Anda di halaman 1dari 16

Tugas Kelompok Agenda II

A.61_K.3(k.2)
Anggota :
- Rian Hawari
- Darmaji Muchammad Ngisom
- Muhammad Rommy Novandri
- Komang Charles Abi Krimantara

Berorientasi Pelayanan
Nilai Dasar ASN, Berorientasi Pelayanan bertujuan agar setiap ASN memiliki perilaku yang
memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat; ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
dan melakukan perbaikan tiada henti dengan berpegang terhadap 4 hal fundamental dalam
melaksanakan pelayanan publik ; melaksanakan amanat konstitusi, diselenggarakan atas pajak yang
telah dibayar, bertujuan untuk mamajukan bangsa, pelindung bagi warga negara.

Adapun keuntungan yang didapatkan penyelenggara apabila memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat adalah

a. Kepuasan pelanggan merupakan sarana untuk menghadapi kompetisi di masa yang akan
datang
b. Kepuasan pelanggan merupakan promosi terbaik
c. Kepuasan pelanggan merupakan asset terpenting
d. Kepuasan pelanggan menjamin pertumbuhan dan perkembangan organisasi
e. Pelanggan makin kritis dalam memilih produk dan jasa
f. Pelanggan puas akan kembali (customer retention)
g. Pelanggan yang puas mudah memberikan referensi

Dalam memaksimalkan pelayanan publik, sebagai ASN harus memahami prinsip dalam pelayanan
publik seperti;

- Partisipatif, libatkan masyarakat dalam segala kegiatan yang dilakukan.

- Transparan , memberikan akses bagi warga negara untuk mengetahui segala hal terkait dengan
pelayanan publik.

- Responsif, selalu mendengar dan memenuhi kebutuhan yang diperlukan warga negara.

- Tidak Diskriminatif, tidak ada perbedaan pelayanan yang diterima oleh warga negara.
- Mudah -Murah, tidak membebankan dalam memberikan pelayanan kepada warga negara.

- Efektif – Efisien, Penyelenggaraan pelayanan publik harus mampu mewujudkan tujuan -tujuan
yang hendak dicapainya dan dilakukan dengan prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang
sedikit, dan biaya yang murah.

- Aksesibel, Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat dijangkau oleh
warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik dan non fisik.

- Akuntabel , Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan menggunakan fasilitas dan


sumber daya manusia yang dibiayai oleh warga negara melalui pajak yang mereka bayar.

- Berkeadilan, Salah satu tujuan yang penting adalah melindungi warga negara dari praktik buruk
yang dilakukan oleh warga negara yang lain.

Upaya dalam meningkatkan pelayanan yang lebih baik kepada publik, sesuai dengan UU nomor 25
tahun 2009 tentang Pelayanan publik :

a. Menerapkan Standar Pelayanan & Maklumat Pelayanan


b. Melaksanakan Survei Kepuasan Masyarakat, minimal 1 tahun sekali
c. Pengelolaan pengaduan masyarakat
d. Menyediakan sarana dan prasarana pelayanan
e. Pengembangan Inovasi
f. Replikasi Best Practice
g. Perbaikan Berkelanjutan

Dalam pengimplementasian nilai-nilai Berorientasi Pelayanan dalam pekerjaan sehari-hari sebagai


berikut.

1. Sebagai petugas mekanik bandara berkewajiban untuk melayani warga negara dengan cara
menyiapkan peralatan mekanikal seperti Air conditioning di area ruang tunggu terminal
untuk kenyamanan penumpang yang akan berangkat/datang.
2. Merawat kendaraan PKP-PK agar kendaraan dalam keadaan siap dipakai demi keamanan
dan kenyamanan pelayanan di bandara.
3. Merawat peralatan mekanikal seperti conveyor dalam memberikan pelayanan berupa
kemudahan dalam mengirimkan barang bawaan penumpang yang berasal dari pesawat.
Akuntabel
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya
sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik. Adapun
aspek-aspek yang meliputi akuntabilitas dalam suatu pekerjaan, sebagai berikut :

a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship) Hubungan yang


dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan
masyarakat.
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented) Hasil yang
diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab,
adil dan inovatif.
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting) Laporan
kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.
d. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting) Laporan
kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.
e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance) Tujuan utama dari
akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja ASN dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.

