Anda di halaman 1dari 9

AGENDA 1 MATERI 2

WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA

• Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda
Pancasila, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan
identitas NKRI
• Keempat simbol tersebut menjadi cerminan kedaulatan negara dengan negara lain,
menjadi cerminan kemandirian dan eksistensi negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
• bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia menjadi simbol

• AatSauNlammebmainligkinkegewarajiybangudnithuokr maetnigdiamnpdleibmaengtgaskikan
wBaerlga Nnegara yInand gondeisieal.enggarakan melalui

✓ pendidikan kewarganegaraan,
✓ pelatihan dasar kemiliteran secara wajib,
✓ pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara
wajib,
✓ dan pengabdian sesuai dengan profesi.

• Usaha BelaNegara bertujuan untuk memelihara jiwa nasionalisme Warga Negara


• Pemenuhan hak dan kewajibannya terhadap Bela Negara yang diwujudkan dengan
Pembinaan Kesadaran Bela Negara demi tercapainya tujuan dan kepentingan nasional
• Kedudukan Pancasila dipertegas dalam UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan sebagai sumber dari segala sumber hukum negara. Artinya,
setiap
denganmateri muatan
nilai-nilai kebijakan
yang negara,
terkandung dalamtermasuk UUD 1945, tidak boleh bertentangan
Pancasila.
• Penyelenggaraan negara harus dilakukan untuk disesuaikan dengan arah dan kebijakan
penyelenggaraan negara yang berlandaskan Pancasila dan konstitusi negara, yaitu UUD
1945.
• Pembukaan UUD 1945 tidak akan berubah atau dirubah, merupakan dasar dan sumber
hukum bagi Batang-tubuh UUD 1945 maupun bagi Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia apapun yang akan atau mungkin dibuat.
• Pancasila beserta norma-norma dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD
1945, menjadi norma hukum yang memberi kerangka dasar hukum sistem administrasi
negara Republik Indonesia pada umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan 58
pemerintahan negara yang mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan
aspek sumber daya manusianya.

AGENDA 1 MATERI 2
ANALISIS ISU KONTEMPORER

1. Konsepsi perubahan lingkungan strategis


a. Konsep Perubahan
Sosok PNS yang ideal dapat diwujudkan dengan memahami posisi dan perannya
serta kesiapannya memberikan hasi yang terbaik memanfaatkan segala potensi yang
dimiliki untuk bersama-sama melakukan perubahan yang memberikan manfaat secara luas
dalam melaksanakan tugas-tugas pembangunan dan pemerintahan.
b. Perubahan Lingkungan Strategis
Berdasarkan dari pandangan Urie Brofenbrenner, ada empat evel lingkungan
strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan pekerjaannya
sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga, masyarakat pada level
lokal dan regional, nasional, dan dunia. Setiap PNS harus mengenal dan memahami
secara kritis terkait isu-isu strategis kontemporer dengan mulai membenahi diri
dengan segala
kemapuan, kemudian mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki dengan
memperhatikan modal insani (manusia).
c. Modal Insani dalam Menghadapi Perubahan
Ada enam komponen modal manusia (Ancok, 2002), yaitu: modal intelektual, modal
emosional, modal sosial, modal ketabahan, modal etika/moral dan modal kesehatan
(kekuatan) fisik/jasmani.
2. Isu-isu Strategis Kontemporer
a. Korupsi
b. Narkoba
c. Terorisme dan Radikalisme
d. Money Laudring
e. Proxy War
f. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, dan Hoax)
3. Teknis analisis isu-isu dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis
Current isue merupakan kelompok isu yang mendapatkan perhatian dan sorotan publik
secara luas dan memerlukan penanganan sesegera mungkin dari pengambil keputusan.
Emerging Issue merupakan isu yang perlahanlahan masuk dan menyebar di ruang publik,
dan publik mulai menyadari adanya isu tersebut. Isu potensial adalah Kelompok isu yang
belum nampak di ruang publik, namun dapat terindikasi dari beberapa instrumen (sosial,
penelitian ilmiah, analisis intelijen, dsb) yang mengidentifikasi adanya kemungkinan
merebak isu dimaksud di masa depan. Teknik analisis isu meliputi teknik tapisan isu, dan
teknik analisis isu. Alat bantu untuk menganalisis isu bisa berupa mind mapping, fishbone
diagram dan analisis SWOT.

AGENDA 1 MATERI 3
SIKAP PERILAKU BELA NEGARA
1. Kesiapsiagaan Bela Negara
Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik
secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang
dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan
berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD Tahun 1945 untuk menjaga, merawat dan
menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Rumusan 5 Nilai Bela Negara
1. Rasa Cinta Tanah Air
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara\
3. Setia Kepada Pancasila sebagai Ideologi Negara
4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
5. Mempunyai Kemampuan Awal Bela Negara

2. Kemampuan Awal Bela Negara, mencakup beberapa hal yaitu


A. Kesehatan Jasmani dan Mental
1. Kesehatan Jasmani
Kesehatan Jasmani dapat juga didefinisikan sebagai kemampuan untuk menunaikan tugas
dengan baik walaupun dalam keadaan sukar, dimana orang dengan kesehatan jasmani yang
kurang tidak mampu untuk melaksanakan atau menjalaninya.

2. Kesehatan Mental
• Kesehatan Mental. Inti dari suatu kesehatan mental adalah sistem kendali diri yang
bagus. Itu sebabnya, salah satu cara mendapatkan kendali diri yang baik adalah dengan
memelihara kesehatan otak (healthy brain) lebih dari sekadar kenormalan otak (normal
brain).
• Sistem Berpikir. Hubungan kesehatan jasmani, mental, sosial dan spiritual, dilakukan
secara neurobiologis oleh 2 (dua) sistem yaitu sistem 1 dan sistem 2.
• Kesehatan Berpikir. Makin mendalam pikiran kita terhadap suatu masalah, makin baik
keputusan yang akan dihasilkan. Dengan kata lain, keputusan yang diambil dengan
pertimbangan rasional akan lebih baik dari keputusan yang diambil secara impulsif
karena dorongan emosional.
• Kendali Diri. kemampuan manusia untuk selalu dapat berpikir sehat dalam kondisi apapun.
• Manajemen Stres. Dari pelbagai riset diketahui bahwa stres berkaitan dengan 1)
kehidupan keluarga (family history), 2) kejadian sehari-hari yang penuh stres (stressful
life events),
3) gaya atau cara berpikir (thinking style), 4) ketakmampuan melakukan koping (poor
coping skills), 5) kepribadian yang khas (individual personality), dan 6) dukungan sosial
(social support) (Gladeana, 2011: 13-19).
• Emosi Positif. kemampuan mengelola pikiran dan perasaan dalam hubungan
intrapersonal sehingga seseorang memiliki nilai-nilai kehidupan yang mendasari
kemampuan bersikap dengan tepat.

C. Etika, Etiket dan Moral


1. Etika. Etika dapat juga disimpulkan sebagai suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan
kesediaan dan kesanggupan seorang secara sadar untuk mentaati ketentuan dan norma
kehidupan melalui tutur, sikap, dan perilaku yang baik serta bermanfaat yang berlaku
dalam suatu golongan, kelompok, dan masyarakat serta pada institusi formal maupun
informal (Erawanto, 2013).
2. Etiket. Etiket adalah bentuk aturan tertulis maupun tidak tertulis mengenai aturan tata
krama, sopan santun, dan tata cara pergaulan dalam berhubungan sesama manusia
dengan cara yang baik, patut, dan pantas sehingga dapat diterima dan menimbulkan
komunikasi, hubungan baik, dan saling memahami antara satu dengan yang lain.
3. Moral. Moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
3. Rencana Aksi Bela Negara
Aksi Nasional Bela Negara dapat didefinisikan sebagai sinergisetiap warga negara guna
mengatasi segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dengan berlandaskan pada
nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil, dan makmur
4. Kegiatan Kesiapsiagaan Bela Negara
a. Baris Berbaris dan Tata Upcara
b. Keprotokolan, adalah pengaturan yang berisi norma-norma atau aturan-aturan atau
kebiasaan-kebiasaan mengenai tata cara agar suatu tujuan yang telah disepakati dapat
dicapai. Dengan kata lain protokol dapat diartikan sebagai tata cara untuk menyelenggarakan
suatu acara agar berjalan tertib, hikmat, rapi, lancar dan teratur serta memperhatikan
ketentuan dan kebiasaan yang berlaku, baik secara nasional maupun internasional.
c. Kewaspadaan Diri, kemampuan yang dikembangkan untuk mendukung sinergisme
penyelenggaraan pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter secara optimal, sehingga
terwujud kepekaan, kesiagaan, dan antisipasi setiap warga negara dalam menghadapi potensi
ancaman.
d. Membangun Tim, pembekalan berupa pengetahuan dan internalisasi nilai-nilai
kesiapsiagaan melalui berbagai macam permainan yang berguna untuk membangun tim yang
efektif dalam setiap melaksanakan kegiatan yang memerlukan kerjasama 2 orang atau
e. lebih. Caraka Malam dan Api Semangat Bela Negara, Caraka “malam” atau jurit malam
bertujuan
untuk menanamkan disiplin, keberanian, semangat serta loyalitas dan kemampuan peserta
Latsar CPNS dalam melaksanakan tugas dengan melewati barbagai bentuk godaan,
cobaan serta kemampuan memegang/penyimpanan rahasia organisasi dan rahasia negara.

AGENDA 2 MATERI 1
ORIENASI PELAYANAN
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN,
yaitu
1) penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat,
stakeholders, atau sektor privat, dan 3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh
penerima layanan.
Dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi tersebut,
pegawai ASN bertugas untuk:
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan
ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), Pemerintah telah
meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding
(Bangga Melayani Bangsa). Core Values ASN BerAKHLAK merupakan akronim dari
Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core
Values tersebut seharusnya dapat dipahami dan dimaknai sepenuhnya oleh seluruh ASN serta
dapat diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-hari. Citra positif ASN
sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku melayani dengan senyum, menyapa dan
memberi salam, serta berpenampilan rapih; melayani dengan cepat dan tepat waktu; melayani
dengan memberikan kemudahan bagi Anda untuk memilih layanan yang tersedia; serta
melayani dengan dengan kemampuan, keinginan dan tekad memberikan pelayanan yang prima.
Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta memenangkan persaingan di era
digital yang dinamis, diperlukan akselerasi dan upaya luar biasa (keluar dari rutinitas dan
business as usual) agar tercipta breakthrough atau terobosan, yaitu perubahan tradisi, pola, dan
cara dalam pemberian pelayanan publik. Terobosan itulah yang disebut dengan inovasi
pelayanan publik. Konteks atau permasalahan publik yang dihadapi instansi pemerintah dalam
memberikan layanannya menjadi akar dari lahirnya suatu inovasi pelayanan publik.
Dalam lingkungan
berkembangnya pemerintahan
inovasi pelayanan banyak faktor
publik, diantaranya yang dari
komitmen mempengaruhi tumbuh
pimpinan, adanya dan
budaya
inovasi, dan dukungan regulasi. Adanya kolaborasi antara pemerintah, partisipasi masyarakat,
dan stakeholders terkait lainnya perlu dibangun sebagai strategi untuk mendorong tumbuh dan
berkembangnya inovasi.

AGENDA 2 MATERI 2
AKUNTABILITAS

Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau
tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah
kewajiban pertanggung-jawaban yang harus dicapai.
Aspek - aspek akuntabilitas mencakup beberapa hal berikut yaitu akuntabilitas adalah
sebuah hubungan, akuntabilitas berorientasi pada hasil, akuntabilitas membutuhkan adanya
laporan, akuntabilitas memerlukan konsekuensi, serta akuntabilitas memperbaiki kinerja
Fungsi utama Akuntabilitas Publik :
1. Menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi)
2. Mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional)
3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar)
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertical (vertical
accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas
memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas individu,
akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder .
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang akuntabel
adalah: 1) kepemimpinan, 2) transparansi, 3) integritas, 4) tanggung jawab (responsibilitas), 5)
keadilan, 6) kepercayaan, 7) keseimbangan, 8) kejelasan, dan 9) konsistensi. Untuk memenuhi
terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus
mengandung 3 dimensi yaitu Akuntabilitas kejujuran dan hukum, Akuntabilitas proses,
Akuntabilitas program, dan Akuntabilitas kebijakan.
Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk
publik. Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi yang berfungsi
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Etika pelayanan publik adalah suatu panduan atau
pegangan yang harus dipatuhi oleh para pelayan publik atau birokrat untuk menyelenggarakan
pelayanan yang baik untuk publik. Buruknya sikap aparat sangat berkaitan dengan etika.
Ada 2 jenis umum konflik kepentingan yaitu keuangan (Penggunaan sumber daya
lembaga termasuk dana, peralatan atau sumber daya aparatur untuk keuntungan pribadi) dan
non- keuangan (Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri dan /atau orang
lain).
Untuk membangun budaya antikorupsi di organisasi pemerintahan, dapat mengadopsi
langkah-langkah yang diperlukan dalam penanganan Konflik Kepentingan:
1. Penyusunan Kerangka Kebijakan,
2. Identifikasi Situasi Konflik Kepentingan,
3. Penyusunan Strategi Penangan Konflik Kepentingan
4. Penyiapan Serangkaian Tindakan Untuk Menangani Konflik Kepentingan.

