Disusun Oleh:
Novi Pujiastuti
Terdapat 3 unsur penting dalam pelayana publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu
1) Penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi
2) Penerima layanan yaitu masyarakat,Stakeholders, ataupun sektor privat
3) Kepuasanyangdiberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan ASN
menuju pemerintahan berekalas dunia, serta untuk menyamakan semboyan bagi ASN papun dan
dimanapun pemerintah meluncurkan Core Values (Nilai –Nilai dasar ) ASN BerAKHLAK ASN
bangga melayani masyarakat..
1. BERORIENTASI PELAYANAN
Berorientasi pelayanan adalah komitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan
masyarakat. ASN sebagai pelayan publik menjalankan tugas dan fungsinya berlandaskan pada
prinsip sebagai berikut:
a. Nilai dasar
b. Kode etik dan kode perilaku
c. Komitmen,integritas, dan tanggung jawab pada pelayanan publik
d. Kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
e. Kualifikasi akademik
f. Jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
g. Profesionalitas jabatan.
Panduan perilaku/kode etik dari nilai berorientasi pelayanan sebagai pedoman bagi ASN
dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari yaitu :
1. Memahami dan memenuhi Kebutuhan Masyarakat (Responsivitas)
Dapat diwujudkan dengan panduan perilaku berorientasi pelayanan diantaranya yaitu
mengabdi kepada negara dan rakyat, menjalankan tugas secara profesional,membuat
keputusan berdasarkan prinsip keahlian, dan mengharagai komunikasi, konsultasi, dan
kerja sama.
2. Ramah, Cekatan, Solutif, dan dapat diandalkan (Kualitas)
Dapat diwujudkan dengan cara memelihara dan menjunjung tinggi standart etika yang
luhur, memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program program, serta
memberikan layanan pada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,dan santun
Perilaku yang semestinya ditampilkan untuk memberikan pelayanan prima adalah
- Menyap dan memberi salam
- Ramah dan senyum manis
- Cepat dan tepat waktu
- Mendengar dengan sabar dan aktif
- Penampilan yang rapi dan bangga akan penampilan
- Terangkan apa yang saudara lakukan
- Mengucapkan terimakasih
- Perlakukan teman sekerja seperti pelanggan
3. Melakukan perbaikan tiada henti (Kepuasan)
Dengan cara mempertanggungjawabkantindakan dan kinerjanya pada publik, serta
mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai
2. AKUNTABEL
Akuntabel adalah bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan. Dalam konteks
ASN, Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan
tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya pada
publik(Matsilliza dan Zonke, 2017). Akuntabilitas merujuk pada pada kewajiban setiap
individu, kelompok, atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab dari amanh yang
dipercayakan kepadanya. Amanah seorang menurut SE Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi No. 20 Th 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang
sesuai dengan core values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku
tersebut adalah:
a. Mampu melaksanakan tugas dan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin, dan
berintegritas tinggi.
b. Mampu menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien.
c. Mampu menggunakan kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi.
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang akuntabel
adalah:
1) Kepemimpinan, lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana
pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya
2) Transparansi.
- Mendorong komunikasi yang lebih besar dan kerjasama antara kelompok
internal dan eksternal
- Memberikan perlindungan terhadap pengaruh yang tidak seharusnya
- Meningkatkan akuntabilitas dalam keputusan-keputusan
- Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan secara keseluruhan.
3) Integritas, yaitu kewajiban untuk menjunjung tinggi dan mematuhi semua hukum
yang berlaku, undang-undang, kontrak, kebijakan, dan peraturan yang berlaku.
4) Tanggung jawab, (responsibilitas) perseorangan memberikan kewajiban bagi setiap
individu dan lembaga, bahwa ada suatu konsekuensi dari setiap tindakan yang telah
dilakukan, karena adanya tuntutan untuk bertanggungjawab atas keputusan yang telah
dibuat.
5) Keadilan, Keadilan adalah landasan utama dari akuntabilitas, ketidakadilan harus
dihindari karena dapat menghancurkan kepercayaan dan kredibilitas organisasi yang
mengakibatkan kinerja akan menjadi tidak optimal.
6) Kepercayaan, Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan
ini yang akan melahirkan akuntabilitas.