Menurut Bovens, ada hal-hal yang penting agar terwujud nya Akuntabilitas dalam publik :

a. untuk menyediakan kontrol demokratis,


b. untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan,
c. untuk meningkatkan efisien dan efektivitas

Tingkatan akuntabilitas

1. Akuntabilitas Personal
2. Akuntabilitas Individu
3. Akuntabilitas Kelompok
4. Akuntabilitas Organisasi
5. Akuntabilitas Stakeholder

Kolaborasi dalam hal akuntabilitas dengan hal lain, seperti; Akuntabilitas dan Integritas adalah dua
konsep yang diakui oleh banyak pihak menjadi landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah
negara (Matsiliza dan Zonke, 2017). Kedua prinsip tersebut harus dipegang teguh oleh semua unsur
pemerintahan dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Aulich (2011) bahkan mengatakan
bahwa sebuah sistem yang memiliki integritas yang baik akan mendorong terciptanya Akuntabilitas,
Integritas itu sendiri, dan Transparansi.

Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme
akuntabilitas harus mengandung dimensi:

• Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity and legality).


• Akuntabilitas proses (process accountability).
• Akuntabilitas program (program accountability).
• Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)

Menciptakan Lingkungan Akuntabel :

1. Kepemimpinan Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana pimpinan
memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya. Pimpinan
mempromosikan lingkungan yang akuntabel dapat dilakukan dengan memberikan contoh
pada orang lain (lead by example), adanya komitmen yang tinggi dalam melakukan
pekerjaan sehingga memberikan efek positif bagi pihak lain untuk berkomitmen pula,
terhindarnya dari aspek- aspek yang dapat menggagalkan kinerja yang baik yaitu hambatan
politis maupun keterbatasan sumber daya, sehingga dengan adanya saran dan penilaian
yang adil dan bijaksana dapat dijadikan sebagai solusi.
2. Transparansi Tujuan dari adanya transparansi adalah: a) Mendorong komunikasi yang lebih
besar dan kerjasama antara kelompok internal dan eksternal b) Memberikan perlindungan
terhadap pengaruh yang tidak seharusnya dan korupsi dalam pengambilan keputusan c)
Meningkatkan akuntabilitas dalam keputusan-keputusan d) Meningkatkan kepercayaan dan
keyakinan kepada pimpinan secara keseluruhan.
3. Integritas. Dengan adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk menjunjung tinggi
dan mematuhi semua hukum yang berlaku, undang-undang, kontrak, kebijakan, dan
peraturan yang berlaku. Dengan adanya integritas institusi, dapat memberikan kepercayaan
dan keyakinan kepada publik dan/atau stakeholders.
4. Responsibilitas institusi dan responsibilitas perseorangan memberikan kewajiban bagi setiap
individu dan lembaga, bahwa ada suatu konsekuensi dari setiap tindakan yang telah
dilakukan, karena adanya tuntutan untuk bertanggungjawab atas keputusan yang telah
dibuat.
5. Keadilan adalah landasan utama dari akuntabilitas. Keadilan harus dipelihara dan
dipromosikan oleh pimpinan pada lingkungan organisasinya. Oleh sebab itu, ketidakadilan
harus dihindari karena dapat menghancurkan kepercayaan dan kredibilitas organisasi yang
mengakibatkan kinerja akan menjadi tidak optimal.
6. Kepercayaan Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini yang
akan melahirkan akuntabilitas. Dengan kata lain, lingkungan akuntabilitas tidak akan lahir
dari hal- hal yang tidak dapat dipercaya.
7. Keseimbangan Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka diperlukan
adanya keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
Setiap individu yang ada di lingkungan kerja harus dapat menggunakan kewenangannya
untuk meningkatkan kinerja. Adanya peningkatan kerja juga memerlukan adanya perubahan
kewenangan sesuai kebutuhan yang dibutuhkan. Selain itu, adanya harapan dalam
mewujudkan kinerja yang baik juga harus disertai dengan keseimbangan kapasitas sumber
daya dan keahlian (skill) yang dimiliki.
8. Kejelasan juga merupakan salah satu elemen untuk menciptakan dan mempertahankan
akuntabilitas. Agar individu atau kelompok dalam melaksanakan wewenang dan
tanggungjawabnya, mereka harus memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi
tujuan dan hasil yang diharapkan. Dengan demikian, fokus utama untuk kejelasan adalah
mengetahui kewenangan, peran dan tanggungjawab, misi organisasi, kinerja yang
diharapkan organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik individu maupun organisasi.
9. Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan yang tidak konsisten dari sebuah kebijakan,
prosedur, sumber daya akan memiliki konsekuensi terhadap tercapainya lingkungan kerja
yang tidak akuntabel, akibat melemahnya komitmen dan kredibilitas anggota organisasi.