AGENDA 2 MATERI 3 KOMPETEN ASN

Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan


(skill), dan sikap (attitude) yang terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai
tuntutan pekerjaan. Dalam konteks ASN, kompetensi adalah deskripsi pengetahuan,
keterampilan dan perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan dan kompetensi
menjadi faktor penting untuk mewujudkan pegawai profesional dan kompetitif. Dalam hal ini
ASN sebagai profesi memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan kompetensi dirinya,
termasuk mewujudkannya dalam kinerja.
Pendekatan pengembangan yang dapat dimanfaatkan pegawai untuk meningkatkan
kompetensinya ada 2 yaitu klasikal dan non klasikal. Dalam penentuan kebutuhan
pengembangan
kompetensi mempertimbangkan aspek pengembangan karier pegawai. Terdapat dua jalur
pengembangan karir pegawai, yaitu jalur struktural/ kepemimpinan (Jabatan Pimpinan Tinggi
dan
jabatan Administrasi) dan jalur fungsional atau professional.
Setiap ASN harus berperilaku berkompeten yakni dengan berkinerja yang BerAkhlak,
learn- unlearn- relearn, meningkatkan kompetensi diri, membantu orang lain belajar dan
melakukan kerja terbaik. Berkinerja yang BerAkhlak yaitu ASN merupakan jabatan profesional,
yang harus berbasis pada kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan berkinerja serta patuh pada
kode etik profesinya. Learn- unlearn- relearn yaitu ASN diharuskan selalu belajar pengetahuan
yang baru. Meningkatkan kompetensi diri yaitu ASN diharapkan mengalokasikan dirinya dalam
waktu dan ruang yang memadai, yang dikhususkan untuk penciptaan atau perolehan
pengetahuan. Membantu orang lain belajar yaitu ASN aktif dalam jejaring pengetahuan tersebut
untuk memutakhirkan pengetahuannya dan dapat juga menyediakan dirinya sebagai ahli/sumber
pengetahuan itu sendiri, yang dapat mentrasfer pengetahuannya kepada pihak lain yang
membutuhkannya. Melakukan kerja terbaik yaitu perwujudan pengetahuan dalam karya terbaik
dalam pekerjaan.
AGENDA 2 MATERI 4 - MATERI SMART ASN

Literasi Digital

Kompetensi literasi digital diperlukan agar seluruh masyarakat digital dapat menggunakan
media digital secara bertanggung jawab
a. Percepatan Transformasi Digital : Berdasarkan petunjuk khusus dari Presiden pada
Rapat Terbatas Perencanaan Transformasi Digital, bahwa transformasi digital di masa
pandemi maupun pandemi yang akan datang akan mengubah secara struktural cara
kerja, beraktivitas, berkonsumsi, belajar, bertransaksi yang sebelumnya luring dengan
kontak fisik menjadi lebih banyak ke daring
b. b. Pengertian Literasi Digital: Kominfo sendiri menjabarkan literasi digital ke dalam 4
kompetensi yaitu kecakapan menggunakan media digital (digital skills), budaya
menggunakan digital (digital culture), etis menggunakan media digital (digital ethics),
dan
aman menggunakan media digital (digital safety).
c. Peta Jalan Literasi Digital: Telah disusun pula 4 modul yang dibuat untuk menunjang
percepatan transformasi digital yaitu: 1. Cakap Bermedia Digital 2. Budaya Bermedia
Digital 3. Etis Bermedia Digital 4. Aman Bermedia Digital
d. Lingkup Literasi Digital: Persentase masyarakat Indonesia yang masih belum
mendapatkan layanan internet yaitu sebesar 26,3%.
e. Implementasi Literasi Digital: Sejalan dengan perkembangan ICT (Information,
Communication and Technology), muncul berbagai model pembelajaran secara daring.
Selanjutnya, muncul pula istilah sekolah berbasis web (web-school) atau sekolah
berbasis internet (cyber-school), yang menggunakan fasilitas internet

