AKUNTABILITAS
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau
tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah
kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik
tersebut antara lain adalah:
1) Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan, antara
kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi;
2) memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan PNS
dalam politik praktis;
3) memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan pelayanan publik;
4) menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai penyelenggara
pemerintahan.
Aspek-aspek akuntabilitas :
1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan
2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil
3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
4) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi
5) Akuntabilitas memperbaiki kinerja
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:
1) Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
2) untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
3) untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);
4) untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Akuntabilitas merupakan kontrak antara pemerintah dengan aparat birokrasi, serta antara
pemerintah yang diwakili oleh PNS dengan masyarakat. Kontrak antara kedua belah pihak
tersebut memiliki ciri antara lain:
1) akuntabilitas eksternal yaitu tindakan pengendalian yang bukan bagian dari tanggung
jawabnya
2) akuntabilitas interaksi merupakan pertukaran sosial dua arah antara yang menuntut dan yang
menjadi bertanggung jawabnya (dalam memberi jawaban, respon, rectification, dan
sebagainya)
3) hubungan akuntabilitas merupakan hubungan kekuasaan struktural (pemerintah dan publik)
yang dapat dilakukan secara asimetri sebagai haknya untuk menuntut jawaban
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal (vertical
accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas vertikal
adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya
pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, kemudian pemerintah
daerah kepada pemerintah pusat, pemerintah pusat kepada MPR. Akuntabilitas vertikal
membutuhkan pejabat pemerintah untuk melaporkan "ke bawah" kepada publik. Misalnya,
pelaksanaan pemilu, referendum, dan berbagai mekanisme akuntabilitas publik yang melibatkan
tekanan dari warga. Akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat
luas. Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat pemerintah untuk melaporkan "ke samping" kepada
para pejabat lainnya dan lembaga negara. Contohnya adalah lembaga pemilihan umum yang
independen, komisi pemberantasan korupsi, dan komisi investigasi legislatif.
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas
individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.
MEKANISME AKUNTABILITAS
Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme
akuntabilitas harus mengandung dimensi:
1) Akuntabilitas kejujuran dan hokum
2) Akuntabilitas proses
3) Akuntabilitas program
4) Akuntabilitas kebijakan
Akuntabilitas tidak akan mungkin terwujud apabila tidak ada alat akuntabilitas. Di
Indonesia, alat akuntabilitas antara lain adalah:
Perencanaan Strategis
Kontrak Kinerja
Laporan kinerja
Berikut adalah 5 langkah yang harus dilakukan dalam membuat framework akuntabilitas di
lingkungan kerja PNS :
1. Menentukan tujuan yang ingin dicapai dan tanggungjawab yang harus dilakukan. Hal ini
dapat dilakukan melalui penentuan tujuan dari rencana strategis organisasi, mengembangkan
indikator, ukuran dan tujuan kinerja, dan mengidentifikasi peran dan tanggungjawab setiap
individu dalam organisasi.
2. Melakukan perencanaan atas apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan. Cara ini
dapat dilakukan melalui identifikasi program atau kebijakan yang perlu dilakukan, siapa
yang bertanggungjawab, kapan akan dilaksanakannya dan biaya yang dibutuhkan. Selain itu,
perlu dilakukannya identifikasi terhadap sumberdaya yang dimiliki organisasi serta
konsekuensinya, apabila program atau kebijakan tersebut berhasil atau gagal untuk
dilakukan.
3. Melakukan implementasi dan memantau kemajuan yang sudah dicapai. Hal tersebut penting
dilakukan untuk mengetahui hambatan dari impelementasi kebijakan atau program yang
telah dilakukan.
4. Memberikan laporan hasil secara lengkap, mudah dipahami dan tepat waktu. Hal ini perlu
dilakukan sebagai wujud untuk menjalankan akuntabilitas dalam menyediakan dokumentasi
dengan komunikasi yang benar serta mudah dipahami.
5. Melakukan evaluasi hasil dan menyediakan masukan atau feedback untuk memperbaiki
kinerja yang telah dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat korektif.
AGENDA 2
NASIONALISME
Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai
kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian
masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap bangsa
itu sendiri.
Hal – hal yang mendorong munculnya faham nasionalisme :
Adanya campur tangan bangsa lain misalnya penjajahan dalam wilayahnya.
Adanya keinginan dan tekad bersama untuk melepaskan diri dari belenggu kekuasaan
absolut, agar manusia mendapatkan hak – haknya secara wajar sebagai warga negara.
Adanya ikatan rasa senasib dan seperjuangan.
Bertempat tinggal dalam suatu wilayah.
Prinsip – prinsip nasionalisme :
Hasrat untuk mencapai kesatuan
Hasrat untuk mencapai kemerdekaan
Hasrat untuk mencapai keaslian
Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa.
AGENDA 2
ANTI KORUPSI
KORUPSI
Korupsi berasal dari bahasa Latin coruptio dan corruptus yang berarti kerusakan atau
kebobrokan. Dalam bahasa Yunani corruptio perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat
disuap, tidak bermoral, menyimpang dari kesucian, melanggar norma-norma agama, material,
mental dan umum.
Menurut Robert Klitkgard, korupsi adalah diskresi atau monopoli tanpa adanya
akuntabilitas.