Membangun Pola Pikir Antikorupsi :

1. ASN harus dapat memastikan kepentingan pribadi atau keuangan tidak bertentangan
dengan kemampuan mereka untuk melakukan tugas- tugas resmi mereka dengan tidak
memihak;
2. Situasi yang dapat menimbulkan konflik kepentingan, meliputi:
• Hubungan dengan orang-orang yang berurusan dengan lembaga-lembaga yang
melampaui tingkat hubungan kerja profesional;
• Menggunakan keuangan organisasi dengan bunga secara pribadi atau yang
berurusan dengan kerabat seperti:
• Memiliki saham atau kepentingan lain yang dimiliki oleh ASN di suatu perusahaan
atau bisnis secara langsung, atau sebagai anggota dari perusahaan lain atau
kemitraan, atau melalui kepercayaan;
• memiliki pekerjaan diluar, termasuk peran sukarela, janji atau direktur, apakah
dibayar atau tidak; dan
• menerima hadiah atau manfaat.

Perilaku Individu (Personal Behaviour)

• ASN bertindak sesuai dengan persyaratan legislatif, kebijakan lembaga dan kode etik yang
berlaku untuk perilaku mereka;
• ASN tidak mengganggu, menindas, atau diskriminasi terhadap rekan atau anggota
masyarakat;
• Kebiasaan kerja ASN, perilaku dan tempat kerja pribadi dan profesional hubungan
berkontribusi harmonis, lingkungan kerja yang aman dan produktif;
• ASN memperlakukan anggota masyarakat dan kolega dengan hormat, penuh kesopanan,
kejujuran dan keadilan, dan memperhatikan tepat untuk kepentingan mereka, hak-hak,
keamanan dan kesejahteraan; PNS membuat keputusan adil, tidak memihak dan segera,
memberikan pertimbangan untuk semua informasi yang tersedia, undang-undang dan
kebijakan dan prosedur institusi tersebut;
• ASN melayani Pemerintah setiap hari dengan tepat waktu, memberikan masukan informasi
dan kebijakan.
Pada Pasal 3 UU Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik, tercantum beberapa
tujuan, sebagai berikut:

1. Menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik,
program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan
pengambilan suatu keputusan publik;
2. Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik;
3. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan
Badan Publik yang baik;
4. Mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan efisien,
akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan;
5. Mengetahui alasan kebijakan publik yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak;
6. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa; dan/atau
7. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik untuk
menghasilkan layanan informasi.

Perilaku Berkaitan dengan Transparansi dan Akses Informasi (Transparency and Official Information
Access)

1. ASN tidak akan mengungkapkan informasi resmi atau dokumen yang diperoleh selain seperti
yang dipersyaratkan oleh hukum atau otorisas yang diberikan oleh institusi;
2. ASN tidak akan menyalahgunakan informasi resmi untuk keuntungan pribadi atau komersial
untuk diri mereka sendiri atau yang lain. Penyalahgunaan informasi resmi termasuk
spekulasi saham berdasarkan informasi rahasia dan mengungkapkan isi dari surat-surat
resmi untuk orang yang tidak berwenang;
3. ASN akan mematuhi persyaratan legislatif, kebijakan setiap instansi dan semua arahan yang
sah lainnya mengenai komunikasi dengan menteri, staf menteri, anggota media dan
masyarakat pada umumnya.

Perilaku berkaitan dengan menghindari perilaku yang curang dan koruptif (Fraudulent and Corrupt
Behaviour):

• ASN tidak akan terlibat dalam penipuan atau korupsi;


• ASN dilarang untuk melakukan penipuan yang menyebabkan kerugian keuangan aktual atau
potensial untuk setiap orang atau institusinya;
• ASN dilarang berbuat curang dalam menggunakan posisi dan kewenangan mereka untuk
keuntungan pribadinya;
• ASN akan melaporkan setiap perilaku curang atau korup;
• ASN akan melaporkan setiap pelanggaran kode etik badan mereka;
• ASN akan memahami dan menerapkan kerangka akuntabilitas yang berlaku di sektor publik.\

Perilaku berkaitan dengan menghindari perilaku yang curang dan koruptif (Fraudulent and Corrupt
Behaviour):

• ASN tidak akan terlibat dalam penipuan atau korupsi;


• ASN dilarang untuk melakukan penipuan yang menyebabkan kerugian keuangan aktual atau
potensial untuk setiap orang atau institusinya;
• ASN dilarang berbuat curang dalam menggunakan posisi dan kewenangan mereka untuk
keuntungan pribadinya;
• ASN akan melaporkan setiap perilaku curang atau korup;
• ASN akan melaporkan setiap pelanggaran kode etik badan mereka;
• ASN akan memahami dan menerapkan kerangka akuntabilitas yang berlaku di sektor publik.

Implementasi nilai Akuntabilitas dalam pekerjaan :

1. Memakai segala sesuatu yang sudah di amanahkan sesuai dengan tanggung jawab nya
2. Memiliki sikap untuk tidak korupsi, seperti korupsi waktu dan asset.
3. Melaksanakan tugas tanggung jawab secara bijak dan tidak semena-mena

KOMPETEN
Situasi dunia saat ini dengan cirinya yang disebut dengan “Vuca World”, yaitu dunia yang
penuh gejolak (volatility) disertai penuh ketidakpastian (uncertainty). Demikian halnya situasinya
saling berkaitan dan saling mempengaruhi (complexity) serta ambiguitas (ambiguity) (Millar, Groth,
& Mahon, 2018). Faktor VUCA menuntut ecosystem organisasi terintegrasi dengan berbasis pada
kombinasi kemampuan teknikal dan generik, dimana setiap ASN dapat beradaptasi dengan dinamika
perubahan lingkungan dan tuntutan masa depan pekerjaan. Dalam hal ini, berdasarkan bagian isu
pembahasan pertemuan Asean Civil Service Cooperation on Civil Service Matters (ACCSM) tahun
2018 di Singapura, diingatkan tentang adanya kecenderungan pekerjaan merubah dari padat pekerja
(labor intensive) kepada padat pengetahuan (knowledge intensive).

Dalam menentukan kebutuhan pengambangan kompetensi dan karakter ASN penting


diselaraskan sesuai visi, misi, dan misi, termasuk nilai-nilai birokrasi pemerintah. Dalam kaitan visi,
sesuai Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2020 tentang RPJM Nasional 2020-2024, telah ditetapkan
bahwa visi pembangunan nasional untuk tahun 2020-2024 di bawah kepemimpinan Presiden Joko
Widodo dan Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin adalah: Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong. Upaya untuk mewujudkan visi tersebut
dilakukan melalui 9 (sembilan) Misi Pembangunan yang dikenal sebagai Nawacita Kedua, yaitu:
1. peningkatan kualitas manusia Indonesia;
2. struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing;
3. pembangunan yang merata dan berkeadilan;
4. mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan;
5. kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa;
6. penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan
terpercaya;
7. perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman
pada setiap warga;
8. pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya;
dan
9. sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan.

CONTOH IMPLEMENTASI NILAI DASAR KOMPETEN DIBIDANG TRANSPORTASI

1. MENINGKATKAN ILMU PENGETAHUAN


untuk meningkatkan kompetensi ASN bisa dilakukan beberapa cara seperti mengikuti diklat dan
kuliah yang relevan dengan bidang transportasi

2. MAMPU MENGIKUTI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI


Dalam rangka mempermudah pelayan , ASN harus bisa mengikuti perkembangan teknologi
seperti menguasai cara pengoperasian aplikasi ataupun website

HARMONIS
alam mewujudkan suasana harmoni maka ASN harus memiliki pengetahuan tentang historisitas ke-
Indonesia-an sejak awal Indonesia berdiri, sejarah proses perjuangan dalam mewujudkan persatuan
bangsa termasuk pula berbagai macam gerakan gerakan separatism dan berbagai potensi yang
menimbulkan perpecahaan dan menjadi ancaman bagi persatuan bangsa. Secara umum, menurut
Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11 tentang ASN, tugas pegawai ASN adalah sebagai berikut.

a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan

b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.

Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beberapa peran ASN
dalam kehidupan berbangsa dan menciptakan budaya harmoni dalam pelaksanaan tugas dan
kewajibannya adalah sebagai berikut:

• Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral dan adil. Netral dalam artian
tidak memihak kepada salah satu kelompok atau golongan yang ada. Adil, berarti PNS dalam
melaksanakna tugasnya tidak boleh berlaku diskriminatif dan harus obyektif, jujur,
transparan. Dengan bersikap netral dan adil dalam melaksanakan tugasanya, PNS akan
mampu menciptakan kondisi yang aman, damai, dan tentram dilingkungan kerjanya dan di
masyarakatnya. Sikap netral dan adil juga harus diperlihatkan oleh PNS dalam event politik
lima tahunan yaitu pemilu dan pilkada. Dalam pemilu, seorang PNS yang aktif dalam partai
politik, atau mencalonkan diri sebagai anggota legislative (DPR, DPRD dan DPD), atau
mencalonkan diri sebagai kepala daerah, maka dia harus mundur atau berhenti sementara
dari statusnya sebagai PNS.
Tuntutan mundur diperlukan agar yang bersangkutan tidak menyalahgunakan wewenang
yang dimilikinya untuk kepentingan dirinya dan partai politiknya. Kalau PNS sudah terlibat
dalam kepentingan dan tarikan politik praktis, maka dia sudah tidak bisa netral dan obyektif
dalam melaksanakn tugas tugasnya. Situasi ini akan menimbulkan ketidakpercayaan
masyarakat terhadap PNS dan kelembagaan/institusi yang dipimpinnya.

• PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok kelompok minoritas, dengan tidak
membuat kebijakan, peraturan yang mendiskriminasi keberadaan kelompok tersebut.
Termasuk didalamnya ketika melakukan rekrutmen pegawai, penyusunan program tidak
berdasarkan kepada kepentingan golongannya.
• PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan untuk menunjang sikap netral dan adil
karena tidak berpihak dalam memberikan layanan.
• Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus memiliki suka menolong baik
kepada pengguna layanan, juga membantu kolega PNS lainnya yang membutuhkan
pertolongan.
• PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya. PNS juga harus menjadi tokoh
dan panutan masyarakat. Dia senantiasa menjadi bagian dari problem solver (pemberi
solusi) bukan bagian dari sumber masalah (trouble maker). Oleh sebab itu , setiap ucapan
dan tindakannya senantiasa menjadi ikutan dan teladan warganya. Dia tidak boleh
melakukan tindakan, ucapan, perilaku yang bertentangan dengan norma norma sosial dan
susila, bertentangan dengan agama dan nilai local yang berkembang di masyarakat.

CONTOH IMPLEMENTASI
1. MENJAGA HUBUNGAN BAIK DENGAN PENGGUNA JASA
Agar terciptanya kenyamanan bagi pengguna jasa , ASN harus bisa menjaga hubungan baik
seperti selalu berkomunikasi dengan bahasa yang sopan

2. MENJAGA HUBUNGAN BAIK DENGAN REKAN KERJA


Memberikan bantuan kepada rekan kerja sehingga terjalin keharmonisan antar lingkungan
kerja

LOYAL

1. Konsep Loyal
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi
pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government),
pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer
Branding (Bangga Melayani Bangsa). Nilai “Loyal” dianggap penting dan dimasukkan menjadi
salah satu core values yang harus dimiliki dan diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN
dikarenakan oleh faktor penyebab internal dan eksternal.
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang
artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai
sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat
digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
1. Taat pada Peraturan.
2. Bekerja dengan Integritas
3. Tanggung Jawab pada Organisasi
4. Kemauan untuk Bekerja Sama.
5. Rasa Memiliki yang Tinggi
6. Hubungan Antar Pribadi
7. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
8. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
9. Menjadi teladan bagi Pegawai lain
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai
bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara,
dengan panduan perilaku:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan
perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi,
nasionalisme dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”.
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai
terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:
1. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
2. Meningkatkan Kesejahteraan
3. Memenuhi Kebutuhan Rohani
4. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
5. Melakukan Evaluasi secara Berkala.
Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan
martabat pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada
kepentingan sendiri, seseorang atau golongan sebagai wujud loyalitasnya terhadap bangsa
dan negara. Agar para ASN mampu menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas
kepentingan lainnya dibutuhkan langkah-langkah konkrit, diantaranya melalui pemantapan
Wawasan Kebangsaan. Selain memantapkan Wawasan Kebangsaan, sikap loyal seorang ASN
dapat dibangun dengan cara terus meningkatkan nasionalismenya kepada bangsa dan negara.

2. Panduan Perilaku Loyal


Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang ASN, ASN sebagai profesi berlandaskan
pada prinsip Nilai Dasar (pasal 4) serta Kode Etik dan Kode Perilaku (Pasal 5, Ayat 2) dengan
serangkaian Kewajibannya (Pasal 23). Untuk melaksanakan dan mengoperasionalkan
ketentuan-ketentuan tersebut maka dirumuskanlah Core Value ASN BerAKHLAK yang
didalamnya terdapat nilai Loyal dengan 3 (tiga) panduan perilaku (kode etik)- nya. Sifat dan
sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya dapat diwujudkan
dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan sehari-harinya,
yaitu:
1. Cinta Tanah Air
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara
3. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
5. Kemampuan Awal Bela Negara

3. Loyal Dalam Konteks Organisasi Pemerintahan


Sikap loyal seorang PNS dapat tercermin dari komitmennya dalam melaksanakan
sumpah/janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi PNS sebagaimana ketentuan
perundang-undangangan yang berlaku.
Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari
larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil. Hanya PNS-PNS yang memiliki loyalitas yang tinggilah yang dapat menegakkan kentuan-
ketentuan kedisiplinan ini dengan baik.
Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, seorang ASN memiliki tiga fungsi yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik serta perekat dan pemersatu bangsa. Kemampuan ASN dalam melaksanakan ketiga
fungsi tersebut merupakan perwujudan dari implementai nilai-nilai loyal dalam konteks
individu maupun sebagai bagian dari Organisasi Pemerintah.
Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan nilainilai Pancasila
menunjukkan kemampuan ASN tersebut dalam wujudkan nilai loyal dalam kehidupannya
sebagai ASN yang merupakan bagian/komponen dari organisasi pemerintah maupun sebagai
bagian dari anggota masyarakat.

Contoh Implementasi Secara Umum Nilai Loyal Pada Layanan Publik Sektor Transportasi :
1. MENDUKUNG SECARA POSITIF KEPUTUSAN PIMPINAN
Dukungan Karyawan atau pegawai merupakan kontribusi yang positif disetiap
keputusan, salah satunya adalah peraturan peraturan yang diterbitkan dalam Sektor
Transportasi demi perkembangan dan kemajuan dunia transportasi;
2. BEKERJA DENGAN IKHLAS
Bekerja melebihi batas jam kerja dikarenakan adanya kegiatan yang membutuhkan
SDM Lebih Banyak saat angkutan lebaran atau hari besar, demi kenyamanan dan
kelancaran pengguna jasa transportasi.

Adaptif
1. Mengapa Adaptif
Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu maupun
organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Terdapat alasan mengapa nilai-
nilai adaptif perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-tugas jabatan di sektor publik,
seperti di antaranya perubahan lingkungan strategis, kompetisi yang terjadi antar instansi
pemerintahan, perubahan iklim, perkembangan teknologi dan lain sebagainya.
A. Perubahan Lingkungan Strategis
Lingkungan strategis di tingkat global, regional maupun nasional yang kompleks dan terus
berubah adalah tantangan tidak mudah bagi praktek-praktek administrasi publik, proses-
proses kebijakan publik dan penyelenggaraan pemerintahan ke depan..
B. Kompetisi di Sektor Publik
Perubahan dalam konteks pembangunan ekonomi antar negara mendorong adanya
pergeseran peta kekuatan ekonomi, Sampai dengan tahun 2000-an, Amerika, Dengan
situasi kompetisi, maka pelaku usaha dipaksa untuk menghasilkan kinerja dan
produktivitas terbaik, Sebaliknya pelaku usaha yang tidak mampu bersaing akan
mengalami kebangkrutan atau mati pada akhirnya.
C. Komitmen Mutu
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah melalui kerja ASN di sektornya
masing-masing memerlukan banyak perbaikan dan penyesuaian dengan berbagai
tuntutan pelayanan terbaik yang diinginkan oleh masyarakat.
D. Perkembangan Teknologi
Variabel yang tidak kalah pentingnya yaitu perkembangan teknologi seperti artificial
intelligence (AI), Internet of Things (IoT), Big Data, otomasi dan yang lainnya, , Adaptasi
tidak berhenti di kemampuan menggunakan, tetapi juga antisipasi dari konsekuensi yang
mungkin timbul dari pelaksanaan cara-cara baru dalam bekerja dengan teknologi.
E. Tantangan Praktek Administrasi Publik
pelayanan publik dapat tetap berjalan di tengah-tengah perubahan ini, maka kemampuan
adaptasi menjadi penting dan menentukan Praktek administrasi publik yang terus
berubah dan bercirikan adanya distribusi peran negara dan masyarakat juga telah dikenal
dalam banyak literatur. tantangan bagi administrasi publik menurut Gerton dan Mitchell
(2019) dirumuskan sebagai berikut:
1. Melindungi dan Memajukan Demokrasi;
2. Memperkuat Pembangunan Sosial dan Ekonomi;
3. Memastikan Kelestarian Lingkungan;
4. Mengelola Perubahan Teknologi.