Pilar Literasi Digital

Ruang informal ditandai dengan pendekatan yang cair dan fleksibel, dengan instrumen yang
lebih menekankan pada kumpulan individu sebagai sebuah kelompok komunitas/masyarakat.
Sedangkan ruang formal ditandai dengan pendekatan yang lebih terstruktur dilengkapi
instrumen yang lebih menekankan pada kumpulan individu sebagai ‘warga negara digital.’
a. Etika Bermedia Digital: urgensi dari netiket bagi netizen adalah karena kita semua
manusia bahkan sekalipun saat berada di dunia digital, jadi ikutilah aturan seperti dalam
kehidupan nyata
b. Budaya Bermedia Digital: Bangsa yang sukses dan berkualitas adalah bangsa yang
berbudaya dan bermartabat. Seyogyanya, saat dunia bertransformasi menjadi budaya
digital, maka budaya baru yang terbentuk harus dapat menciptakan manusia yang
berkarakter dan warga digital yang memiliki nilai-nilai kebangsaan untuk memperkuat
bangsa dan negaranya

c. AmmenadnafBtaer
makeudniaplDatifgoirtmal:dKigitaljduegnagwanajdibetamilesmerbtacsadsayraaraktanyarnis
gikhoanryuas. kPiatsastiskeapnakjuagtia skaiatat melindungi identitas digital kita di
berbagai akun platform digital yang kita gunakan
d. Cakap Bermedia Digital: kita perlu mengetahui dan memahami fungsi perangkat keras
dan perangkat lunak yang digunakan dalam mengakses dunia digital

AGENDA 2 MATERI 5 – LOYAL

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB)


menyelenggarakan Peluncuran Core Values dan Employer Branding/Nilai-nilai Dasar Aparatur
Sipil Negara (ASN), yaitu ASN BerAKHLAK yang merupakan akronim dari Berorientasi
Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif.
Loyal merupakan berdedikasi dan mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara.

Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai bahwa
setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan
panduan perilaku (Kode Etik) :

1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku
loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme dan
pengabdian, yang dapat disingkat menjadi “ KoDeKoNasAb”.
a. Komitmen yang bermakna perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu atau hubungan
keterikatan dan rasa tanggung jawab akan sesuatu.
b. Dedikasi yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan suatu
usaha yang mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa juga berarti pengabdian untuk
melaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan adanya sebuah keyakinan yang teguh.
c. Kontribusi yang bermakna keterlibatan, keikutsertaan, sumbangsih yang diberikan dalam
berbagai bentuk, baik berupa pemikiran, kepemimpinan, kinerja, profesionalisme, finansial
atau, tenaga yang diberikan kepada pihak lain untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan
efisien.
d. Nasionalisme yang bermakna suatu keadaan atau pikiran yang mengembangkan keyakinan
bahwa kesetiaan terbesar mesti diberikan untuk negara atau suatu sikap cinta tanah air atau
bangsa dan negara sebagai wujud dari cita-cita dan tujuan yang diikat sikap-sikap politik,
ekonomi, sosial, dan budaya sebagai wujud persatuan atau kemerdekaan nasional dengan
prinsip kebebasan dan kesamarataan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
e. Pengabdian yang bermakna perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat, ataupun tenaga

sebagai perwujudan
dilakukan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu ikatan dan semua itu
dengan ikhlas.

AGENDA 2 MATERI 6 - ADAPTIF


Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu maupun
organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, karena :

A. Perubahan Lingkungan Strategis


❖ Perubahan lingkungan strategis ini menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan, baik pada
lingkup global, regional maupun nasional.
❖ Isu pembangunan ekonomi dan indutri yang mendorong kompetisi antar negara, kerusakan
lingkungan, serta permasalahan keamanan dan perdamaian dunia merupakan variabel
penting dalam memahami perubahan lingkungan strategis.
❖ Dengan demikian cara sektor publik dalam menyelenggarakan fungsinya juga memerlukan
kemampuan adaptasi yang memadai.

