Anda di halaman 1dari 47

JURNAL RESUME

Nama : IMRAN FUJIATNO S.Kom

NIP : 199303182022211003

AKUNTABILITAS

1. KONSEP AKUNTABILITAS

Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.

Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk

memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorang PNS adalah

menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publiK tersebut antara lain:

a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan,

antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi,

b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah

keterlibatan PNS dalam politik praktis,

c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan

pemerintahan dan pelayanan public, dan

d. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai

penyelenggara pemerintahan.

2. ASPEK-ASPEK AKUNTABILITAS

a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan: Hubungan yang dimaksud adalah

hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan

masyarakat. Oleh sebab itu, dalam akuntabilitas, hubungan yang terjadi adalah

hubungan yang bertanggungjawab antara kedua belah pihak.

b. Akuntabilitas berorietasi pada hasil: Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas

adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab, adil,, dan inovatif.

Dalam konteks ini, setiap individu/kelompok/institusi dituntut untuk

bertanggungjawab dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu

bertindak dan berupaya untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang

maksimal.

c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan: Laporan kinerja adalah perwujudan

dari akuntabilitas. Dengan adanya laporan kinerja berarti mampu menjelaskan

terhadap tindakan yang telah dicapai oleh individu atau kelompok.


d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi: Akuntabilitas adalah kewajiban.

Kewajiban menunjukkan tanggungjawab, dan tanggungjawab menghasilkan

konsekuensi. Konsekuensi tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi

e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja: Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk

memperbaiki kinerja PNS dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

3. PENTINGNYA AKUNTABILITAS

Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap level/unit

organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan pertanggungjawaban

laporan kegiatan kepada atasannya. Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama

(Bovens, 2007), yaitu, untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi),

untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi), untuk mencegah korupsi

dan penyalahgunaankekuasaan (peran konstitusional), dan yang terakhir untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar). Akuntabilitas merupakan

kontrak antara pemerintah dengan aparat birokrasi, serta antara pemerintah yang

diwakili oleh PNS dengan masyarakat. Kontrak antara kedua belah pihak tersebut

memiliki ciri antara lain:

a. Akuntabilitas eksternal yaitu tindakan pengendalian yang bukan bagian dari

tanggung jawabnya.

b. Akuntabilitas interaksi merupakan pertukaran sosial dua arah antara yang

menuntut dan yang menjadi bertanggung jawabnya (dalam memberi jawaban,

respon, rectification, dan sebagainya).

c. Hubungan akuntabilitas merupakan hubungan kekuasaan struktural (pemerintah

dan publik) yang dapat dilakukan secara asimetri sebagai haknya untuk menuntut

jawaban (Mulgan 2003).

Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:

a. Akuntabilitas vertikal

Pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi,

misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah,

kemudian pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, pemerintah pusat kepada

MPR.

b. Akuntabilitas horizontal

Pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. Akuntabilitas ini membutuhkan

pejabat pemerintah untuk melaporkan "ke samping" kepada para pejabat lainnya
dan lembaga negara. Contohnya adalah lembaga pemilihan umum yang

independen, komisi pemberantasan korupsi, dan komisi investigasi legislatif.

4. TINGKATAN DALAM AKUNTABILITAS

a. Akuntabilitas Personal (Personal Accountability),

Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri seseorang

seperti kejujuran, integritas, moral dan etika.

b. Akuntabilitas Individu

Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara individu dan lingkungan

kerjanya, yaitu antara PNS dengan instansinya sebagai pemberi kewenangan.

Pemberi kewenangan bertanggungjawab untuk memberikan arahan yang

memadai, bimbingan, dan sumber daya serta menghilangkan hambatan kinerja,

sedangkan PNS sebagai aparatur negara bertanggung jawab untuk memenuhi

tanggung jawabnya.

c. Akuntabilitas Kelompok

Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan atas kerjasama kelompok. Dalam hal

ini tidak ada istilah “ Saya” , tetapi yang ada adalah “ Kami” .

d. Akuntabilitas organisasi/institusi

Mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah dicapai atau akan dilakukan

oleh individu ke organisasinya.

e. Akuntabilitas Stakeholder

Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum, pengguna layanan, dan

pembayar pajak yang memberikan masukan, saran, dan kritik terhhadap

kinerjanya.

5. MEKANISME AKUNTABILITAS

Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka

mekanisme akuntabilitas harus mengandung dimensi:

a. Akuntabilitas kejujuran dan hukum ( )

Akuntabilitas hukum terkait dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan

yang diterapkan.

b. Akuntabilitas proses ( )
Akuntabilitas ini diterjemahkan melalui pemberian pelayanan publik yang cepat,

responsif, dan murah. Pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas proses

dilakukan untuk menghindari terjadinya kolusi, korupsi dan nepotisme.

c. Akuntabilitas program ( )

Akuntabilitas ini dapat memberikan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan

dapat tercapai, dan Apakah ada alternative program lain yang memberikan hasil

maksimal dengan biaya minimal.

d. Akuntabilitas kebijakan ( )

Akuntabilitas ini terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah atas kebijakan

yang diambil terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas

Di Indonesia, alat akuntabilitas antara lain adalah:

a. Perencanaan Strategis ( ) yang berupa Rencana Pembangunan

Jangka Panjang (RPJP-D), Menengah (Rencana Pembangunan Jangka

Menengah/RPJM-D), dan Tahunan (Rencana Kerja Pemerintah/RKP-D), Rencana

Strategis (Renstra) untuk setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan

Sasaran Kerja Pegawai (SKP) untuk setiap PNS.

b. Kontrak Kinerja. Semua Pegawai Negeri Sipil (PNS) tanpa terkecuali mulai 1

Januari 2014 menerapkan adanya kontrak kerja pegawai. Kontrak kerja yang

dibuat untuk tiap tahun ini merupakan kesepakatan antara pegawai dengan

atasan langsungnya. Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian

Prestasi Kerja PNS.

c. Laporan Kinerja yaitu berupa Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP) yang berisi perencanaan dan perjanjian kinerja pada tahun tertentu,

pengukuran dan analisis capaian kinerja, serta akuntabilitas keuangan.

6. MENCIPTAKAN LINGKUNGAN KERJA YANG AKUNTABEL

a. Kepemimpinan. Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana

pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya.

b. Transparansi, Tujuan dari adanya transparansi adalah:

1) Mendorong komunikasi yang lebih besar dan kerjasama antara kelompok

internal dan eksternal

2) Memberikan perlindungan terhadap pengaruh yang tidak seharusnya dan

korupsi dalam pengambilan keputusan

3) Meningkatkan akuntabilitas dalam keputusan- keputusan


4) Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan secara

keseluruhan.

c. Integritas. Dengan adanya integritas institusi, dapat memberikan kepercayaan dan

keyakinan kepada publik dan/atau stakeholders.

d. Tanggungjawab (Responsibilitas). Responsibilitas terbagi dalam responsibilitas

perorangan dan responsibilitas institusi.

1) Responsibiltas Perseorangan:

a) Adanya pengakuan terhadap tindakan yang telah diputuskan dan tindakan

yang telah dilakukan.

b) Adanya pengakuan terhadap etika dalam pengambilan keputusan.

c) Adanya keterlibatan konstituen yang tepat dalam keputusan.

2) Responsibilitas Institusi

a) Adanya perlindungan terhadap publik dan sumber daya

b) Adanya pertimbangan kebaikan yang lebih besar dalam pengambilan

keputusan

c) Adanya penempatan PNS dan individu yang lebih baik sesuai dengan

kompetensinya

3) Keadilan. Keadilan adalah landasan utama dari akuntabilitas.

4) Kepercayaan. Lingkungan akuntabilitas tidak akan lahir dari hal- hal yang tidak

dapat dipercaya.

5) Keseimbangan.Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka

diperlukan adanya keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta

harapan dan kapasitas.Kejelasan

6) Kejelasan. Fokus utama untuk kejelasan adalah mengetahui kewenangan,

peran dan tanggungjawab, misi organisasi, kinerja yang diharapkan organisasi,

dan sistem pelaporan kinerja baik individu maupun organisasi.

7) Konsistensi.

7. LANGKAH-LANGKAH YANG HARUS DILAKUKAN DALAM MENCIPTAKAN

FRAMEWORK AKUNTABILITAS

Lima langkah yang harus dilakukan dalam membuat framework akuntabilitas di

lingkungan kerja PNS:

a. Menentukan tujuan yang ingin dicapai dan tanggungjawab yang harus dilakukan.
b. Melakukan perencanaan atas apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan.

c. Melakukan implementasi dan memantau kemajuan yang sudah dicapai.

d. Memberikan laporan hasil secara lengkap, mudah dipahami dan tepat waktu.

e. Melakukan evaluasi hasil dan menyediakan masukan atau untuk

memperbaiki kinerja yang telah dilakukan melalui kegiatankegiatan yang bersifat

korektif.

8. AKUNTABILITAS DALAM KONTEKS

a. Transparansi dan Akses Informasi: Dengan diterbitkannya UU Nomor 14 Tahun

2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (selanjutnya disingkat: KIP). Konteks

lahirnya UU ini secara substansial adalah memberikan jaminan konstitusional

agar praktik demokratisasi dan good governance bermakna bagi proses

pengambilan kebijakan terkait kepentingan publik, yang bertumpu pada

partisipasi masyarakat maupun akuntabilitas lembaga penyelenggara kebutuhan

publik.

b. Praktek Kecurangan ( ) dan Perilaku Korup: Tiga cabang utama dari

adalah kecurangan tindak pidana korupsi, kecurangan penggelapan asset),

( ) dan kecurangan dalam laporan keuangan (

).

c. Penggunaan Sumber Daya Milik Negara: Untuk kelancaran aktivitas pekerjaan,

hampir semua instansi pemerintah dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti

telepon, komputer, internet dan sebagainya. Kesemuanya itu dimanfaatkan untuk

mencapai tujuan organisasi dalam melayani publik. Oleh karena itu disebut

sebagai fasilitas publik.

d. Penyimpanan dan Penggunaan Data dan Informasi Pemerintah: Mulgan (1997)

mengidentifikasikan bahwa proses suatu organisasi akuntabel karena adanya

kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan informasi dan data yang dibutuhkan

oleh masyarakat atau pembuat kebijakan atau pengguna informasi dan data

pemerintah lainnya.

e. Konflik Kepentingan: Konflik kepentingan adalah situasi yang timbul di mana

tugas publik dan kepentingan pribadi bertentangan. Tipe-tipe Konflik Kepentingan

Ada 2 jenis umum Konflik Kepentingan yaitu keuangan (Penggunaan sumber daya

lembaga (termasuk dana, peralatan atau sumber daya aparatur) untuk

keuntungan pribadi) dan Non- Keuangan (Penggunaan posisi atau wewenang

untuk membantu diri sendiri dan / atau orang lain).