Ciri-ciri korupsi :
1. Dilakukan oleh lebih dari satu orang
2. Merahasiakan motif / Ada keuntungan yang diraih
3. Berhubungan dengan kekuasaan / kewenangan tertentu
4. Berlindung dibalik pembenaran hukum
5. Melanggar kaedah kejujuran dan norma hukum
6. Mengkhianati kepercayaan
Menurut Syed Husein Alatas, terdapat tujuh jenis korupsi, yaitu :
1. Korupsi Transaktif; Korupsi yang menunjukkan adanya kesepakatan timbal balik antara
pemberi dan penerima, demi keuntungan bersama. Kedua pihak sama-sama aktif
menjalankan perbuatan tersebut
2. Korupsi Ekstroaktif; Korupsi yang menyertakan bentuk-bentuk koersi (tekanan) tertentu
dimana pihak pemberi dipaksa untuk menyuap guna mencegah kerugian yang mengancam
diri, kepentingan, orang-orangnya atau hal-hal yang dihargai
3. Korupsi Investif; Korupsi yang melibatkan suatu penawaran barang atau jasa tanpa adanya
pertalian langsung dengan keuntungan bagi pemberi. Keuntungan diharapkan akan diperoleh
di masa yang akan datang
4. Korupsi Nepotistik; Korupsi berupa pemberian perlakuan khusus kepada teman atau yang
mempunyai kedekatan hubungan dalam rangka menduduki jabatan publik → perlakuan
pengutamaan dalam segala bentuk yang bertentangan dengan norma atau peraturan yang
berlaku
5. Korupsi Autogenik; Korupsi yang dilakukan individu karena mempunyai kesempatan untuk
mendapat keuntungan dari pengetahuan dan pemahamannya atas sesuatu yang hanya
diketahui sendiri
6. Korupsi Suportif; Korupsi yang mengacu pada penciptaan suasana yang kondusif untuk
melindungi atau mempertahankan keberadaaan tindak korupsi yang lain
7. Korupsi Defensif; Korupsi Korupsi yang terpaksa dilakukan dalam rangka mempertahankan
diri dari pemerasan
Menurut UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi
yang terdiri dari :
1. Kerugian keuangan Negara
2. Suap-menyuap
3. Pemerasan
4. Perbuatan Curang
5. Penggelapan dalam Jabatan
6. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan
7. Gratifikasi.
Secara umum akibat korupsi adalah merugikan negara dan merusak sendi-sendi
kebersamaan serta memperlambat tercapainya tujuan nasional, diantaranya :
• Tata ekonomi, seperti: pemborosan sumber-sumber, larinya modal ke luar negeri, gangguan
terhadap perusahaan, gangguan penanaman modal
• Tata sosial budaya, seperti: revolusi sosial dan ketimpangan sosial
• Tata politik, seperti: ketidakstabilan politik, pengambilalihan kekuasaan, hilangnya bantuan
luar negeri, hilangnya kewibawaan pemerintah
• Tata administrasi, seperti: tidak efisien, kurangnya kemampuan administrasi, hilangnya
keahlian, hilangnya sumber-sumber negara, keterbatasan kebijaksanaan pemerintah, dan
pengambilan tindakan-tindakan represif
TUNAS INTEGRITAS
Tunas integritas merupakan terjemahan dari konsep yang berprinsip bahwa manusia
sebagai faktor kunci perubahan, dan pendekatan yang seutuhnya terkait manusia sebagai
makhluk dengan aspek jasmani dan rohani, serta makhluk sosial yang harus berinteraksi dengan
lingkungannya, maka pembangunan integritas perlu dimulai dari upaya membangun integritas
individu yang selaras dengan integritas organisasi dan bangsa.
Para tunas integritas diharapkan dapat menjalankan peran strategis dalam organisasi
berupa:
Menjadi jembatan masa depan kesuksesan organisasi, mereka menjadi kumpulan orang yang
selalu terdepan untuk memastikan tujuan organisasi tercapai.
Membangun sistem integritas, berpartisipasi aktif dalam pembangunan sistem integritas
hingga semua peluang korupsi dan berbagai penyimpangan lainnya dapat ditutupi.
Mempengaruhi orang lain, khususnya mitra kerja untuk berintegritas tinggi
Para tunas integritas selain didorong untuk memiliki keikhlasan dan kebijakan yang tinggi
juga diharapkan memiliki kemampuan untuk melakukan:
Re-framing kultur atau budaya, agar perubahan budaya dapat lebih mudah dan cepat, serta
tidak perlu energi besar, atau dengan istilah-istilah semacam “potong generasi”, namun
membuka kesempatan selebar-lebarnya untuk semua elemen bangsa, baik generasi lalu,
generasi yang sekarang maupun generasi yang akan datang untuk menjadi garda terdepan
dalam pemberantasan korupsi melalui re-framing budaya.
Utilisasi fenomena perilaku otomatis bagi perubahan diri, keluarga, organisasi dan bangsa,
serta lebih jauh lagi dengan menciptakan peradaban yang lebih baik.
IDENTIFIKASI NILAI DASAR ANTI KORUPSI
KPK bersama dengan para pakar telah melakukan identifikasi nilai-nilai dasar anti korupsi,
dan dihasilkan sebanyak 9 nilai anti korupsi sebagai berikut :
1. Jujur
2. Peduli
3. Mandiri
4. Disiplin
5. Tanggung jawab
6. Kerja keras
7. Sederhana
8. Berani
9. Adil