Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 yang dimaksud Aparatur Sipil
Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian
kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Fungsi ASN yaitu melaksanakan kebijakan publik yang
dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan mempererat
persatuan dan kesatuan Bangsa.
Untuk menjadi seorang pelayan publik yang professional diperlukan pembekalan kepada PNS
dengan nilai-nilai dasar profesi ASN yang dikenal dengan istilah ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi). Adapun inti penjelasan terkait nilai-nilai ANEKA
adalah sebagai berikut:
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai. Akuntabilitas
merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggungjawab
yang menjadi amanahnya.
a) Aspek-aspek Akuntabilitas
Beberapa aspek-aspek akuntabilitas adalah sebagai berikut :
Accountability is a relationship (Akuntabilitas adalah sebuah hubungan), hubungan yang
dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan
masyarakat atau hubungan yang bertanggungjawab antara kedua belah pihak.
Accountability is results-oriented (Akuntabilitas berorientasi pada hasil). Hasil yang diharapkan
dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggungjawab, adil dan inovatif.
Accountability requiers reporting (Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan). Laporan kinerja
adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan memberikan laporan kinerja berarti mampu
menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi,
serta mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan.
Accountability is meaningless without consequences (Akuntabilitas memerlukan konsekuensi).
Akuntabilitas adalah kewajiban. Kewajiban menunjukkan tanggungjawab, dan tanggungjawab
menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi.
Accountability improves performance (Akuntabilitas memperbaiki kinerja). Tujuan utama dari
akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja PNS dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat
b) Pentingnya Akuntabilitas
Nilai-nilai akuntabilitas perlu diperkenalkan dan dipahami oleh para ASN untuk merubah pola
pikir PNS yang bekerja lambat, berdampak pada pemborosan sumber daya dan memberikan citra PNS
berkinerja buruk. Dalam kondisi tersebut, PNS perlu merubah citranya menjadi pelayan masyarakat
dengan mengenalkan nilai-nilai akuntabilitas untuk membentuk sikap, dan prilaku PNS dengan
mengedepankan kepentingan publik, imparsial, dan berintegritas.
c) Tingkatan Akuntabilitas
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu :
Akuntabilitas Personal (Personal Accountability), mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri
seseorang seperti kejujuran, integritas, moral dan etika.
Akuntabilitas Individu, mengacu pada hubungan antara individu dan lingkungan kerjanya, yaitu
antara PNS dengan instansinya sebagai pemberi kewenangan.
Akuntabilitas kelompok, pembagian kewenangan dan semangat kerjasama yang tinggi antar
berbagai kelompok yang ada dalam sebuah institusi memainkan peranan yang penting dalam
tercapainya kinerja organisasi yang diharapkan.
Akuntabilitas Organisasi, mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah dicapai, baik
pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap organisasi/institusi maupun kinerja organisasi
kepada stakeholders lainnya.
Akuntabilitas Stakeholder, Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum, pengguna
layanan, dan pembayar pajak yang memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap kinerjanya.
Jadi akuntabilitas stakeholder adalah tanggungjawab organisasi pemerintah untuk mewujudkan
pelayanan dan kinerja yang adil, responsif dan bermartabat.
d) Mekanisme Akuntabilitas
Contoh mekanisme akuntabilitas organisasi, antara lain sistem penilaian kinerja, sistem
akuntansi, sistem akreditasi, dan sistem pengawasan (CCTV, finger prints, ataupun software untuk
memonitor pegawai menggunakan komputer atau website yang dikunjungi). Untuk memenuhi
terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus
mengandung dimensi:
Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity and legality), terkait dengan
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang diterapkan.
Akuntabilitas proses (process accountability), terkait dengan: apakah prosedur yang digunakan
dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi,
sistem informasi manajemen, dan prosedur administrasi? Pengawasan dan pemeriksaan
akuntabilitas proses dilakukan untuk menghindari terjadinya kolusi, korupsi dan nepotisme.
Akuntabilitas program (program accountability), memberikan pertimbangan apakah tujuan yang
ditetapkan dapat tercapai, dan apakah ada alternatif program lain yang memberikan hasil
maksimal dengan biaya minimal.
Akuntabilitas kebijakan (policy accountability), terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah
atas kebijakan yang diambil terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas.
2. Nasionalisme
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya sendiri,
sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sedang dalam arti luas, nasionalisme
merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus
menghormati bangsa lain.
