Anda di halaman 1dari 65

JURNAL MOOC PPPK

NAMA : NURUL KARIMAH, S.Pd


NIP : 199401072022212012
UNIT KERJA : SMK NEGERI 1 KARANGAWEN
AGENDA 1 SIKAP PERILAKU BELA NEGARA
1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara
a. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta pelatihan diharapkan mampu :
1) Memantapkan wawasan kebangsaan
2) Menumbuhkembangkan kesadaran bela Negara
3) Mengimplementasikan Sistem Administrasi NKRI
b. Materi
1) Wawasan kebangsaan
Setelah mempelajari materi ini peserta pelatihan diharapkan mampu menjelaskan
sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia, wawasan kebangsaan, 4 (empat)
konsensus dasar dan Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
Indonesia.
a) Sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia
Presiden Republik Indonesia menetapkan beberapa hari yang bersejarah bagi
Nusa dan Bangsa Indonesia sebagai hari-hari Nasional yang bukan hari-hari libur,
antara lain : Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 8 Mei, Hari Kebangkitan
Nasional pada tanggal 20 Mei, Hari Angkatan Perang pada tanggal 5 Oktober, Hari
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober, Hari Pahlawan pada tanggal 10
Nopember, dan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember.
Penetapan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional dilatarbelakangi
terbentuknya organisasi Boedi Oetomo di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 sekira pukul
09.00. Penetapan tanggal 28 Oktober sebagai Hari Sumpah Pemuda dilatarbelakangi
Kongres Pemuda II yang dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1928 di
Indonesische Clubgenbouw Jl. Kramat 106 Jakarta. Saat Kongres Pemuda II untuk
pertama kalinya, Lagu Kebangsaan Indonesia dikumandangkan. Wage Rudolf
Soepratman, seorang pemuda yang berusia 25 tahun meminta waktu kepada
Soegondo Djojopoespito, pemimpin rapat saat itu, untuk memperdengarkan sebuah
lagu yang berjudul “Indonesia”. Syair Lagu Indonesia pertama kali dipublikasikan
pada tanggal 10 November 1928 oleh koran Sin Po, koran Tionghoa berbahasa
Melayu.
Tanggal 17 Agustus ditetapkan sebagai Hari Proklamasi Kemerdekaan
berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 24 tahun 1953 tanggal 1
Januari 1953 tentang Hari-Hari Libur. Dengan menyimpang dari Pasal 5 Penetapan
Pemerintah tahun 1946 No. 2/Um, menetapkan “Aturan hari-hari libur. Hari-hari
yang disebut di bawah ini dinyatakan sebagai hari libur, antara lain : Tahun Baru 1
Januari, Proklamasi Kemerdekaan, Nuzulul-Qur’an, Mi’radj Nabi Muhammad
S.A.W., Id’l Fitri (selama 2 hari), Id’l Adha, 1 Muharram, Maulid Nabi Muhammad
S.A.W., Wafat Isa Al Masih, Paskah (hari kedua), Kenaikan Isa Al Masih, Pante
Kosta (hari kedua), dan Natal (hari pertama).

Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI diawali dengan menyerah Jepang