9. MENJADI PNS YANG AKUNTABEL

ASN sebagai profesi berlandaskan pada prinsip sebagai berikut:

a. Nilai dasar

b. Kode etik dan kode perilaku

c. Komitmen, integritas moral dan tanggung jawab pada pelayanan publik

d. Kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas

e. Kualifikasi akademik

f. Jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas, dan

g. Profesionalitas jabatan

Personal Behaviour yang diharapkan dari PNS:

a. PNS bertindak sesuai dengan persyaratan legislatif, kebijakan lembaga dan kode

etik yang berlaku untuk perilaku mereka.

b. PNS tidak mengganggu, menindas, atau diskriminasiterhadap rekan atau anggota

masyarakat.

c. Kebiasaan kerja PNS, perilaku dan tempat kerja pribadi dan profesional hubungan

berkontribusi harmonis, lingkungan kerja yang nyaman dan produktif.

d. PNS memperlakukan anggota masyarakat dan kolega dengan hormat, penuh

kesopanan, kejujuran dan keadilan, dan memperhatikan secara tepat untuk

kepentingan mereka, hak-hak, keamanan dan kesejahteraan.

e. PNS membuat keputusan adil, tidak memihak dan segera, memberikan

pertimbangan untuk semua informasi yang tersedia, Undang-undang dan

kebijakan dan prosedur institusi tersebut

f. PNS melayani stakeholders (lingkup pemerintah, swasta atau masyarakat) setiap

hari dengan tepat waktu, memberikan masukan informasi dan kebijakan.

Perilaku Berkaitan dengan Transparansi dan Akses Informasi (

a. PNS tidak mengungkapkan informasi resmi atau dokumen yang diperoleh selain

seperti yang dipersyaratkan oleh hukum atau otorisasi yang diberikan oleh

institusi.

b. PNS tidak menyalahgunakan informasi resmi untuk keuntungan pribadi atau

komersial untuk diri mereka sendiri atau yang lain. Penyalahgunaan informasi
resmi termasuk spekulasi saham berdasarkan informasi rahasia dan

mengungkapkan isi dari surat-surat resmi untuk orang yang tidak berwenang.

c. PNS mematuhi persyaratan legislatif, kebijakan setiap instansi dan semua arahan

yang sah lainnya mengenai komunikasi dengan pimpinannya di tingkat

kementrian/lembaga/daerah (menteri, kepala lembaga, kepala daerah),staf

menteri, anggota media dan masyarakat pada umumnya.

Menghindari Perilaku yang Curang dan Koruptif ( )

a. PNS tidak terlibat dalam penipuan atau korupsi.

b. PNS dilarang berbuat curang dalam menggunakan posisi dan kewenangan

mereka untuk keuntungan pribadinya.

c. PNS melaporkan setiap pelanggaran kode etik.

d. PNS dilarang untuk melakukan penipuan yang menyebabkan kerugian keuangan

aktual atau potensial untuk setiap orang atau institusinya.

e. PNS melaporkan setiap perilaku curang atau korup.

f. PNS memahami dan menerapkan kerangka akuntabilitas yang berlaku di sektor

publik.

Perilaku Terhadap Penggunaan Sumber Daya Negara ( )

a. PNS bertanggung jawab untuk pengeluaran yang resmi.

b. PNS menggunakan sumber daya yang didanai publik secara teliti dan efisien. Hal

ini termasuk fasilitas kantor dan peralatan, kendaraan, voucher biaya taksi, kredit

korporasi kartu dan pembelian barang dan jasa.

c. PNS hanya menggunakan pengeluaran yang berhubungan dengan pekerjaan.

d. PNS tidak menggunakan waktu kantor atau sumber daya untuk pekerjaan partai

politik atau keuntungan pribadi atau keuangan.

e. PNS mematuhi kebijakan dan pedoman dalam penggunaan setiap instansi

komputasi dan komunikasi fasilitas, dan menggunakan sumber daya tersebut

secara bertanggung jawab.

f. PNS berhati-hati untuk memastikan bahwa setiap perjalanan dinas yang dilakukan

untuk tujuan resmi dan benar-benar diperlukan.

g. PNS menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,

efektif dan efisien.


Perilaku berkaitan dengan Penyimpanan dan Penggunaan Data serta Informasi

Pemerintah ( )

a. PNS bertindak dan mengambil keputusan secara transparan.

b. PNS menjamin penyimpanan informasi yang bersifat rahasia.

c. PNS mematuhi perencanaan yang telah ditetapkan.

d. PNS diperbolehkan berbagi informasi untuk mendorong efisiensi dan kreativitas.

e. PNS menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan Negara.

f. PNS memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak

lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.

g. PNS tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan,

dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri

sendiri atau untuk orang lain.

Perilaku berkaitan dengan Konflik Kepentingan ( )

a. PNS harus dapat memastikan kepentingan pribadi atau keuangan tidak

bertentangan dengan kemampuan mereka untuk melakukan tugas-tugas resmi

mereka dengan tidak memihak.

b. Ketika konflik kepentingan yang timbul antara kinerja tugas publik dan

kepentingan pribadi atau personal, maka PNS dapat memilih untuk kepentingan

umum.

c. PNS memahami bahwa konflik kepentingan sebenarnya, dianggap ada atau

berpotensi ada di masa depan.

d. Jika konflik muncul, PNS dapat melaporkan kepada pimpinan secara tertulis,

untuk mendapatkan bimbingan mengenai cara terbaik dalam mengelola situasi

secara tepat.

e. PNS dapat menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan

tugasnya.

Mengambil Keputusan yang Akuntabel

a. Memastikan tindakan dan keputusan yang berimbang dan tidak bias.

b. Bertindak adil dan mematuhi prinsip-prinsip due process

c. Akuntabel dan transparan.

d. Melakukan pekerjaan secara penuh, efektif dan efisien


e. Berperilaku sesuai dengan standar sektor publik, kode

f. sektor publik etika sesuai dengan organisasinya.

g. Mendeklarasikan secara terbuka bila terjadi adanya potensi konflik kepentingan.


NASIONALISME

1. PENGERTIAN NASIONALISME

Nasionalisme adalah Suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang

mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan,

dengan demikian masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan

yang mendalam terhadap bangsa itu sendiri.

Hal – hal yang mendorong munculnya faham nasionalisme :

a. Adanya campur tangan bangsa lain misalnya penjajahan dalam wilayahnya.

b. Adanya keinginan dan tekad bersama untuk melepaskan diri dari belenggu

kekuasaan absolut, agar manusia mendapatkan hak – haknya secara wajar

sebagai warga negara.

c. Adanya ikatan rasa senasib dan seperjuangan.

d. Bertempat tinggal dalam suatu wilayah.

Prinsip – prinsip Nasionalisme :

a. Hasrat untuk mencapai kesatuan

b. Hasrat untuk mencapai kemerdekaan

c. Hasrat untuk mencapai keaslian

d. Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa.

2. NILAI-NILAI NASIONALISME PANCASILA BAGI ASN

a. Sila Ke 1: Ketuhanan Yang Maha Esa

Implementasikan nilai-nilai ketuhanan dalam menjalankan tugas dan fungsi ASN:

1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap

Tuhan Yang Maha Esa.

2) Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai

dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar

kemanusiaan yang adil dan beradab.

3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara

pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap

Tuhan Yang Maha Esa.

4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah

yang
6) menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

7) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah

sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing

8) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa kepada orang lain.

b. SILA Ke 2: Kemanusiaan yang Adil dan Beradap

Implementasikan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

1) Ke dalam, pedoman negara dalam memuliakan nilai-nilai kemanusiaan dan

hak asasi, Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa

2) Keluar, pedoman politik luar negeri bebas aktif dalam rangka ‘ ikut serta

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial’

c. Sila Ke 3: Persatuan Indonesia

Implementasikan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:

1) Mampu menempatkan persatuan , kesatuan, serta kepentingan dan

keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas

kepentingan pribadi atau golongan.

2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa, apabila

diperlukan.

3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia

5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial.

6) Mengembangkan persatuan indonesia atas dasar bhineka tunggal ika.

7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

d. Sila Ke 4: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/ Perwakilan
Implementasikan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari

1) Mau mendengar pendapat orang lain

2) Siap menang, tetapi juga siap kalah

3) Sportif

4) Selalu sesuai aturan main/mematuhi undang-undang yang berlaku

5) Bertanggung jawab

6) Tolong Menolong

7) Tidak anarkis

e. Sila Ke 5: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Pada sila ke lima sebagai jati diri bangsa yang menjungjung tinggi kebersamaan.

Implementasi sehari hari: Tidak serakah, Tepat waktu, Mau bekerja keras, Saling

membantu, Suka menabung & investasi.