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap
bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
a) Nilai-nilai Nasionalisme Pancasila bagi ASN (Sila 1 dan Sila 2)
1) Pemahaman dan Implementasi Nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa bagi Aparatur Sipil Negara
(ASN) dalam Menjalankan Tugasnya
Nilai-nilai ketuhanan telah ada dalam masyarakat Indonesia sejak dahulu kala. Agama telah
memberi pengaruh penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia di bidang ekonomi, sosial,
maupun politik. Mengingat besarnya pengaruh keagamaan dalam pembentukan bangsa
Indonesia, nilai-nilai tentang ketuhanan mewarnai gagasan tentang kebangsaan. Agoes Salim,
tokoh Sarekat Islam, mengkritik gagasan nasionalisme gaya Eropa yang meminggirkan nilai-nilai
ketuhanan dengan mengagungkan keduniaan. Sementara Soekarno memandang nilai-nilai
ketuhanan merupakan pembeda antara nasionalisme gaya Eropa dengan nasionalisme
Indonesia. Demikianlah, nilai-nilai ketuhanan mewarnai kehidupan politik Indonesia.
Titik temu antara agama dan negara pada akhirnya memberi berkah bagi Indonesia menuju
negara modern dan demokratis. Modernisasi dan demokratisasi memerlukan prakondisi berupa
adanya kompromi antara otoritas sekuler (kebangsaan) dan otoritas agama.
Terkait keterlibatan institusi agama dalam ranah publik, ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi, yaitu :
Dengan memasuki ruang publik, suatu agama tidak hanya dituntut membela kebebasannya
sendiri melainkan juga kebebasan penganut agama lain.
Dengan memasuki ranah publik, agama-agama secara aktif mempersoalkan dunia sekuler,
namun tidak dengan keinginan menggantikan jalannya negara, akan tetapi dengan
menggugat realitas sekuler itu secara beretika.
Dalam memasuki ranah publik, agama membela pola dan tata nilai kehidupan tradisional
dari pengaruh kenegaraan yang kering nilai namun dengan cara kerja yang sesuai dengan
perkembangan zaman.
Dalam mengimplementasikan nilai-nilai ketuhanan, kita perlu mendudukkan Pancasila secara
proporsional. Dalam hal ini, Pancasila bukan agama yang bermaksud mengatur sistem keyakinan,
sistem peribadatan, sistem norma, dan identitas keagamaan masyarakat. Nilai-nilai ketuhanan
diimplementasikan dengan cara mengembangkan etika sosial di masyarakat.
Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai ketuhanan diharapkan bukan hanya bisa
memperkuat pembentukan karakter dan kepribadian, melahirkan etos kerja yang positif, dan
memiliki kepercayaan diri untuk mengembangkan potensi diri dan kekayaan alam yang diberikan
Tuhan untuk kemakmuran masyarakat.
2) Pemahaman dan Implementasi Nilai-nilai Kemanusiaan bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam
Menjalankan Tugasnya
Berdasarkan sejarahnya, bangsa Indonesia tidak bisa melepaskan diri dari komitmen
kemanusiaan. Ini karena bangsa Indonesia sudah sejak lama dipengaruhi dan mempengaruhi
kehidupan global. Adanya pengaruh dari berbagai pemikiran dan gerakan internasional ini
membuat nasionalisme yang hendak dibangun oleh perintis kemerdekaan sebagai nasionalisme
yang terbuka. Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang tak bisa dilepaskan dari
kemanusiaan universal dalam pergaulan antarbangsa.
Dalam rancangan Pembukaan UUD yang disusun Panitia Sembilan, peletakan prinsip
kemanusiaan sebagai dasar negara sama seperti dalam pidato Soekarno, yakni sebagai sila kedua
Pancasila. Kata “kemanusiaa” kemudian dilengkapi dengan kata sifat “adil” dan “beradab”
sehingga rumusan lengkapnya menjadi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”.
Embrio bangsa Indonesia berasal dari pandangan kemanusiaan universal yang disumbangkan
dari berbagai interaksi peradaban dunia. Dengan melandaskan pada prinsip kemanusiaan ini,
berbagai tindakan dan perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan tidak
sepatutnya mewarnai kebijakan dan perilaku aparatur negara. Fenomena kekerasan, kemiskinan,
ketidakadilan, dan kesenjangan sosial merupakan kenyataan yang bertentangan dengan nilai-
nilai kemanusiaan. Sehingga aparatur negara dan seluruh komponen bangsa perlu bahu
membahu menghapuskan masalah tersebut dari kehidupan berbangsa.