7) Keseimbangan, untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka
diperlukan adanya keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan
dan kapasitas
8) Kejelasan, adalah mengetahui kewenangan, peran dan tanggungjawab, misi
organisasi, kinerja yang diharapkan organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik
individu maupun organisasi untuk menciptakan dan mempertahankan akuntabilitas
9) Konsistensi. Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan yang tidak konsisten dari
sebuah kebijakan, prosedur, sumber daya akan memiliki konsekuensi terhadap
tercapainya lingkungan kerja yang tidak akuntabel
3. KOMPETEN
Situasi dunia saat ini dengan cirinya yang disebut dengan “Vuca World”, yaitu
dunia yang penuh gejolak (volatility) disertai penuh ketidakpastian (uncertainty). Demikian
halnya situasinya saling berkaitan dan saling mempengaruhi (complexity) serta ambiguitas
(ambiguity) (Millar, Groth, & Mahon, 2018). Pada sisi lain implikasi VUCA menuntut
diantaranya penyesuaian proses bisnis, karakter dan tuntutan keahlian baru. Berdasarkan
dinamika global (VUCA) dan adanya tren keahlian baru di atas, perlunya pemutakhiran
keahlian ASN yang relevan dengan orientasi pembangunan nasional dan aparatur.
Demikian halnya untuk mendukung pemutakhiran keahlian ASN yang lebih dinamis,
diperlukan pendekatan pengembangan yang lebih adaptif dan mudah diakses secara lebih
luas oleh seluruh elemen ASN.
Dalam menentukan kebutuhan pengambangan kompetensi dan karakter ASN
penting diselaraskan sesuai visi, misi, dan misi, termasuk nilai-nilai birokrasi pemerintah.
untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, antara lain, perlu didukung profesionalisme
ASN, dengan tatanan nilai yang mendukungnya. Sesuai dengan Surat Edaran Menteri
Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26
Agustus 2021 telah ditetapkan ASN branding, yakni: Bangga Melayani Bangsa, dengan
nilai-nilai dasar operasional BerAkhlak. Salah satu nilai dasarnya yaitu Kompeten.
Kompeten secara garis besar adalah kemauan untuk terus belajar dan
mengembangkan kapabilitas dan kemampuan yang dimiliki. Sesuai prinsip
Undang-Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014 ditegaskan bahwa ASN merupakan
jabatan profesional, yang harus berbasis pada kesesuaian kualifikasi, kompetensi,
dan berkinerja serta patuh pada kode etik profesinya. Terkait dengan perwujudan
kompetensi ASN dapat diperhatikan dalam Surat Edaran Menteri PANRB Nomor 20
Tahun 2021, antara lain disebutkan bahwa panduan perilaku (kode etik) kompeten yaitu:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah.
- Pengembangan berbasis pada sumber pembelajaran utama dari Internet.
- Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang
mengatur diri sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi
dan atau luar organisasi.
b. Membantu orang lain belajar
Penyesuaian paradigma selalu belajar melalui learn, unlearn dan relearn, menjadi
penting. Setiap ASN berpotensi menjadi terbelakang secara pengetahuan dan keahlian,
jika tidak belajar setiap waktu seiring dengan perubahan yang terjadi dari waktu ke
waktu. Meningkatkan kompetensi diri adalah keniscayaan, merespons tantangan
lingkungan yang selalu berubah. Learn dimaksudkan bahwa sejak dini atau sejak
keberadaan di dunia, kita dituntut untuk terus belajar sepanjang hayat. unlearn adalah
proses menyesuaikan/ meninggalkan pengetahuan dan keahlian lama kita dengan
pengetahuan yang baru dan atau keahlian yang baru. Selanjutnya relearn adalah proses
membuka diri dalam persepektif baru, dengan pengakuisi pengetahuan dan atau keahlian
baru. Contoh proses pembalajaran tersebut dilakukan dengan berpikir terbuka, dengan
belajar hal yang berbeda serta mencari perspektif orang lain. Dengan cara ini menyadarkan
kemungkinan pihak lain itu bisa jadi tahu lebih banyak dari apa yang kita ketahui.
4. HARMONIS
b. Empati
Sebagian besar pejabat publik, baik di pusat maupun di daerah, masih mewarisi kultur
kolonial yang memandang birokrasi hanya sebagai sarana untuk melanggengkan
kekuasaan dengan cara memuaskan pimpinan. Berbagai cara dilakukan hanya sekedar
untuk melayani dan menyenangkan pimpinan. Loyalitas hanya diartikan sebatas
menyenangkan pimpinan, atau berusaha memenuhi kebutuhan peribadi pimpinannya.