kepada Tentara Sekutu. Mendengar Jepang menyerah, tanggal 14 Agustus 1945
pukul 14.00, Sjahrir yang sudah menunggu Bung Hatta di rumahnya menyampaikan
pendapatnya bahwa sebaiknya Bung Karno sendiri yang menyatakan Kemerdekaan
Indonesia atas nama rakyat Indonesia melalui perantaraan siaran radio. Tanggal 15
Agustus 1945 pagi hari, Bung Karno, Bung Hatta, dan Mr. Soebardjo menemui
Laksamana Muda Maeda di kantornya untuk menanyakan tentang berita
menyerahnya Jepang. Meyakini bahwa Jepang telah menyerah, Bung Hatta
mengusulkan kepada Bung Karno agar pada tanggal 16 Agustus PPKI segera
melaksanakan rapat dan semua anggota PPKI saat itu memang sudah berada di
Jakarta dan menginap di Hotel des Indes. Bung Hatta menginstruksikan kepada Mr.
Soebardjo agar seluruh angggota PPKI hadir di Kantor Dewan Sanyo Kaigi tanggal
16 Agustus 1945 pukul 10.00. Malam harinya pukul 21.30, saat Bung Hatta sedang
mengetik konsep Naskah Proklamasi untuk dibagikan kepada seluruh anggota PPKI,
Mr. Soebardjo dating menemui Bung Hatta dan mengajak Bung Hatta ke rumah
Bung Karno yang sudah dikepung para pemuda. Yang mendesak agar Bung Karno
segera memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia. Bung Karno tetap pada
pendiriannya dan menolak desakan para pemuda. Bung Karno mengingatkan bahwa
pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 Teks Proklamasi akan dibacakan di muka
rakyat di halaman rumahnya Jl. Pegangsaan Timur 56. Saat itu Bulan Ramadhan,
dimana umat Islam sedang melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Pukul 10.00 Teks
Proklamasi dibacakan, Sang Saka Merah Putih dikibarkan, dan Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya dikumandangkan sebagai pertanda Indonesia telah menjadi negara
merdeka dan berdaulat. Dari uraian rangkaian sejarah kebangsaan di atas, terlihat
bahwa kekuatan para Tokoh Pendiri Bangsa ini (founding fathers), yaitu saat
menjelang kemerdekaan untuk menyusun suatu dasar negara. Pemeluk agama yang
lebih besar (mayoritas Islam) menunjukan jiwa besarnya untuk tidak memaksakan
kehendaknya. Bunyi Pembukaan (preambule) yang sekarang ini, bukan seperti yang
dikenal sebagai “Piagam Jakarta”. Hal ini juga terjadi karena tokoh-tokoh agama
Islam yang dengan kebesaran hati (legowo) menerimanya. Di samping itu, komitmen
dari berbagai elemen bangsa ini dan para pemimpinnya dari masa ke masa, Orde
Lama, Orde Baru,dan Reformasi yang konsisten berpegang teguh kepada 4 (empat)
konsensus dasar, yaitu Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
b) Wawasan kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,
guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi
mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
c) 4 (empat) konsensus dasar
(1) Pancasila
Selain berfungsi sebagai landasan bagi kokoh tegaknya negara dan bangsa,
Pancasila juga berfungsi sebagai bintang pemandu atau Leitstar, sebagai
ideologi nasional, sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai perekat atau
pemersatu bangsa dan sebagai wawasan pokok bangsa Indonesia dalam
mencapai cita-cita nasional.
(2) Undang – Undang Dasar 1945
Naskah UUD 1945 dirancang sejak 29 Mei sampai 16 Juli 1945 oleh Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Ir Soekarno
menyampaikan gagasan dasar pembentukan negara yang beliau sebut
Pancasila dan disampaikan dihadapan panitia BPUPKI pada siang perdana
mereka tanggal 28 Mei 1945 dan berlangsung hingga tanggal 1 Juni 1945.
Setelah dihasilkan sebuah rancangan UUD, berkas rancangan tersebut
diajukan ke Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan diperiksan
ulang. Panitia 9 dibentuk pada tanggal 22 Juni 1945 dan mempunyai tugas
untuk merancang sebuah rumusan pembukaan yang disebut Piagam Jakarta.
Tanggal 18 Agustus 1945 Piagam Jakarta disahkan menjadi Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 oleh PPKI.UUD 1945 BAB I tentang Bentuk
dan Kedaulatan pasal 1 hasil Amandemen yang ketiga tahu 2001, berbunyi
“Negara Indonesia adalah Negara hukum”.
(3) Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa dilontarkan secara lebih
nyata masa Majapahit.Perumusan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma
Mangrwa oleh Mpu Tantular.
(4) Negara Kesatuan Republik Indonesia
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang lahir pada tanggal 17
Agustus 1945 belum sempurna sebagai negara, mengingat saat itu NKRI
baru sebagian memiliki unsur konstitutif berdirinya negara. PPKI dalam
sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah melengkapi persyaratan berdirinya
negara yaitu berupa pemerintah yang berdaulat dengan mengangkat Presiden
dan Wakil Presiden, sehingga PPKI disebut sebagai pembentuk negara.
d) Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan Indonesia
Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda
Pancasila, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan
identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(1) Bendera
Bendera Negara adalah Sang Merah Putih. Bendera Negara Sang Merah Putih
berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3 dari panjang serta
bagian atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih yang kedua
berukuran sama. Bendera Negara yang dikibarkan pada Proklamasi
Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan
Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta disebut Bendera Pusaka Sang Saka
Merah Putih. BenderaPusaka Sang Saka Merah Putih disimpan dan dipelihara
di Monumen Nasional Jakarta.
(2) Bahasa
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang digunakandi seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. sebagai bahasa resmi Negara
diatur dalam Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia Tahun 1945.
(3) Lambang Negara
Lambang Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika. Garuda dengan perisai memiliki paruh, sayap, ekor, dan cakar
yang mewujudkan lambang tenaga pembangunan. Garuda memiliki sayap
yang masing-masing berbulu 17, ekor berbulu 8, pangkal ekor berbulu 19,
dan leher berbulu 45.
(4)Lagu Kebangsaan
Lagu Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Indonesia
Raya. Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya yang digubah oleh Wage
Rudolf Supratman.
Keempat simbol tersebut menjadi cerminan kedaulatan negara di dalam tata
pergaulan dengan negara-negara lain dan menjadi cerminan kemandirian dan
eksistensi negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
2) Nilai-nilai bela Negara
Setelah mempelajari materi ini, peserta pelatihan diharapkan mampu
menjelaskan sejarah bela Negara, ancaman, kewaspadaan dini, pengertian bela
Negara, nilai dasar bela Negara, pembinaan kesadaran bela Negara lingkup
pekerjaan, indikator nilai dasar bela Negara dan aktualisasi kesadaran bela Negara
bagi ASN.
(1) Sejarah Bela Negara
Tanggal 18 Desember 1948 pukul 23.30, siaran radio antara dari Jakarta
menyebutkan, bahwa besok paginya Wakil Tinggi Mahkota Belanda, Dr. Beel, akan
mengucapkan pidato yang penting. pagi hari tanggal 19 Desember 1948, WTM Beel
berpidato di radio dan menyatakan, bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan
Persetujuan Renville. Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dibentuk, setelah
Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda saat terjadi Agresi Militer II; Ir. Soekarno dan
Drs. Mohammad Hatta ditangkap. Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI)
adalah penyelenggara pemerintahan Republik Indonesia periode 22 Desember 1948-
13 Juli 1949, dipimpin oleh Mr. Syafruddin Prawiranegara yang disebut juga dengan
Kabinet Darurat. Menjelang pertengahan 1949, posisi Belanda makin terjepit. Dunia
internasional mengecam agresi militer Belanda. Sedang di Indonesia, pasukannya
tidak pernah berhasil berkuasa penuh. Ini memaksa Belanda menghadapi RI di meja
perundingan. Belanda memilih berunding dengan utusan Ir. Soekarno-Drs.
Mohammad Hatta yang ketika itu statusnya tawanan. Perundingan itu menghasilkan
Perjanjian Roem-Royen. tanggal 14 Juli 1949, Pemerintah RI menyetujui hasil
Persetujuan RoemRoyen, sedangkan KNIP baru mengesahkan persetujuan tersebut
tanggal 25 Juli 1949. Pada tanggal 18 Desember 2006 Presiden Republik Indonesia
Dr.H. Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan tanggal 19 Desember sebagai Hari
Bela Negara.
(2) Ancaman
Ancaman adalah adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri
maupun luar negeri yang bertentangan dengan Pancasila dan mengancam atau
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa.
(3) Kewaspadaan Dini
Kewaspadaan dini adalah kewaspadaan setiap warga Negara terhadap setiap
potensi ancaman. Kewaspadaan dini memberikan daya tangkal dari segala potensi
ancaman, termasuk penyakit menular dan konflik sosial.
(4) Pengertian Bela Negara
Bela negara merupakan sebuah implementasi dari teori kontrak sosial atau teori
perjanjian sosial tentang terbentuknya negara.
(5) Nilai Dasar Bela Negara
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela
Negara meliputi :
(a) cinta tanah air;
(b) sadar berbangsa dan bernegara;
(c) setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
(d) rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
(e) kemampuan awal Bela Negara.
(6) Pembinaan Kesadaran Bela Negara lingkup pekerjaan
Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan, dan kegiatan
yang dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan, dan/atau
pelatihan kepada warga negara guna menumbuhkembangkan sikap dan perilaku serta
menanamkan nilai dasar Bela Negara. Pembinaan Kesadaran Bela Negara
diselenggarakan di lingkup : pendidikan, masyarakat, dan pekerjaan.
(7) Indikator Nilai Dasar Bela Negara
(a) Indikator cinta tanah air. Ditunjukkannya dengan sikap :
 Menjaga tanah dan pekarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia.
 Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia
 Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.
 Menjaga nama baik bangsa dan negara.
 Memberikan kontribusi pada kemajuan bangsa dan negara.
 Bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia
(b) Indikator sadar berbangsa dan bernegara. Ditunjukkannya adanya sikap :
 Berpartisipasi aktif dalam organisasi kemasyarakatan, profesi maupun politik.
 Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Ikut serta dalam pemilihan umum.
 Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negaranya.
 Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
(c) Indikator setia pada Pancasila Sebagai ideologi Bangsa. Ditunjukkannya dengan
adanya sikap :
 Paham nilai-nilai dalam Pancasila.
 Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
 Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara.
 Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila.
 Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara.
(d) Indikator rela berkorban untuk bangsa dan Negara. Ditunjukkannya dengan
sikap:
 Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan
bangsa dan negara.
 Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman.
 Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.
 Gemar membantu sesama warga negara yang mengalami kesulitan.
 Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan negaranya tidak
sia-sia.
(e) Indikator kemampuan awal Bela Negara. Ditunjukkannya dengan sikap:
 Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta intelejensi.
 Senantiasa memelihara jiwa dan raga
 Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikan Tuhan
Yang Maha Esa.
 Gemar berolahraga.
 Senantiasa menjaga kesehatannya.
(8) Aktualisasi Kesadaran Bela Negara bagi ASN
Usaha Bela Negara bertujuan untuk memelihara jiwa nasionalisme Warga Negara
dalam upaya pemenuhan hak dan kewajibannya terhadap Bela Negara yang
diwujudkan dengan Pembinaan Kesadaran Bela Negara demi tercapainya tujuan dan
kepentingan nasional, dengan sikap dan perilaku meliputi :
(a) Cinta tanah air bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan perilaku, antara
lain:
 Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah
 Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia
 Sesuai peran dan tugas masing-masing, ASN ikut menjaga seluruh ruang
wilayah Indonesia baik ruang darat, laut maupun udara dari berbagai
ancaman, seperti : ancaman kerusakan lingkungan, ancaman pencurian
sumber daya alam, ancaman penyalahgunaan tata ruang, ancaman
pelanggaran batas negara dan lain-lain
 ASN sebagai warga Negara terpilih harus menjadi contoh di tengah-tengah
masyarakat dalam menunjukkan kebanggaan sebagai bagian dari Bangsa
Indonesia
 Selalu menjadikan para pahlawan sebagai sosok panutan, dan mengambil
pembelajaran jiwa patriotisme dari para pahlawan serta berusaha untuk
selalu menunjukkan sikap kepahlawanan dengan mengabdi tanpa pamrih
kepada Negara dan bangsa
 Selalu menjaga nama baik bangsa dan Negara dalam setiap tindakan dan
tidak merendahkan atau selalu membandingkan Bangsa Indonesia dari sisi
negatif dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia
 Selalu berupaya untuk memberikan kontribusi pada kemajuan bangsa dan
Negara melalui ide-ide kreatif dan inovatif guna mewujudkan kemandirian
bangsa sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas masing-masing.
 Selalu mengutamakan produk-produk Indonesia baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam mendukung tugas sebagai ASN Penggunaan
produk-produk asing hanya akan dilakukan apabila produk tersebut tidak
dapat diproduksi oleh Bangsa Indonesia
 Selalu mendukung baik secara moril maupun materiil putra-putri terbaik
bangsa (olahragawan, pelajar, mahasiswa, duta seni dan lain-lain) baik
perorangan maupun kelompok yang bertugas membawa nama Indonesia di
kancah internasional.
 Selalu menempatkan produk industri kreatif/industri hiburan tanah air
sebagai pilihan pertama dan mendukung perkembangannya
(b) Kesadaran berbangsa dan bernegara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap
dan perilaku, antara lain :
 Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
 Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.31
 Memegang teguh prinsip netralitas ASN dalam setiap kontestasi politik,
baik tingkat daerah maupun di tingkat nasional.
 Menaati, melaksanakan dan tidak melanggar semua peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Wilayah NKRI serta menjadi pelopor dalam
penegakan
 peraturan/perundangan di
 tengah-tengah masyarakat.
 Menggunakan hak pilih dengan baik dan mendukung terselenggaranya
pemilihan umum yang mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum, tertib,
terbuka,
 proporsional, professional, akuntabel, efektif dan efisien.
 Berpikir, bersikap dan berbuat yang sesuai peran, tugas dan fungsi ASN.
 Sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing ikut berpartisipasi menjaga
kedaulatan bangsa dan negara.
 Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.
 Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karier.
(c) Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan
sikap dan perilaku, antara lain :
 Memegang teguh ideologi Pancasila.
 Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
 Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur.
 Menjadi agen penyebaran nilai-nilai Pancasila di tengah-tengah masyarakat.
 Menjadi contoh bagi masyarakat dalam pengamalan nilai-nilai Pancasila di
tengah kehidupan sehari-hari.
 Menjadikan Pancasila sebagai alat perekat dan pemersatu sesuai fungsi
ASN.
 Mengembangkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai kesempatan dalam
konteks kekinian.
 Selalu menunjukkan keyakinan dan kepercayaan bahwa Pancasila
merupakan dasar Negara yang menjamin kelangsungan hidup bangsa.
 Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
(d) Rela berkorban untuk bangsa dan negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan
sikap dan perilaku, antara lain :
 Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
 Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan
bangsa dan Negara sesuai tugas dan fungsi masing-masing.
 Bersedia secara sadar untuk membela bangsa dan negara dari berbagai
macam ancaman.
 Selalu berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional dan menjadi pionir
 pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan nasional.
 Selalu ikhlas membantu masyarakat dalam menghadapi situasi dan kondisi
yang penuh dengan kesulitan.
 Selalu yakin dan percaya bahwa pengorbanan sebagai ASN tidak akan sia-
sia.
(e) Kemampuan awal Bela negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan
perilaku antara lain :
 Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
 Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
 Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
 Selalu berusaha untuk meningkatkan kompetensi dan mengembangkan
wawasan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
 Selalu menjaga kesehatan baik fisik maupun psikis dengan pola hidup sehat
serta menjaga keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.
 Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikan Tuhan
Yang Maha Esa.
 Selalu menjaga kebugaran dan menjadikan kegemaran berolahraga sebagai
gaya hidup.
 Senantiasa menjaga kesehatannya dan menghindarkan diri dari kebiasaan-
kebiasaan yang dapat mengganggu kesehatan.
3) Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia
Setelah mempelajari bab ini, peserta pelatihan diharapkan mampu menjelaskan
bentuk Negara Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, makna
Kesatuan dalam Sistem Penyelenggaraan Negara, perspektif sejarah Negara
Indonesia, makna dan Pentingnya Persatuan dan Kesatuan Bangsa, prinsip-Prinsip
Persatuan Dan Kesatuan Bangsa, pengamalan Nilai-nilai Persatuan dan Kesatuan,
nasionalisme, kebijakan public dalam format Keputusan dan/atau tindakan
Administrasi Pemerintahan, Landasan Idiil : Pancasila, UUD 1945: Landasan
konstitusionil SANKRI dan peran Aparatur Sipil Negara (ASN) Berdasarkan UU
No.5 Tahun 2014 tentang aparatur Sipil Negara.
a) Perspektif Sejarah Negara Indonesia
Kuntjoro Purbopranoto (1981) menyatakan bahwa sejarah administrasi di
Indonesia dimulai sejak tahun 1816, setelah pemerintahan diambil alih Belanda dari
pihak Inggris, segera dibentuk suatu dinas pemerintahan tersendiri. Sehubungan
dengan perkembangan yang terjadi, maka dinas pemerintahan setempat mulai
merasakan perlunya diterapkan sistem desentralisasi dalam pelaksanaan
pemerintahan. Desentralisasi mulai dilakukan pada tahun 1905, dan dibentuklah
wilayah-wilayah setempat (locale ressorten) dengan dewan-dewannya (locale raden)
di seluruh Jawa. Namun, tugas-tugas yang dilimpahkan kepada locale ressorten
tersebut sangat sedikit, sehingga desentralisasi yang direncanakan tersebut dianggap
kurang bermanfaat. Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag antara Pemerintah
Belanda dengan pemerintah Indonesia pada tanggal 23 Agustus-2 November 1949
dan hasilnya adalah Kerajaan Belanda harus memulihkan kedaulatan atas wilayah
Indonesia kepada pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS), sedangkan
kekuasaan pemerintahan akan diserahkan pada tanggal 27 Desember 1949 di Jakarta.
Pada saat itulah negara Indonesia berubah menjadi negara federal yang terdiri dari 16
negara bagian. Dengan demikian, menurut Ismail Sunny (1977) sejak saat itu,
Negara Indonesia resmi berubah dari negara kesatuan menjadi negara serikat dengan
konstitusi RIS (KRIS) 1949 sebagai Undang-Undang Dasar.
Sistem pemerintahan yang dianut adalah sistem pemerintahan parlementer.
Menurut Marbun (2001), meskipun KRIS 1949 menganut paham negara hukum
dengan tujuan menciptakan kesejahteraan rakyat, tetapi administrasi negara tidak
memperoleh tempat untuk mengambil posisi sebagai sarana hukum yang
menjembatani pemerintah sebagai adminsitrator negara yang bertugas
menyelenggarakan kesejahteraan umum dengan rakyat sebagai sarana dan tujuannya.
Atau dapat dikatakan bahwa dalam bidang administrasi negara telah terjadi
kevakuman yang disebabkan oleh adanya pergolakan dalam bidang politik sebagai
usaha untuk menuju terciptanya kembali bentuk negara kesatuan sebagaimana
diamanatkan oleh Proklamasi 17 Agustus 1945.
Pada tanggal 19 Mei Tahun 1950 telah disepakati bersama untuk mewujudkan
kembali negara kesatuan dengan memberlakukan Undang-Undang Dasar Sementara
(UUDS) 1950. Dengan UU Federal No. 7 Tahun 1970, ditetapkanlah UUDS 1950
berdasarkan pasal 190 KRIS 1950 untuk kemudian menjadi UUD Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang mulai berlaku efektif sejak tanggal 17 Agustus Tahun 1950.
Akan tetapi pelaksanaannya dilaksanakan oleh 2 (dua) lembaga yaitu Pemerintah dan
DPR. Kekuasaan di bidang eksekutif tetap merupakan wewenang penuh pihak
pemerintah. Pada tanggal 5 Juli Tahun 1959 dikeluarkanlah Dekrit Presiden yang
berisi pemberlakuan kembali UUD 1945, membubarkan Konstituante dan tidak
memberlakukan UUDS 1950.
Pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen telah dituangkan dalam
bentuk yuridis dalam Pasal 2 Tap MPRS No. XX Tahun 1966 dengan Semangat
kesatuan juga tercermin dari Sumpah Palapa Mahapatih Gajah mada. Peristiwa
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 adalah inisiatif original dan sangat jenius
yang ditunjukkan oleh kalangan pemuda pada masa itu. Peristiwa inilah yang
membentuk dan merupakan kesatuan psikologis atau kejiwaan bangsa Indonesia.
Selain kesatuan kejiwaaan berupa Sumpah Pemuda tadi, bangsa Indonesia juga
terikat oleh kesatuan politik kenegaraan yang terbentuk dari pernyataan kemerdekaan
yang dibacakan Soekarno-Hatta atas nama rakyat Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945. Sejak saat itulah Indonesia secara resmi menjadi entitas politik yang merdeka,
berdaulat, dan berkedudukan sejajar dengan negara merdeka lainnya. Makna
kesatuan selanjutnya adalah kesatuan geografis, teritorial atau kewilayahan.
Kesatuan kewilayahan ini ditandai oleh Deklarasi Juanda tanggal 13 Desember 1957
yang menjadi tonggak lahirnya konsep Wawasan Nusantara. Deklarasi Juanda ini
kemudian pada tanggal 18 Februari 1960 dalam UU No. 4/Prp/1960 tentang Perairan
Indonesia. Konsep Wawasan Nusantara diakui dunia internasional pada tahun 1978,
khususnya pada Konferensi Hukum Laut di Geneva. Dan, pada 10 Desember 1982
konsep Wawasan Nusantara diterima dan ditetapkan dalam Konvensi Hukum Laut
PBB, atau dikenal dengan UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the
Sea).
b) Makna Kesatuan dalam Sistem Penyelenggaraan Negara
Filosofi dasar persatuan dan kesatuan bangsa dapat ditemukan pertama kali dalam
kitab Sutasoma karya Mpu Tantular. Dalam kitab itu ada tulisan berbunyi “Bhinneka
Tunggal Ika tan hana dharma mangrwa”.Semangat kesatuan juga tercermin dari
Sumpah Palapa Mahapatih Gajah mada. Kesatuan kewilayahan ditandai oleh
Deklarasi Juanda tanggal 13 Desember 1957 yang menjadi tonggak lahirnya konsep
Wawasan Nusantara. Deklarasi Juanda ini kemudian pada tanggal 18 Februari 1960
dalam UU No. 4/Prp/1960 tentang Perairan Indonesia. Konsep Wawasan Nusantara
diakui dunia internasional pada tahun 1978, khususnya pada Konferensi Hukum Laut
di Geneva. Pada 10 Desember 1982 konsep Wawasan Nusantara diterima dan
ditetapkan dalam Konvensi Hukum Laut ,PBB, atau lebih dikenal dengan UNCLOS
(United Nations Convention on the Law of the Sea), yang dituangkan dalam UU No.
17 Tahun 1985 tentang Pengesahan UNCLOS .Gerakan separatisme atau upaya-
upaya ke arah disintegrasi bangsa, adalah sebuah tindakan ahistoris yang
bertentangan dengan semangat persatuan dan kesatuan tersebut.
c) Bentuk Negara Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Dalam Bab I, pasal 1 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, “Negara
Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik”. NKRI dibagi atas
daerah-daerah provinsi dan provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota. Bentuk
organisasi pemerintahan negara adalah unitaris, namun dalam penyelenggaraan
pemerintahan dapat saja diakukan pendelegasian urusan pemerintahan atau
kewenangan kepada pemerintahan provinsi, kabupaten/kota maupun desa. Indonesia
adalah melting pot atau tempat meleburnya berbagai keragaman yang kemudian
bertransformasi menjadi identitas baru yang lebih besar bernama Indonesia.
Indonesia adalah konstruksi masyarakat modern yang tersusun dari kekayaan sejarah,
sosial, budaya, ekonomi, politik, dan ideologi yang tersebar di bumi nusantara.
Program-program pembangunan di setiap instansi pemerintah baik pusat maupun
