai-nilai BerAKHLAK (Berorientasi Pada Pelayanan, Akuntabilitas,
Komitmen, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif) pada Aparatur Sipil Negara masih banyak
ditemukan salah satunya adalah kasus korupsi. Tindak pidana korupsi yang merajalela di tanah air
tidak hanya merugikan keuangan Negara saja tetapi telah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak
sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, korupsi tidak lagi merupakan masalah nasional,
melainkan sudah menjadi fenomena transnasional sehingga kerjasama internasional menjadi
esensial dalam mencegah dan memberantasnya, pada kenyataannya terhadap apa yang telah
ditimbulkan oleh tindak pidana korupsi itu maka diperlukan upaya-upaya yang luar biasa dalam hal
penanggulangan serta pemberantasan terhadap tindak pidana korupsi.
Pada tahun 2021 Kementerian Keuangan mengalokasikan dana sebesar Rp. 408,8 T untuk
bantuan sosial salah satunya adalah untuk covid-19. Namun ternyata dana tersebut dikorupsi oleh
Menteri Sosial Juliari Peter Batubara. Juliari menunjuk Matheus Joko Santoso dan Adi Wahyono
sebagai pejabat pembuat komitmen dalam pelaksanaan proyek tersebut. Kedua oknum tersebut
memotong Fee sebesar Rp. 10.000 untuk setiap paket sembako dengan harga 1 paket yakni Rp.
300.000. Selain itu terdapat afiliasi terhadap supplier dimana Ardian dan Hari Sidabuke menyuap
Menteri Sosial dan bekerjasama dengan PT yang diduga dimiliki oleh Matheus. KPK menaksir
bahwa Juliari meraup keuntungan sebesar Rp. 17 miliyar dan digunakan untuk kepentingan pribadi
dan golongan.

2. BENTUK PENERAPAN DAN PELANGGARAN TERHADAP NILAI-NILAI BerAKHLAK

a. Beroirentasi Pelayanan

Pada kasus penyaluran dana bansos beberapa oknum menunjukkan sikap tidak berorientasi pada
pelayanan, bantuan sosial yang menjadi hak sepenuhnya masyarakat justru diambil untuk
kepentingan pribadi. Seharusnya pemerintah sebagai pelayan masyarakat mengutamakan
kepentingan masyarakat dibandingkan kepentingan pribadi dan keuntungan pribadi. Akibat dari
hal tersebut banyak masyarakat yang tidak menerima bantuan, sasaran bansos yang tidak tepat
hingga kualitas dari bansos yang tidak layak.
b. Akuntabel

Kebijakan pemerintah terkait dana bantuan sosial covid-19 justru disalah gunakan dalam bentuk
tidak adanya keterbukaan pada distribusi bantuan ke masyarakat baik dari tingkat pusat hingga
daerah, juga adanya pengurangan penerima bantuan bahkan ada warga yang tidak menerima
bantuan sama sekali. Selain itu bantuan yang diberikan sangat tidak sesuai dan jauh dari kata
layak jika dibandingkan dengan nominal yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

c. Kompeten

Kurangnya koordinasi, buruknya regulasi penyaluran bantuan sosial dan kurangnya pengawasan
dari pemerintah merupakan akar dari timbulnya praktek korupsi dana bantuan sosial covid-19
hal ini dibuktikan dengan adanya deteksi kecurangan dalam data penerima bantaun sosial
berupa pengurangan kuota penerima, data fiktif, serta ada warga yang tidak menerima bantuan
sama sekali

d. Harmonis

Disaat masyarakat Indonesia sedang berusaha menahan diri dan bertahan ditengah kesulitan
akibat pandemi, oknum politik dan pejabat seakan tidak memiliki rasa peduli terhadap
masyarakat. Pandemi yang merenggut sumber mata pencarian mem buat warga saling bahu
membahu memberikan pertolongan, namun politikus dan pejabat yang memiliki wewenangan
terhadap dana bantuan sosial justru melakukan korupsidemi kepentingan pribadi. Hal ini jelas
melanggar nilai-nilai harmonis yaitu suka menolong.

e. Loyal

Pandemi covid-19 ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo sebagai sebuah bencana nasional.
Tidak heran dikarekan dampaknya yang sangat besar dalam negara akibatnya roda
perekonomian yang terhenti serta merenggut lebih dari 100.000 nyawa masyarakat. Namun
oknum yang terlibat dalam kasus korupsi ini masih saja memanfaatkan kondisi seperti itu demi
kepentingan diri sendiri dan golongan, berusaha untuk menambahkan kekayaan pribadi
bukannya mementingkan bangsa dan negara disaat darurat seperti ini.

f. Adaptif

Sebuah pertanyaan muncul ketika data penerima bansos banyak yang salah sasaran kepada
orang yang mampu atau bahkan juga kepada orang yang telah meninggal. Dengan kecanggihan
teknologi seperti sekarang ini seharusnya proses pengumpulan dan pengolahan data bukan
menjadi hal yang sulit seperti dulu. Jika tidak mampu beradaptasi menggunakan teknologi yang
ada sebaik mungkin tidak heran apabila data yang dimiliki berantakan dan tidak akurat.

g. Kolaboratif

Sikap kolaboratif memang diamalkan dan diterapkan dalam proses pengadaan dan penyaluran
dana bansos dari Kemensos. Namun sikap yang dilakukan justru berupa penyelewengan nilai
kolaboratif itu sendiri yakni dengan melakukan kerjasama yang hanya menguntungkan beberapa
pihak. Mantan Mensos menunjuk 2 orang pejabat pembuat keputusan yang kemudian
melakukan kerjasama bersama supplier dengan menerima suap, mantan Mensos juga meminta
fee dalam penyaluran bansos yang dibantu oleh anak-anak buahnya tersebut.