3. ASN SEBAGAI PEMBUAT DAN PELAKSANA KEBIJAKAN PUBLIK

a. Penegasan ASN sebagai pelaksana kebijakan publik : Pasal 10 Undang-undang

Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara salah satu fungsi ASN

sebagai pelaksana Kebijakan publik.

b. ASN sebagai eksekutor yang melaksanakan segala peraturan

perundang-undangan yang menjadi landasan kebijakan publik di berbagai bidang

dan sektor pemerintahan

c. ASN harus memiliki nilai-nilai kepublikan, berorientasi pada kepentingan publik

dan senantiasa menempatkan kepentingan publik, bangsa dan negara di atas

kepentingan lainnya, mengedepankan kepentingan nasional ketimbang

kepentingan sektoral dan golongan.

d. ASN harus memiliki karakter dan orientasi kepublikan yang kuat dan mampu

mengaktualisasikannya dalam setiap langkah-langkah pelaksanaan kebijakan

publik.

4. ASN SEBAGAI PELAYAN PUBLIK

a. ASN Profesional

b. ASN yang Melayani Publik

c. ASN Berintegritas Tinggi

Dimensi Kualitas Pelayanan Publik:

a. Ketepatan waktu pelayanan, Akurasi pelayanan, Kesopanan, keramhan dalam

memberikan pelayanan, Tanggungjawab, Kelengkapan, Kemudahan mendapatkan


pelayanan, Variasi model pelayanan, Pelayanan pribadi, Kenyamanan dalam

memperoleh pelayanan, Atribut pendukung pelayanan lainnya.

b. Kualitas layanan yaitu bagaimana pelayanan itu diberikan oleh anggota dan

sistem yang dipakai dalam organisasi

Delapan Karakteristik Pelayanan yang Memuaskan Pelanggan

a. Ketepatan Waktu Pelayanan

Kalau ada perjanjian, seharusnya sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan.

Kalau menunggu, seharusnya dalam batas waktu yang masuk akal Pelanggan tdk

diperhadapkan pada ketidak jelasan waktu penyelesaian

b. Akurasi Pelayanan

Pelayanan yang diterima Pelanggan, berupa perlakuan, barang atau jasa, haruslah

terbebas dari kesalahan.

c. Keramahan dalam Pelayanan

Diperoleh dari setiap orang dalam organisasi yang berhubungan langsung dengan

Pelanggan.

d. Kemudahan mendapatkan Layanan

Tidak berurusan dengan banyak orang dan banyak meja.

e. Kenyamanan Mendapatkan Pelayanan

Terbabas dari rasa takut dan rasa ditipu, mudah dijangkau, mudah didapat, ruang

tunggu: sejuk dan segar.

f. Pelayanan yang Bertanggungjawab

Berkaitan dengan penanganan keluhan pelanggan yang ramah dan sopan, dan

hasilnya memuaskan Pelanggan.

g. Pelayanan Spesifik

Berkaitan dengan permintaan spesifik Pelanggan di luar standar pelayanan umum,

atau pelayanan tambahan yang memberikan kepuasan, melebihi harapan

pelanggan.

h. Kemudahan Diakses

Mudah dijangkau dan ditemukan, mudah mendapatkan informasi, mudah

dihubungi.

ASN Sebagai Pelayan Publik haruslah:

a. Bersikap adil dan tidak diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat.
b. Profesional dan berintegritas dalam memberikan pelayanan.

c. Menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan, tidak korupsi, transparan,

akuntabel, dan memuaskan publik.

5. ASN SEBAGAI PEREKAT DAN PEMERSATU BANGSA

a. Penegasan ASN sebagai perekat dan pemersat bangsa: UU no 5 Tahun 2014 psl

66 ayat 1, 2: PNS akan senantiasa etia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila,

UUD 1945, negara dan Pemerintah.

b. ASN pemersatu bangsa dan negara: memiliki jiwa nasionalisme dan wawasan

kebangsaan yang kuat, memiliki kesadaran sebagai penjaga kedaulatan negara,

menjadi perekat bangsa dan mengupayakan situasi damai di seluruh wilayah

Indonesia, dan menjaga keutuhan NKRI.

6. PERAN ASN DALAM MENCIPTAKAN KONDISI DAMAI

a. Bersikap netral dan adil

b. Mengayomi kepentingan kelompok minoritas serta tidak membuat kebijakan

diskriminatif

c. Menjadi figur teladan di lingkungan masyarakat.


ETIKA PUBLIK

1. KODER ETIK DAN PERILAKU PEJABAT PUBLIK

a. Pengertian Etika

Etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk,

benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan

publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.

b. Pengertian Kode Etik

Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu

kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam

bentuk ketentuanketentuan tertulis.

c. Kode Etik Aparatur Sipil Negara

Berdasarkan Undang-Undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN yakni sebagai

berikut:

1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas

tinggi.

2) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.

3) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.

4) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

5) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang

berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan dan etika pemerintahan.

6) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.

7) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,

efektif dan efisien.

8) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya

9) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain

yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.

10)Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan

jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri

sendiri atau untuk orang lain.

11)Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas

ASN, dan

12)Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin

pegawai ASN.
2. NILAI-NILAI DASAR ETIKA PUBLIK

Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang ASN,

yakni sebagai berikut

a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.

b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik

Indonesia 1945.

c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.

d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.

e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.

f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.

g. Mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.

h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah

i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,cepat, tepat, akurat,

berdaya guna, berhasil guna, dan santun.

j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.

k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.

l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.

m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.

n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai

perangkat sistem karir.

3. DEFINISI DAN LINGKUP ETIKA PUBLIK

Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik, yakni:

1. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.

2. Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi sebagai bantuan dalam menimbang

pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi.

3. Modalitas Etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan faktual.

4. DIMENSI ETIKA PUBLIK

Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik:

a. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik

b. Dimensi Modalitas

c. Dimensi Tindakan Integritas Publik

5. TUNTUTAN ETIKA PUBLIK DAN KOMPETENSI


Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai

(kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dll) dipraktikan dalam wujud keprihatinan

dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat atau kebaikan orang lain.

6. PERILAKU PEJABAT PUBLIK

a. Membutuhkan perubahan mindset

b. Penguasaan pelayanan

c. Wewenang peranan

d. Jabatan yang amanah

Dalam Reformasi Birokrasi ada 8 area perubahan yang harus dilakukan oleh seluruh

Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia yakni

a. Manajemen Perubahan

b. Penataan Peraturan Perundang-undangan

c. Penataan dan Penguatan Organisasi

d. Penataan Tatalaksana

e. Penataan Sistem Manajemen SDM

f. Penguatan Akuntabilitas

g. Penguatan Pengawasan

h. Peningkatan Pelayanan Publik

7. BENTUK-BENTUK KODE ETIK DAN IMPLIKASINYA

a. Pentingnya Etika Dalam Urusan Publik

1) Kewaspadaan profesional : menaati kaidah kaidah teknis dan peraturan

peraturan yang terkait dengan kedudukannya sebagai pembuat keputusan

2) Kewaspadaan spiritual : penerapan nilai nilai

kearifan ,kejujuran ,keuletan ,sikap sederhana dan hemat,tanggung jawab serta

akhlak perilaku yang baik.

b. Penggunaan Kekuasaan: Legitimasi Kebijakan

1) legitimasi berasal dari kata lex artinya hukum

2) legitimasi adalah kewenangan atas keabsahan

3) legistimasi kebijakan ada 3 yaitu:

a) Legistimasi kekuasaan : Masyarakat tunduk pada kekuasaan raja-raja

karena mereka percaya bahwa raja adalah satu-satunya manusia yang

memegang amanat Tuhan serta memiliki kekuatan kodrat yang besar


b) Legitimasi sosiologi : Proses interaksi di dalam masyarakat yang

memungkinkan sebagai besar kelompok sosial setuju bahwa seseorang

patut memimpin mereka dalam periode pemerintahan tertentu

c) Legitimasi etis : Norma etika menjadi penopang dari berbagai ideologi dan

aturan-aturan hukum yang terdapat di dalam masyarakat

c. Konflik Kepentingan

1) Konflik kepentingan akan mengakibatkan :

a) Penyalahgunaan kekuasaan

b) Pengerahan sumber daya publik yang kurang optimal

c) Peningkatan kesejahyeraan rakyat terabaikan

2) Pengaruh buruk dari adanya konflik kepentingan secara rinci dapat dijelaskan

dalam berbagai bentuk perilaku sebagai berikut:

a) Aji mumpung ( ); memanfaatkan Kedudukan politis untuk

kepentingan yang sempit dan sistem nepotisme

b) Menerima/memberi suap ( ). Berbagai bentuk

transaksi suap-menyuap biasanya terkait dengan digunakannya jabatan

publik oleh seorang pemegang kekuasaan secara tidak bertanggungjawab.

c) Menyalahgunakan pengaruh pribadi ( ); memanfaatkan

pengaruh untuk kepentingan karir atau bisnis yang sempit.

d) Pemanfaatan fasilitas organisasi / lembaga untuk kepentingan pribadi.

e) Pemanfaatan informasi rahasia; mengacaukan kedudukan formal dengan

keuntungan yg diperoleh secara informal.

f) Loyalitas ganda ( ); menggunakan

kedudukan dalam pemerintahan untuk investasi pribadi.

