Anda di halaman 1dari 26

Kerajaan ISLAM DI

MALUKU
Sejarah Kerajaan Islam di
Maluku
Maluku kaya akan rempah-rempah.
Maka dari itu Maluku menjadi sasaran para
saudagar Indonesia dan bangsa asing.
Selain berdagang, saudagar juga
melaksanakan DAKWAH sehingga Maluku
lebih dahulu masuk Islam dari pada
Makasar dan sekitarnya. Islam mencapai
kepulauan Maluku pada pertengahan
terakhir abad ke-13.
MALUKU

TERNATE TIDORE
Bukti Adanya Kerajaan
peninggalan kerajaan Ternate
1) Ternate membentuk persekutuan yang disebut Uli
Lima
2)Tidore membentuk persekutuan yang disebut Uli
Siwa (persekutuan sembilan )

Peninggalan kerajaan Tidore :


1. Benteng-benteng peninggalan Portugis, Spanyol
2. Benda-benda bersejarah Tidore
Benteng-benteng peninggalan Portugis, Spanyol
Keraton Tidore
KERAJAAN
TERNATE
Kerajaan Ternate
Berdiri pada adalah yang
abad ke-13 paling maju
karena banyak
dikunjungi oleh
Ibu kota Sampalu, pedagang baik
yg Berpusat di dari Nusantara
Maluku bagian maupun pedagang
Utara asing.
Pulau Gapi (kini Ternate) berdiri pada abad ke-13 yang beribu kota di Sampalu,
penduduk Ternate awal merupakan warga eksodus dari Halmahera. Awalnya di
Ternate terdapat 4 kampung yang masing - masing dikepalai oleh seorang
momole (kepala marga), merekalah yang pertama – tama mengadakan
hubungan dengan para pedagang yang datang dari segala penjuru mencari
rempah – rempah. Penduduk Ternate semakin
heterogen dengan bermukimnya pedagang Arab, Jawa, Melayu dan Tionghoa.
Oleh karena aktivitas perdagangan yang semakin ramai ditambah ancaman
yang sering datang dari para perompak maka atas prakarsa momole Guna
pemimpin Tobona diadakan musyawarah untuk membentuk suatu organisasi
yang lebih kuat dan mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai raja.
Tahun 1257 momole Ciko pemimpin Sampalu terpilih dan diangkat sebagai
Kolano (raja) pertama dengan gelar Baab Mashur Malamo (1257-1272).
Kerajaan Gapi disebut juga “Gam Lamo” atau kampung besar (belakangan
orang menyebut Gam Lamo dengan Gamalama). Semakin besar dan
populernya Kota Ternate, sehingga kemudian orang lebih suka mengatakan
kerajaan Ternate daripada kerajaan Gapi.
Masa perkembangan
Kerajaan Ternate cepat berkembang berkat hasil
rempah-rempah terutama cengkih. Ternate dan Tidore
hidup berdampingan secara damai. Namun, kedamaian
itu tidak berlangsung selamanya. Setelah Portugis dan
Spanyol datang ke Maluku, kedua kerajaan berhasil
diadu domba. Akibatnya, antara kedua kerajaan tersebut
terjadi persaingan. Portugis yang masuk ke Maluku
pada tahun 1512 menjadikan Ternate sebagai
sekutunya dengan membangun benteng Sao Paulo.
Spanyol yang masuk Maluku pada tahun 1521
menjadikan Tidore sebagai sekutunya.
Kehidupan Ekonomi,
Sosial, dan Kebudayaan
Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang
pesat sehingga pada abad ke-15 telah menjadi kerajaan
penting di Maluku. Para pedagang asing datang ke Ternate
menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras untuk ditukarkan
dengan rempah-rempah. Ramainya perdagangan memberikan
keuntungan besar bagi perkembangan Kerajaan Ternate
sehingga dapat membangun laut yang cukup kuat.Sebagai
kerajaan yang bercorak islam , masyarakat Ternate dalam
kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan hukum
Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Hairun dari Ternate
dengan De Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian
dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an. Hasil
kebudayaan yang menonjol dari kerajaan Ternate adalah
keahlian masyarakatnya membuat kapal, seperti kapal kora-
kora.
Keadaan Sosial Kerajaan Ternate

1.Misi Gospel dari Franciscus


Xaverius.

2.Penggantian agama Kristen


Katolik menjadi Kristen
Protestan oleh Belanda.
Penyebab keruntuhan kerajaan ternate
Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu
domba dengan Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa
asing ( Portugis dan Spanyol ) yang bertujuan untuk
memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut.
Setelah Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa
mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol,
mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis
dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun
kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang
dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-
rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan
strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam
bentuk organisasi yang kuat.
Nama Raja Ternate
1) Sultan 2) Sultan Zainal 3) Sultan
Marhum atau Abidin Sirullah
Gapi Baguna (1485 – 1500 (1500 – 1550
(1465 -1485 M) M) M)

5) Sultan 4) Sultan
Baabullah Khairun
(1570 – 1583 (1550 – 1570
M) M)
KERAJAAN TIDORE