daerah, pada hakikatnya membentuk derap langkah yang serasi menuju kepada titik
akhir yang Sama.
d) Makna dan Pentingnya Persatuan dan Kesatuan Bangsa.
Makna dan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa dapat mewujudkan sifat
kekeluargaan, jiwa gotong-royong, musyawarah dan lain sebagainya. Tahap-tahap
pembinaan persatuan bangsa Indonesia ialah :
(1) Perasaan senasib.
(2) Kebangkitan Nasional
(3) Sumpah Pemuda
(4) Proklamasi Kemerdekaan
e) Prinsip-Prinsip Persatuan Dan Kesatuan Bangsa.
Arti dan makna persatuan Indonesia apabila dikaji lebih jauh, terdapat beberapa
prinsip yang harus kita hayati serta kita pahami lalu kita amalkan.
(1) Prinsip Bhinneka Tunggal Ika
(2) Prinsip Nasionalisme Indonesia .
(3) Prinsip Kebebasan yang Bertanggungjawab
(4) Prinsip Wawasan Nusantara
(5) Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita Reformasi.
f) Nasionalisme
Nasionalisme adalah sikap mencintai bangsa dan negara sendiri. Nasionalisme
terbagi atas:
(1) Nasionalisme dalam arti sempit, yaitu sikap mencintai bangsa sendiri secara
berlebihan sehingga menganggap bangsa lain rendah kedudukannya,
nasionalisme ini disebut juga nasionalisme yang chauvinisme, contoh Jerman
pada masa Hitler
(2) Nasionalisme dalam arti luas, yaitu sikap mencintai bangsa dan negara sendiri
dan menganggap semua bangsa sama derajatnya. Ada tiga hal yang harus kita
lakukan untuk membina nasionalisme Indonesia:
(1) Mengembangkan persamaan di antara suku-suku bangsa penghuni nusantara
(2) Mengembangkan sikap toleransi
(3) Memiliki rasa senasib dan sepenanggungan di antara sesama bangsa
Indonesia
Empat hal yang harus kita hindari dalam memupuk semangat nasionalisme
adalah:
(1) Sukuisme, menganggap msuku bangsa sendiri paling baik.
(2) Chauvinisme, mengganggap bangsa sendiriu paling unggul.
(3) Ektrimisme, sikap mempertahankan pendirian dengan berbagai cara kalau
perlu dengan kekerasan dan senjata.
(4) Provinsialisme, sikap selalu berkutat dengan provinsi atau daerah sendiri.
Sikap patriotisme adalah sikap sudi berkorban segala-galanya termasuk nyawa
sekalipun untuk mempertahankan dan kejayaan negara. Ciri-ciri patriotisme
adalah:
(1) Cinta tanah air.
(2) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
(3) Menempatkan persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
(4) Berjiwa pembaharu.
(5) Tidak kenal menyerah dan putus asa.
g) Kebijakan Publik dalam Format Keputusan dan/atau Tindakan Administrasi
Pemerintahan
UU Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (“UU AP”) yang
diberlakukan sejak tanggal 17 Oktober 2014, memuat perubahan penting dalam
penyelenggaraan birokrasi pemerintahan di antaranya adalah sebagai berikut:
(1) Mengenai jenis produk hukum dalam administrasi pemerintahan;
(2) Pejabat pemerintahan mempunyai hak untuk diskresi;
(3) Memperoleh perlindungan hukum dan jaminan keamanan dalam
menjalankan tugasnya
Pengertian penting dalam UU AP adalah sebagai berikut:
(1) Administrasi Pemerintahan adalah tata laksana dalam pengambilan keputusan
dan/atau tindakan oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan adalah unsur yang
melaksanakan Fungsi Pemerintahan, baik di lingkungan pemerintah maupun
penyelenggara negara lainnya;
(2) Keputusan Administrasi Pemerintahan yang juga disebut Keputusan Tata Usaha
Negara atau Keputusan Administrasi Negara adalah ketetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam penyelenggaraan
pemerintahan;
(3) Tindakan Administrasi Pemerintahan adalah perbuatan Pejabat Pemerintahan
atau penyelenggara negara lainnya untuk melakukan dan/atau tidak melakukan
perbuatan kongkret dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan;
(4) Diskresi adalah Keputusan dan/atau Tindakan Administrasi Pemerintahan yang
ditetapkan dan/atau dilakukan oleh Pejabat Pemerintahan untuk mengatasi
persoalan konkret yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam
hal peraturan perundang-undangan yang memberikan pilihan, tidak mengatur,
tidak lengkap atau tidak jelas, dan/atau adanya stagnasi pemerintahan.
h) Landasan Idiil : Pancasila
Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan
pada tanggal 18 Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik
dalam arti sebagai dasar ideologi maupun filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila ini
dipertegas dalam UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan sebagai sumber dari segala sumber hukum negara.
i) UUD 1945: Landasan konstitusionil SANKRI
(1) Kedudukan UUD 1945
Dari sudut hukum, UUD 1945, merupakan tataran pertama dan utama dari
penjabaran lima norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta norma-
norma dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma
hukum yang memberi kerangka dasar hukum SANKRI pada umumnya, atau
khususnya sistem penyelenggaraan negara yang mencakup aspek kelembagaan,
aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya.
(2) Pembukaan UUD 1945 sebagai Norma Dasar (Groundnorms)
Pembukaan UUD 1945 merupakan tempat dicanangkannya berbagai norma
dasar yang melatar belakangi, kandungan cita-cita luhur dari Pernyataan Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan oleh tidak akan berubah atau dirubah,
merupakan dasar dan sumber hukum bagi Batang-tubuh UUD 1945 maupun bagi
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia apapun yang akan atau mungkin
dibuat
j) Peran Aparatur Sipil Negara (ASN) Berdasarkan UU No.5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara
Berdasarkan Penjelasan Umum UU No.5 Tahun 2014 tentang ASN (UU ASN),
dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, diperlukan ASN yang
profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan
mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan Pasal 11 UU ASN, tugas
Pegawai ASN adalah sebagai berikut:
(1) Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
(2) Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan Mempererat
persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Analisis Isu Kontemporer
a. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini peserta pelatihan diharapkan mampu :
1) Menjelaskan konsepsi perubahan lingkungan strategis;
2) Mengidentifikasi isu-isu strategis kontemporer;
3) Menerapkan teknik analisis isu-isu dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis.
b. Materi
1) Konsepsi perubahan lingkungan strategis
a) Konsep perubahan
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari
perjalanan peradaban manusia.
b) Lingkungan strategis
Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017) ada empat level
lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan
pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga (family),
Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society),
dan Dunia (Global).
c) Modal insani dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis
Modal insani yang dimaksud, disini istilah modal atau capital dalam konsep modal
manusia (human capital concept). Ada enam komponen dari modal manusia (Ancok,
2002) yaitu modal intelektual, modal emosional, modal sosial, modal ketabahan,
modal etika/moral, modal kesehatan (kekuatan) fisik/jasmani.
2) Isu-isu strategis kontemporer
Isu-isu strategis diantaranya :
a) Korupsi
Korupsi sudah ada dalam catatan kuno baik di Mesir, Babilonia, Ibrani, India,
Yunani dan Romawi Kuno sebagai masalah serius. Penyebab suburnya korupsi
adalah membengkaknya urusan pemerintahan, lahirnya generasi yang rendah
martabat moral dan bersikap masa bodoh, terjadinya manipulasi dan intrik-intrik
melalui politik, kekuatan keuangan serta kepentingan bisnis asing. Korupsi di
Indonesia sudah ada baik pada zaman kerajaan, penjajahan maupun modern.
Berbagai upaya pemerintah dilakukan untuk memberantas korupsi seperti
perubahan perundang-undangan dan keikutsertaan Indonesia dalam Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Convention Against
Corruption/UNCAC). Korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang
Negara (perusahaan) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Penyebab manusia
terdorong korupsi antara lain:
 Faktor individu : sifat tamak, moral lemah, dan gaya hidup konsumtif.
 Faktor lingkungan : aspek sikap masyarakat terhadap korupsi, ekonomi, politis,
organisasi.
Perbedaan suap dan gratifikasi, suap adalah menerima sesuatu atau janji,
sedangkan ia mengetahui atau patut dapat menduga bahwa pemberian sesuatu
atau janji dimaksudkan supaya ia berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu
dalam tugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan atau kewajibannya yang
menyangkut kepentingan umum. Sedangkan gratifikasi yaitu pemberian dalam
arti luas dan tidak termasuk “janji”. Gratifikasi dapat dianggap sebagai suap,
apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban
atau tugasnya. Korupsi sangat berpengaruh buruk terhadap pembangunan dan
kesejahteraan masyarakat. Sikap antikorupsi seperti jujur, menghindari perilaku
yang merugikan kepentingan orang banyak atau melanggar hak orang lain,
menghindari konflik kepentingan dalam hubungan kerja, dan melaporkan pada
penegak hukum.
b) Narkoba
Narkotika adalah zat atau obat yang dapat berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi 42 sintesis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika
digolongkan dalam 3 golongan. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibedakan ke dalam empat golongan.
Meningkatnya kasus narkoba dikarenakan meningkatnya angka coba pakai,
tingginya angka kekambuhan, peningkatan sediaan dan maraknya kawasan
rawan narkoba.
c) Terorisme dan radikalisme
Terorisme merupakan sebuah konsep yang memiliki konotasi yang sensitif
karena terorisme mengakibatkan timbulnya korban warga sipil yang tidak
berdosa. Potensi terorisme yaitu dilakukan oleh negara lain di daerah perbatasan
Indonesia, warga negara yang tidak puas atas kebijakan negara, organisasi
dengan dogma dan ideologi tertentu, kaum kapitalis ketika memaksakan bentuk
atau pola bisnis dan investasi kepada masyarakat, masyarakat kepada dunia
usaha. Terorisme internasional adalah bentuk kekerasan politik yang melibatkan
warga atau wilayah lebih dari satu negara. Indonesia memiliki titik rawan
terjadinya ancaman terorisme yaitu Indonesia adalah negara dengan penduduk
muslim terbesar di dunia, celah keamanan yang bisa dimanfaatkan untuk
menjalankan aksi teror dan skala dampak yang tinggi jika terjadi terorisme.
Radikalisme diartikan sebagai suatu sikap yang mendambakan perubahan secara
total dan bersifat revolusioner dengan menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada
secara drastis lewat kekerasan (violence) dan aksi-aksi yang ekstrem.
Transformasi gerakan terorisme dulu diyakini bergeser dari sifatnya yang
internasional, ke kawasan (regional) dan akhirnya menyempit ke tingkat
nasional, bahkan lebih lokal di suatu negara. Gerakan radikal yang
mengatasnamakan agama seringkali berbeda pendapat dengan kelompok lain,
bahkan kelompok nasionalis dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan
bangsa dan negara. Pola penyebaran radikalisme melalui berbagai saluran seperti
media massa, komunikasi langsung, hubungan kekeluargaan dan lembaga
pendidikan. Akan tetapi penyebaran melalui internet yang paling sering
digunakan. Ragam radikalisme diantaranya radikal gagasan, milisi, sparatis,
premanisme dan terorisme. Dampak radikal terorisme dapat terlihat pada semua
aspek kehidupan masyarakat: ekonomi, keagamaan, sosial dan politik.
Deradikalisasi merupakan semua upaya untuk mentransformasi dari keyakinan
atau ideologi radikal menjadi tidak radikal dengan pendekatan multi dan
interdisipliner (agama, sosial, budaya, dan selainnya) bagi orang yang
terpengaruh oleh keyakinan radikal. Aksi teror yang terjadi perlu disikapi
dengan cara pencegahan,penindakan dan pemulihan. Selain itu menanamkan dan
memasyarakatkan kesadaran akan nilai-nilai Pancasila serta implementasinya
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlu dilakukan untuk menhadapi
ancaman radikalisme dan terorisme.
d) Pencucian uang (Money laundring)
Pencucian uang adalah suatu perbuatan kejahatan yang melibatkan upaya untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang atau harta kekayaan dari
hasil tindak pidana/kejahatan sehingga harta kekayaan tersebut seolah-olah
berasal dari aktivitas yang sah. Pencucian uang telah ada baik sebelum maupun
sesudah abad ke-20. Saat ini pemberantasan pencucian uang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang. UU No. 8 Tahun 2010 (UU PP-TPPU) tersebut
menggantikan undang-undang sebelumnya yang mengatur tindak pidana
pencucian uang yaitu, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003.
e) Proxy war
Isu proxy war adalah Isu pertentangan Sunni versus Syiah di Indonesia, semarak
lewat “gerakan anti-Syiah” di media sosial, hal ini bisa dipandang sebagai wujud
perang proxii, antara Arab Saudi yang Sunni dan Iran yang Syiah. Medan
konfliknya bukan di Arab Saudi dan bukan pula di Iran, tetapi justru di Indonesia.
Konflik ini bisa berkembang menjadi bentrokan besar terbuka, jika tidak diredam
oleh ormas Islam moderat seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Perang
proxi memang sering terjadi dan berlangsung lama bukan di negara yang
berkontestasi. Perang itu justru berkobar (atau dikobarkan) di negara atau
wilayah lain, di antara kelompok yang pro dan anti masing-masing negara.
Mereka menjadi semacam “boneka” karena mendapat bantuan dana, pelatihan,
danpersenjataan dari negara-negara yang bertarung.
f) Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, dan Hoax)
Cyber crime
Cyber crime atau kejahatan saiber merupakan bentuk kejahatan yang terjadi dan
beroperasi di dunia maya dengan menggunakan komputer, jaringan komputer
dan internet. Pelakunya pada umumnya harus menguasai teknik komputer,
algoritma, pemrograman dan sebagainya, sehingga mereka mampu menganalisa
sebuah sistem dan mencari celah agar bias masuk, merusak atau mencuri data
atau aktivitas kejahatan lainnya.
Hate speech
Hate speech atau ujaran kebencian dalam bentuk provokasi, hinaan atau hasutan
yang disampaikan oleh individu ataupun kelompok di muka umum atau di ruang
publik merupakan salah satu bentuk kejahatan dalam komunikasi massa. Dengan
berkembangnya teknologi informasi, serta kemampuan dan akses pengguna
media yang begitu luas, maka ujaran-ujaran kebencian yang tidak terkontrol
sangat mungkin terjadi. Apalagi dengan karakter anonimitas yang menyebabkan
para pengguna merasa bebas untuk menyampaikan ekspresi tanpa memikirkan
efek samping atau dampak langsung terhadap objek atau sasaran ujaran
kebencian.
Biasanya sasaran hate speech mengarah pada isu-isu sempit seperti suku
bangsa, ras, agama, etnik, orientasi seksual, hingga gender. Ujaran-ujaran yang
disampaikan pun biasanya sangat bias dan tidak berdasarkan data objektif.
Kecenderungannya adalah untuk melakukan penggiringan opini ke arah yang
diinginkan. Dampak yang ditimbulkan menjadi sangat luas, karena berpotensi
memecah belah rasa persatuan, pluralisme dan kebhinekaan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sedemikian bahayanya hate speech, maka perlu
dilakukan upaya untuk mengontrol dan mengendalikan potensi hate speech yang
bisa terjadi kapan saja dan melalui media apa saja. Oleh karena hate speech
merupakan tindakan kejahatan, maka hate speech ini tergolong peristiwa hukum
yang memiliki dampak atau konsekuensi hukum bagi pelakunya.
Hoax
Hoax adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat dipertangung jawabkan
atau bohong atau palsu, baik dari segi sumber maupun isi. Sifatnya lebih banyak
mengadu domba kelompok-kelompok yang menjadi sasaran dengan isi
pemberitaan yang tidak benar. Pelaku hoax dapat dikategorikan dua jenis, yaitu
pelaku aktif dan pasif. Pelaku aktif melakukan atau menyebarkan berita palsu
secara aktif membuat berita palsu dan sengaja menyebarkan informasi yang
salah mengenai suatu hal kepada publik. Sedangkan pelaku pasif adalah individu
atau kelompok yang secara tidak sengaja menyebarkan berita palsu tanpa
memahami isi atau terlibat dalam pembuatannya.
Dewan Pers menyebutkan ciri-ciri hoax adalah mengakibatkan kecemasan,
kebencian, dan permusuhan; sumber berita tidak jelas. Hoax di media sosial
biasanya pemberitaan media yang tidak terverifikasi, tidak berimbang, dan
cenderung menyudutkan pihak tertentu; dan bermuatan fanatisme atas nama
ideologi, judul, dan pengantarnya provokatif, memberikan
penghukuman serta menyembunyikan fakta dan data. Dampak hoax sama
besarnya dengan cyber crime secara umum dan hate speech terhadap publik
yang menerimanya. Oleh karenanya kejahatan ini juga merupakan sesuatu yang
perlu diwaspadai oleh seluruh elemen bangsa termasuk ASN.
3) Teknik analisis isu-isu dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis
Teknik analisis isu diantaranya :
a) Teknik tapisan isu
teknik tapisan dengan menetapkan rentang penilaian (1-5) pada kriteria; Aktual,
Kekhalayakan, Problematik, dan Kelayakan. Aktual artinya isu tersebut benar-
benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat. Kekhalayakan
artinya Isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak. Problematik artinya
Isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga perlu dicarikan
segera solusinya secara komperehensif, dan Kelayakan artinya Isu tersebut
masuk akal, realistis, relevan, dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan
masalahnya. Alat bantu tapisan lainnya misalnya menggunakan kriteria USG
dari mulai sangat USG atau tidak sangat USG. Urgency: seberapa mendesak
suatu isu harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti. Seriousness: Seberapa
serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan.
Growth: Seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak
ditangani segera.
b) Teknik analisis isu (mind mapping, fishbone diagram, analisis SWOT)
Mind mapping
Mind mapping merupakan cara mencatat yang mengakomodir cara kerja otak
secara natural. Teknik mind mapping merupakan teknik mencatat tingkat tinggi
yang memanfaatkan keseluruhan otak, yaitu otak kiri dan otak kanan.
Fishbone diagram
fishbone diagram atau diagram tulang ikan ini lebih menekankan pada hubungan
sebab akibat, sehingga seringkali juga disebut sebagaiCause-and-Effect Diagram
atau Ishikawa Diagram.
Analisis SWOT
Analisis SWOT bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan suatu strategi. Sebagai sebuah konsep dalam
manajemen strategik, teknik ini menekankan mengenai perlunya penilaian
lingkungan eksternal dan internal, serta kecenderungan perkembangan/perubahan
dimasa depan sebelum menetapkan sebuah strategi. Analisis ini didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(Weaknesses) dan ancaman (Threats).
c) Analisis kesenjangan atau Gap Analysis
Gap Analysis adalah perbandingan kinerja aktual dengan kinerja potensial atau
yang diharapkan. Metode ini merupakan alat evaluasi bisnis yang menitikberatkan
pada kesenjangan kinerja perusahaan saat ini dengan kinerja yang sudah
ditargetkan sebelumnya, misalnya yang sudah tercantum pada rencana bisnis atau
rencana tahunan pada masing-masing fungsi perusahaan. Analisis kesenjangan
juga mengidentifikasi tindakan-tindakan apa saja yang diperlukan untuk
mengurangi kesenjangan atau mencapai kinerja yang diharapkan pada masa
datang. Selain itu, analisis ini memperkirakan waktu, biaya, dan sumberdaya yang
dibutuhkan untuk mencapai keadaan perusahaan yang diharapkan.
3. Kesiapsiagaan Bela Negara
a. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini peserta pelatihan diharapkan mampu :
1) Menjelaskan kerangka bela negara dalam Latsar CPNS;
2) Menjelaskan kemampuan awal kesiapsiagaan bela negara;
3) Menyusun rencana aksi bela negara; dan
4) Melakukan kegiatan kesiapsiagaan bela negara.
b. Materi
1) Kerangka bela negara dalam Latsar CPNS
Untuk melakukan bela negara, diperlukan suatu kesadaran bela negara. Dikatakan
bahwa kesadaran bela Negara itu pada hakikatnya adalah kesediaan berbakti pada negara
dan kesediaan berkorban membela negara.
2) Kemampuan awal kesiapsiagaan bela Negara
Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela
negara, baik secara fisik maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan dengan cara
menjaga kesamaptaan (kesiapsiagaan) diri yaitu dengan menjaga kesehatan jasmani dan
rohani. Sedangkan secara non fisik, yaitu dengan cara menjaga etika, etiket, moral dan
memegang teguh kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur
dan terhormat.
3) Rencana aksi bela Negara
a) Tahap pertama
Tahapan ini dilakukan pada saat On Campus, dimana masing-masing peserta Latsar
CPNS dapat menyusun Rencana Aksi-nya yang terkait dengan seluruh rangkaian
kegiatan dan tidak terlepas dari Nilai-nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan sehari-
hari sesuai dengan siklus yang dialami selama pembelajaran di dalam lingkungan
penyelenggaraan diklat (On Campus) selama 21 Hari sejak hari pertama memasuki
lembaga diklat (tempat penyelenggaraan Latsar CPNS).
b) Tahap kedua
Tahapan ini dilakukan pada saat Off Campus, dimana masing-masing peserta Latsar
CPNS saat kembali ke instansinya masing-masing dalam kurun waktu dan tempat sesuai
dengan situasi dan kondisi di lingkungan kerja masing-masing selama 30 Hari, terhitung
sejak Off Campus sampai On Campus kembali kedua kalinya. Dalam penyusunan
Rencana Aksi ini tidak terlepas dari Nilai-nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan
sehari-hari bagi peserta Latsar CPNS.
4) Kegiatan kesiapsiagaan bela Negara
a) Peraturan baris berbaris
b) Keprotokolan
c) Tata upacara
d) Tata penghormatan
e) Pelaksanaan kegiatan apel
f) Etika keprotokolan
g) Implementasi dan aplikasi kewaspadaan dini bagi CPNS
AGENDA 2 NILAI DASAR PNS
1. Berorientasi Pelayanan
a. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini peserta pelatihan diharapkan mampu :
1) Memahami dan menjelaskan pelayanan publik secara konseptual/teoretis;
2) Memahami dan menjelaskan panduan perilaku (kode etik) nilai Berorientasi
Pelayanan, serta memberikan contoh perilaku spesifik yang kontekstual dengan
jabatan dan/atau organisasinya;
3) Mengaktualisasikan nilai Berorientasi Pelayanan dalam pelaksanaan tugas
jabatannya masing-masing; dan
4) Menganalisis kasus dan/atau menilai contoh penerapan Berorientasi Pelayanan secara
tepat.
b. Materi
1) Konsep pelayanan publik
Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik prinsip pelayanan publik meliputi : partisipatif, transparan, responsif,
tidak diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel, dan
berkeadilan. Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam
konteks ASN, yaitu 1) penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi, 2)
penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat, dan 3) kepuasan
yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.
Pelayanan publik yang prima sudah tidak bisa ditawar lagi ketika lembaga
pemerintah ingin meningkatkan kepercayaan publik, karena dapat menimbulkan
kepuasan bagi pihak-pihak yang dilayani. Dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN
berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta sebagai perekat dan
pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi tersebut, pegawai ASN bertugas untuk:
a) Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b) Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
c) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi
pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government),
Pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK dan
Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Core Values ASN BerAKHLAK
merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis,
Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core Values tersebut seharusnya dapat dipahami dan
dimaknai sepenuhnya oleh seluruh ASN serta dapat diimplementasikan dalam
pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena tugas pelayanan publik yang
sangat erat kaitannya dengan pegawai ASN, sangatlah penting untuk memastikan bahwa
ASN mengedepankan nilai Berorientasi Pelayanan dalam pelaksanaan tugasnya, yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen memberikan pelayanan prima demi
kepuasan masyarakat.
2) Berorientasi pelayanan
a) Panduan perilaku berorientasi pelayanan
Sebagaimana kita ketahui, ASN sebagai suatu profesi berlandaskan pada prinsip sebagai
berikut:

(1) nilai dasar;


(2) kode etik dan kode perilaku;
(3) komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik;
(4) kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
(5) kualifikasi akademik;
(6) jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan
(7) profesionalitas jabatan.
b) Tantangan aktualisas nilai berorientasi pelayanan
Penyelenggaraan pelayanan publik menghadapi berbagai hambatan dan tantangan,
yang dapat berasal dari eksternal seperti kondisi geografis yang sulit, infrastruktur yang
belum memadai, termasuk dari sisi masyarakat itu sendiri baik yang tinggal di
pedalaman dengan adat kebiasaan atau sikap masyarakat yang kolot, ataupun yang
tinggal di perkotaan dengan kebutuhan yang dinamis dan senantiasa berubah. Tantangan
yang berasal dari internal penyelenggara pelayanan publik dapat berupa anggaran yang
terbatas, kurangnya jumlah SDM yang berkompeten, termasuk belum terbangunnya
sistem pelayanan yang baik. Namun, Pemerintah berkomitmen untuk terus
meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan dan
harapan masyarakat serta mengatasi berbagai hambatan yang ada.
Peraturan Menteri PANRB Nomor 91 Tahun 2021 memaknai inovasi pelayanan
publik sebagai terobosan jenis pelayanan baik yang merupakan gagasan/ide kreatif
orisinal dan/atau adaptasi/modifikasi yang memberikan manfaat bagi masyarakat, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Dalam lingkungan pemerintahan sendiri,
banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya inovasi, diantaranya
komitmen dari pimpinan, adanya budaya inovasi, dan dukungan regulasi. Instansi
pemerintah dituntut untuk lebih jeli mengamati permasalahan dalam pelayanan publik
sehingga inovasi yang dilahirkan benar-benar sesuai kebutuhan dan tepat sasaran.