3) Pemahaman dan Implementasi Nilai-nilai Keadilan Sosial bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam
Menjalankan Tugasnya
Masyarakat adil makmur adalah impian kebahagiaan yang terus berkobar ratusan tahun
lamanya didalam dada keyakinan bangsa Indonesia. Demi mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur, tidak sedikit ongkos pengorbanan yang telah dilakukan oleh para pahlawan bangsa. Ada
beberapa bentuk intervensi yang bisa dilakukan oleh Negara dalam mendorong terwujudnya
keadilan dan kesejahteraan sosial, yaitu;
Standar penghidupan minimum
Upah untuk memenuhi keperluan hidup secara sederhana dan layak ditetapkan batas
upahnya dengan peraturan yang bijaksana
Pesangon (pension) bagi para orang tua
Kebebasan dari kewajiban membayar pajak bagi mereka yang minim penghasilannya
Kerja 8 jam perhari bagi pekerja
Anak anak dibawah usia 15 tahun tidak boleh menjadi buruh
Perempuan hamil tidak boleh bekerja
Ada uang pengganti untuk ongkos berobat
Ekstra gaji buruh yang mendapat kecelakaan
Untuk memenuhi jaminan tersebut diatas, ada beberapa tugas yang harus dilaksanakan oleh
Negara, yaitu :
Membuat aturan pajak progresif
Membuat UU sosial keselamatan kerja
Menetapkan batas upah minimum
Menghapus hukuman sanksi rodi dan segala bentuk kerja paksa
Mengeluarkan UU anti riba
Peraturan yang mewajibkan semua orang untuk menyekolahkan anak anaknya, dan bebas
biaya sekolah bagi anak miskin hingga umur 15 tahun (wajib belajar pendidikan dasar)
Memerangi buta huruf melalui pengurusan rakyat dan pendidikan umum `
Ada tiga pendekatan teoritik dalam melihat gagasan keadilan sosial dan kesejahteraan
rakyat, yaitu (i) pendekatan keadilan ekonomi pra merkantilis, (ii) pendekatan keadilan ekonomi
Merkantilis, dan (iii) Pendekatan keadilan ekonomi Pasca Merkantilis. Pendekatan merkantilis
menekankan pentingnya regulasi Negara atas perdagangan.
Dengan pemenuhan imperative modal sila keadilan sosial, diharapkan jeritan panjang rakhat
Indonesia untuk keluar dari himpitan kemiskinan dan penderitaan bisa menemukan kembali
impian kebahagiaannya: “gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja” sebuah negeri yang
berlimpah kebajikan dan ridha Tuhan.
3. Etika Publik
a) Kode Etik dan Perilaku Pejabat Publik
1) Pengertian Etika
Etika lebih difahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus dilakukan atau
bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral mengacu pada kewajiban untuk
melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan.
2) Pengertian Kode Etik
Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus,
sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuanketentuan
tertulis. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu
kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat
dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.
3) Kode Etik Aparatur Sipil Negara
Berdasarkan Undang-Undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN yakni sebagai berikut:
Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi.
Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang berwenang sejauh
tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan.
Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif dan
efisien.
Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya
untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang
lain.
Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN.
Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin pegawai ASN.
4) Nilai-nilai Dasar Etika Publik
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang ASN, yakni
sebagai berikut:
Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
1945.
Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
Mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah.
Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya
guna, berhasil guna, dan santun.
Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem
karir.
5) Definisi dan Lingkup Etika Publik
Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk,
benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam
rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Ada tiga fokus utama dalam pelayanan
publik, yakni:
Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi sebagai bantuan dalam menimbang pilihan
sarana kebijakan publik dan alat evaluasi.
Modalitas Etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan faktual.
6) Dimensi Etika Publik
Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik:
Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
Etika publik menekankan pada aspek nilai dan norma, serta prinsip moral, sehingga
etika publik membentuk integritas pelayanan publik.
Dimensi Modalitas
Unsur-Unsur modalitas dalam etika publik yakni akuntabilitas, transparansi dan
netralitas.
Dimensi Tindakan Integritas Publik
Integritas publik dalam arti sempit yakni tidak melakukan korupsi atau kecurangan.
Adapun maknanya secara luas yakni tindakan yang sesuai dengan nilai, tujuan dan
kewajibannya untuk memecahkan dilema moral yang tercermin dalam kesederhanaan
hidup; Integritas publik juga dimaksudkan kualitas dari pejabat publik yang sesuai nilai,
standar, aturan moral yang diterima masyarakat; Etika publik juga merupakan niat baik
seorang pejabat publik yang didukung oleh institusi sosial seperti hukum, aturan, kebiasaan,
dan sistem pengawasan.
7) Tuntutan Etika Publik dan Kompetensi
Pelayanan Publik yang profesional membutuhkan tidak hanya kompetensi teknik dan
leadership, namun juga kompetensi etika. Tanpa kompetensi etika, pejabat cenderung menjadi
tidak peka, tidak peduli dan diskriminatif, terutama pada masyarakat kalangan bawah.
Profesionalitas merupakan persyaratan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi bagi pejabat publik.
Suatu tugas/pekerjaan harus dikerjakan oleh orang yang sesuai bidang keahliannya.
