Anda di halaman 1dari 6

LEARNING JOURNAL

Program Pelatihan : Pelatihan Dasar CPNS


Angkatan/ Kelas : Angkatan VI / Kelompok I
Nama Agenda : Akuntabilitas
Nama Peserta : Nur Triana Permana, A.Md.Kep
No. Daftar Hadir :-
Lembaga Penyelenggara Pelatihan : PPSDM Regional Bandung

A. Pokok Pikiran

1. Pengertian

Akuntabillitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau


institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjasi amanahnya.
Amanah seseorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai
public. Nilai-nilai public tersebut antara lain adalah :

 Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi


konflik kepentingan, antara kepentingan public dengan kepentingan
sector, kelompok, dan pribadi.

 Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan


mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis.

 Memperlakukan warga Negara secara sama dan adil dalam


penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan public.

 Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat


diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan.

2. Aspek-Aspek Akuntabilitas

a. Akuntabilitas adalah hubungan (Accountability is a relationship)

Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara


individu/ kelompok/ institusi dengan Negara dan masyarakat.
Pembberi kewenangan bertanggungjawab memberikan arahan
yang memadai, bimbingan dan mengalokasikan sumber daya
sesuai dengantugas dan fungsinya. Dilain sisi, individu/ kelompok/
institusi bertanggungjawab dalam memenuhi semua
kewajibbannya. Oleh sebab itu, dalam akuntabilitas, hubungan
yang terjadi adalah hubungan yang bertanggungjawab antara
kedua belah pihak.

b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-


oriented)

Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat


pemerintah yang bertanggungjawab, adil dan inovatif. Dalam
konteks ini, setiap individu/ kelompok/ institusi dituntut untuk
bertanggungjawab dalam menjalankan tugas dan kewajibannya,
serta selalu bertindak dan berupaya untuk memberikan kontribusi
untuk mencapai hasil yang maksimal.

c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability


requers reporting)

Laporan kinerja adalahperwujudan dari akuntabilitas. Dengan


memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap
tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu/ kelompok/
institusi, serta mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan
proses yang telah dilakukan. Dalam dunia birokrasi, bentuk
akuntabilitas setiap individu berwujud suatu laporan yang
didasarkan pada kontrak kerja, sedangkan dalam institusi adalah
LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah).

d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is


meaningless without counsequences)

Akuntabilitas adalah kewajiban. Kewajiban menunjukan


tanggungjawab menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi tersebut
dapat berupa penghargaan atau sanksi.
e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves
peformance)

Tujuna utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja


PNS dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam
pendekatan akuntabilitas yang bersifat proaktif (proactive
accountability), akuntabilitas dimaknai sebagai sebuah hubungan
dan proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sejak awal, penempatan sumber daya yang tepat, dan
evaluasi kinerja. Dalam hal ini proses setiap individu/ kelompok/
institusi akai dimintai pertanggungjawaban secara aktif yang terlibat
dalam proses evaluasi dan berfokus peningkatan kinerja.

3. Pentingnya Akuntabilitas

PNS perlu menjadi pelayan masyarakat dengan mengenalkan nilai-


nilai akuntabilitas untuk membentuk sikap dan perilaku PNS dengan
mengedepankan kepentingan public, imparsial, dan berintegritas.

Akuntabilitas public memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu :

1) Untuk menyediakan control demokratis (peran demokrasi)


2) Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional)
3) Untuk meningkatkan efisiensi dan evektivitas (peran belajar)

Menciptakan lingkungan kerja yang Akuntabel

1. Kepemimpinan

Lingkungan akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana pimpinan


memaikan peran penting dalam menciptakan lingkungannya.

2. Transparansi

Tujuan trasparansi adalah mendorong komunikasi yang lebih besar dan


kerjasama antara kelompok internal dan eksternal.

3. Integritas
Dengan adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk
menjungjung tinggi dan mematuhi semua hukum yang berlaku.

4. Tanggungjawab (Responsibilitas)

Responsibilitas institusi dan responsibilitas perseorangan memberikan


kewajiban bagi setiap individu dan lembaga, bahwa ada suatu
konsekuensi dari setiap tindakan yang telah dilakukan, adanya tuntutan
untuk bertanggungjawab atas keputusan yang telah dibuat.

5. Keadilan

Keadilan adalah landasanutama dari akuntabilitas. Ketidakadilan harus


dihindari karena dapat menghancurkan kepercayaan dan kredibilitas
organisasi yang mengakibatkan kinerja menjadi tidak optimal.

