Anda di halaman 1dari 10

RESUME MODUL MOOC ORIENTASI PEGA WAI PEMERINTAH DENGAN

PERJANJIAN KERJA (PPPK) TAHUN 2023

NAMA : ABTAR K. MALIGA, S.Pd


NIP : 198508192023211016
TEMPAT TUGAS : MTs. NEGERI 1 BANGGAI KEPULAUAN
UNIT KERJA : KEMENTERIAN AGAMA

MATERI KEBIJAKAN OLEH : DR. ADI SURYANTO, M.SI


Mempersiapkan SDM ASN untuk menyongsong masa depan yang bersih, kompeten dan profesional
serta menjadi asetpenting dalam mewujudkan Indonesia emas 2045

OLEH : Dr. MUHAMMAD TAUFIK DEA


Value ASN untuk menyongsong masa depan yang lebih baik dengan cara memberikan pelayanan
publik yang kompoten, akuntabel, dan kolaboratif.

OLEH : ERNA IRAWATI, S.Sos., M.Pol. Adm


Pembelajaran MOOC PPPK ada 3 bagian (sikap/prilaku bela negara, Nilai2 core Value Didalam
penyelengaraanpemerintahan, kedudukan PPPK didalam pemerintahan)

RESUME AGENDA 1,2, DAN 3


Agenda 1 : Modul 1
WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA
Wawasan Kebangsaan dapat diartikan sebagai konsepsi cara pandang yang dilandasi akan
kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara akan diri dan lingkungannya di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Prof. Muladi, Gubernur Lemhannas RI, meyampaikan bahwa wawasan kebangsaan adalah cara
pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan
wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
A. Beberapa Titik Penting Dalam Sejarah Indonesia
a) 20 Mei 1908, puluhan anak muda berkumpul di aula Stovia. Dalam pertemuanitu mereka
sepakat mendirikan organisasi Boedi Oetomo
b) Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan organisasi pergerakan nasional pertama yang
menggunakan istilah "Indonesia". Bahkan Perhimpunan Indonesia menjadi pelopor
kemerdekaan bangsa Indonesia di kancah internasional. Perhimpunan Indonesia (PI)
diprakarsai oleh Sutan Kasayangan dan R. N. Noto Suroto pada 25 Oktober 1908 di
Leiden,Belanda
c) Pada tanggal 30 April 1926 di Jakarta diselenggarakan “Kerapatan Besar Pemuda”, yang
kemudian terkenal dengan nama “Kongres Pemuda I”. Kongres Pemuda I ini dihadiri oleh
wakil organisasipemuda Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun,
Jong Islamieten Bond, Studerenden Minahasaers, kemudian Jong Bataks Bond dan Pemuda
Kaum Theosofi juga ikut dalam kerapatan besar.
d) Pada 27-28 Oktober 1928, Kongres Pemuda Kedua dilaksanakan.
e) Pada 1 Maret 1945 dalam situasi kritis, Letnan Jendral Kumakici Harada, pimpinan
pemerintahpendudukan Jepang di Jawa, mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
f) PPKI terbentuk pada 7 Agustus 1945.
B. 4 (Empat) Konsensus Dasar Berbangsa Dan Bernegara
1. Pancasila
Berfungsi sebagai landasan / dasar bagi negara, bintang pemandu, ideology nasional,
pandangan hidup bangsa,pemersatu bangsa dan wawasan pokok bangsa Indonesia.
2. UUD 1945
Naskah UUD 1945 dirancang sejak tanggal 29 mei sampai 16 juni 1945 oleh BPUPKI.
3. Bhineka Tunggal Ika
Lambang NKRI Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika ditetapkan PP No
66 th 1951.
4. NKRI
Tujuan NKRI dirumuskan dalam siding BPUPKI (10-16 Juli 1945) dan disahkan oleh PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945 yang tercantum dalam pembukaan UUD 45 alinea 4.
C. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, Dan Lagu Kebangsaan
1. Bendera
“Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera Negara
adalah Sang Merah Putih”
2. Bahasa
“Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36 Undang-
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 bersumber dari bahasa yang
diikrarkan dalam Sumpah Pemudatanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan yang
dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban Bangsa”
3. Lambang Negara
“Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk Garuda Pancasila yang kepalanya
menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada
leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh
Garuda”
4. Lagu Kebangsaan
“Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya yang digubah oleh Wage Rudolf Supratman”
Bela Negara adalah : tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai
Ancaman.
Dalam Undang-Undang republik Indonesia Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 dijelaskan bahwa Keikutsertaan Warga
Negara dalam usaha Bela Negara salah satunya dilaksanakan melalui pendidikan kewarganegaraan
dengan PembinaanKesadaran Bela Negara dengan menanamkan nilai dasar Bela Negara, yang
meliputi:
1. Nilai Dasar Bela Negara
a. Cinta tanah air;
b. Sadar berbangsa dan bernegara;
c. Setia pada Pancasila sebagaiideologi negara;
d. Rela berkorban untuk bangsa dannegara; dan
e. Kemampuan awal Bela Negara.
2. Nilai-nilai Dasar ASN
a) Memegang teguh ideologi Pancasila;
b) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
sertapemerintahan yang sah;
c) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
d) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
e) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
f) Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
g) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
h) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepadapublik;
i) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan danprogram pemerintah;
j) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna,
berhasil guna,dan santun;
k) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
l) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
m) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerjapegawai;
n) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
o) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yangdemokratis sebagai perangkat sistem
karier.
3. Fungsi ASN
a) Pelaksana kebijakan publik;
b) Pelayan publik; dan
c) Perekat dan pemersatu bangsa.

Agenda 1 : Modul 2
ANALISIS ISU KONTEMPORER
Macam-macam Isu Kontemporer :
1. Korupsi
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi beserta
revisinya melalui UndangUndang Nomor 20 tahun 2001. Secara substansi Undangundang Nomor 31
Tahun 1999 telah mengatur berbagai modus operandi tindak pidana korupsi sebagai tindak pidana
formil, memperluas pengertian pegawai negeri sehingga pelaku korupsi tidak hanya didefenisikan
kepada orang perorang tetapi juga pada korporasi, dan jenis penjatuhan pidana yang dapat
dilakukan hakim terhadap terdakwa tindak pidana korupsi adalah Pidana Mati, Pidana Penjara,
dan Pidana Tambahan.
2. Narkoba
Menurut Online Etymology Dictionary, perkataan narkotika berasal dari bahasa Yunani yaitu
”Narke” yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa. Sebagian orang berpendapat bahwa
narkotika berasal dari kata ”Narcissus” yang berarti jenis tumbuh- tumbuhan yang mempunyai
bunga yang membuat orang tidak sadarkan diri. Narkotika dan Obat Berbahaya, serta napza (istilah
yang biasa digunakan oleh Kemenkes) yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan
Zat Adiktif (Kemenkes, 2010).
3. Terorisme dan Radikalisme
Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang
menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban yang
bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang
strategis, Iingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi,
politik, atau gangguan keamanan. dan memberantas terorisme serta penguatan peran sistem PBB;
dan 4) penegakan hak asasi manusia bagi semua pihak dan penegakan rule of law sebagai dasar
pemberantasan terorisme.
Cara mencegah tindak pidana terorisme meliputi : Kesiapsiagaan Nasional dan Deradikalisasi

Agenda 1 : Modul 3
KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA
Untuk bisa melakukan internalisasi dari nilai-nilai dasar bela negara tersebut, kita harus
memiliki kesehatan dan kesiapsiagaan jasmani maupun mental yang mumpuni, serta memiliki etika,
etiket, moral dan nilai kearifan lokal sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia.
Kesehatan jasmani atau kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan
fungsi alat-alat tubuhnya dalam batas fisiologi terhadap keadaan lingkungan (ketinggian,
kelembapan suhu, dan sebagainya) dan atau kerja fisik yang cukup efisien tanpa lelah secara
berlebihan (Prof. Soedjatmo Soemowardoyo).
Kesehatan jasmani dapat juga didefinisikan sebagai kemampuan untuk menunaikan tugas
dengan baik walaupun dalam keadaan sukar, dimana orang dengan kesehatan jasmani yang kurang
tidak mampu untuk melaksanakan atau menjalaninya.
Olahraga adalah suatu bentuk aktifitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan
tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani (Depkes, 2002).
Agenda 2 : Modul 1
BERORIENTASI PELAYANAN
Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu
1) penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat,
stakeholders, atau sektor privat, dan 3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima
layanan.
Untuk menjalankan fungsi tersebut, pegawai ASN bertugas untuk : a. melaksanakan
kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
dan c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Adapun beberapa Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku
Berorientasi Pelayanan diantaranya: 1) memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
2) memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah; dan 3)
memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil
guna, dan santun.
Tantangan yang berasal dari internal penyelenggara pelayanan publik dapat berupa anggaran
yang terbatas, kurangnya jumlah SDM yang berkompeten, termasuk belum terbangunnya sistem
pelayanan yang baik.
Seorang ASN diharapkan dapat diandalkan untuk memberikan pelayanan prima yang
dicontohkan dengan : a. Melakukan pelayanan maksimal sesuai dengan tugas fungsinya b.
Melakukan pelayanan maksimal untuk kepuasan masyarakat meskipun dengan menyerobot tugas
fungsi rekan yang lain c. Melakukan pelayanan maksimal jika diminta oleh atasan/pimpinan d.
Melakukan pelayanan terbaik jika akan dilakukan evaluasieksternal.
Tujuan utama dari Nilai Dasar ASN adalah : a. Menjadi dasar pembentukan peraturan internal
tentang kewajiban masuk kerja b. Menjadi pedoman perilaku bagi para ASN dan menciptakan budaya
kerja yang mendukung tercapainya kinerja terbaik c. Menjadi pertimbangan pimpinan unit kerja
dalam menentukan rekanan dalam proyek strategis d. Menjadi instrumen pengukuran kinerja ASN
oleh masyarakat d. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Cocokkan.

Agenda 2 : Modul 2
AKUNTABEL
Dalam konteks ASN Akuntabel adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala
tindakan dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya
kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017).
Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah: • Kemampuan melaksanaan tugas
dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi • Kemampuan
menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien •
Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi.
Aspek-Aspek Akuntabilitas • Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a
relationship) Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat. Dalam hal ini proses setiap
individu/kelompok/institusi akan diminta pertanggungjawaban secara aktif yang terlibat dalam
proses evaluasi dan berfokus peningkatan kinerja.
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas
individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.
Akuntabilitas Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum, pengguna layanan, dan
pembayar pajak yang memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap kinerjanya.
Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme
akuntabilitas harus mengandung dimensi: • Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for
probity and legality) Akuntabilitas hukum terkait dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
yang diterapkan.
Di Indonesia, alat akuntabilitas antara lain adalah: • Perencanaan Strategis (Strategic Plans)
yang berupa Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP-D), Menengah (Rencana Pembangunan
Jangka Menengah/RPJM-D), dan Tahunan (Rencana Kerja Pemerintah/RKP-D), Rencana Strategis
(Renstra) untuk setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Sasaran Kerja Pegawai (SKP)
untuk setiap PNS.
Informasi publik disini adalah “Informasi publik adalah informasi yang dihasilkan,
disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu Badan Publik yang berkaitan dengan
penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan Badan
Publik lainnya yang sesuai dengan Undang-undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan
kepentingan publik” (Pasal 1 Ayat 2).
Sedangkan Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang
fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh
dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri (Pasal 1 Ayat 3).
Perilaku Berkaitan dengan Transparansi dan Akses Informasi (Transparency and Official
Information Access) : • ASN tidak akan mengungkapkan informasi resmi atau dokumen yang
diperoleh selain seperti yang dipersyaratkan oleh hukum atau otorisas yang diberikan oleh institusi;
• ASN tidak akan menyalahgunakan informasi resmi untuk keuntungan pribadi atau komersial untuk
diri merekasendiri atau yang lain.
Keberhasilan pembangunan suatu etika perilaku dan kultur organisasi yang anti kecurangan
dapat mendukung secara efektif penerapan nilai-nilai budaya kerja, yang sangat erat hubungannya
dengan hal-hal atau faktor-faktor penentu keberhasilannya yang saling terkait antara satu dengan
yang lainnya, yaitu : 1) Komitmen dari Top Manajemen Dalam Organisasi; 2) Membangun
Lingkungan Organisasi Yang Kondusif: 3) Perekrutan dan Promosi Pegawai; 4)Pelatihan nilai- nilai
organisasi atau entitas dan standar-standar pelaksanaan; 5) Menciptakan Saluran Komunikasi yang
Efektif; dan 6) Penegakan kedisiplinan.
Perilaku berkaitan dengan menghindari perilaku yang curang dan koruptif (Fraudulent and
Corrupt Behaviour): • ASN tidak akan terlibat dalam penipuan atau korupsi; • ASN dilarang untuk
melakukan penipuan yang menyebabkan kerugian keuangan aktual atau potensial untuk setiap orang
atau institusinya • ASN dilarang berbuat curang dalam menggunakan posisi dan kewenangan mereka
untuk keuntungan pribadinya; • ASN akan melaporkan setiap perilaku curang atau korup; • ASN
akan melaporkan setiap pelanggaran kode etik badan mereka; • ASN akan memahami dan
menerapkan kerangka akuntabilitas yang berlaku di sektor publik.
Jadi, akuntabilitas dalam hal ini adalah bagaimana pemerintah atau aparatur dapat
menjelaskan semua aktifitasnya dengan memberikan data dan informasi yang akurat terhadap apa
yang telah mereka laksanakan, sedang laksanakan dan akan dilaksanakan.

Agenda 2 : Modul 3
KOMPETEN
Perilaku ASN untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai berikut:
a. Berorientasi Pelayanan:
b. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
c. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
d. Melakukan perbaikan tiada henti.
e. Akuntabel:
f. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi;
g. Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efesien.
h. Kompeten:
i. Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang selalu berubah;
j. Membantu orang lain belajar; c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
k. Harmonis:
l. Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;
m. Suka mendorong orang lain;
n. Membangun lingkungan kerja yang kondusif
o. Loyal:
p. Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintahan yang sah;
q. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, insgansi, dan negara; Menjaga rahasia jabatan dan
negara.
r. Adaptif:
s. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
t. Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;
u. Bertindak proaktif.
v. Kolaboratif:
w. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
x. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama nilai tambah;
y. Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama.

Agenda 2 : Modul 4
HARMONIS
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau. Nama
alternatif yang biasa dipakai adalah Nusantara. Dengan populasi mencapai 270.203.917 jiwa pada
tahun 2020, Indonesia menjadi negara berpenduduk terbesar keempat di dunia. Indonesia juga dikenal
karena kekayaan sumber daya alam, hayati, suku bangsa dan budaya nya. Kekayaan sumber daya
alam berupa mineral dan tambang, kekayaan hutan tropis dan kekayaan dari lautan diseluruh
Indonesia.
A. Nasionalisme Kebangsaan
a. Perspektif modernis melihat bahwa bangsa merupakan hasil dari modernisasi dan
rasionalisasi seperti di contohkan dalam Negara Birokratis, ekonomi industry, dan konsep
sekuler tentang otonomi manusia.
b. Aliran Primordialis dengan tokohnya Clifford Geertz (1963) melihat bahwa bangsa
merupakan sebuah pemberian historis, yang terus hadir dalam sejarah manusia dan
memperlihatkan kekuatan inheren pada masa laludan generasi masa kini.
c. Perspektif perenialis dengan tokohnya Adrian Hastings (1997) melihat bahwa bangsa bisa
ditemukan di pelbagai zaman sebelum periode modern. Dengan demikian, dalam perspektif
primordialis dan perspektif modernis, bangsa modern bukanlah sesuatu yang baru, karena
dia muncul sebagai kelanjutan dari periode sebelumnya.
d. Aliran etnosimbolis, seperti ditunjukkan dalam karya John Amstrong (1982) dan Anthony
Smith (1986)„ aliran ini mencoba menggabung ketiga pendekatan tersebut diatas. Aliran
etnosimbolis melihat bahwa kelahiran bangsa pasca abad ke-18, merupakan sebuah spesies
baru dari kelompok etnis yang pembentukannya harus dimengerti dalam jangka Panjang.
B. Potensi dan Tantangan dalam Keanekaragaman
a. Konflik antarsuku yaitu pertentangan antara suku yang satu dengan suku yang lain.
Perbedaan suku seringkali juga memiliki perbedaan adat istiadat, budaya, sistem
kekerabatan, norma sosial dalam masyarakat. Pemahaman yang keliru terhadap perbedaan
ini dapat menimbulkan konflik dalam masyarakat.
b. Konflik antaragama yaitu pertentangan antarkelompok yang memiliki keyakinan atau agama
berbeda. Konflik ini bisa terjadi antara agama yang satu dengan agama yang lain, atau antara
kelompok dalam agama tertentu.
c. Konflik antarras yaitu pertentangan antara ras yang satu dengan ras yang lain. Pertentangan
ini dapat disebabkan sikap rasialis yaitu memperlakukan orang berbeda-beda berdasarkan
ras.
Konflik antargolongan yaitu pertentangan antar kelompok dalam masyarakat atau
golongan dalam masyarakat. Golongan atau kelompok dalam masyarakat dapat dibedakan
atas dasar pekerjaan, partai politik, asaldaerah, dan sebagainya.
C. Dampak Konflik
a. Suasana Bekerja dan Lingkungan Tidak Nyaman
b. Pekerjaan terbengkalai
c. Kinerja Buruk
d. Layanan Kepada Masyarakat Tidak optimal
D. Pentingnya Suasana Harmonis
Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu
tenang, menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama,
meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan. Dasar-dasar
penegakan nilai Etika ASN :
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang
sejauh tidakbertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukaninformasi terkait kepentingan kedinasan.
E. Etika ASN sebagai Individu, dalam Organisasi, dan Masyarakat
a. Perubahan Mindset •
b. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;
c. Kedua, merubah dari ‟wewenang‟ menjadi ‟peranan‟;
d. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah, yang harus dipertanggung
jawabkan bukanhanya di dunia tapi juga di akhirat.
sikap perilaku ini bisa ditunjukkan dengan:
e. Toleransi , Empati, Keterbukaan terhadap perbedaan
F. Upaya Mewujudkan Suasana Harmonis
Secara umum, menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11 tentang ASN, tugas
pegawai ASN adalah sebagai berikut. a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan b.
Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas c. Mempererat persatuan dan
kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
G. Peran ASN Harmonis
a. Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral dan adil. Netral dalam artian
tidak memihak kepada salah satu kelompok atau golongan yang ada. Adil, berarti PNS
dalam melaksanakna tugasnya tidak boleh berlaku diskriminatif dan harus obyektif, jujur,
transparan.
b. PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok kelompok minoritas, dengan tidak
membuat kebijakan, peraturan yang mendiskriminasi keberadaan kelompok tersebut.
c. PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan
d. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus memiliki suka menolong baik
kepada pengguna layanan, juga membantu kolega PNS lainnya yang membutuhkan
pertolongan
PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya
Agenda 2 : Modul 5
LOYAL
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang artinya
mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai
kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur
loyalitas pegawainya,antara lain:
a. Taat pada Peraturan.
b. Bekerja dengan Integritas
c. Tanggung Jawab pada Organisasi
d. Kemauan untuk Bekerja Sama.
e. Rasa Memiliki yang Tinggi
f. Hubungan Antar Pribadi
g. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
h. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
i. Menjadi teladan bagi Pegawai lain
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai
bahwa setiap ASNharus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan
panduan perilaku:
a. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945,setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah.
b. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta Menjaga rahasia jabatan
dan negara Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan
perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme
dan pengabdian
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai terhadap
organisasi, hendaknyabeberapa hal berikut dilakukan:
a. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
b. Meningkatkan Kesejahteraan
c. Memenuhi Kebutuhan Rohani
d. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
e. Melakukan Evaluasi secara Berkala

Agenda 2 : Modul 6
ADAPTIF
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan individu di
dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk mempertahankan
keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan kreativitas
yang ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di dalamnya dibedakan mengenai
bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis dan berpikir kreatif. Penerapan budaya
adaptif dalam organisasi memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi, tingkat
kepercayaan, perilaku tanggung jawab, unsur kepemimpinan dan lainnya. Dan budaya adaptif sebagai
budaya ASN merupakan kampanye untuk membangun karakter adaptif pada diri ASN sebagai
individu yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya.

Agenda 2 : Modul 7
KOLABORATIF
Collaborative Governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan
publik. Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian aktivitas
bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi tanggung jawab dan
sumber daya.
A. Enam Kriteria Penting Untuk Kolaborasi :
a. Forum Yang Diprakarsai Oleh Lembaga Publik Atau Lembaga;
b. Peserta Dalam Forum Termasuk Aktor Nonstate;
c. Peserta Terlibat Langsung dalam Pengambilan Keputusan dan bukan hanya
“Dikonsultasikan‟ Oleh Agensi Publik;
d. Forum Secara Resmi Diatur Dan Bertemu Secara Kolektif;
e. Forum Ini Bertujuan Untuk Membuat Keputusan Dengan Konsensus (Bahkan Jika
Konsensus TidakTercapai Dalam Praktik); Dan
f. Fokus Kolaborasi Adalah Kebijakan Publik Atau Manajemen
B. Tahapan Dalam Melakukan Assessment Terhadap Tata Kelola Kolaborasi
a. Mengidentifikasi permasalahan dan peluang;
b. Merencanakan aksi kolaborasi; dan
c. Mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi
C. Organisasi yang memiliki collaborative culture indikatornya sebagai berikut:
a. Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi;
b. Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya
yang diperlukanuntuk terus menghormati pekerjaan mereka;
c. Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan
mengambil risiko yangwajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika terjadi
kesalahan);
d. Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas) Setiap
kontribusi danpendapat sangat dihargai;
e. Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
f. Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan Secara keseluruhan, setiap divisi
memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan yang diberikan.
D. Aktivitas Antar Organisasi meliputi :
a. Kerjasama Informal;
b. Perjanjian Bantuan Bersama;
c. Memberikan Pelatihan;
d. Menerima Pelatihan;
e. Perencanaan Bersama;
f. Menyediakan Peralatan;
g. Menerima Peralatan;
h. Memberikan Bantuan Teknis;
i. Menerima Bantuan Teknis;
j. Memberikan Pengelolaan Hibah; dan
k. Menerima Pengelolaan Hibah.
Proses yang harus dilalui dalam menjalankan kolaborasi adalah : 1) Trust building :
membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi 2) Face tof face Dialogue: melakukan
negosiasi dan baik dan bersungguh- sungguh; 3) Komitmen terhadap proses: pengakuan saling
ketergantungan; sharing ownership dalam proses; serta keterbukaan terkait keuntungan bersama; 4).
Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait permasalahan, serta
mengidentifikasi nilai bersama; dan 5) Menetapkan outcome antara.
Factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar Lembaga pemerintah :
1. Kepercayaan, 2.Pembagian kekuasaan, 3. Gaya kepemimpinan, 4. Strategi manajemen dan 5.
Formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien efektif antara entitas public.

Agenda 3 : Modul 1
SMART ASN
Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus dijalankan, yaitu:
a. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
b. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektorsektor strategis, baik di
pemerintahan, layananpublik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan, perdagangan,
sektor industri, sektor penyiaran.
c. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
d. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
e. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan transformasi
digitaldilakukan secepat-cepatnya.

Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses, mengelola,


memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi
secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan
kewirausahaan.
Agenda 3 : Modul 2
MANAJEMEN ASN
Manajemen adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang Profesional,
Memiliki NilaiDasar, Etika Profesi, Bebas dari Intervensi Politik, Bersih dari praktik KKN.
Kedudukan ASN berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Manajemen PNS
dan PPPK : PNS dan PPPK merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian
untuk menduduki jabatan pemerintahan dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional
Warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat
berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas
pemerintahan sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan perundang-
undangan.

Sistem Merit
Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan juga keadilan.
Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaan
kebutuhan yang berupa transparansi dan jangkauan penginformasian kepasa masyarakat maupun
jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi pemerintah mendapatkan
pegawai yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan misinya.
Manajemen ASN terdiri dari Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen PNS
meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan
karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan,
disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan. Manajemen PPPK
meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan;
pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja;
dan perlindungan. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian,
kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara
terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang
dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pejabat Pembina Kepegawaian
dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat
Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan. Penggantian pejabat
pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat dilakukan setelah mendapat
persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun.
Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan laporan
proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan
Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat.

Anda mungkin juga menyukai