8) Perilaku Pejabat Publik
Sebagian besar pejabat publik, baik di pusat maupun di daerah, masih mewarisi kultur
kolonial yang memandang birokrasi hanya sebagai sarana untuk melanggengkan kekuasaan
dengan cara memuaskan pimpinan. Oleh karena itu perlu ada perubahan mindset dari seluruh
pejabat publik. Perubahan mindset ini merupakan reformasi birokrasi yang paling penting,
setidaknya mencakup tiga aspek penting yakni: Pertama, berubah dari penguasa menjadi
pelayan; Kedua, merubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’; Ketiga, menyadari bahwa jabatan
publik adalah amanah, yang harus dipertanggung jawabkan bukan hanya di dunia tapi juga di
akhirat. Dalam Reformasi Birokrasi ada 8 area perubahan yang harus dilakukan oleh seluruh
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia yakni:
Manajemen Perubahan
Penataan Peraturan Perundang-undangan
Penataan dan Penguatan Organisasi
Penataan Tatalaksana
Penataan Sistem Manajemen SDM
Penguatan Akuntabilitas
Penguatan Pengawasan
Peningkatan Pelayanan Publik
Keberhasilan dalam melaksanakan 8 area perubahan ini diharapkan dapat mewujudkan
birokrasi yang bersih dari KKN, pelayanan publik yang berkualitas serta meningkatnya kapasitas
dan akuntabilitas kinerja.
4. Komitmen Mutu
a) Efektivitas, Efisiensi, Inovasi, dan Mutu Penyelenggaraan Pemerintah
1) Konsep Efektivitas, Efisiensi, Inovasi dan Mutu
Richard L. Daft dalam Tita Maria Kanita (2010: 8) mendefinisikan efektivitas sebagai berikut.
“Efektivitas organisasi berarti sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang ditetapkan,
atau berhasil mencapai apapun yang coba dikerjakannya. Efektivitas organisasi berarti
memberikan barang atau jasa yang dihargai oleh pelanggan.”
Efisiensi diukur dari ketepatan realisasi penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan
dilaksanakan, sehingga dapat diketahui ada atau tidak adanya pemborosan sumberdaya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur, dan mekanisme yang ke luar alur.
Inovasi yang diciptakan untuk layanan publik mesti menjadi tanggung jawab para
penyelenggara pelayanan publik pada institusi apapun, bahkan semua aparatur pada setiap level
organisasi dituntut untuk dapat memahami esensi dan manfaat inovasi tersebut, serta dapat
melaksanakannya dengan baik. Inovasi yang lahir akan membawa perubahan bagi organisasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa esensi yang terkandung dalam istilah inovasi adalah
perubahan.
Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan
(customer) sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, dan bahkan melampaui harapannya.
Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja.
Mutu juga dapat dijadikan sebagai alat pembeda atau pembanding dengan produk/jasa sejenis
lainnya, yang dihasilkan oleh lembaga lain sebagai pesaing (competitors).
5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya kerusakan, kebobrokan dan
kebusukan. Selaras dengan kata asalnya, korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan luar biasa,
salah satu alasannya adalah karena dampaknya yang luar biasa menyebabkan kerusakan baik
dalam ruang lingkup, pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan
tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara
jangka panjang.
a) Dampak Perilaku dan Tindak Pidana Korupsi
Dibalik semua fenomena kehidupan yang mengandung kerusakan selalu ada kaitannya
dengan korupsi :
Fenomena tentang kerusakan hutan atau lingkungan,
Fenomena tentang bangunan yang cepat rusak,
Fenomena penegakan hukum yang tidak dapat tegak dan berlaku adil,
Fenomena layanan yang lama, sulit dan birokrasinya panjang,
Fenomena merebaknya narkoba,
Fenomena negara dengan sumber daya alam yang melimpah namun tidak dapat memberikan
kesejahteraan bagi rakyatnya,
Negara korup harus membayar biaya hutang yang lebih besar (depken and lafountan, 2006)
Harga infrastruktur lebih tinggi (golden and picci, 2005)
Tingkat korupsi yang tinggi me n i n g k a t k a n k e t imp a n g a n pendapatan dan kemiskinan
(gupta, davoodi, and alonso-terme, 2002)
Korupsi menurunkan investasi (paolo mauro,1995) dan karenanya menurunkan pertumbuhan
ekonomi
Persepsi korupsi memiliki dampak yang kuat dan negatif terhadap arus investasi asing (shang,
adb)
Negara-negara yang dianggap memiliki tingkat korupsi yang relatif rendah selalu menarik
investasi lebih banyak dari pada negara rentan korupsi (Campos dan Pradhan, ADB)