B. Kompetisi di Sektor Publik


❖ Daya saing menjadi salah satu ukuran kinerja sebuah negara dalam kompetisi global.
❖ Sehingga kompetisi menjadi salah satu karakteristik penting dalam konteks perubahan
lingkungan strategis, yang mendorong dan memaksa negara untuk berperilaku seperti dunia
usaha, bersaing untuk menghasilkan kinerja terbaik.
❖ Kompetisi untuk menjadi yang terbaik juga terjadi di lingkup nasional, di mana pemerintah
daerah seolah-olah berkompetisi dengan daerah lainnya untuk mencapai atau menjadi yang
terbaik.
❖ Seluruh bentuk kompetisi di atas akan memaksa dan mendorong pemerintah baik di tingkat
nasional maupun daerah dengan motor birokrasinya untuk terus bersaing dan beradaptasi
dalam menghadapi setiap perubahan lingkungan yang terjadi.

C. Perkembangan Teknologi

❖ Teknologi menjadi salah satu pendorong perubahan terpenting, yang mengubah cara kerja
birokrasi. Kondisi ini akan memaksa kita untuk beradaptasi dengan segala bentuk
pengambilalihan mekanisme kerja oleh mesin.
❖ Adaptasi tidak berhenti di kemampuan menggunakan, tetapi juga antisipasi dari
konsekuensi yang mungkin timbul dari pelaksanaan cara-cara baru dalam bekerja dengan
teknologi.
❖ Pemerintah seyogyanya mengadaptasi perubahan ini dengan memastikan kompatibilitas
metode komunikasi publik dengan perilaku komunikasi dan sehingga dapat mendorong
percepatan pelayanan publik berbasis digital.

D. Tantangan Praktek Administrasi Publik

❖ Birokrasi pun dipaksa untuk turut mengubah cara kerjanya untuk mengimbangi yang
menjadi tuntutan perubahan, salah satunya dengan mendistribusikan sebagian peran negara
kepada masyarakat.
❖ Literatur terkait New Public Management dan New Public Service menjadi rujukan penting
bagaimana perubahan praktek administrasi publik yang lebih memperhatikan peran dan
kebutuhan masyarakat sebagai upaya sebuah pemerintaanh untuk melakukan adaptasi
dalam menjalankan fungsinya.
❖ Rumusan tantangan perubahan lingkungan juga diperkenalkan dengan rumusan
karakteristik VUCA, yaitu Volatility, Uncertaninty, Complexity dan Ambiguity, yang
tentunya harus dihadapi dengan kemampuan adaptasi yang handal.

D. Adaptif sebagai Nilai dan Budaya ASN


❖ Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN
memiliki kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang
berkelanjutan
dengan lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang berkesinambungan.
❖ 5 (lima) disiplin agar organisasi dapat terus memiliki pengetahuan yang mutakhir :
a) Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat mahir
(personal mastery):
b) Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama atau
gelombang yang sama terhadap suatu visi atau cita-cita yang akan dicapai bersama
(shared vision),
c) Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang organisasi
ingin wujudkan (mental model):
d)Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
untuk mewujudkan visinya (team learning): dan
e) Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda, atau bermental silo
(systems thinking).
❖ Ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan :
a) Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan,
b) Mendorong jiwa kewirausahaan,
c) Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah:
d) Memperhatikan kepentingan yang diperlukan antara instansi, mitra, masyarakat
e) Terkait dengan kinerja instansi.
❖ Ciri-ciri orang (ASN) yang memiliki kemampuan atau karakter adaptif :
a) Eksperimen orang yang beradaptasi,
b) Melihat peluang di mana orang lain melihat kegagalan,
c) Memiliki sumberdaya,
d) Selalu berpikir ke depan,
e) Tidak mudah mengeluh,
f) Orang yang mudah beradaptasi tidak menyalahkan,
g) Tidak mencari popularitas
h) Memiliki rasa ingin tahu