Terletak di sebelah selatan


Ternate. berpusat di daerah
Makayan, Jahilolo atau
Halmahera.
Tidore merupakan salah satu pulau yang terdapat di
gugusan kepulauan Maluku. Sebelum Islam datang ke
bumi nusantara, Tidore dikenal dengan nama Kie Duko
(pulau yang bergunung api). Penamaan ini sesuai
dengan kondisi topografi Tidore yang memiliki gunung
api bahkan tertinggi di gugusan kepulauan Maluku yang
mereka namakan gunung Marijang.
Nama Tidore berasal dari gabungan dua rangkaian kata
bahasa Tidore dan Arab dialek Irak : bahasa Tidore, To
ado re, artinya, ‘aku telah sampai’ dan bahasa Arab
dialek Irak anta thadore yang berarti ‘kamu datang’.
Masa perkembangan kerajaan
Tidore
Pada masa kejayaannya (sekitar abad ke-16 sampai abad
ke-18), kerajaan ini menguasai sebagian besar Halmahera
selatan, Pulau Buru, Ambon, dan banyak pulau-pulau di
pesisir Papua barat. Pada tahun 1521, Sultan Mansur dari
Tidore menerima Spanyol sebagai sekutu untuk
mengimbangi kekuatan Kesultanan Ternate saingannya
yang bersekutu dengan Portugis . Setelah mundurnya
Spanyol dari wilayah tersebut pada tahun 1663 karena
protes dari pihak Portugis sebagai pelanggaran terhadap
Perjanjian Tordesillas 1494, Tidore menjadi salah kerajaan
paling independen di wilayah Maluku. Terutama di bawah
kepemimpinan Sultan Saifuddin (memerintah 1657-1689),
Tidore berhasil menolak pengusaan VOC terhadap
wilayahnya dan tetap menjadi daerah merdeka hingga akhir
abad ke-18.
Diadu domba dengan Kerajaan Ternate yang dilakukan
oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang bertujuan
untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah
tersebut.
Raja Tidore

Syahadati

Raja Jarlolo

Sultan Nuku (1789 – 1805 M)


Raja Tidore pertama adalah

1. Muhammad Naqal yang naik tahta pada tahun


1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama
Islam masuk di kerajaan Tidore yang dibawa
oleh Cirali Lijtu (Ciriliyah), Raja Tidore yang
kesembilan. yang kemudian berganti nama
menjadi Sultan Jamaluddin. Ciriliyah atau Sultan
Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat
dakwah Syekh Mansur dari Arab
2. Sultan Nuku (1780-1805 M). Kerajaan Tidore
mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahannya.Selain memiliki kecerdasan dan
karisma yang kuat, Sultan Nuku terkenal akan
keberanian dan kekuatan batinnya. Ia berhasil
mentransformasi masa lalu Maluku yang kelam ke
dalam era baru yang mampu memberikan
kepadanya kemungkinan menyeluruh untuk
bangkit dan melepaskan diri dari segala bentuk
keterikatan, ketidak bebasan dan penindasan.
Pada masa pemerintahan Sultan Nuku, wilayah
Kerajaan Tidore mencakup kawasan yang
cukup luas, yakni meliputi sebagian Halmahera,
pantai barat Irian Jaya, sebagian kepulauan
seram hingga mencapai Tanah Papua. Sultan
Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore
untuk bersama-sama melawan Belanda yang
dibantu Inggris. Kemunduran Kerajaan Tidore
disebabkan karena diadu domba dengan
Kerajaan Ternate yang dilakukan oleh bangsa
asing ( Spanyol dan Portugis ) yang bertujuan
untuk memonopoli daerah penghasil rempah-
rempah tersebut
Struktur Pemerintahan
Sistem pemerintahan di Tidore cukup mapan dan berjalan dengan
baik. Struktur tertinggi kekuasaan berada di tangan sultan.
Menariknya, Tidore tidak mengenal sistem putra mahkota
sebagaimana kerajaan-kerajaan lainnya di kawasan Nusantara.
Seleksi sultan dilakukan melalui mekanisme seleksi calon-calon
yang diajukan dari Dano-dano Folaraha (wakil-wakil marga dari
Folaraha), yang terdiri dari Fola Yade, Fola Ake Sahu, Fola Rum dan
Fola Bagus. Dari nama-nama ini, kemudian dipilih satu di antaranya
untuk menjadi sultan. Ketika Tidore mencapai masa kejayaan di era
Sultan Nuku, sistem pemerintahan di Tidore telah berjalan dengan
baik. Saat itu, sultan (kolano) dibantu oleh suatu Dewan Wazir, dalam
bahasa Tidore disebut Syara, adat se nakudi. Dewan ini dipimpin oleh
sultan dan pelaksana tugasnya diserahkan kepada Joujau (perdana
menteri). Anggota Dewan wazir terdiri dari Bobato pehak raha (empat
pihak bobato; semcam departemen) dan wakil dari wilayah kekuasan.
Bobato ini bertugas untuk mengatur dan melaksanakan keputusan
Dewan Wazir.
Keadaan Sosial Budaya
Masyarakat di Kesultanan Tidore merupakan penganut
agama Islam yang taat, dan Tidore sendiri telah menjadi
pusat pengembangan agama Islam di kawasan kepulauan
timur Indonesia sejak dulu kala. Karena kuatnya
pengaruh agama Islam dalam kehidupan mereka, maka
para ulama memiliki status dan peran yang penting di
masyarakat. Kuatnya relasi antara masyarakat Tidore
dengan Islam tersimbol dalam ungkapan adat mereka:
Adat ge mauri Syara, Syara mauri Kitabullah (Adat
bersendi Syara, Syara bersendi Kitabullah). Perpaduan ini
berlangsung harmonis hingga saat ini
Keadaan Sosial dan Mata Pencaharian
Keadaan Politik
• Adanya persekutuan Uli Lima
(persekutuan lima bersaudara) yang
dipimpin oleh Kerajaan Ternate dan
persekutuan Uli Siwa (persekutuan
sembilan bersaudara) yang dipimpin oleh
Kerajaan Tidore.
• Perselisihan antara Spanyol dan Portugis.

Anda mungkin juga menyukai