3. DAMPAK TIDAK DITERAPKANNYA NILAI-NILAI BerAKHLAK

a. Timbul rasa ketidakpercayaan masyarakat terhadap PNS maupun pejabat Pemerintah

b. Kemiskinan yang semakin meningkat, karena Bansos yang digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat justru dinikmati oleh oknum Pemerintah Pusat

c. Mudahnya oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk menyalahgunakan Bantuan


Sosial

d. Kerugian Keuangan Negara

e. Tidak memiliki sikap teladan dan empati terhadap masyarakat yang menerima bansos.

4. DESKRIPSI GAGASAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Korupsi tidak dapat dibiarkan berjalan begitu saja kalua suatu Negara ingin meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya, karena kalua dibiarkan secara terus menerus, maka akan terbiasa dan
menjadi subur sehinga menibulkan sikap mental pejabat yang selalu mencari jalan pintas yang
mudah dan menghalalkan segala cara (the end justifies the means). Untuk itu, korupsi perlu
diselesaikan secara tuntas dan bertanggung jawab terhadap oknum yang melakukan. Ada beberapa

upaya penanggulangan korupsi yang ditawarkan para ahli.

Menurut pendapat H. Ismail Susanto Didalam sebuah essay-nya yang dimuat di Harian
Republika mengatakan bahwa berdasarkan kajian terhadap berbagai sumber, didapatkan sejumlah
cara sebagaimana ditunjukkan oleh Syariat Islam, terdapat enam langkah yang harus dilakukan agar
korupsi tidak hilang dan tidak dilakukan oleh masyarakat. Pertama, sistem penggajian yang layak.
Aparat pemerintah harus bekerja dengan sebaik-baiknya. Dan itu sulit berjalan dengan baik apabila
gaji mereka tidak mencukupi, karena para birokrat juga manusia biasa. Kedua, larangan menerima
suap dan hadiah. Hadiah dan suap yang diberikan kepada aparatur pemerintah pasti mengandung
maksud tertentu, karena buat apa seseorang memberikan sesuatu kalau tidak ada maksud tertentu.
Ketiga, perhitungan kekayaan. Orang yang melakukan korupsi tentu kekayaannya akan bertambah
dengan cepat. Meski tidak selalu orang yang cepat kaya itu melakukan tindakan korupsi. Bisa saja
dia mendapatkan kekayaan itu dari warisan, keberhasilan bisnis atau dengan cara lain yang halal.
Keempat, teladan pemimpin. Pemberantasan korupsi hanya akan bisa dilakukan jika para
pemimpin, terlebih pemimpin tertinggi, dalam sebuah Negara bersih dari korupsi. Dengan
takwa,seorang pemimpin melakukan tugasnya dangan penuh amanah. Karena dengan taqwa pula ia
takut untuk melakukan penyimpangan, karena meski ia bisa melakukan kolusi dengan pejabat lain
untuk menutup kejahatannya, Allah SWT pasti melihat semuanya dan di akhirat nanti pasti akan
dimintai
pertanggung jawaban. Kelima, hukuman yang setimpal. Pada dasarnya, orang akan takut menerima
resiko yang akan mencelakakan dirinya, termasuk bila ditetapkan hukuman setimpal bagi para
koruptor.

Berfungsi sebagai pencegah, hukuman setimpal atas koruptor membuat orang jera dan kapok
melakukan korupsi. Keenam, Pengawasan Masyarakat. Masyarakat dapat berperan menyuburkan
atau menghilangkan korupsi. Dari point-point tersebut dapat dieksplisitkan bahwa
pemberantasan korupsi harus melibatkan dari segi pemahaman seseorang tentang agama dan
dibantu oleh kerjasama antar semua pihak dan masyarakat dalam pengawasan dan trasparansi
anggaran agar tidak terjadi penyelewangan korupsi.

5. DESKRIPSI KONSEKUENSI PENERAPAN DARI SETIAP ALTERNATIF GAGASAN


PEMECAHAN MASALAH
a. Meningkatkan kinerja dan SDM Kementerian social agar menjamin pengawasan dapat berjalan
dengan optimal
b. Setiap pejabat negara harus memiliki iman dan taqwa yang baik agar terhindar dari perbuatan
yang menimbulkan kerugian bagi bangsa dan negara.
c. Setiap pejabat dan ASN harus memiliki komitmen dan konsistensi terhadap penyuapan/
gratifikasi dalam bentuk apapun.
d. Harus dilakukannya audit kekayaan oleh LHKPN setiap tahunnya untuk mengevaluasi
peningkatan farta dan kekayaan pejabat negara.
e. Sikap loyal juga perlu dimiliki setiap pejabat untuk memiliki rasa tanggung jawab atas
kepercayaan yang sudah diberikan.
f. Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan, apabila melihat tindakan korupsi segera melaorkan
kepihak kepolisian dan pihak yang berwenang.
g. Terkahir, hukuman dan sanksi harus bisa memberikan efek jera dan ketakutan terhadap pelaku
dan pejabat yang ingin melakukan tindakan korupsi.

Anda mungkin juga menyukai