Kalau itu yang dilakukan oleh para pejabat publik, peningkatan kinerja organisasi tidak
mungkin dapat terwujud.Oleh karena itu perlu ada perubahan mindset dari seluruh
pejabat publik. Perubahan mindset ini merupakan reformasi birokrasi yang paling
penting, setidaknya mencakup tiga aspek penting yakni:
Beberapa peran ASN dalam kehidupan berbangsa dan menciptakan budaya harmoni
dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya adalah sebagai berikut:
1) Posisi PNS sebagai aparatur Negara harus bersikap netral dan adil dalam
melaksanakan tugasanya agar mampu menciptakan kondisi yang aman, damai,
dan tentram dilingkungan kerjanya dan di masyarakatnya
2) PNS harus bisa mengayomi kepentingan kelompok minoritas, dengan tidak
membuat kebijakan dan peraturan yang mendiskriminasi keberadaan kelompok
tersebut.
3) PNS harus memiliki sikap toleran atas perbedaan untuk menunjang sikap netral
dan adil karena tidak berpihak dalam memberikan layanan
4) PNS harus memiliki rasa suka menolong baik kepada pengguna layanan, juga
membantu kolega PNS lainnya yang membutuhkan pertolongan
5) PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya. PNS juga harus
menjadi tokoh dan panutan masyarakat. Dia senantiasa menjadi bagian dari
problem solver (pemberi solusi) bukan bagian dari sumber masalah (trouble
maker).
5. LOYAL
Ada 2 faktor kenapa nilai loyal dianggap penting dimasukkan menjadi salah satu core
values yang harus dimiliki dan diimplementasikan oleh setiap ASN yaitu yang pertama
berasal dari faktor internal. Strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan
berkelas dunia (World Class Government) merupakan upaya yang harus dilakukan dalam
rangka mencapai tujuan nasional. Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang ASN
adalah sifat loyal atau setia kepada bangsa dan negara. Yang kedua dari Faktor Eksternal,
modernisasi dan globalisasi merupakan sebuah keniscayaan yang harus dihadapi oleh segenap
sektor baik swasta maupun pemerintah. ASN harus mampu menggunakan cara-cara cerdas
atau smart power dengan berpikir logis, kritis, inovatif, dan terus mengembangkan diri
berdasarkan semangat nasionalisme dalam menghadapi tantangan global tersebut sehingga
dapat memanfaatkan teknologi informasasi yang ada untuk membuka cakrawala berpikir dan
memandang teknologi sebagai peluang untuk meningkatkan kompetensi, baik pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap/perilaku.
Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling
tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Sedangkan loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Loyal,
merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai
bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan
negara, dengan panduan perilaku:
a. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan.
b. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan
perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah sebagai berikut :
Ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan antara lain sebagai
berikut:
1. Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan
2. Mendorong jiwa kewirausahaan
3. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah
4. Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra,
masyarakat dan sebagainya.
5. Terkait dengan kinerja instansi. Budaya adaptif seyogyanya diinternalisasi dan
diwujudkan ke dalam organisasi sebagai upaya meningkatkan kinerja instansi.
7. KOLABORATIF
Kolaboratif yaitu membangun kerja sama yang sinergis. Dyer and Singh (1998, dalam
Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah nilai yang dihasilkan dari aliansi
antara dua atau lebih perusahaan yang bertujuan untuk menjadi lebih kompetitif dengan
mengembangkan rutinitas bersama Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria
penting untuk kolaborasi yaitu:
a. Forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga;
b. Peserta dalam forum termasuk aktor nonstate;
c. Peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya
'‘dikonsultasikan’ oleh agensi publik;
d. Forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif;
e. Forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika
konsensus tidak tercapai dalam praktik), dan
f. Fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.
Terdapat tiga tahapan yang dapat dilakukan dalam melakukan assessment terhadap tata
kelola kolaborasi yaitu : Mengidentifikasi permasalahan dan peluang, Merencanakan aksi
kolaborasi, dan Mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.
Perilaku ASN yang mencerminkan nilai kolaboratif yaitu