Rumusan tantangan perubahan lingkungan juga diperkenalkan dengan rumusan


karakteristik VUCA, yaitu Volatility, Uncertaninty, Complexity dan Ambiguity. dengan
perubahan lingkungan yang berkarakteristik VUCA, yaitu:

1. Volatility ( Dunia berubah dengan sangat cepat, bergejolak, relative tidak stabil, dan
tak terduga);
2. Uncertainty ( Masa depan penuh dengan ketidakpastian;
3. Complexity (Dunia modern lebih kompleks dari sebelumnya);
4. Ambiguity ( Lingkungan bisnis semakin membingungkan, tidak jelas, dan sulit
dipahami );
Pandemi Covid 19 yang menghantam negara-negara di dunia pada awal tahun 2020 juga
turut meningkatkan intensitas tekanan VUCA khususnya terhadap praktek
penyelenggaraan administrasi publik. . Sehingga dengan demikian memanfaatkan
teknologi menjadi salah satu pilihan terbaik untuk memastikan semua pelayanan tetap
berjalan. Salah satu cara pandang fundamental dalam memastikannya adalah dengan
pemahaman konsep governance (kepemerintahan) yang baik.

F. Diskusi
1. Mendiskusikan perubahan lingkungan strategis yang berpengaruh terhadap
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik secara menyeluruh;
2. Mendengarkan pendapat dan pemahaman peserta mengenai pentingnya karakter
adaptif dalam merespon perubahan lingkungan strategis tersebut.
3. Membahas bagaimana perubahan lingkungan strategis terjadi dalam konteks
Indonesia, dan bagaimana ASN dapat beradaptasi dengan perubahan dimaksud

2. Konsep Adaptif
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan individu di
dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk
mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga memerlukan
adanya inovasi dan kreativitas yang ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun
organisasi. Di dalamnya dibedakan mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat
berpikir kritis versus berpikir kreatif. Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk
memastikan keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

3. Panduan Perilaku Adaptif


Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik
individu maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau
mewujudkan individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA (Volatility,
Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty
dengan understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan
agility. Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon
perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel.. Bila
budaya organisasi telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya
organisasi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja.

4. Adaptif Dalam Konteks Organisasi Pemerintah


Grindle menggabungkan dua konsep untuk mengukur bagaimana pengembangan kapasitas
pemerintah adaptif dengan indicator-indikator sebagai berikut:
(a) Pengembangan sumber daya manusia adaptif;
(b) Penguatan organisasi adaptif dan;
(c) Pembaharuan institusional adaptif.
Terkait membangun organisasi pemerintah yang adaptif, Neo & Chan telah berbagi
pengalaman bagaimana Pemerintah Singapura menghadapi perubahan yang terjadi di
berbagai sektornya, mereka menyebutnya dengan istilah dynamic governance. Menurut Neo
& Chen, terdapat tiga kemampuan kognitif proses pembelajaran fundamental untuk
pemerintahan dinamis yaitu berpikir ke depan (think ahead), berpikir lagi (think again) dan
berpikir lintas (think across). Pembangunan organisasi yang tangguh menyangkut lima dimensi
yang membuat organisasi kuat dan imajinatif: kecerdasan organisasi, sumber daya, desain,
adaptasi, dan budaya (atau sisu, kata Finlandia yang menunjukkan keuletan.

5. Studi Kasus Adaptif


a. Visi Indonesia 2045
Visi Indonesia Emas 2045 adalah sebuah gagasan dan harapan bahwa negara Indonesia
dapat menjadi negara yang berdaulat, maju, adil, dan makmur saat memperingati 100
tahun kemerdekaannya. Visi tersebut disusun dan disampaikan kepada publik pada tnggal
9 Mei 2019 oleh Presiden Joko Widodo, Berdasarkan pengamatan dan kajian yang
dilakukan Bappenas, diperoleh prediksi tantangan yang akan dihadapi Indonesia seiring
tren masyarakat global pada 25 tahun yang akan datang adalah sebagai berikut:
1. Demografi Global Penduduk dunia diperkirakan akan mengalami pertambahan
populasi yang diperkirakan terbesar berasal dari wilayah Asia;
2. Urbanisasi Global Arus urbanisasi ini diperkirakan akan terus meningkat yang akan
mempengaruhi kualitas daya saing, pertumbuhan ekonomi dan kualitas hidup
masyarakat..
3. Perdagangan Internasional
Negara-negara di Asia diperkirakan akan menyumbang pertumbuhan ekonomi
sebanyak 54% dari total pertumbuhan ekonomi dunia. Perdagangan Internasional
diperkirakan akan terjadi peningkatan pertumbuhan sebanyak 3,4% dan terjadi
pergeseran di perdagangan di wilayah asia pasifik dengan fokus pada antar negara-
negara berkembang.
4. Perubahan Geo Ekonomi Global dan geopolitik
Peta ekonomi global telah bergeser dari kawasan yang secara tradisional dipandang
maju ke kawasan Asia yang dipimpin oleh ekonomi Cina. Hal ini ditandai dengan
tingkat pertumbuhan ekonomi negara-negara di wilayah Asia Pasifik menjadi salah
satu poros ekonomi global terbaru mengingat sumber daya dan pasar yang tinggi
berada di wilayah ini.
5. Perubahan Iklim
Perubahan iklim merupakan isu global, tidak mengenal batasbatas territorial,
sehingga setiap negara akan meraskan dampak yang timbul, baik langsung maupun
tidak langsung.
6. Perkembangan Teknologi
Pertumbuhan dan inovasi teknologi di bidang informasi dalam dua dekade ini
memberikan dampak yang luar biasa terhadap kegiatan ekonomi, dan terutama
perubahan cara kerja.