Beberapa tindakan yang harus dihindari karena termasuk di dalam kategori

konflik kepentingan, yaitu:

a) Ikut serta dalam transaksi bisnis pribadi atau perusahaan swasta untuk

keuntungan pribadi dengan mengatasnamakan jabatan kedinasan.

b) Menerima segala bentuk hadiah dari pihak swasta pada saat ia

melaksanakan transaksi untuk kepentingan kedinasan atau kepentingan

pemerintah.

c) Membicarakan masa depan peluang kerja di luar instansi pada saat ia

berada dalam tugas-tugas sebagai pejabat pemerintah.


d) Membocorkan infrormasi komersial atau ekonomis yang bersifat rahasi

kepada pihak-pihak yang tidak berhak.

e) Terlalu erat berurusan dengan orang-orang di luar instansi pemerintah yang

dalam menjalankan bisnis pokoknya tergantung kepada izin pemerintah

8. SUMBER-SUMBER KODE ETIK BAGI APARATUR SIPIL NEGARA

ASPA ( ) menyebutkan 9 (sembilan) azas

sebagai sumber kode etik administrasi publik (1981) sebagai berikut:

a. Pelayanan kepada masyarakat adalah di atas pelayanan kepada diri-sendiri.

b. Rakyat adalah berdaulat dan mereka yang bekerja dalam lembaga pemerintah

pada akhirnya bertanggungjawab kepada rakyat.

c. Hukum mengatur semua tindakan dari lembaga pemerintah. Apabila hukum

peraturan itu dirasa bermakna ganda, kurang bijaksana atau perlu perubahan, kita

akan mengacu sebesar-besarnya kepada kepentingan rakyat sebagai rujukan.

d. Manajemen yang efisien dan efektif adalah dasar bagi administrasi publik.

Subversi melalui penyalahgunaan pengaruh, penggelapan, pemborosan, atau

penyelewengan tidak dapat dibenarkan. Para pegawaiModul Diklat Prajabatan 41

bertanggungjawab untuk melaporkan jika ada tindak penyimpangan.

e. Sistem penilaian kemampuan, kesempatan yang sama, dan azas-azas itikad baik

akan didukung, dijalankan dan dikembangkan.

f. Perlindungan terhadap kepercayaan rakyat adalah hal yang sangat penting.

Konflik kepentingan, penyuapan, hadiah, atau favoritisme yang merendahkan

jabatan publik untuk keuntungan pribadi tidak dapat diterima.

g. Pelayanan kepada masyarakat menuntut kepekaan khusus dengan ciri-ciri

keadilan, keberanian, kejujuran, persamaan, kompetensi, dan kasih-sayang. Kita

menghargai sifat-sifat seperti ini dan secara aktif mengembangkannya.

h. Hati nurani memegang peran penting dalam memilih arah tindakan. Ini

memerlukan kesadaran akan makna ganda moral dalam kehidupan, dan

pengkajian tentang prioritas nilai; tujuan yang baik tidak pernah membenarkan

cara yang tak bermoral ( ).

i. Para administrator negara tidak hanya terlibat untuk mencegah hal yang salah,

tetapi juga untuk mengusahakan hal yang benar melalui pelaksanaan

tanggung-jawab dengan penuh semangat dan tepat pada waktunya.


Berikut ini adalah sebagian dari sumber-sumber kode etik yang telah berkembang

dalam sistem administrasi publik sejak kemerdekaan.

a. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1959 tentang Sumpah Jabatan Pegawai

Negeri Sipil dan Anggota Angkatan Perang

b. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji Pegawai

Negeri Sipil

c. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai

Negeri Sipil

d. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan

Kode Etik Pegawai Negeri Sipil.

e. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS.

f. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)

9. IMPLIKASI KODE ETIK DALAM PELAYANAN PUBLIK

Paham idealisme etik mengatakan bahwa pada dasarnya setiap manusia adalah baik

dan suka hal-hal yang baik. Apabila ada orang-orang yang menyimpang dari kebaikan,

itu semata-mata karena dia tidak tahu norma untuk bertindak dengan baik atau tidak

tahu cara-cara bertindak yang menuju ke arah kebaikan. Hal yang diperlukan adalah

suatu peringatan dan sentuhan nurani yang terus-menerus untuk menggugah

kesadaran moral dan melestarikan nilainilai tersebut dalam kehidupan dan interaksi

antar individu.
KOMITMEN MUTU

1. KONSEP EFEKTIVITAS, EFISIENSI, INOVASI, DAN MUTU

a. Efektivitas yaitu tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik

menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektivitas organisasi berarti

memberikan barang atau jasa yang dihargai oleh pelanggan. (Ricard L. Daft).

b. Efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan sumberdaya dan

bagaimana pekerjaan dilaksanakan, sehingga tidak terjadi pemborosan

sumberdaya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur, dan mekanisme

yang ke luar alur. Efisiensi organisasi ditentukan oleh berapa banyak bahan baku,

uang, dan manusia yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah keluaran tertentu.

Efisiensi dapat dihitung sebagai jumlah sumber daya yang digunakan untuk

menghasilkan barang atau jasa. (Richard L.Daft).

c. Inovasi yaitu cara utama di mana suatu organisasi beradaptasi terhadap

perubahan-perubahan di pasar, teknologi, dan persaingan. (Ricard L. Daft). Inovasi

bisa muncul karena ada dorongan dari dalam (internal) untuk melakukan

perubahan, atau bisa juga muncul karena ada desakan kebutuhan dari pihak

eksternal, misalnya permintaan pasar dan kebutuhan manusia.

d. Menurut pakar tentang pengertian mutu. (1) Menurut Edward Deming: “ Mutu

adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen.” (2) Menurut

Crosby: “ Mutu merupakan nihil cacat, kesempurnaan dan kesesuaian terhadap

persyaratan.” (3) Menurut Juran: “ mutumerupakan kesesuaian terhadap

spefikasi.”

2. MANAJEMEN MUTU

TQM ( ) merupakan sistem manajemen yang mengangkat

kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan

melibatkan seluruh anggota organisasi. Ada lima pilar dalam manajemen mutu

terpadu yaitu Produk, Proses, Organsiasi, Pemimpin dan Komitmen. Artina kelima

pilar di atas memiliki keterkaitan dan ketergantungan yang tinggi. Organisasi

merupakan pilar tengah yang membuat kerangka kerja berorientasi mutu. Produk

yang bermutu sebagai hasil kerja organisasi diperoleh melalui proses yang bermutu

pula, dengan didukung komitmen tinggi dari seluruh komponen organisasi.

Organisasi tentu tidak akan dapat mencapai target kelembagaan secara efektif,

efisien, dan inovatif tanpa ada pemimpin yang kuat dan kredibel.
Ada sepuluh strategi yang mesti dijalankan organisasi agar pelaksanaan manajemen

mutu terpadu dapat berjalan baik, yaitu:

a. Menyusun program kerja jangka panjang yang berbasis mutu;

b. Membangun mindset pegawai terhadap budaya mutu;

c. Mengembangkan budaya kerja yang berorientasi mutu;

d. Meningkatkan mutu proses secara berkelanjutan agar dapat menampilkan kinerja

yang lebih baik dari

e. Membangun komitmen pegawai untuk jangka panjang;

f. Membangun kerjasama kolegial antarpegawai yang dilandasi kepercayaan dan

kejujuran;

g. Memfokuskan kegiatan pada kepuasan pelanggan, baik internal maupun

eksternal; beradaptasi dengan tuntutan perubahan;

h. Menampilkan kinerja tanpa cacat ( ) dan tanpa pemborosan

( ), sejak memulai

i. Setiap pekerjaan ( );

j. Menjalankan fungsi pengawasan secara efektif untuk mengawal keterlaksanaan

program kerja.

Empat kriteria keberhasilan implementasi mutu,yaitu:

a. Program harus didasarkan pada kesadaran akan mutu dan berorientasi pada

mutu dalam semua kegiatannya sepanjang program, termasuk dalam setiap

proses dan produk.

b. Program harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat untuk membawa mutu

pada cara karyawan diperlakukan, diikutsertakan, dan diberi inspirasi.

c. Program harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang memberikan

wewenang di semua tingkat, terutama di garis depan, sehingga antusias

keterlibatan dan tujuan bersama menjadi kenyataan, bukan hanya slogan kosong.

d. TQM haarus diterapkan secara menyeluruh sehingga semua prinsip,

kebijaksanaan, dan kebiasaan mencapai setiap sudut dan celah organisasi.

3. BEBERAPA TEKNIK/METODE PERBAIKAN MUTU

a. Metode Plan Do Check Act (PDCA)

1) Plan atau perencanaan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi berbagai

permasalahan yang dihadapi, penyebabnya dan solusinya.


2) Do (melaksanakan). Dalam tahap ini rencana aksi yang sudah disusun harus

dijalankan secara konsisten oleh semua orang.

3) Check (pemeriksaan). Tahap ini dilakukan pemeriksaan apakah rencana aksi

yang sudah dilakukan telah berjalan dengan semestinya, apakah target dan

ukuran keberhasilan yang telah ditetapkan dapat dicapai? Jika belum tercapai

apa saja yang menjadi kendala atau sumber permasalahannya.

4) Act yaitu melakukan tindakan atau keputusan yang perlu diambil sebagai

tindaklanjut dari tahap Check. Ada tiga tindakan/ keputusan terhadap hasil

pemeriksaan. Yaitu:

a) Adopt (adopsi). Jika hasil dari pelaksanaan rencana aksi terbukti mampu

mencapai hasil yang direncanakan maka solusi yang sudah dilakukan perlu

kemudian diadopsi.

b) Adapt (melakukan adaptasi). Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa

solusi untuk memecahkan masalah kurang berjalan dengan baik maka

perlu dilakukan adaptasi dengan melakukan beberapa penyesuaian

terhadap kegiatan yang sudah direncanakan.

c) Abandon (membatalkan). Jika ternyata solusi yang dilakukan ternyata

tidak menghasilkan perbaikan yang diharapkan maka organisasi dapat

membatalkan solusi tersebut.

b. Diagram sebab dan akibat ).

Diagram sebab dan akibat adalah metode yang digunakan untuk mengidentifikasi

berbagai factor yang menjadi akar permasalahan yang dianggap menjadi kendala

dalam mutu. Diagram tersebut bisa berbentuk tulang ikan sehingga biasa disebut

dengan .