2. Akuntabel
a. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini peserta pelatihan diharapkan mampu :
1) Menjelaskan akuntabel secara konseptual-teoritis yang bertanggungjawab atas
kepercayaan yang diberikan;
2) Menjelaskan panduan perilaku (kode etik akuntabel);
3) Memberikan contoh perilaku dengan pelaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung
jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi, penggunaan kekayaan dan barang
milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien serta tidak
menyalahgunakan kewenanngan jabatan
4) Menganalisis kasus atau menilai contoh penerapan.
b. Materi
1) Konsep akuntabilitas
Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada
atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017).
Aspek - Aspek akuntabilitas mencakup beberapa hal berikut yaitu akuntabilitas adalah
sebuah hubungan, akuntabilitas berorientasi pada hasil, akuntabilitas membutuhkan
adanya laporan, akuntabilitas memerlukan konsekuensi, serta akuntabilitas memperbaiki
kinerja.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu pertama,
untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); kedua, untuk mencegah
korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); ketiga, untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar). Akuntabilitas publik terdiri atas
dua macam, yaitu: akuntabilitas vertical (vertical accountability), dan akuntabilitas
horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda
yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas
organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.

2) Panduan perilaku akuntabel


a) Akuntabilitas dan Integritas
Akuntabilitas dan Integritas adalah faktor yang sangat penting dimiliki dalam
kepimpinan, Integritas menjadi hal yang pertama harus dimiliki oleh seorang pemimpin
ataupun pegawai negara yang kemudian diikuti oleh Akuntabilitas.
b) Integritas dan Anti Korupsi
Integritas adalah salah satu pilar penting dalam pemberantasan korupsi. Secara
harafiah, integritas bisa diartikan sebagai bersatunya antara ucapan dan perbuatan. Jika
ucapan mengatakan antikorupsi, maka perbuatan pun demikian. Dalam bahasa sehari-hari
di masyarakat, integritas bisa pula diartikan sebagai kejujuran atau ketidakmunafikan.
c) Mekanisme Akuntabilitas
Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri. Mekanisme ini dapat
diartikan secara berbeda- beda dari setiap anggota organisasi hingga membentuk perilaku
yang berbeda-beda pula. Contoh mekanisme akuntabilitas organisasi, antara lain sistem
penilaian kinerja, sistem akuntansi, sistem akreditasi, dan sistem pengawasan (CCTV,
finger prints, ataupun software untuk memonitor pegawai menggunakan komputer atau
website yang dikunjungi).
d) Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan secara umum adalah suatu keadaan sewaktu seseorang pada
posisi yang diberi kewenangan dan kekuasaan untuk mencapai tugas dari perusahaan atau
organisasi yang memberi penugasan, sehingga orang tersebut memiliki kepentingan
profesional dan pribadi yang bersinggungan. Persinggungan kepentingan ini dapat
menyulitkan orang tersebut untuk menjalankan tugasnya.
e) Pengelolaan Gratifikasi yang Akuntabel
Dalam konteks nilai barang dan uang, ataupun konteks pegawai/pejabat negara,
gratifikasi bisa dikategorikan sebagai gratifikasi netral dan ilegal, sehingga harus
memutuskan, dilaporkan atau tidak dilaporkan. Ketika harus dilaporkan, menurut Pasal
12C UU Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Anda
punya waktu hingga 30 hari sejak menerimanya. Namun dalam konteks pola pikir,
gratifikasi kerap memberikan dampak sangat buruk, yang tidak terpikirkan, oleh Kita
sebagai pemberi atau penerima.
f) Membangun Pola Pikir Anti Korupsi
Dalam konteks kehidupan sehari-hari, di lingkungan tempat tinggal dan lingkungan
kerja, tanggung jawab moral dalam memegang teguh prinsip akuntabilitas dan integritas
adalah bagian dari pola pikir antikorupsi. Bisa dimulai dari menganalisa hal-hal kecil
yang sering banyak diterabas oleh banyak orang, mulai memperbaikinya, dan dilakukan
mulai dari saat ini.
g) Apa yang Diharapkan dari Seorang ASN
Perilaku Individu (Personal Behaviour)
(1) ASN bertindak sesuai dengan persyaratan legislatif,
(2) ASN tidak mengganggu, menindas, atau diskriminasi terhadap rekan atau anggota
masyarakat;
(3) Kebiasaan kerja ASN, perilaku dan tempat kerja pribadi dan profesional hubungan
berkontribusi harmonis, lingkungan kerja yang aman dan produktif;
(4) ASN memperlakukan anggota masyarakat dan kolega dengan hormat,
(5) ASN melayani Pemerintah setiap hari dengan tepat waktu,
3) Akuntabel dalam konteks organisasi pemerintahan
Untuk membangun budaya antikorupsi di organisasi pemerintahan, dapat mengadopsi
langkah-langkah yang diperlukan dalam penanganan Konflik Kepentingan:
a) Penyusunan Kerangka Kebijakan,
b) Identifikasi Situasi Konflik Kepentingan,
c) Penyusunan Strategi Penangan Konflik Kepentingan, dan
d) Penyiapan Serangkaian Tindakan Untuk Menangani Konflik Kepentingan.

3. Kompeten
a. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini peserta pelatihan diharapkan mampu :
1) memahami konteks lingkungan strategis yang mempengaruhi pengelolaan dan
tuntutan karakter dan kompetensi ASN yang sesuai;
2) memahami kebijakan dan pendekatan pengelolaan ASN;
3) memahami dan peka terhadap isu-isu kritikal dalam merespons penyesuaian
kompetensi ASN;
4) memahami pentingnya pengelolaan pengembangan ASN dalam konteks
pembangunan nasional dan tantangan global;
5) Mampu mengajukan pemikiran-pemikiran kritis dalam penguatan kompetensi ASN
di lingkungan instansi dan konteks nasional serta global;
6) menjelaskan aspek kompeten secara konseptual-teoritis dengan perilaku terus belajar
dan mengembangkan kapabilitas diri;
7) menjelaskan panduan perilaku kompeten sebagai wujud nilai kompeten sebagai
bagian nilai-nilai dasar ASN, BerAkhlak;
8) memberikan contoh perilaku dengan peningkatan kompetensi diri untuk menjawab
tantangan yang selalu berubah, membantu orang lain belajar serta pelaksanaan tugas
dengan kualitas terbaik; dan
9) menganalisis kasus atau menilai contoh penerapan kompeten secara tepat
b. Materi
1) Tantangan lingkungan strategis
Faktor VUCA menuntut ecosystem organisasi terintegrasi dengan berbasis pada
kombinasi kemampuan teknikal dan generik, dimana setiap ASN dapat beradaptasi
dengan dinamika perubahan lingkungan dan tuntutan masa depan pekerjaan. Sementara
itu dalam konteks peran pelayanan publik, ia banyak bergeser orientasinya, dimana
pentingnya pelibatan masyarakat dalam penentuan kebutuhan kebijakan dan pelayanan
publik (customer centric). Berdasarkan dinamika global (VUCA) dan adanya tren
keahlian baru, perlunya pemutakhiran keahlian ASN yang relevan dengan orientasi
pembangunan nasional dan aparatur. Dalam konteks ini, akuisisi sejumlah kompetensi
dalam standar kompetensi ASN diperlukan, yang memungkinkan tumbuhnya perilaku
dan kompetensi ASN yang adaptif terhadap dinamika lingkungannya.
2) Kebijakan pembangunan aparatur
Pembangunan Aparatur 2020-2024, Reformasi Birokrasi diharapkan menghasilkan
karakter birokrasi yang berkelas dunia (world class bureaucracy), dicirikan dengan
beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang semakin berkualitas, dan tata kelola yang
semakin efektif dan efisien (Peraturan MenteriPANRB Nomor 25 Tahun 2020 Tentang
Road Map Reformasi Birokrasi Aparatur 2020-2024).
3) Pengembangan kompetensi
Kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang
diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan (Pasal 1 PermenpanRB Nomor 38 Tahun
2017), dan kompetensi menjadi faktor penting untuk mewujudkan pegawai profesional
dan kompetitif. pengembangan kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan,
dan sikap menjadi dasar dalam proses pengembangan kompetensi dalam lingkungan
pekerjaan ASN. Pengembangan dapat dilakukan dengan pendekatan klasikal dan non-
klasikal, baik untuk kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural.
4) Perilaku kompeten
Terkait dengan perwujudan kompetensi ASN dapat diperhatikan dalam Surat Edaran
Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2021 dalam poin 4, antara lain, disebutkan bahwa
panduan perilaku (kode etik) kompeten yaitu: a. Meningkatkan kompetensi diri untuk
menjawab tantangan yang selalu berubah; b. Membantu orang lain belajar; dan c.
Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik. Perilaku kompeten ini sebagaiamana dalam
poin 5 Surat Edaran MenteriPANRB menjadi bagian dasar penguatan budaya kerja di
instansi pemerintah untuk mendukung pencapaian kinerja individu dan tujuan
organisasi/instansi.
4. Harmonis
a. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini peserta pelatihan diharapkan mampu :
1) Memahami dan menjelaskan keanekaragaman bangsa Indonesia serta dampak,
manfaat dan potensi disharmonis di dalamnya.
2) Menjelaskan dan menerapkan nilai harmonis sesuai kode etik ASN secara konseptual
teoritis yang meliputi saling peduli dan meghargai perbedaan, serta memberikan
contoh perilaku dengan menghargai setiap orang apapun latar belakangnya, suka
menolong orang lain serta membangun lingkungan kerja yang kondusiif.
3) Menganalisis kasus atau menilai contoh penerapan harmonis secara tepat.

b. Materi
1) Keanekaragaman bangsa dan budaya di indonesia
Berdasarkan pandangan dan pengetahuan mengenai kenekaragaman bangsa dan
budaya, sejarah pergerakan bangsa dan negara, konsep dan teori nasionalisme berbangsa,
serta potensi dan tantangannya maka sebagai ASN harus memiliki sikap dalam
menjalankan peran dan fungsi pelayanan masyarakat. ASN bekerja dalam lingkungan
yang berbeda dari sisi suku, budaya, agama dan lain-lain. Dalam menjalankan tugas
pelayanan kepada masyarakat ASN dituntut dapat mengatasi permasalahan
keberagaman, bahkan menjadi unsur perekat bangsa dalam menjaga keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2) Mewujudkan suasana harmonis dalam lingkungan bekerja dan memberikan layanan
kepada masyarakat
Dalam dunia nyata upaya mewujudkan suasana harmonis tidak mudah. Realita
lingkungan selalu mengalami perubahan sehingga situasi dan kondisi juga
mengikutinya. Ibarat baterai yang digunakan untuk menggerakkan motor atau mesin
suatu masa akan kehabisan energi dan perlu di ‘charge’ ulang. Oleh karena itu upaya
menciptakan suasana kondusif yang harmonis bukan usaha yang dilakukan sekali dan
jadi untuk selamanya. Upaya menciptalkan dan menjaga suasana harmonis dilakukan
secara terus menerus. Mulai dari mengenalkan kepada seluruh personil ASN dari
jenjang terbawah sampai yang paling tinggi, memelihara suasana harmonis, menjaga
diantara personil dan stake holder. Kemudian yang tidak boleh lupa untuk selalu
menyeseuaikan dan meningkatkan usaha tersebut, sehingga menjadi habit/kebiasaan
dan menjadi budaya hidup harmonis di kalangan ASN dan seluruh pemangku
kepentingannya. Upaya menciptakan budaya harmonis di lingkungan bekerja tersebut
dapat menjadi salah satu kegiatan dalam rangka aktualisasi penerapannya.
3) Studi kasus penerapan nilai harmonis dalam lingkungan bekerja