Contoh Implementasi Secara Umum Nilai Adaptif Pada Layanan Publik Sektor Transportasi
:
1. INOVASI TRANSPORTASI
Inovasi perbaikan mengikuti perkembangan teknologi serta efesiensi pada moda
transportasi berbasis aplikasi, Transportasi berbasis aplikasi ( online ), disektor
transportasi pada awal kemunculan ojek online dianggap sebagai sebuah ancaman bagi
keberadaan ojek konvensional, namun seiring waktu masyarakat lebih memilih
menggunakan ojek online karena memiliki banyak kelebihan, dalam hal ini Menteri
perhubungan pun mendorong sektor transportasi untuk beradaptasi dengan segala
perubahan disektor digital;
2. UPAYA ADAPTASI
Upaya adaptif bagi sektor transportasi, khususnya transportasi massal mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional, terutama dalam hal proses distribusi orang dan barang
diwilayah terpencil atau terisolasi diseluruh penjuru nusantara .

Kolaborasi
Berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa definisi kolaborasi dan collaborative
governance.
Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “ value
generated from an alliance between two or more firms aiming to become more competitive by
developing shared routines”.
Gray (1989) mengungkapkan bahwa :
Collaboration is a process though which parties with different expertise, who see different aspects of
a problem, can constructively explore differences and find novel solutions to problems that would have
been more difficult to solve without the other’s perspective (Gray, 1989).
Sedangkan Lindeke and Sieckert (2005) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah: Collaboration is a
complex process, which demands planned, intentional knowledge sharing that becomes the
responsibility of all parties (Lindeke and Sieckert, 2005).

Sedangkan definis Kolaborasi Pemerintahan (Collaborative Governance) menurut Ansen dan gash
(2012) adalah A governing arrangement where one or more public agencies directly engage non-
state stakeholders in a collective decision-making process that is formal, consensus-oriented, and
deliberative and that aims to make or implement public policy or manage public programs or assets.
Collaborative governance dalam artian sempit merupakan kelompok aktor dan fungsi. Ansell dan
Gash, menyatakan Collaborative governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk
pelayanan publik. Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian
aktivitas bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi tanggung
jawab dan sumber daya.
Ansel dan Gash membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu:
1) forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga;
2) peserta dalam forum termasuk aktor nonstate;
3) peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya '‘dikonsultasikan’ oleh
agensi publik;
4) forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif;
5) forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika konsensus tidak
tercapai dalam praktik), dan
6) fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.

Ratner (2012) mengungkapkan terdapat mengungkapkan tiga tahapan yang dapat dilakukan dalam
melakukan assessment terhadap tata kelola kolaborasi yaitu :
1) mengidentifikasi permasalahan dan peluang;
2) merencanakan aksi kolaborasi; dan
3) mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.

Pada collaborative governance pemilihan kepemimpinan harus tepat yang mampu membantu
mengarahkan kolaboratif dengan cara yang akan mempertahankan tata kelola stuktur horizontal
sambil mendorong pembangunan hubungan dan pembentukan ide.

Whole of Government (WoG); Kongkretisasi Kolaborasi Pemerintahan


WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas
guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.

Jadi dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Kolaboratif merupakan nilai dasar
yang harus dimiliki oleh CPNS. Sekat-sekat birokrasi yang mengkungkung birokrasi pemerintah saat
ini dapat dihilangkan. Calon ASN muda diharapkan nantinya menjadi agen perubahan yang dapat
mewujudkan harapan tersebut. Pendekatan WoG yang telah berhasil diterapkan di beberapa negara
lainnya diharapkan dapat juga terwujud di Indonesia. Semua ASN Kementerian/Lembaga
/Pemerintah Daerah kemudian akan bekerja dengan satu tujuan yaitu kemajuan bangsa dan negara
Indonesia.
Contoh Implementasi Kolaborasi yang terdapat pada pelayanan taransportasi :

- Kerjasama antara Kantor UPBU dengan pihak maskapi dalam menyelenggarakan transportasi
udara

Anda mungkin juga menyukai