4. NILAI-NILAI DASAR ORIENTASI MUTU

a. Mengedepankan komitmen terhadap kepuasan ;

b. Memberikan layanan yang menyentuh hati, untuk menjaga dan memelihara agar

customers/clients tetap setia;

c. Menghasilkan produk/jasa yang berkualitas tinggi: tanpa cacat, tanpa kesalahan,

dan tidak ada pemborosan;

d. Beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, baik berkaitan dengan pergeseran

tuntutan kebutuhan customers/clients maupun perkembangan teknologi;

e. Menggunakan pendekatan ilmiah dan inovatif dalam pemecahan masalah dan

pengambilan keputusan;
f. Melakukan upaya perbaikan secara berkelanjutan melalui berbagai cara, antara

lain: pendidikan, pelatihan, pengembangan ide kreatif, kolaborasi, dan .

5. IMPLEMENTASI MUTU DALAM LAYANAN PUBLIK

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk senantiasa memperbaiki mutu layanan dari

pegawai ASN kepada publik. Misalnya: memahami fungsi, tugas pokok, dan peran

masing-masing; kompeten pada bidang pekerjaannya; memiliki target mutu layanan;

memahami karakter masyarakat yang membutuhkan layanan; menguasai teknik

pelayani prima dengan memberikan layanan prima dan bersedia menerima kritik

untuk perbaikan ke depan.

Tanggung jawab mutu ada pada setiap level organisasi. Pada level puncak (corporate

level) bertanggung jawab atas mutu layanan institusi secara keseluruhan untuk

membangun citra kelembagaan dan keunggulan bersaing. Pada level strategic

business unit level tanggung jawab mutu berkaitan dengan penetapan diversifikasi

mutu pada setiap unit kerja sesuai dengan target masing-masing. Pada level

fungsional bertanggung jawab atas mutu hasil setiap layanan yang diberikan di

unit-unit pendukung. Sedangkan pada level unit dasar tanggung jawab mutu

berkaitan dengan aktivitas/rencana aksi yang dilaksanakan di masing-masing unit

kerja.

6. PENDEKATAN INOVASI

Inovasi dapat Diwujudkan dalam bentuk:

a. Produk

b. Layanan

c. Metode Kerja

d. Sumberdaya

Ada 4 Cara Berinovasi, yaitu:

a. Penemuan, yaitu dengan cara mengkreasikan suatu produk, jasa atau proses yang

belum pernah dilakukan sebelumnya.

b. Pengembangan, yaitu dengan cara mengembangkan produk, jasa atau proses

yang sudah ada.


c. Duplikasi, yaitu dengan cara menirukan suatu produk, jasa atau proses yang yang

sudah ada. Duplikasi di sini bukan semata-mata meniru, melainkan menambah

seutuhnya secara kreatif untuk memperbaiki konsep agar lebih mampu

memenangkan persaingan.

d. Dengan Cara Sintesis, yaitu dengan cara perpaduan konsep dan faktor-faktor yang

sudah ada menjadi formulasi baru. Proses ini meliputi pengambilan sejumlah ide

atau produk yang sudah ditemukan atau sudah dibentuk sehingga menjadi produk

yang dapat diaplikasikan.

7. AKTUALISASI INOVASI DAN KOMITMEN MUTU

a. Mutu kinerja aparatur dalam memberikan layanan kepada masyarakat dewasa ini

masih banyak yang tidak mengindahkan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Masih banyak ditemui berbagai praktik penyimpangan yang

dilakukan oleh “ oknum” aparatur yang tidak bertanggung jawab, ketika mereka

memberikan layanan publik.

b. Pelayanan publik yang bermutu merupakan wujud akuntabilitas dari pemerintah

selaku penyedia layanan publik. Pelayanan publik yang bermutu akan

menciptakan kepercayaan publik kepada pemerintah.

c. Perubahan dalam bidang pelayanan, menuntut adanya perubahan pola pikir dan

budaya kerja aparatur ( ), sehingga tuntutan akan adanya

pembangunan budaya mutu sudah mutlak.

d. Posisi pegawai ASN sebagai aparatur memiliki tanggung jawab utama untuk

memberikan pelayanan kepada masyarakat. Aparatur bekerja untuk kesejahteraan

dan kepuasan masyarakat, melalui pelayanan yang adil dan bermutu.

e. Faktor-faktor yang bisa menjadi pendorong sekaligus menghambat upaya untuk

meningkatkan kinerja aparatur yang kreatif, inovatif, dan komitmen terhadap mutu,

antara lain: perubahan pola piker ( ) aparatur, pergeseran budaya kerja,

perbaikan tata kelola pemerintahan ( ).

f. Inovasi layanan akan membawa perubahan yang dapat meningkatkan

kepercayaan publik terhadap institusi pemerintah.

g. Inovasi layanan akan berhasil dengan baik apabila dijalankan oleh aparatur yang

memiliki kompetensi sesuai syarat jabatan (knowledge worker) dan memiliki

tanggung jawab secara profesional.


h. Pelayanan publik yang bermutu merupakan wujud akuntabilitas pemerintah

selaku penyedia layanan publik. Pelayanan publik yang bermutu akan

menciptakan kepercayaan publik kepada pemerintah.

i. Mutu dalam pelayanan publik, meskipun penting dan harus dilakukan sebagai

suatu akuntabilitas ternyata tidak terlepas dari motivasi politis pembuat kebijakan

dan kinerja organisasi pemerintah. Untuk itu, penciptaan pertanggungjawaban

kepada pelanggan semakin menekan organisasi-organisasi pemerintah untuk

memperbaiki hasil-hasil mereka, tidak sekadar mengelola sumber daya mereka.

j. Inovasi dapat menekan biaya produksi, meningkatkan produktivitas, menambah

keuntungan, memperkuat organisasi dalam meningkatkan daya saing di era

ekonomi global, meningkatkan kemampuan organsasi dalam beradaptasi dengan

perubahan lingkungan. Inovasi juga penting untuk keluar dari situasi pasar yang

lambat dan stagnan menjadi beralih kepada area operasional lain.

k. Co-production mengubah hubungan di antara pengguna jasa dan penyedia, yang

memungkinkan pengguna untuk mengambil lebih banyak kontrol dan kepemilikan.

Hal ini menjadi penting untuk menyelaraskan hasil dengan aspirasi dan

kebutuhan warga. Inovasi dalam pelayanan publik sangat terkait dengan

kapasitas organisasi dan tuntutan lingkungan eksternal untuk melakukan

perubahan yang lebih baik. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh PBB

Pelayanan Publik Awards PBB terdapat sejumlah prinsip kunci dan strategi untuk

inovasi dalam pemerintahan sebagai sesuatu penting, yaitu:

1) Mengintegrasikan layanan;

2) Desentralisasi pelayanan;

3) Memanfaatkan kemitraan;

4) Melibatkan warga negara;

5) Mengambil keuntungan dari Teknologi Informasi dan Komunikasi

6) Inovasi dalam Pemerintahan dan Administrasi Umum.

8. BERPIKIR KREATIF

a. Aparatur yang kreatif akan tercermin dari perilakunya yang memiliki dorongan

kuat untuk senantiasa mencari kebaruan,menemukan sesuatu yang berbeda dari

yang sudah ada, dan menciptakan keunikan yang berujung pada lahirnya karya

inovatif.

b. Kreativitas dalam pelayanan merupakan aktualisasi hasil berpikir kreatif, untuk

memberikan layanan yang memuaskan bagi masyarakat sebagai customers.


Layanan yang diberikan dapat memberikan manfaat dan nilai tambah yang sesuai

dengan harapan mereka.

c. Berpikir kreatif menunjukkan kemampuan orang untuk menghasilkan atau

menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Proses berpikir kreatif

membutuhkan daya imajinasi yang tinggi, yangmampu ke luar dari rutinitas atau

berbeda dari kebiasaan sehari-hari.

d. Inovasi bisa berbentuk karya hasil penemuan baru atau mengandung unsur

kebaruan (novelty), misalnya sebagai penyempurnaan atau perbaikan dari karya

yang sudah ada, produk imitasi (tiruan) yang memiliki nilai tambah, serta karya

hasil sintesis.

e. Penyelenggaraan kerja yang kreatif, inovatif, dan berkomitmen terhadap mutu,

akan sangat bermanfaat baik bagi aparatur, institusi, maupun masyarakat yang

dilayani. Semua pihak akan merasakan kepuasan dan nilai tambah atas layanan

yang diberikan.

9. MEMBANGUN KOMITMEN MUTU MELALUI INOVASI

Best practices atau contoh dan pengalaman terbaik sebenarnya merupakan hal yang

sudah biasa terjadi dalam ranah publik. Namun, pengalaman dan contoh yang

dianggap baik itu belum tentu cocok dipraktikkan secara utuh kepada suatu negara,

daerah maupun institusi. Perlu ada modifikasi dan penyesuaian lainnya yang

dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik negara, daerah dan institusi

yang akan diujicobakan. Terdapat beberapa kriteria terhadap layanan publik yang

dikategorikan sebagai best practices:

a. Pelayanan publik itu telah memberikan nilai tambah kepada masyarakat maupun

pemangku lainnya baik dalam hal ketepatan dan kecepatan layanan, dan bersifat

inklusif baik dari aspek harga maupun target group-nya;

b. Best practices itu dapat memberikan inspirasi terhadap kegiatan serupa yang

sedang dilakukan di suatu tempat baik dalam hal proses maupun hasil inovasi

yang dilakukan.

Tujuan utama pelayanan berbasis nilai-nilai dasar komitmen mutu adalah:

a. mengutamakan kepentingan sebagai pelanggan;

b. menumbuhkan kepercayaan terhadap institusi pemerintah;

c. meningkatkan kesetiaan dan kepuasan sebagai pelanggan;


d. menjalankan tugas, peran, dan fungsi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan secara akuntabel, profesional, dan inovatif.