5. Loyal
a. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini peserta pelatihan diharapkan mampu :
1) Menjelaskan loyal secara konseptual-teoritis yang berdedikasi dan mengutamakan
kepentingan Bangsa dan Negara;
2) Menjelaskan panduan perilaku (kode etik) loyal;
3) Mengaktualisasikan Loyal Dalam Konteks Organisasi Pemerintah; dan
4) Menganalisis kasus dan/atau menilai contoh penerapan loyal secara tepat pada setiap
materi pokok.
b. Materi
1) Konsep loyal
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi
pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government),
pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan
Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Nilai “Loyal” dianggap penting dan
dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus dimiliki dan diimplementasikan
dengan baik oleh setiap ASN dikarenakan oleh faktor penyebab internal dan eksternal.
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang
artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat
dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terdapat beberapa
ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas
pegawainya, antara lain:
a) Taat pada Peraturan
b) Bekerja dengan Integritas
c) Tanggung Jawab pada Organisasi
d) Kemauan untuk Bekerja Sama
e) Rasa Memiliki yang Tinggi
f) Hubungan Antar Pribadi
g) Kesukaan Terhadap Pekerjaan
h) Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
i) Menjadi teladan bagi Pegawai lain
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa
dan negara, dengan panduan perilaku:
a) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah
b) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
c) Menjaga rahasia jabatan dan negara
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan
perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi,
nasionalisme dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”. Secara
umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai terhadap
organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:
a) Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
b) Meningkatkan Kesejahteraan
c) Memenuhi Kebutuhan Rohani
d) Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
e) Melakukan Evaluasi secara Berkala
2) Panduan perilaku loyal
ASN sebagai profesi, salah satunya berlandaskan pada prinsip Nilai Dasar
sebagaimana termuat pada Pasal 4 UU ASN. Beberapa Nilai-Nilai Dasar ASN yang
dapat diwujudkan dengan Panduan Perilaku Loyal yang pertama ini diantaranya:
a) Memegang teguh ideologi Pancasila;
b) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;
c) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia; dan
d) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah.
3) Loyal dalam konteks organisasi pemerintah
Pasal 66 UU ASN disebutkan bahwa Setiap calon PNS pada saat diangkat menjadi
PNS wajib mengucapkan sumpah/janji. Dimana dalam bunyi sumpah/janji tersebut
mencerminkan bagaimana Core Value Loyal semestinya dipahami dan
diimplementasikan oleh setiap PNS yang merupakan bagian atau komponen sebuah
organisasi pemerintah.

6. Adaptif
a. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini peserta pelatihan diharapkan mampu :
1) Memahami pentingnya mengapa nilai-nilai adaptif perlu diaktualisasikan dalam
pelaksanaan tugas jabatannya;
2) Menjelaskan adaptif secara konseptual-teoritis yang terus berinovasi dan antusias
dalam menggerakan serta menghadapi perubahan;
3) Menjelaskan panduan perilaku (kode etik) adaptif;
4) Memberikan contoh perilaku dengan cepat menyesuaikan diri menghadapi
perubahan, terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas, bertindak proaktif; dan
5) Menganalisis kasus atau menilai contoh penerapan adaptif secara tepat.
b. Materi
1) Mengapa adaptif
Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu
maupun organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Terdapat alasan
mengapa nilai-nilai adaptif perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-tugas jabatan
di sektor publik, seperti di antaranya perubahan lingkungan strategis, kompetisi yang
terjadi antar instansi pemerintahan, perubahan iklim, perkembangan teknologi dan lain
sebagainya.
2) Memahami adaptif
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup
dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Fondasi
organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu lanskap (landscape),
pembelajaran (learning), dan kepemimpinan (leadership). Budaya adaptif dalam
pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN memiliki kemampuan
menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang berkelanjutan dengan
lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang berkesinambungan.
3) Panduan perilaku adaptif
PNS harus selalu bersikap adaptif terhadap perkembangan IT, sehingga dalam
kinerjanya dapat memaksimalkan pemanfaatan pesatnya teknologi informasi untuk
menuju reformasi birokrasi. Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) harus selalu adaptif
atau mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai keadaan. Contonya, di masa pandemi
Covid-19 saat ini, ASN sejatinya tampil di depan dalam hal pelayanan masyarakat,
terutama ASN yang berada pada garda terdepan pelayanan publik seperti tenaga
kesehatan (nakes).
4) Adaptif dalam konteks organisasi pemerintah
Sistem pemerintahan adaptif sering mengatur diri sendiri sebagai jejaring sosial
dengan tim dan kelompok aktor yang memanfaatkan berbagai sistem pengetahuan dan
pengalaman untuk pengembangan pemahaman kebijakan bersama. (Engle, N. L, 2011).
pemerintah yang adaptif yakni dengan sebutan pemerintah yang tangguh (resilient
organization). Pembangunan organisasi yang tangguh menyangkut lima dimensi yang
membuat organisasi kuat dan imajinatif: kecerdasan organisasi, sumber daya, desain,
adaptasi, dan budaya (atau sisu, kata Finlandia yang menunjukkan keuletan.
5) Studi kasus adaptif
Visi Indonesia Emas 2045 adalah sebuah gagasan dan harapan bahwa negara
Indonesia dapat menjadi negara yang berdaulat, maju, adil, dan makmur saat
memperingati 100 tahun kemerdekaannya. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut
terdapat banyak tantangan yang akan dihadapi di semua sektor pembangunan. Kondisi
global yang dinamis dan kekurangan yang dimiliki Indonesia saat ini menuntut upaya
perbaikan dan peningkatan pada berbagai aspek.
7. Kolaboratif
a. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini peserta pelatihan diharapkan mampu :
1) Menjelaskan berbagai konsep kolaborasi, collaborative governance, serta Whole of
Government; dan
2) Dapat menganalisis praktik kolaborasi di organisasi pemerintah
b. Materi
1) Konsep kolaborasi
Berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa definisi kolaborasi
dan collaborative governance. Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019)
mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “ value generated from an alliance between
two or more firms aiming to become more competitive by developing shared routines”.
Selain diskursus tentang definisi kolaborasi, terdapat istilah lainnya yang juga perlu
dijelaskan yaitu collaborative governance. Irawan (2017 P 6) mengungkapkan bahwa “
Collaborative governance “sebagai sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan
interaksi saling menguntungkan antar aktor governance . WoG adalah sebuah
pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas
guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan
pelayanan publik.
2) Praktik dan aspek normatif kolaborasi pemerinah
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah
adalah kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi manajemen dan
formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien dan efektif antara entitas publik.
kolaborasi mengalami beberapa hambatan yaitu: ketidakjelasan batasan masalah karena
perbedaan pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi. Selain itu, dasar hukum kolaborasi
juga tidak jelas.
AGENDA 3 KEDUDUKAN DAN PERAN PNS
1. Smart ASN
a. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini peserta pelatihan diharapkan mampu :
1) Memiliki pemahaman mengenai literasi digital;
2) Mengenali berbagai bentuk masalah yang ditimbulkan akibatkurangnya literasi
digital;
3) Mampu mengimplementasikan materi literasi digital padakehidupan sehari-hari bagi
peserta;
4) Mampu mengaplikasikan materi literasi digital dana kehidupan sehari-hari bagi
peserta;
5) Menunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan kecakapan,keamanan, etika,
dan budaya dalam bermedia digital.

b. Materi
1) Literasi digital
Konsep literasi digital pun semakin berkembang seiring zaman. Menurut definisi
UNESCO dalam modul UNESCO Digital Literacy Framework (Law, dkk., 2018)
literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses, mengelola, memahami,
mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi
secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan yang
layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi yang secara beragam disebut
sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi informasi dan literasi media. Peta Jalan
Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, dirumuskan kurikulum
literasi digital yang terbagi atas empat area kompetensi yaitu: kecakapan digital
(digital skills), budaya digital (digital culture), etika digital (digital ethics) dan
keamanan digital (digital safety).
Sejalan dengan perkembangan ICT (Information, Communication and
Technology), muncul berbagai model pembelajaran secara daring. Selanjutnya,
muncul pula istilah sekolah berbasis web (web-school) atau sekolah berbasis
internet (cyber-school), yang menggunakan fasilitas internet. Bermula dari
kedua istilah tersebut, munculah berbagai istilah baru dalam pembelajaran yang
menggunakan internet, seperti online learning, distance learning, web-based learning,
dan elearning (Kuntarto dan Asyhar, 2016). Gerakan Literasi Nasional dalam Materi
Pendukung Literasi Digital dari Kemendikbud 2017 (Kemendikbud, 2017) juga telah
menggariskan beberapa indikator terkait penguatan literasi digital di basis sekolah,
masyarakat dan keluarga.
2) Pilar literasi digital
a) Etika bermedia digital
Ruang lingkup etika dalam dunia digital menyangkut pertimbangan perilaku yang
dipenuhi kesadaran, tanggung jawab, integritas (kejujuran), dan nilai kebajikan. Ada
dua hal penting saat berinteraksi di dunia digital. Pertama, penghargaan pada diri
sendiri akan menjaga kepentingan kita di dunia digital.
b) Budaya bermedia digital
Kehadiran media dan teknologi digital, dengan kata lain, harus menjadi sarana
memperkuat budaya bangsa dan karakter warganegara. Tantangan yang dihadapi
dalam pelaksanaan modul budaya bermedia digital adalah menyesuaikan dan
mengakomodasi panduan ini dengan keragaman budaya daerah. Pada dasarnya,
Indonesia memiliki modal kearifan lokal yang luar biasa. Kearifan lokal inilah yang
perlu diintegrasikan ke dalam budaya digital Indonesia sehingga memperkaya kita
semua. Tidak kalah penting adalah bagaimana menyentuh kelompok-kelompok
minoritas supaya tidak tertinggal dalam pengembangan budaya digital, yaitu warga
difabel, masyarakat di Kawasan 3T, lansia, anak-anak, dan perempuan. Indikator
pertama dari kecakapan dalam Budaya Digital (Digital Culture) adalah bagaimana
setiap individu menyadari bahwa ketika memasuki Era Digital, secara otomatis
dirinya telah menjadi warga negara digital.
c) Aman bermedia digital
Kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis,
menimbang dan meningkatkan kesadaran. Terdapat tiga area kecakapan keamanan
digital yang wajib dimiliki oleh pengguna media digital. Pertama, kecakapan
keamanan digital yang bersifat kognitif untuk memahami berbagai konsep dan
mekanisme proteksi baik terhadap perangkat digital (lunak maupun keras) maupun
terhadap identitas digital dan data diri. Kedua, kecakapan keamanan digital yang
bersifat afektif, yang pada dasarnya bertumpu pada empati agar pengguna media
digital punya kesadaran bahwa keamanan digital bukan sekadar tentang perlindungan
perangkat digital sendiri dan data diri sendiri, melainkan juga menjaga keamanan
pengguna lain sehingga tercipta system keamanan yang kuat. Area kecakapan ketiga
yaitu kecakapan keamanan digital yang bersifat konatif atau behavioral. Aspek ini
meliputi langkah-langkah praktis untuk melakukan perlindungan identitas digital dan
data diri. Contohnya adalah selalu memastikan menggunakan sandi yang kuat dan
memperbaharuinya secara berkala.
3) Implementasi literasi digital dan implikasinya
a) Lanskap digital
b) Mesin pencarian informasi, cara penggunaan dan pemilahan data
c) Aplikasi percakapan dan media sosial
d) Aplikasi dompet digital, loka pasar (marketplace) dan transaksi digital
e) Etika berinternet
f) Informasi hoax, ujaran kebencian, pronografi, perundungan, dan konten negatif
lainnya
g) Pengetahuan dasar berinteraksi, pertisipasi, dan kolaborasi diruang digital yang
sesuai dengan kaidah etika digital dan peraturan yang berlaku
h) Berinteraksi dan bertransaksi secara elektronik di ruang digital sesuai dengan
peraturan yang berlaku
i) Fitur proteksi perangkat keras
j) Proteksi identitas digital dan data pribadi di platform digital
k) Penipuan digital
l) Rekam jejak digital dimedia
m) Minor safety (catfishing)
n) Nilai-nilai pancasila dan bhineka tunggal ika sebagai landasan kecakapan digital
dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan bernegara
o) Digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan TIK
p) Mendorong perilaku mencintai produk dalam negeri dan kegiatan produktif
lainnya
q) Digital rights (hak digital warganegara)

2. Manajemen ASN
a. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini peserta pelatihan diharapkan mampu :
1) Memahami dan menjelaskan bagaimana kedudukan, peran, hak dan kewajiban, dan
kode etik ASN
2) Konsep sistem merit dalam pengelolaan ASN
3) Mekanisme pengelolaan ASN

b. Materi
1) Kedudukan, peran, hak, kewajiban, dan kode etik ASN
a) Kedudukan ASN
Kedudukan ASN berada di pusat, daerah, dan luar negeri. Namun demikian
pegawai ASN merupakan satu kesatuan. Untuk menjalankan kedudukannya tersebut,
maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut:
(1) Pelaksana kebijakan public;
(2) Pelayan public; dan
(3) Perekat dan pemersatu bangsa
b) Peran ASN
Selanjutnya peran dari Pegawai ASN adalah perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang professional, bebas dari intervensi
politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
c) Hak ASN
Setiap ASN diberikan hak. Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN
sebagai berikut
PNS berhak memperoleh:
(1) gaji, tunjangan, dan fasilitas;
(2) cuti;
(3) jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
(4) perlindungan; dan
(5) pengembangan kompetensi
Sedangkan PPPK berhak memperoleh:
(1) gaji dan tunjangan;
(2) cuti;
(3) perlindungan; dan
(4) pengembangan kompetensi
Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal 70 UU ASN
disebutkan bahwa Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk
mengembangkan kompetensi. Berdasarkan Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga wajib
memberikan perlindungan berupa:
(1) jaminan kesehatan;
(2) jaminan kecelakaan kerja;
(3) jaminan kematian; dan
(4) bantuan hukum.
d) Kewajiban ASN
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual.
Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan. Kewajiban
pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:
(1) setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
(2) menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
(3) melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
(4) menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
(5) melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh
(6) pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;
(7) menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
(8) menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
(9) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Konsep system merit dalam pengelolaan ASN
e) kode etik dan kode perilaku ASN
Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN:
(1) melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas
tinggi;
(2) melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
(3) melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
(4) melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(5) melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan etika pemerintahan;
(6) menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara;
(7) menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab,
efektif, dan efisien;
(8) menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
(9) memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
(10) tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri
sendiri atau untuk orang lain;
(11) memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas
ASN; dan
(12) melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai disiplin
Pegawai ASN.
2) Konsep sistem merit dalam pengelolaan ASN
Sistem merit pada dasarnya adalah konsepsi dalam manajemen SDM yang
menggambarkan diterapkannya obyektifitas dalam keseluruhan semua proses dalam
pengelolaan ASN yakni pada pertimbangan kemampuan dan prestasi individu untuk
melaksanakan pekerjaanya (kompetensi dan kinerja). Dalam sistem merit berbagai
keputusan dalam manajemen SDM didasari pada kualifikasi, kompetensi dan kinerja.
Dalam recruitment, kualifikasi dan kompetensi menjadi pertimbangan seseorang untuk
menjadi pegawai ASN. Sistem CAT (computer-assisted testing) yaitu model assessment
atau penilaian dimana kandidat/calon menjawab pertanyaan (atau menyelesaikan latihan)
dengan menggunakan komputer (menjadi bagian dalam program komputer), mampu
menjamin transparansi, efisiensi serta efektifitas dalam rekruitmen pegawai karena
pengolahan sampai dengan pengumuman sepenuhnya berdasarkan program dalam
komputer.
3) Mekanisme pengelolaan ASN
Pengelolaan atau manajemen ASN pada dasarnya adalah kebijakan dan praktik
dalam mengelola aspek manusia atau sumber daya manusia dalam organisasi termasuk
dalam hal ini adalah pengadaan, penempatan, mutasi, promosi, pengembangan, penilaian
dan penghargaan. UU No 5 tentang ASN secara detail menyebutkan pengelolaan
pegawai ini baik untuk PNS maupun PPPK seperti disebutkan pada bagian Merit sistem.
Manajemen ASN, terdiri dari Manajemen PNS dan Manajemen PPPK, Pengelolaan
Jabatan Pimpinan Tinggi, Organisasi dan Sistem Informasi.
Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat
dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja,
penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensiun dan
hari tua, dan perlindungan. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan;
penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian
penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan.
Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian,
kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan
secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat
kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan
integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat
Pimpinan Tinggi selama 2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan
Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat
diduduki paling lama 5 (lima) tahun. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat
Pembina Kepegawaian memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN.
KASN melakukan pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan
laporan yang disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif
sendiri.
Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat
menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan
status sebagai PNS. Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN
Republik Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan:
menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa
korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam
Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN
diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar Instansi Pemerintah. Sengketa
Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari
keberatan dan banding administrative.
A. Manajemen PNS dan PPK
1. Manajemen PNS.
Meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,
pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan.
a) Penyusunan dan Penetapan Kebutuhan
Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan
PNS berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja. Penyusunan kebutuhan
jumlah dan jenis jabatan PNS dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang
diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan.
b) Pengadaan
Pengadaan PNS dilakukan melalui tahapan perencanaan, pengumuman
lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil seleksi, masa percobaan, dan
pengangkatan menjadi PNS.
1) Setiap Instansi Pemerintah merencanakan pelaksanaan pengadaan PNS.
2) Setiap Instansi Pemerintah mengumumkan secara terbuka kepada masyarakat
adanya kebutuhan jabatan untuk diisi dari calon PNS.
3) Setiap WNI mempunyai kesempatan yg sama untuk melamar menjadi PNS
setelah memenuhi persyaratan. Penyelenggaraan seleksi pengadaan PNS terdiri
dari 3 (tiga) tahap, meliputi seleksi administrasi, seleksi kompetensi dasar, dan
seleksi kompetensi bidang.
4) Calon PNS wajib menjalani masa percobaan. Masa percobaan dilaksanakan
melalui proses pendidikan dan pelatihan terintegrasi untuk membangun
integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan
kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan
memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang. Masa percobaan bagi
calon PNS dilaksanakan selama 1 (satu) tahun.
5) Calon PNS yang diangkat menjadi PNS harus memenuhi persyaratan: lulus
pendidikan dan pelatihan; dan sehat jasmani dan rohani.
Calon PNS yang telah memenuhi persyaratan diangkat menjadi PNS oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Calon PNS yang tidak memenuhi ketentuan diberhentikan sebagai calon
PNS. Setiap calon PNS pada saat diangkat menjadi PNS wajib mengucapkan
sumpah/janji.