AGENDA 2 MATERI 7 - KOLABORATIF


Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa kolaborasi
adalah “value generated from an alliance between two or more firms aiming to become more
competitive by developing shared routines”. Sedangkan kolaborasi pemerintah merupakan
sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian aktivitas bersama di
mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi tanggung jawab dan sumber
daya. Kolaborasi pemerintah mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik.
Pada collaborative governance terdapat faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan
kolaborasi antar lembaga pemerintah. Faktor keberhasilan diantaranya; (1) Kepercayaan, (2)
Pembagian kekuasaan, (3) Gaya kepemimpinan, (4) Strategi manajemen serta (6) Formalisasi pada
pencapaian kolaborasi yang efisien efektif antara entitas publik. Faktor yang dapat menjadi
penyebab kegagalan kolaborasi pemerintah yaitu ketidakjelasan batasan masalah karena
perbedaan pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi dan dasar hukum kolaborasi juga tidak
jelas.

Proses yang harus dilalui dalam menjalin kolaborasi meliputi; 1) Trust building
membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi 2) Face tof face Dialogue:
melakukan negosiasi dan baik dan bersungguh-sungguh; 3) Komitmen terhadap proses: pengakuan
saling ketergantungan; sharing ownership dalam proses; serta keterbukaan terkait keuntungan
bersama; 4) Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait
permasalahan, serta mengidentifikasi nilai bersama; dan 5) Menetapkan outcome antara.

Whole of Government (WoG) sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang


menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang
lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan,
manajemen program dan pelayanan publik. WoG dipandang menunjukkan atau menjelaskan
bagaimana instansi pelayanan publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan
bersama dan
sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu. Manfaat WoG diantaranya; (1)
efsiensi, (2) sharing, (3) akuntabilitas, (4) koherensi kebijakan, (5) daya saing, dll. Praktik
kolaborasi di organisasi pemerintah berhasil tidaknya dipengaruhi oleh kekuasaan, gaya
kepemimpinan, strategi manajemen dan formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien
dan efektif antara entitas publik.

Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus dimiliki oleh CPNS. Sekat-sekat birokrasi
yang mengkungkung birokrasi pemerintah saat ini dapat dihilangkan. Calon ASN muda
diharapkan nantinya menjadi agen perubahan yang dapat mewujudkan harapan tersebut.
Pendekatan WoG yang telah berhasil diterapkan di beberapa negara lainnya diharapkan dapat
juga terwujud di Indonesia. Semua ASN Kementerian/Lembaga /Pemerintah Daerah kemudian
akan bekerja dengan satu tujuan yaitu kemajuan bangsa dan negara Indonesia.

MANAJEMEN ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas :
Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Dalam
pelaksanaannya,
ASN memiliki Kode Etik dan Kode Perilaku ASN yang harus di taati, antara lain yaitu
melakukan tugas dengan jujur, cermat, melayani dengan hormat, sesuai dengan perundang-
undangan, melaksanakan tugas sesuai dengan perintah atasan, menjaga kerahasiaan,
menggunakan kekayan negara secara bertanggungjawab, menjaga agar tidak terjadi konflik
kepentingan, memberikan informasi secara benar, tidak menyalahgunakan informasi intern,
memegang teguh nilai dasar ASN, melaksanakan perundang-undangan mengenai disiplin
ASN.
Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASNmendukung pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan juga

pkeraednilcan.aBanebkereabpuatulahnagnkayhangyabtaerduapa ttrdainlaskpuakransui
ndtuank jmanegnkearpuaknanpesnisgtienmfoirnmi absaiiakn dkareipsaisai masyarakat
maupun jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi pemerintah
mendapatkan pegaway yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan misinya.
Pengelolaan ASN
Untuk mendapatkan profil pegawai yang produktif, efektif dan efisien tersebut diperlukan
sebuah sistem pengelolaan SDM yang mampu memberikan jaminan
“keamanan‟ dan “kenyamanan‟ bagi individu yang bekerja didalamnya. Sebuah sistem yang
efisien, efektif, adil, terbuka/transparan, dan bebas dari kepentingan politik/individu/kelompok
tertentu. Kondisi ini memberikan lingkungan yang kondusif bagi pegawai untuk bekerja dan
berkinerja karena merasa dihargai dan juga diperhatikan oleh organisasi.
Manajemen PPPK menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 24 meliputi:
penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, pengembangan
kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan kerja, perlindungan.

Anda mungkin juga menyukai