ANTI KORUPSI

1. DAMPAK NEGATIF KORUPSI

Secara umum akibat korupsi adalah merugikan negara dan merusak sendi-sendi

kebersamaan serta memperlambat tercapainya tujuan nasional, diantaranya :

a. Tata ekonomi, seperti: pemborosan sumber-sumber, larinya modal ke luar negeri,

gangguan terhadap perusahaan, gangguan penanaman modal

b. Tata sosial budaya, seperti: revolusi sosial dan ketimpangan sosial

c. Tata politik, seperti: ketidakstabilan politik, pengambilalihan kekuasaan, hilangnya

bantuan luar negeri, hilangnya kewibawaan pemerintah

d. Tata administrasi, seperti: tidak efisien, kurangnya kemampuan administrasi,

hilangnya keahlian, hilangnya sumber-sumber negara, keterbatasan kebijaksanaan

pemerintah, dan pengambilan tindakan-tindakan represif.

2. PENGERTIAN KORPSI

a. Busuk; palsu; suap (kamus bahasa Indonesia)

b. Buruk, rusak; suka menerima uang sogok; menyelewengkan uang/barang milik

perusahaan atau negara; menerima uang dengan menggunakan jabatannya untuk

kepentingan pribadi (kamus hukum)

c. Kebejatan; ketidakjujuran; tidak bermoral; penyimpangan dari kesucian (The

Lexicon Webster Dictionary)

d. Penyuapan, pemalsuan (Kamus Bahasa Indonesia)

e. Penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahaan sebagai tempat

seseorang bekerja untuk keuntungan pribadi atau orang lain (Kamus Hukum).

f. Menurut Robert Klitgaard

C=M+D– A

C = Corruption/Korupsi M = Monopoly/Monopoli

D = Discretion/Diskresi A = Accountability/Akuntabilitas

g. Menurut Indriyanto Seno Adji berdasarkan pemahaman dan dimensi baru

mengenai kejahatan yang memiliki konteks pembangunan, pengertian korupsi

tidak lagi diasosiasikan dengan penggelapan keuangan negara saja. Tindakan

bribery (penyuapan) dan kickbacks (penerimaan komisi secara tidak sah) juga

dinilai sebagai sebuah kejahatan.

3. TINDAK PIDANA KORUPSI

a. Menurut SIMONS Tindak Pidana Korupsi adalah Tindakan melawan hukum yang

telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja oleh seseorang
yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan oleh undang-undang

telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum.

b. Menurut POMPE Tindak Pidana Korupsi adalah Pelanggaran norma atau

gangguan terhadap tertib hukum yang dengan sengaja atau tidak sengaja telah

dilakukan oleh seorang pelaku, dimana penjatuhan hukuman terhadap pelaku itu

adalah penting demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan

umum

c. Menurut Prof. MULJATNO Tindak Pidana Korupsi adalah Perbuatan yang dilarang

oleh suatu aturan hukum, larangan yang mana disertai sanksi berupa pidana

tertentu bagi barang siapa yang melanggar aturan tersebut.cUnsur perbuatan

pidana :

1) Adanya perbuatan

2) Memenuhi rumusan dalam UU (syarat formil)

3) Bersifat melawan hukum (syarat materiil)

d. Menurut UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7 kelompok tindak pidana

korupsi yang terdiri dari:

1) Kerugian keuangan negara,

2) Suap-menyuap,

3) Pemerasan,

4) Perbuatan Curang,

5) Penggelapan dalam Jabatan,

6) Benturan Kepentingan dalam Pengadaan,

7) Gratifikasi.

4. ANTI KORUPSI

a. Kesadaran diri anti korupsi yang dibangun melalui pendekatan spiritual, dengan

selalu ingat akan tujuan keberadaannya sebagai manusia di muka bumi, dan

selalu ingat bahwa seluruh ruang dan waktu kehidupannya harus

dipertanggungjawabkan, dapat menjadi benteng kuat untuk anti korupsi.

b. Tanggung jawab spiritual yang baik pasti akan menghasilkan niat yang baik dan

mendorong untuk memiliki visi dan misi yang baik, hingga selalu memiliki

semangat untuk melakukan proses atau usaha terbaik dan mendapatkan hasil

terbaik, agar dapat dipertanggungjawabkan juga secara publik.

c. Nilai dasar anti korupsi antara lain: Jujur, Peduli, Mandiri, Disiplin, Tanggung jawab,

Kerja keras, Sederhana, Berani dan Adil.


5. INTEGRITAS

a. Tunas Integritas berprinsip bahwa manusia sebagai faktor kunci perubahan.

b. Peran Tunas Integritas:

1) Menjadi jembatan masa depan kesuksesan organisasi, mereka menjadi

kumpulan orang yang selalu terdepan untuk memastikan tujuan organisasi

tercapai.

2) Membangun sistem integritas, berpartisipasi aktif dalam pembangunan

sistem integritas hingga semua peluang korupsi dan berbagai

penyimpangan lainnya dapat ditutupi.

3) Mempengaruhi orang lain, khususnya mitra kerja untuk berintegritas tinggi.

4) Re-framing kultur atau budaya.

5) Utilisasi fenomena perilaku.

c. Internalisasi Integritas dapat dilakukan:

1) Pendekatan inside out (dari dalam keluar)

2) Pendekatan outside in (dari luar ke dalam)

d. Internalisasi integritas akan maksimal ketika kita mampu menggabungkan

pendekatan inside out dan outside in. Untuk terjadinya hal tersebut maka:

1) Lingkungan yang berintegritas, misalnya perbanyak hidup dalam lingkungan

yang positif. Misalnya:

a) Memperbanyak teman yang berperilaku positif.

b) Memperbanyak artefak/simbol dan Lingkungan Berintegritas sejarah yang

memberikan makna atau inspirasi untuk melakukan perilaku positif dan

selalu ingat akan kebaikan dan kebenaran.

c) Memperbanyak rutinitas atau ritual positif.

d) Membangun atau menjalankan sistem integritas, misalnya dalam

Kepemimpinan, Struktur Organisasi, Sistem Pengendalian, dll.

2) Proteksi Integritas, misalnya pastikan pengaruh lingkungan yang negatif tidak

masuk dalam pikiran (diri). Misalnya:

a) Melakukan simbolisasi yang dilengkapi dengan imajinasi, sugesti dan

asosiasi bahwa pengaruh tersebut hanya ada diluar diri kita dan tidak

pernah masuk ke dalam diri.


b) Melakukan dis-asosiasi, yaitu keluar dari lingkaran pengaruh negatif

tersebut.

c) Melakukan Multi Protection of Integrity.

3) Perubahan Sistem Nilai, misalnya jika pengaruh sudah masuk dalam pikiran

(diri) segera lakukan teknik perubahan sistem nilai agar yang negatif dapat

dihapuskan dan diganti dengan yang positif.

e. Penanaman nilai integritas dapat dilakukan dengan pendekatan beragam cara,

diantaranya melalui: 1) Kesediaan, 2) Identifikasi dan 3) Internalisasi. Tingkat

permanensi penanaman ataupun perubahan sikap dan perilaku melalui

pendekatan internalisasi akan lebih permanen dibandingkan dengan identifikasi

dan kesediaan.

f. Teknik-teknik khusus untuk bawah sadar dapat dilakukan apabila kemampuan

Anchoring, Utilisasi, Rileksasi, Amplifiying, Modality, Asosiasi dan Sugesti dikuasai

dengan baik, kemampuan tersebut disingkat menjadi AURA MAS.

g. Sistem integritas merupakan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan dan

penjagaan integritas, sehingga terjadi penyelarasan antara rohani dan jasmani

dalam diri, penyelarasan jiwa, pikiran, perasaan, ucapan dan tindakan dengan

nurani dan lingkungan (sistem dan budaya integritas). Sistem integritas yang kuat

sebagai pengendali dan penyelaras akan berjalan secara efektif ketika diikuti

kesediaan seluruh elemen organisasi.

h. Beragam jenis dan bentuk sistem integritas untuk menjaga suatu organisasi

mencapai tujuannya secara berintegritas, diantaranya: 1) Kebijakan perekrutan

dan promosi, 2) Pengukuran Kinerja, 3) Sistem dan Kebijakan Pengembangan

SDM, 4) Pengadaan Barang dan Jasa, 5) Kode Etik dan Pedoman Perilaku, 6)

Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara, 7) Program Pengendalian

Gratifikasi, 8) dan lain-lain.

i. Dalam upaya sistem mampu memastikan organisasi mencapai tujuannya dan

menjaga individu dalam organisasi, maka kematangan pelaksanaan programnya

dilaksanakan secara optimal lewat tahapan :1) (belum ada

kinerja), 2) , (sementara, reaktif, mendadak) 3) (terencana dan

teroganisasi dengan baik) 4) Institutionalized (menyatu dengan sistem organisasi

5) (telah dapat dievaluasi) 6) (dapat di optimalkan).


A. MANAJEMEN ASN

1. Kedudukan, Peran, Hak dan Kewajiban, dan Kode Etik ASN

Kedudukan ASN:

Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang menjalankan

kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan Instansi Pemerintah serta harus bebas

dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik.

Peran ASN:

Perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum

pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan

pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari

praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Tugas ASN:

a. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;

c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: a) Pegawai Negeri Sipil

(PNS); dan b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik

dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel,

maka setiap ASN diberikan hak. Sesuai dengan asas proposionalitas, ASN yang

telah memperoleh hak tentu harus menjalankan kewajibannya sesuai dengan

tugas dan tanggungjawab.

PNS berhak memperoleh:

a. gaji, tunjangan, dan fasilitas;

b. cuti;

c. jaminan pensiun dan jaminan hari tua;

d. perlindungan; dan

e. pengembangan kompetensi
PPPK berhak memperoleh:

a. gaji dan tunjangan;

b. cuti;

c. perlindungan; dan

d. pengembangan kompetensi

Kewajiban Pegawai ASN:

a. setia dan taat pada Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan pemerintah yang sah;

b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;

c. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang

berwenang;

d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;

e. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,

kesadaran, dan tanggung jawab;

f. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan

tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;

g. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Sebagai profesi, ASN bekerja dengan berlandaskan pada kode etik dan

kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN yang diatur dalam UU ASN

menjadi acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah dan

bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN.

Kode etik dan kode perilaku bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan

ASN. Antara lain:

a. Sebagai pedoman, panduan birokrasi publik/aparatur sipil negara dalam

menjalankan tugas dan kewenangan agar tindakannya dinilai baik;

b. Sebagai standar penilaian sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi

publik/aparatur sipil negara dalam menjalankan tugas dan kewenangannya;

dan

c. Etika birokrasi penting sebagai panduan norma bagi aparat birokrasi dalam

menjalankan tugas pelayanan pada masyarakat dan menempatkan

kepentingan publik di atas kepentingan pribadi, kelompok dan organisasinya.


2. Konsep Sistem Merit Dalam Pengelolaan ASN

Sistem Merit adalah kebijakan dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada

kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa

membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis

kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.

Bagi Organisasi: Mendukung keberadaan prinsip akuntabilitas yang saat ini

menjadi tuntutan dalam sektor publik.

Bagi ASN: Menjamin keadilan dan juga menyediakan ruang keterbukaan dalam

perjalanan karir seorang pegawai.

Prinsip Sistem Merit

a. Keadilan dan kewajaran

b. Obyektif

c. Berbasis kinerja

Pelaksanaan Sistem Merit dalam beberapa komponen Pengelolaan ASN

a. Penyusunan dan penetapan kebutuhan

b. Penilaian kinerja

c. Pengembangan kompetensi, promosi, mutasi, penghargaan

Kelembagaan dan Jaminan Sistem Merit dalam Pengelolaan ASN

Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN), diberikan kewenangan untuk melakukan

monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan manajemen ASN untuk

menjamin perwujudan atau pelaksanaan sistem merit pada instansi pemerintah.

KemenPAN dan RB bertugas memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam

penindakan Pejabat yang Berwenang dan Pejabat Pembina Kepegawaian atas

penyimpangan sistem merit dalam pengelolaan ASN.

3. Mekanisme Pengelolaan ASN

a. Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK;

b. Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan,

pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi,

penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,

pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan;

c. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian

kinerja; penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian


penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan

perlindungan;

d. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian,

kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah

dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan

memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, Pendidikan dan

latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang

dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

e. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi

selama 2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi,

kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan

perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan;

f. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun

dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan

Tinggi hanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun;

g. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian

memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan

pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan

yang disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif

sendiri;

h. Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang

diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya

dan tidak kehilangan status sebagai PNS;

i. Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik

Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan:

menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan

mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa;

j. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan

dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi

ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar- Instansi

Pemerintah;

k. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya

administratif terdiri dari keberatan dan banding administratif

B. PELAYANAN PUBLIK
1. KONSEP DAN PRINSIP PELANYANAN PUBLIK

a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik menyatakan

bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam

rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,

jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara

pelayanan publik.

b. Tiga unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu pertama, organisasi

penyelenggara pelayanan publik, kedua, penerima layanan (pelanggan) yaitu

orang, masyarakat atau organisasi yang berkepentingan, dan ketiga, kepuasan

yang diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan (pelanggan).

c. Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki (rivalitas) dan

(ekskludabilitas) yang rendah. Barang/jasa publik yang murni

yang memiliki ciri-ciri: tidak dapat diproduksi oleh sektor swasta karena

adanya free rider problem, non-rivalry, dan non-excludable, serta cara

mengkonsumsinya dapat dilakukan secara kolektif.

d. Perkembangan paradigma pelayanan: Old Public Administration (OPA), New

Public Management (NPM) dan seterusnya menjadi New Public Service (NPS).

e. Definisi pelayanan publik dalam UU No. 25 Tahun 2009 sangat sempit, karena

ruang lingkup pelayanan yang disebut sebagai pelayanan publik sangat

terbatas, dan bentuk kegiatan pelayanan publik sebagaimana diatur dalam

pasal 5 ayat 3 dan 4 juga sangat sempit karena pelayanan kebutuhan barang

publik bagi masyarakat hanya diartikan sebagai pengadaan barang/jasa di

instansi pemerintah.

f. Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan

prima adalah: Partisipatif, Transparan, Responsif, Non Diskriminatif, Mudah

dan Murah, Efektif dan Efisien, Aksesibel, Akuntabel, dan Berkeadilan.

2. POLA PIKIR ASN SEBAGAI PELAYAN PUBLIK

a. Hal-hal fundamental dalam pelayanan publik, antara lain: Pelayanan publik

merupakan hak warga negara sebagai amanat konstitusi, Pelayanan Publik

diselenggarakan dengan pajak yang dibayar oleh warga Negara, Pelayanan

publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai hal-hal yang strategis

bagi kemajuan bangsa di masa yang akan datang, Pelayanan publik memiliki

fungsi tidak hanya memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar warga negara


sebagai manusia, akan tetapi juga berfungsi sebagai proteksi bagi warga

negara.

b. Bentuk-bentuk patologi birokrasi antara lain: Penggelembungan Organisasi,

Duplikasi Tugas dan Fungsi, Red Tape, Konflik Kewenangan, Korupsi Kolusi

dan Nepotisme, dan Enggan Berubah.

c. Budaya birokrasi yang melayani masyarakat dapat dioperasionalisasikan

dengan cara: memiliki kode etik untuk mengatur hal-hal apa saja yang secara

etis boleh dan tidak boleh dilakukan, menjadikan prinsip melayani sebagai

suatu kebanggaan, memiliki atau SOP yang jelas dalam

memberikan pelayanan, memiliki etika profesionalisme sebagai seorang

birokrat.

d. Prinsip-pinsip pelayanan prima antara lain: Responsif terhadap

pelanggan/memahami pelanggan, Membangun visi dan misi pelayanan,

Menetapkan standar pelayanan dan ukuran kinerja pelayanan, Pemberian

pelatihan dan pengembangan pegawai terkait bagaimana memberikan

pelayanan yang baik, Memberikan apresiasi kepada pegawai.

e. Tujuh Sikap pelayanan, antara lain:

3. PRAKTIK ETIKET PELAYANAN PUBLIK

Etika dan etiket mengatur perilaku manusia secara normatif, artinya memberi

norma bagi perilku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus

dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Etiket pelayanan yang perlu diperhatikan

oleh ASN terhadap pengguna

jasa pada umumnya adalah sebagai berikut: Sikap/ perilaku, Ekspresi wajah,

Penampilan, Cara berpakaian, Cara berbicara, Cara mendengarkan, Cara bertanya.

Beberapa etiket dasar yang seharusnya dilakukan oleh ASN antara lain:

Beberapa manfaat dari etiket antara lain:

Beberapa praktik etiket dalam pelayanan: Etiket dalam menyampaikan salam,

Etiket dalam berjabat tangan, Etiket dalam menerima tamu, Etiket dalam

bertamu/menerima tamu, dan Etiket dalam menangani keluhan pelanggan.

C. WHOLE OF GOVERNMENT (WOG)


1. KONSEP WOG

a. WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang

menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor

dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan

pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.

b. Karakteristik pendekatan WoG dapat dirumuskan dalam prinsip-prinsip

kolaborasi, kebersamaan, kesatuan, tujuan bersama, dan mencakup

keseluruhan aktor dari seluruh sektor dalam pemerintahan.

c. WoG menjadi penting dan tumbuh sebagai pendekatan yang mendapatkan

perhatian dari pemerintah.

1) Pertama, adalah adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik

dalam mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan

pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik.

Selain itu perkembangan teknologi informasi, situasi dan dinamika

kebijakan yang lebih kompleks juga mendorong pentingnya WoG dalam

menyatukan institusi pemerintah sebagai penyelenggara kebijakan dan

layanan publik.

2) Kedua, terkait faktor-faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan

kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi antar

sektor dalam pembangunan.

3) Ketiga, khususnya dalam konteks Indonesia, keberagaman latar belakang

nilai, budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya mendrong

adanya potensi disintegrasi bangsa.

d. WoG dapat dipraktekkan dalam kontinum koordinasi-merger, di mana

pelaksanaan WoG dilakukan mulai dari sebatas koordinasi tanpa ada dampak

perubahan institusi atau kelembagaan sampai dengan proses merger atau

penyatuan beberapa lembaga menjadi satu unit organisasi baru. Perbedaan

masing-masing kategori terletak dari posisi masing-masing kelembagaan yang

terlibat atau dilibatkan dalam WoG. Untuk kategori koordinasi, maka

kelembagaan yang terlibat dalam pendekatan WoG tidak mengalami

perubahan struktur organisasi. Sedangkan dalam kategori integrasi,

kelembagaan yang terlibat mulai cair, dan terdapat penyamaan perencanaan

jangka panjang serta kerjasama. Adapun dalam kategori kedekatan dan


pelibatan, kelembagaan menyatukan diri dalam wadah yang relatif lebih

permanen.

2. PENERAPAN WOG DALAM PELAYANAN YANG TERINTEGRASI

a. Praktek WOG

Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik dari sisi

penataan institusi formal maupun informal.

1) Penguatan koordinasi antar Lembaga

2) Membentuk lembaga koordinasi khusus

3) Membentuk gugus tugas

4) Koalisi sosial

b. Tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan WoG di tataran praktek

antara lain adalah:

1) Kapasitas SDM dan institusi Kapasitas SDM dan institusi-institusi yang

terlibat dalam WoG tidaklah sama. Perbedaan kapasitas ini bisa menjadi

kendala serius ketika pendekatan WoG, misalnya, mendorong terjadinya

merger atau akuisisi kelembagaan, di mana terjadi penggabungan SDM

dengan kualifikasi yang berbeda.

2) Nilai dan budaya organisasi Seperti halnya kapasitas SDM dan institusi,

nilai dan budaya organisasi pun menjadi kendala manakala terjadi upaya

kolaborasi sampai dengan penyatuan kelembagaan

3) Kepemimpinan Kepemimpinan menjadi salah satu kunci penting dalam

pelaksanaan WoG. Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan

yang mampu mengakomodasi perubahan nilai dan budaya organisasi serta

meramu SDM yang tersedia guna mencapai tujuan yang diharapkan.

c. Praktek WoG dalam Pelayanan Publik

1) Pelayanan yang Bersifat Adminisitratif. Pelayanan publik yang

menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan warga

masyarakat
2) Pelayanan Jasa. Pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang

dibutuhkan warga masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan,

ketenagakerjaan, perhubungan, dan lainnya

3) Pelayanan Barang. Pelayanan yang menghasilkan jenis barang yang

dibutuhkan warga massyarakat, seperti misalnya jalan, perumahan,

jaringan telepon, listrik, air bersih, dan seterusnya.

4) Pelayanan Regulatif. Pelayanan melalui penegakan hukuman dan

peraturan perundang-undangan, maupun kebijakan publik yang mengatur

sendi-sendi kehidupan masyarakat

d. Adapun berdasarkan polanya, pelayanan publik dapat dibedakan juga dalam 5

(lima) macam pola pelayanan yang masing-masing diuaraikan sebagaimana

berikut ini.

1) Pola Pelayanan Teknis Fungsional

2) Pola Pelayanan Satu Atap

3) Pola Pelayanan Satu Pintu

4) Pola Pelayanan Terpusat

5) Pola Pelayanan Elektronik

3. PENERAPAN WOG DI BERBAGAI NEGARA

a. Prasyarat Best Practices

Dalam memanfaatkan pendekatan WoG ini, terdapat beberapa prasyarat agar

pendekatan ini dapat diterapkan. APSC (Shergold & others, 2004)

merumuskan prasyarat untuk penerapan WoG yang baik yaitu antara lain:

1) Budaya dan Filosopi

2) Cara Kerja yang Baru

3) Akuntabilitas dan Insentif

4) Cara baru Pengembangan Kebijakan, Mendesain Program dan Pelayanan.

b. Best Pactices WoG

No Negara Praktek WoG Keterangan

1 Inggris WoG Integrasi sistem laporan keuangan 5.500 organisasi


Account publik

2 AustraliaAPSC, Integrasi antar lembaga di semua tingkatan dan


Centrelink, mendekatkan pelayanan publik kepada masyarakat
COAG, koalisi
sosial

3 Amerika Keamanan Fokus pada isu keamanan nasional, serta


Serikat nasional, pemanfaatan teknologi informasi dalam
Integrated menyatukan pemerintahan di semua tingkatan
portal
www.usa.gov

4 MalaysiaOne-day Pemberian layanan yang lebih terintegrasi dan cepat


service, serta memastikan bahwa setiap keluhan dari
oneday masyarakat harus diterima dan direspon segera,
delivery dan walaupun keluhan tersebut ditujukan ke instansi
no-wrong yang berbeda.
door

c. E-government

1) Ketersediaan CIO di negara-negara Asia, Eropa dan Amerika relatif

berimbang, sedangkan negara-negara Afrika dan Oceania tergolong

tertinggal;

2) Interoperabilitas sektor publik merupakan indicator sejauh mana terdapat

kapasitas pertukaran informasi antar sektor, termasuk penggunaan ID card

yang dapat dikenali semua sistem. Beberapa negara yang terdepan dalam

indikator ini adalah Jepang, Belgia, Austria, Denmark, Singapura, termasuk

beberapa negara berkembang seperti Kazakhstan, Ukraina, Bangladesh

dan India;

3) Integrasi pelayanan online. Survey ini menunjukkan bahwa selama kurun

waktu 8 tahun terdapat peningkatan signifikan dalam integrasi pelayanan

online dari 63 negara di 2004 menjadi 135 negara di 2012;

4) Prosentase portal nasional yang terhubung dengan website kementerian

dan lembaga. Dalam hal ini Amerika Serikat memimpin sebagai negara

dengan prosentasi tertinggi portal terhubung dengan website instansi

pemerintah.

4. IMPLEMENTASI WOG DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN DI INDONESIA

a. Hakekat Dasar Pelayanan Publik

Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk untuk

memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik

yang merupakan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. Bahwa membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan


publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan

yang harus dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga

negara dan penduduk tentang peningkatan pelayanan publik.

b. WOG dalam Lingkup Penyelenggaraan Negara

Pada hakekatnya, sistem penyelenggaraan negara merupakan aktivitas dari

lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif atau seluruh lembaga negara, dalam

rangka mencapai tujuan berbangsa dan bernegara. Dalam penyelenggaraan

negara perlu diterapkan “ check and balances system” , agar

penyelenggaraan kekuasaan negara dimaksud bisa berjalan secara efektif dan

efisien.

c. WoG dalam Lingkup Penyelenggaraan Pemerintahan Negara

Dalam konteks governance yang baik, maka sistem penyelenggaraan

pemerintahan negara adalah keseluruhan penyelenggaraan kekuasaan

pemerintahan (executive power) dengan memanfaatkan dan

mendayagunakan kemampuan pemerintah dan segenap aparaturnya dari

semua peringkat pemerintahan beserta seluruh rakyat di wilayah negara

Indonesia, serta dengan memanfaatkan pula segenap dana dan daya yang

tersedia secara nasional demi tercapainya tujuan negara dan terwujudnya

cita-cita bangsa sebagaimana dimaksud Pembukaan UUD 1945.

d. WoG dalam Lingkup Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta

antar Daerah

Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta antar Daerah sangat

terkait erat dengan prinsip-prinsip dan tujuan pemberian Otonomi Daerah, baik

kepada Daerah Provinsi maupun kepada Daerah Kabupaten dan Kota,

berdasarkan asas desentralisasi.

e. Pegawai ASN dan Pelayanan Publik

Berdasarkan Penjelasan Umum UU No.4 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

Negara (UU ASN), dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana

tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik,

bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan

pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai

perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
f. WoG dalam Pelayanan Publik di lingkup Administrasi Pemerintahan

Berdasarkan UU AP, administrasi pemerintahan itu sendiri, bertujuan untuk:

1) menciptakan tertib penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan;

2) menciptakan kepastian hukum;

3) mencegah terjadinya penyalahgunaan Wewenang;

4) menjamin akuntabilitas Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan;

5) memberikan pelindungan hukum kepada Warga Masyarakat dan aparatur

pemerintahan;

6) melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan dan menerapkan

AUPB; dan

7) memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada Warga Masyarakat.

g. Asas-Asas terkait dengan Implementasi WoG

Berdasarkan UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang

Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, telah ditetapkan

asasasas umum penyelenggaraan negara, yang harus menjadi acuan dalam

penyelenggaraan negara dan pemerintahan negara oleh Aparatur Negara

1) Asas Kepastian Hukum;

2) Asas Kepentingan Umum;

3) Asas Akuntabilitas;

4) Asas Proporsionalitas;

5) Asas Profesionalitas;

6) Asas Keterbukaan;

7) Asas Efisiensi; dan

8) Asas Efektifitas.

Berdasarkan UU AP, asas dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan

terdiri atas:

1) Asas Legalitas

2) Asas Pelindungan terhadap Hak Asasi Manusia

3) Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB). AUPB terdiri atas :

a) kepastian hukum;

b) kemanfaatan;

c) ketidakberpihakan;

d) kecermatan;
e) tidak menyalahgunakan kewenangan;

f) keterbukaan;

g) kepentingan umum; dan

h) pelayanan yang baik.

h. Dasar Kebijakan Pelayanan Publik

Saat ini, dasar hukum utama praktek penyelenggaraan pelayanan publik di

Indonesia adalah UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang mulai

berlaku sejak tanggal 18 Juli 2009. Pegawai ASN yang merupakan unsur

aparatur Negara berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik; pelayan publik;

dan perekat dan pemersatu bangsa.

Penyelenggaraan pelayanan publik berasaskan:

1) kepentingan umum Pemberian pelayanan tidak boleh mengutamakan

kepentingan pribadi dan/atau golongan.

2) kepastian hukum Jaminan terwujudnya hak dan kewajiban dalam

penyelenggaraan pelayanan.

3) kesamaan hak Pemberian pelayanan tidak membedakan suku, ras, agama,

golongan, gender, dan status ekonomi.

4) keseimbangan hak dan kewajiban Pemenuhan hak harus sebanding

dengan kewajiban yang harus dilaksanakan, baik oleh pemberi maupun

penerima pelayanan.

5) Keprofesionalan Pelaksana pelayanan harus memiliki kompetensi yang

sesuai dengan bidang tugas.

6) Partisipatif Peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan

masyarakat.

7) Persamaan perlakuan/ tidak diskriminatif Setiap warga negara berhak

memperoleh pelayanan yang adil.

8) Keterbukaan Setiap penerima pelayanan dapat dengan mudah mengakses

dan memperoleh informasi mengenai pelayanan yang diinginkan.

9) Akuntabilitas Proses penyelenggaraan pelayanan harus dapat

dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.
10)Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan. Pemberian

kemudahan terhadap kelompok rentan sehingga tercipta keadilan dalam

pelayanan.

11)Ketepatan waktu Penyelesaian setiap jenis pelayanan dilakukan tepat

waktu sesuai dengan standar pelayanan.

12)Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan. Setiap jenis pelayanan

dilakukan secara cepat, mudah, dan terjangkau

i. WoG dalam Lingkup Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Pemerintah Daerah wajib menjamin terselenggaranya pelayanan publik

berdasarkan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

1) Asas Penyelenggaraan Pelayanan

2) Manajemen Pelayanan Publik

3) Kewajiban Pemda untuk Membuat Informasi Pelayanan Publik dan

Maklumat Pelayanan Publik

4) Penyederhaan Jenis & Prosedur Pelayanan Publik serta Pembentukan Unit

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTD)

5) Pengaduan

6) Evaluasi Pelayanan Publik

Anda mungkin juga menyukai