6. Kepercayaan

Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.


Kepercayaan ini akan menghasikan akuntabilitas.

7. Keseimbangan

Untuk mencapai akuntabilitas dalamlingkungan kerja, maka diperlukan


adanya keseimbangan atara akuntabilitas dan kewenangan, serta
harapan dan kapasiitas.

8. Kejelasan

Kejelasan juga meupakan salahsatu elemen untuk mempertahankan


akuntabilitas.

9. Konsistensi

Konsistensi menjamin stabilitas.

Contoh kasus

Sumber : https://www.neraca.co.id/article/7473/rekening-gendut-pns-
temuan-ppatk-bukti-lemahnya-akuntabilitas
REKENING "GENDUT" PNS TEMUAN PPATK
Bukti Lemahnya Akuntabilitas

Jakarta - Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)


menemukan rekening "gendut” milik pegawai negeri sipil (PNS). Hebatnya,
jumlah yang tertera dalam rekening PNS tersebut terbilang tak wajar
karena ada yang mencapai ratusan miliar rupiah.
Di mata peneliti ekonomi LIPI Agus Eko Nugroho, temuan PPATK itu
sebenarnya menunjukkan betapa lemahnya administrasi publik di republik
ini. Pasalnya, dengan struktur gaji PNS yang normal, jelas tidak mungkin
PNS bisa memperoleh tabungan sampai miliaran rupiah di bank.
“Pendapatan menyimpang di luar struktur gaji PNS melalui cara-cara
menyeleweng jelas dilarang oleh undang-undang apapun. Ini persoalan
akuntabilitas”, tegas Agus kepada Neraca, Senin (28/11).
Agus meyakini, hampir di semua lembaga pelayanan publik dalam
kegiatan ekonominya memungkinkan oknum PNS melakukan manipulasi,
korupsi dan penyelewengan. Di bidang perpajakan, bahkan pelayanan
yang terkait dengan agama pun, oknum-oknum itu bergentayangan. “Sulit
memilah sektor pelayanan publik yang mana yang menjadi pusat korupsi,
karena hampir di setiap lembaga membuka celah untuk melakukan
korupsi”, ujarnya.
Menurut dia, setidaknya ada dua modus penyelewengan oknum PNS
untuk memperkaya diri. Pertama, berupa gratifikasi, terkait dengan arus
income yang masuk dari kalangan swasta, kaitannya dengan pelayanan
publik yang dia berikan. Kedua, perilaku korupsi para PNS yang
memanipulasi anggaran APBN.
“Pola pengadaan barang dan jasa atau tender proyek-proyek pemerintah
juga menjadi sarang KKN antara oknum PNS dengan swasta. Tender yang
tidak transparan membuat persekongkolan antara panitia lelang dengan
swasta penyedia pekerjaan. Mulai dari proses pendaftaran sampai
pengumuman pemenangan tender sangat rawan dengan fee atau
penyuapan. Di situlah, oknum PNS memperkaya diri”, jelas Agus.
B. Penerapan

Dari kasus di atas kita bisa belajar bahwa ASn yang tidak memiliki
integritas dan akuntabilitas yang baik mereka akan sangat mudah
melakukan pelanggaran hukum seperti memperkaya diri sendiri dengan
uang Negara atau korupsi dan pungli dan masih banyak lagi. Hal ini tentu
menyadarkan saya sebagai CPNS bahwa akuntabilitas sangat penting di
bentuk sejak dini guna mempermudah kita dalam mngimplementasikannya
dalamkehidupan sehari-hari terutama dalam hal pekerjaan sehingga tidak
aka nada lagi oknum ASN yang korupsi, memperkaya diri sendiri dan
melakukan pungli. Karena sadar betul bahwa jabatannya sebagai ASN
adalah amanah yang perlu di jalankan dengan baik.
Dengan adanya akuntabilitas kita akan lebih bertanggungjawab lagi
terhadap pekerjaan yang kita jalankan, dan dapat
mempertanggungjawabkan hasil kerja kita. Sehingga kita bisa secara
konsisten memberikan pelayanan kesehatan yang baik pada masyarakat.
Tanpa merugikan pengguna layanan kesehatan di tempat kita bekerja.
Sebagai contoh, kita menjelaskan kepada masyarakat pengguna layanan
kesehatan tarif atau harga layanan yang di berikan sudah sesuai dengan
peraturan pemerintah daerah. Dan tarif tersebut terpampang jelas di area
pelayanan kesehatan (Puskesmas) menunjukan transparansi dalam
pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai