• Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda
Pancasila, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan
identitas NKRI
• Keempat simbol tersebut menjadi cerminan kedaulatan negara dengan negara lain,
menjadi cerminan kemandirian dan eksistensi negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
• bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia menjadi simbol
• AatSauNlammebmainligkinkegewarajiybangudnithuokr maetnigdiamnpdleibmaengtgaskikan
wBaerlga Nnegara yInand gondeisieal.enggarakan melalui
✓ pendidikan kewarganegaraan,
✓ pelatihan dasar kemiliteran secara wajib,
✓ pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara
wajib,
✓ dan pengabdian sesuai dengan profesi.
AGENDA 1 MATERI 2
ANALISIS ISU KONTEMPORER
AGENDA 1 MATERI 3
SIKAP PERILAKU BELA NEGARA
1. Kesiapsiagaan Bela Negara
Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik
secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang
dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan
berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD Tahun 1945 untuk menjaga, merawat dan
menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Rumusan 5 Nilai Bela Negara
1. Rasa Cinta Tanah Air
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara\
3. Setia Kepada Pancasila sebagai Ideologi Negara
4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
5. Mempunyai Kemampuan Awal Bela Negara
2. Kesehatan Mental
• Kesehatan Mental. Inti dari suatu kesehatan mental adalah sistem kendali diri yang
bagus. Itu sebabnya, salah satu cara mendapatkan kendali diri yang baik adalah dengan
memelihara kesehatan otak (healthy brain) lebih dari sekadar kenormalan otak (normal
brain).
• Sistem Berpikir. Hubungan kesehatan jasmani, mental, sosial dan spiritual, dilakukan
secara neurobiologis oleh 2 (dua) sistem yaitu sistem 1 dan sistem 2.
• Kesehatan Berpikir. Makin mendalam pikiran kita terhadap suatu masalah, makin baik
keputusan yang akan dihasilkan. Dengan kata lain, keputusan yang diambil dengan
pertimbangan rasional akan lebih baik dari keputusan yang diambil secara impulsif
karena dorongan emosional.
• Kendali Diri. kemampuan manusia untuk selalu dapat berpikir sehat dalam kondisi apapun.
• Manajemen Stres. Dari pelbagai riset diketahui bahwa stres berkaitan dengan 1)
kehidupan keluarga (family history), 2) kejadian sehari-hari yang penuh stres (stressful
life events),
3) gaya atau cara berpikir (thinking style), 4) ketakmampuan melakukan koping (poor
coping skills), 5) kepribadian yang khas (individual personality), dan 6) dukungan sosial
(social support) (Gladeana, 2011: 13-19).
• Emosi Positif. kemampuan mengelola pikiran dan perasaan dalam hubungan
intrapersonal sehingga seseorang memiliki nilai-nilai kehidupan yang mendasari
kemampuan bersikap dengan tepat.
AGENDA 2 MATERI 1
ORIENASI PELAYANAN
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN,
yaitu
1) penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat,
stakeholders, atau sektor privat, dan 3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh
penerima layanan.
Dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi tersebut,
pegawai ASN bertugas untuk:
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan
ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), Pemerintah telah
meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding
(Bangga Melayani Bangsa). Core Values ASN BerAKHLAK merupakan akronim dari
Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core
Values tersebut seharusnya dapat dipahami dan dimaknai sepenuhnya oleh seluruh ASN serta
dapat diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-hari. Citra positif ASN
sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku melayani dengan senyum, menyapa dan
memberi salam, serta berpenampilan rapih; melayani dengan cepat dan tepat waktu; melayani
dengan memberikan kemudahan bagi Anda untuk memilih layanan yang tersedia; serta
melayani dengan dengan kemampuan, keinginan dan tekad memberikan pelayanan yang prima.
Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta memenangkan persaingan di era
digital yang dinamis, diperlukan akselerasi dan upaya luar biasa (keluar dari rutinitas dan
business as usual) agar tercipta breakthrough atau terobosan, yaitu perubahan tradisi, pola, dan
cara dalam pemberian pelayanan publik. Terobosan itulah yang disebut dengan inovasi
pelayanan publik. Konteks atau permasalahan publik yang dihadapi instansi pemerintah dalam
memberikan layanannya menjadi akar dari lahirnya suatu inovasi pelayanan publik.
Dalam lingkungan
berkembangnya pemerintahan
inovasi pelayanan banyak faktor
publik, diantaranya yang dari
komitmen mempengaruhi tumbuh
pimpinan, adanya dan
budaya
inovasi, dan dukungan regulasi. Adanya kolaborasi antara pemerintah, partisipasi masyarakat,
dan stakeholders terkait lainnya perlu dibangun sebagai strategi untuk mendorong tumbuh dan
berkembangnya inovasi.
AGENDA 2 MATERI 2
AKUNTABILITAS
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau
tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah
kewajiban pertanggung-jawaban yang harus dicapai.
Aspek - aspek akuntabilitas mencakup beberapa hal berikut yaitu akuntabilitas adalah
sebuah hubungan, akuntabilitas berorientasi pada hasil, akuntabilitas membutuhkan adanya
laporan, akuntabilitas memerlukan konsekuensi, serta akuntabilitas memperbaiki kinerja
Fungsi utama Akuntabilitas Publik :
1. Menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi)
2. Mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional)
3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar)
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertical (vertical
accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas
memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas individu,
akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder .
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang akuntabel
adalah: 1) kepemimpinan, 2) transparansi, 3) integritas, 4) tanggung jawab (responsibilitas), 5)
keadilan, 6) kepercayaan, 7) keseimbangan, 8) kejelasan, dan 9) konsistensi. Untuk memenuhi
terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus
mengandung 3 dimensi yaitu Akuntabilitas kejujuran dan hukum, Akuntabilitas proses,
Akuntabilitas program, dan Akuntabilitas kebijakan.
Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk
publik. Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi yang berfungsi
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Etika pelayanan publik adalah suatu panduan atau
pegangan yang harus dipatuhi oleh para pelayan publik atau birokrat untuk menyelenggarakan
pelayanan yang baik untuk publik. Buruknya sikap aparat sangat berkaitan dengan etika.
Ada 2 jenis umum konflik kepentingan yaitu keuangan (Penggunaan sumber daya
lembaga termasuk dana, peralatan atau sumber daya aparatur untuk keuntungan pribadi) dan
non- keuangan (Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri dan /atau orang
lain).
Untuk membangun budaya antikorupsi di organisasi pemerintahan, dapat mengadopsi
langkah-langkah yang diperlukan dalam penanganan Konflik Kepentingan:
1. Penyusunan Kerangka Kebijakan,
2. Identifikasi Situasi Konflik Kepentingan,
3. Penyusunan Strategi Penangan Konflik Kepentingan
4. Penyiapan Serangkaian Tindakan Untuk Menangani Konflik Kepentingan.
Literasi Digital
Kompetensi literasi digital diperlukan agar seluruh masyarakat digital dapat menggunakan
media digital secara bertanggung jawab
a. Percepatan Transformasi Digital : Berdasarkan petunjuk khusus dari Presiden pada
Rapat Terbatas Perencanaan Transformasi Digital, bahwa transformasi digital di masa
pandemi maupun pandemi yang akan datang akan mengubah secara struktural cara
kerja, beraktivitas, berkonsumsi, belajar, bertransaksi yang sebelumnya luring dengan
kontak fisik menjadi lebih banyak ke daring
b. b. Pengertian Literasi Digital: Kominfo sendiri menjabarkan literasi digital ke dalam 4
kompetensi yaitu kecakapan menggunakan media digital (digital skills), budaya
menggunakan digital (digital culture), etis menggunakan media digital (digital ethics),
dan
aman menggunakan media digital (digital safety).
c. Peta Jalan Literasi Digital: Telah disusun pula 4 modul yang dibuat untuk menunjang
percepatan transformasi digital yaitu: 1. Cakap Bermedia Digital 2. Budaya Bermedia
Digital 3. Etis Bermedia Digital 4. Aman Bermedia Digital
d. Lingkup Literasi Digital: Persentase masyarakat Indonesia yang masih belum
mendapatkan layanan internet yaitu sebesar 26,3%.
e. Implementasi Literasi Digital: Sejalan dengan perkembangan ICT (Information,
Communication and Technology), muncul berbagai model pembelajaran secara daring.
Selanjutnya, muncul pula istilah sekolah berbasis web (web-school) atau sekolah
berbasis internet (cyber-school), yang menggunakan fasilitas internet
Ruang informal ditandai dengan pendekatan yang cair dan fleksibel, dengan instrumen yang
lebih menekankan pada kumpulan individu sebagai sebuah kelompok komunitas/masyarakat.
Sedangkan ruang formal ditandai dengan pendekatan yang lebih terstruktur dilengkapi
instrumen yang lebih menekankan pada kumpulan individu sebagai ‘warga negara digital.’
a. Etika Bermedia Digital: urgensi dari netiket bagi netizen adalah karena kita semua
manusia bahkan sekalipun saat berada di dunia digital, jadi ikutilah aturan seperti dalam
kehidupan nyata
b. Budaya Bermedia Digital: Bangsa yang sukses dan berkualitas adalah bangsa yang
berbudaya dan bermartabat. Seyogyanya, saat dunia bertransformasi menjadi budaya
digital, maka budaya baru yang terbentuk harus dapat menciptakan manusia yang
berkarakter dan warga digital yang memiliki nilai-nilai kebangsaan untuk memperkuat
bangsa dan negaranya
c. AmmenadnafBtaer
makeudniaplDatifgoirtmal:dKigitaljduegnagwanajdibetamilesmerbtacsadsayraaraktanyarnis
gikhoanryuas. kPiatsastiskeapnakjuagtia skaiatat melindungi identitas digital kita di
berbagai akun platform digital yang kita gunakan
d. Cakap Bermedia Digital: kita perlu mengetahui dan memahami fungsi perangkat keras
dan perangkat lunak yang digunakan dalam mengakses dunia digital
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai bahwa
setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan
panduan perilaku (Kode Etik) :
sebagai perwujudan
dilakukan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu ikatan dan semua itu
dengan ikhlas.
C. Perkembangan Teknologi
❖ Teknologi menjadi salah satu pendorong perubahan terpenting, yang mengubah cara kerja
birokrasi. Kondisi ini akan memaksa kita untuk beradaptasi dengan segala bentuk
pengambilalihan mekanisme kerja oleh mesin.
❖ Adaptasi tidak berhenti di kemampuan menggunakan, tetapi juga antisipasi dari
konsekuensi yang mungkin timbul dari pelaksanaan cara-cara baru dalam bekerja dengan
teknologi.
❖ Pemerintah seyogyanya mengadaptasi perubahan ini dengan memastikan kompatibilitas
metode komunikasi publik dengan perilaku komunikasi dan sehingga dapat mendorong
percepatan pelayanan publik berbasis digital.
❖ Birokrasi pun dipaksa untuk turut mengubah cara kerjanya untuk mengimbangi yang
menjadi tuntutan perubahan, salah satunya dengan mendistribusikan sebagian peran negara
kepada masyarakat.
❖ Literatur terkait New Public Management dan New Public Service menjadi rujukan penting
bagaimana perubahan praktek administrasi publik yang lebih memperhatikan peran dan
kebutuhan masyarakat sebagai upaya sebuah pemerintaanh untuk melakukan adaptasi
dalam menjalankan fungsinya.
❖ Rumusan tantangan perubahan lingkungan juga diperkenalkan dengan rumusan
karakteristik VUCA, yaitu Volatility, Uncertaninty, Complexity dan Ambiguity, yang
tentunya harus dihadapi dengan kemampuan adaptasi yang handal.
Proses yang harus dilalui dalam menjalin kolaborasi meliputi; 1) Trust building
membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi 2) Face tof face Dialogue:
melakukan negosiasi dan baik dan bersungguh-sungguh; 3) Komitmen terhadap proses: pengakuan
saling ketergantungan; sharing ownership dalam proses; serta keterbukaan terkait keuntungan
bersama; 4) Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait
permasalahan, serta mengidentifikasi nilai bersama; dan 5) Menetapkan outcome antara.
Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus dimiliki oleh CPNS. Sekat-sekat birokrasi
yang mengkungkung birokrasi pemerintah saat ini dapat dihilangkan. Calon ASN muda
diharapkan nantinya menjadi agen perubahan yang dapat mewujudkan harapan tersebut.
Pendekatan WoG yang telah berhasil diterapkan di beberapa negara lainnya diharapkan dapat
juga terwujud di Indonesia. Semua ASN Kementerian/Lembaga /Pemerintah Daerah kemudian
akan bekerja dengan satu tujuan yaitu kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
MANAJEMEN ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas :
Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Dalam
pelaksanaannya,
ASN memiliki Kode Etik dan Kode Perilaku ASN yang harus di taati, antara lain yaitu
melakukan tugas dengan jujur, cermat, melayani dengan hormat, sesuai dengan perundang-
undangan, melaksanakan tugas sesuai dengan perintah atasan, menjaga kerahasiaan,
menggunakan kekayan negara secara bertanggungjawab, menjaga agar tidak terjadi konflik
kepentingan, memberikan informasi secara benar, tidak menyalahgunakan informasi intern,
memegang teguh nilai dasar ASN, melaksanakan perundang-undangan mengenai disiplin
ASN.
Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASNmendukung pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan juga
pkeraednilcan.aBanebkereabpuatulahnagnkayhangyabtaerduapa ttrdainlaskpuakransui
ndtuank jmanegnkearpuaknanpesnisgtienmfoirnmi absaiiakn dkareipsaisai masyarakat
maupun jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi pemerintah
mendapatkan pegaway yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan misinya.
Pengelolaan ASN
Untuk mendapatkan profil pegawai yang produktif, efektif dan efisien tersebut diperlukan
sebuah sistem pengelolaan SDM yang mampu memberikan jaminan
“keamanan‟ dan “kenyamanan‟ bagi individu yang bekerja didalamnya. Sebuah sistem yang
efisien, efektif, adil, terbuka/transparan, dan bebas dari kepentingan politik/individu/kelompok
tertentu. Kondisi ini memberikan lingkungan yang kondusif bagi pegawai untuk bekerja dan
berkinerja karena merasa dihargai dan juga diperhatikan oleh organisasi.
Manajemen PPPK menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 24 meliputi:
penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, pengembangan
kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan kerja, perlindungan.