c) Pangkat dan Jabatan


PNS diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu pada Instansi Pemerintah.
Pengangkatan PNS dalam jabatan tertentu ditentukan berdasarkan perbandingan
objektif antara kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh
jabatan dengan kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dimiliki oleh
pegawai.
Setiap jabatan tertentu dikelompokkan dalam klasifikasi jabatan PNS yang
menunjukkan kesamaan karakteristik, mekanisme, dan pola kerja. PNS dapat
berpindah antar dan antara Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrasi, dan
Jabatan Fungsional di Instansi Pusat dan Instansi Daerah berdasarkan kualifikasi,
kompetensi, dan penilaian kinerja.
PNS dapat diangkat dalam jabatan tertentu pada lingkungan instansi Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia. PNS yang diangkat
dalam jabatan tertentu pangkat atau jabatan disesuaikan dengan pangkat dan jabatan
di lingkungan instansi Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pangkat, tata cara pengangkatan PNS dalam
jabatan, kompetensi jabatan, klasifikasi jabatan, dan tata cara perpindahan antar
Jabatan Administrasi dan Jabatan Fungsional diatur dengan Peraturan Pemerintah.
d) Pengembangan dan Pola Karier
1) Pengembangan karier PNS dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi,
penilaian kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah. Pengembangan karier
PNS dilakukan dengan mempertimbangkan integritas dan moralitas.
Kompetensi meliputi: (1) kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan
spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis fungsional, dan pengalaman bekerja
secara teknis; (2) kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan,
pelatihan struktural atau manajemen, dan pengalaman kepemimpinan; dan (3)
kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan
masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga memiliki
wawasan kebangsaan.Integritas sebagaimana diukur dari kejujuran, kepatuhan
terhadap ketentuan peraturan perundang
2) Pola Karier
Untuk menjamin keselarasan potensi PNS dengan kebutuhan penyelenggaraan
tugas pemerintahan dan pembangunan perlu disusun pola karier PNS yang
terintegrasi secara nasional. Setiap Instansi Pemerintah menyusun pola karier
PNS secara khusus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pola karier nasional.
e) Promosi
Promosi PNS dilakukan berdasarkan perbandingan objektif antara
kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan, penilaian
atas prestasi kerja, kepemimpinan, kerja sama, kreativitas, dan pertimbangan dari
tim penilai kinerja PNS pada Instansi Pemerintah, tanpa membedakan jender, suku,
agama, ras, dan golongan.
Setiap PNS yang memenuhi syarat mempunyai hak yang sama untuk
dipromosikan ke jenjang jabatan yang lebih tinggi. Promosi Pejabat Administrasi
dan Pejabat Fungsional PNS dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian setelah
mendapat pertimbangan tim penilai kinerja PNS pada Instansi Pemerintah. Tim
penilai kinerja PNS dibentuk oleh Pejabat yang Berwenang.
f) Mutasi
Setiap PNS dapat dimutasi tugas dan/atau lokasi dalam 1 (satu) Instansi
Pusat, antar-Instansi Pusat, 1 (satu) Instansi Daerah, antar-Instansi Daerah, antar-
Instansi Pusat dan Instansi Daerah, dan ke perwakilan Negara Kesatuan Republik
Indonesia di luar negeri.
1) Mutasi PNS dalam satu Instansi Pusat atau Instansi Daerah dilakukan oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian.
2) Mutasi PNS antarkabupaten/kota dalam satu provinsi ditetapkan oleh gubernur
setelah memperoleh pertimbangan kepala BKN.
3) Mutasi PNS antarkabupaten/kota antarprovinsi, dan antar provinsi ditetapkan
oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri setelah
memperoleh pertimbangan kepala BKN.
4) Mutasi PNS provinsi/kabupaten/kota ke Instansi Pusat atau sebaliknya,
ditetapkan oleh kepala BKN.
5) Mutasi PNS antar-Instansi Pusat ditetapkan oleh kepala BKN.
Mutasi PNS dilakukan dengan memperhatikan prinsip larangan konflik
kepentingan. Pembiayaan sebagai dampak dilakukannya mutasi PNS dibebankan
pada anggaran pendapatan dan belanja negara untuk Instansi Pusat dan anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk Instansi Daerah. Ketentuan lebih lanjut
mengenai pengembangan karier, pengembangan kompetensi, pola karier, promosi,
dan mutasi diatur dalam Peraturan Pemerintah.
g) Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja PNS bertujuan untuk menjamin objektivitas pembinaan PNS
yang didasarkan sistem prestasi dan sistem karier. Penilaian kinerja PNS dilakukan
berdasarkan perencanaan kinerja pada tingkat individu dan tingkat unit atau
organisasi, dengan memperhatikan target, capaian, hasil, dan manfaat yang dicapai,
serta perilaku PNS. Penilaian kinerja PNS dilakukan secara objektif, terukur,
akuntabel, partisipatif, dan transparan. Penilaian kinerja PNS berada di bawah
kewenangan Pejabat yang Berwenang pada Instansi Pemerintah masing-masing.
Penilaian kinerja PNS didelegasikan secara berjenjang kepada atasan langsung dari
PNS. Penilaian kinerja PNS dapat mempertimbangkan pendapat rekan kerja
setingkat dan bawahannya.
Hasil penilaian kinerja PNS disampaikan kepada tim penilai kinerja PNS.
Hasil penilaian kinerja PNS digunakan untuk menjamin objektivitas dalam
pengembangan PNS, dan dijadikan sebagai persyaratan dalam pengangkatan
jabatan dan kenaikan pangkat, pemberian tunjangan dan sanksi, mutasi, dan
promosi, serta untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.
PNS yang penilaian kinerjanya tidak mencapai target kinerja dikenakan
sanksi administrasi sampai dengan pemberhentian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian kinerja
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
h) Penggajian dan Tunjangan
Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PNS serta
menjamin kesejahteraan PNS. Gaji dibayarkan sesuai dengan beban kerja,
tanggungjawab, dan resiko pekerjaan. Gaji pelaksanaannya dilakukan secara
bertahap. Gaji PNS yang bekerja pada pemerintah pusat dibebankan pada anggaran
pendapatan dan belanja negara. Gaji PNS yang bekerja pada pemerintahan daerah
dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja daerah. Selain gaji PNS juga
menerima tunjangan dan fasilitas. Tunjangan meliputi tunjangan kinerja dan
tunjangan kemahalan. Tunjangan kinerja dibayarkan sesuai pencapaian kinerja.
Tunjangan kemahalan dibayarkan sesuai dengan tingkat kemahalan berdasarkan
indeks harga yang berlaku di daerah masing-masing. Tunjangan PNS yang bekerja
pada pemerintah pusat dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara.
Tunjangan PNS yang bekerja pada pemerintahan daerah dibebankan pada anggaran
pendapatan dan belanja daerah. Ketentuan lebih lanjut mengenai gaji, tunjangan
kinerja, tunjangan kemahalan, dan fasilitas diatur dengan Peraturan Pemerintah.
i) Penghargaan dan Perlindungan
1) Penghargaan
PNS yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran,
kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan
penghargaan Penghargaan dapat berupa pemberian:
a) Tanda kehormatan;
b) Kenaikan pangkat istimewa;
c) Kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi; dan/atau
d) Kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan.
PNS yang dijatuhi sanksi administratif tingkat berat berupa pemberhentian
tidak dengan hormat dicabut haknya untuk memakai tanda kehormatan
berdasarkan Undang-Undang ini. Ketentuan lebih lanjut mengenai penghargaan
terhadap PNS dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2) Perlindungan
Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa:
a) Jaminan kesehatan;
b) Jaminan kecelakaan kerja;
c) Jaminan kematian; dan
d) Bantuan hukum.
Perlindungan berupa jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, dan
jaminan kematian mencakup jaminan sosial yang diberikan dalam program
jaminan sosial nasional. Bantuan hukum, berupa pemberian bantuan hukum
dalam perkara yang dihadapi di pengadilan terkait pelaksanaan tugasnya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai perlindungan diatur dalam Peraturan
Pemerintah
j) Jaminan pensiun PNS dan jaminan hari tua
PNS diberikan sebagai perlindungan kesinambungan penghasilan hari tua,
sebagai hak dan sebagai penghargaan atas pengabdian PNS. Jaminan pensiun dan
jaminan hari tua PNS mencakup jaminan pensiun dan jaminan hari tua yang
diberikan dalam program jaminan sosial nasional. Sumber pembiayaan jaminan
pensiun dan jaminan hari tua PNS berasal dari pemerintah selaku pemberi kerja dan
iuran PNS yang bersangkutan. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan
program jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
PNS yang berhenti bekerja berhak atas jaminan pensiun dan jaminan hari tua
PNS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PNS diberikan jaminan pensiun apabila:
1) Meninggal dunia;
2) Atas permintaan sendiri dengan usia dan masa kerja tertentu;
3) Mencapai batas usia pensiun;
4) Perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pensiun
dini; atau
5) Tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas
dan kewajiban.
k) Disiplin
Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran pelaksanaan
tugas, PNS wajib mematuhi disiplin PNS. Instansi Pemerintah wajib melaksanakan
penegakan disiplin terhadap PNS serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan
disiplin. PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin.
Ketentuan lebih lanjut mengenai disiplin diatur dengan Peraturan Pemerintah.
1) Pemberhentian PNS dengan hormat karena:
a) Meninggal dunia;
b) Atas permintaan sendiri;
c) Mencapai batas usia pensiun;
d) Perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan
pensiun dini; atau
e) Tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas
dan kewajiban.
PNS dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak diberhentikan karena
dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan hukuman pidana penjara
paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan tidak berencana. PNS
diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri karena melakukan
pelanggaran disiplin PNS tingkat berat.
2) Pemberentian PNS tidak dengan hormat karena:
a) Melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b) Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan
jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan
dan/atau pidana umum.
c) Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau
d) Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara
paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan dengan berencana.
3) PNS diberhentikan sementara, apabila:
a) diangkat menjadi pejabat negara;
b) diangkat menjadi komisioner atau anggota lembaga nonstruktural; atau
c) ditahan karena menjadi tersangka tindak pidana.
Pengaktifan kembali PNS yang diberhentikan sementara dilakukan oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pemberhentian, pemberhentian sementara, dan pengaktifan kembali PNS
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Batas usia pensiun yaitu:
a) 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat Administrasi;
b) 60 (enam puluh) tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi;
c) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan bagi Pejabat
Fungsional.
2. Manajemen PPPK
Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, penggajian
dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan
hubungan perjanjian kerja dan
perlindungan.
a) Penetapan Kebutuhan
Jenis jabatan yang dapat diisi oleh PPPK diatur dengan Peraturan Presiden. Setiap
Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK
berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja. Penyusunan kebutuhan jumlah
PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
yang diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan. Kebutuhan jumlah dan
jenis jabatan PPPK ditetapkan dengan Keputusan Menteri
b) Pengadaan
Setiap warga negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar
menjadi calon PPPK setelah memenuhi persyaratan. Pengadaan calon PPPK merupakan
kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pada Instansi Pemerintah. Pengadaan calon PPPK
dilakukan melalui tahapan perencanaan, pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi,
pengumuman hasil seleksi, dan pengangkatan menjadi PPPK. Penerimaan calon PPPK
dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah melalui penilaian secara objektif berdasarkan
kompetensi, kualifikasi, kebutuhan Instansi Pemerintah, dan persyaratan lain yang
dibutuhkan dalam jabatan. Pengangkatan calon PPPK ditetapkan dengan keputusan
Pejabat Pembina Kepegawaian. Masa perjanjian kerja paling singkat 1 (satu) tahun dan
dapat diperpanjang sesuai kebutuhan dan berdasarkan penilaian kinerja. PPPK tidak dapat
diangkat secara otomatis menjadi calon PNS. Untuk diangkat menjadi calon PNS, PPPK
harus mengikuti semua proses seleksi yang dilaksanakan bagi calon PNS dan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c) Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja PPPK bertujuan menjamin objektivitas prestasi kerja yang sudah
disepakati berdasarkan perjanjian kerja antara Pejabat Pembina Kepegawaian dengan
pegawai yang bersangkutan. Penilaian kinerja PPPK dilakukan berdasarkan perjanjian
kerja di tingkat individu dan tingkat unit atau organisasi dengan memperhatikan target,
sasaran, hasil, manfaat yang dicapai, dan perilaku pegawai. Penilaian kinerja PPPK
dilakukan secara objektif, terukur, akuntabel, partisipatif, dan transparan. Penilaian
kinerja PPPK berada di bawah kewenangan Pejabat yang Berwenang pada Instansi
Pemerintah masing-masing. Penilaian kinerja PPPK didelegasikan secara berjenjang
kepada atasan langsung dari PPPK. Penilaian kinerja PPPK dapat mempertimbangkan
pendapat rekan kerja setingkat dan bawahannya. Hasil penilaian kinerja PPPK
disampaikan kepada tim penilai kinerja PPPK. Hasil penilaian kinerja PPPK
dimanfaatkan untuk menjamin objektivitas perpanjangan perjanjian kerja, pemberian
tunjangan, dan pengembangan kompetensi.
d) Penggajian dan Tunjangan
Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PPPK. Gaji diberikan
berdasarkan beban kerja, tanggung jawab jabatan, dan resiko pekerjaan. Gaji dibebankan
pada anggaran pendapatan dan belanja negara untuk PPPK di Instansi Pusat dan anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk PPPK di Instansi Daerah. Selain gaji PPPK dapat
menerima tunjangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
e) Pengembangan Kompetensi
PPPK diberikan kesempatan untuk pengembangan kompetensi. Kesempatan untuk
pengembangan kompetensi direncanakan setiap tahun oleh Instansi Pemerintah.
Pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud harus dievaluasi oleh Pejabat yang
Berwenang dan dipergunakan sebagai salah satu dasar untuk perjanjian kerja selanjutnya.
f) Pemberian Penghargaan
PPPK yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran,
kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan
penghargaan. Penghargaan dapat berupa pemberian:
1. tanda kehormatan;
2. kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi; dan/atau
3. kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan.
PPPK yang dijatuhi sanksi administratif tingkat berat berupa pemutusan hubungan
perjanjian kerja tidak dengan hormat dicabut haknya untuk memakai tanda kehormatan
berdasarkan Undang-Undang ini.
g) Disiplin
Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran pelaksanaan tugas,
PPPK wajib mematuhi disiplin PPPK. Instansi Pemerintah wajib melaksanakan
penegakan disiplin terhadap PPPK serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan
disiplin. PPPK yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin.
h) Pemutusan Hubungan Perjanjian Kerja
1) Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan dengan hormat karena:
a) Jangka waktu perjanjian kerja berakhir;
b) Meninggal dunia;
c) Atas permintaan sendiri;
perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pengurangan
PPPK; atau tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan
tugas dan kewajiban sesuai perjanjian kerja yang disepakati. Pemutusan hubungan
perjanjian kerja PPPK dilakukan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri karena:
a) Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara
paling singkat 2 (dua) tahun dan tindak pidana tersebut dilakukan dengan tidak
berencana;
b) Melakukan pelanggaran disiplin PPPK tingkat berat; atau
c) Tidak memenuhi target kinerja yang telah disepakati sesuai dengan perjanjian
kerja.
2) Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan tidak dengan hormat karena:
• Melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
• Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan
jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan
dan/atau pidana umum;
• Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau
• Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara paling singkat 2 (dua) tahun atau lebih dan tindak pidana tersebut
dilakukan dengan berencana.
i) Perlindungan
Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa:
1) Jaminan hari tua;
2) Jaminan kesehatan;
3) Jaminan kecelakaan kerja;
4) Jaminan kematian; dan
5) Bantuan hukum.
Perlindungan berupa jaminan hari tua, jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan
kerja, dan jaminan kematian dilaksanakan sesuai dengan sistem jaminan sosial nasional.
Bantuan hukum berupa pemberian bantuan hukum dalam perkara yang dihadapi di
pengadilan terkait pelaksanaan tugasnya.
B. Pengelolaan Jabatan Pimpinan Tinggi
1. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi
Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan
lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan
kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan
lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
a) Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya dilakukan pada tingkat nasional.
b) Pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama dilakukan secara terbuka dan kompetitif di
kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan,
pendidikan dan pelatihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan jabatan
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
c) Pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama dilakukan secara terbuka dan kompetitif
pada tingkat nasional atau antarkabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi.
d) Jabatan pimpinan tinggi utama dan madya tertentu dapat berasal dari kalangan non-PNS
dengan persetujuan Presiden yang pengisiannya dilakukan secara terbuka dan
kompetitif serta ditetapkan dalam Keputusan Presiden.
e) Jabatan Pimpinan Tinggi dapat diisi oleh prajurit Tentara Nasional Indonesia dan
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia setelah mengundurkan diri dari dinas
aktif apabila dibutuhkan dan sesuai
f) dengan kompetensi yang ditetapkan melalui proses secara terbuka dan kompetitif.
g) Jabatan Pimpinan Tinggi di lingkungan Instansi Pemerintah tertentu dapat diisi oleh
prajurit Tentara Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
sesuai dengan kompetensi berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan.
h) Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
dengan terlebih dahulu membentuk panitia seleksi Instansi Pemerintah. Dalam
membentuk panitia seleksi Pejabat Pembina Kepegawaian berkoordinasi dengan KASN.
Panitia seleksi Instansi Pemerintah terdiri dari unsur internal maupun eksternal Instansi
Pemerintah yang bersangkutan. Panitia seleksi dipilih dan diangkat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian berdasarkan pengetahuan, pengalaman, kompetensi, rekam
jejak, integritas moral, dan netralitas melalui proses yang terbuka. Panitia seleksi
melakukan seleksi dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan,
pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, integritas, dan penilaian uji kompetensi
melalui pusat penilaian (assesment center) atau metode penilaian lainnya.
i) Panitia seleksi menjalankan tugasnya untuk semua proses seleksi pengisian jabatan
terbuka untuk masa tugas yang ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian.
Ketentuan mengenai pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dapat dikecualikan pada
Instansi Pemerintah yang telah menerapkan Sistem Merit dalam pembinaan Pegawai ASN
dengan persetujuan KASN. Instansi Pemerintah yang telah menerapkan Sistem Merit
dalam pembinaan Pegawai ASN wajib melaporkan secara berkala kepada KASN untuk
mendapatkan persetujuan baru.
2. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Instansi Pusat Untuk pengisian jabatan pimpinan
tinggi utama dan/atau madya, panitia seleksi Instansi Pemerintah memilih 3 (tiga) nama
calon untuk setiap 1 (satu) lowongan jabatan. Tiga nama calon pejabat pimpinan tinggi
utama dan/atau madya yang terpilih disampaikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian.
Pejabat Pembina Kepegawaian mengusulkan 3 (tiga) nama calon sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) kepada Presiden. Presiden memilih 1 (satu) nama dari 3 (tiga) nama calon
yang disampaikan untuk ditetapkan sebagai pejabat pimpinan tinggi utama dan/atau
madya. Pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama dilakukan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian dengan terlebih dahulu membentuk panitia seleksi. Panitia seleksi memilih 3
(tiga) nama calon pejabat pimpinan tinggi pratama untuk setiap 1 (satu) lowongan jabatan.
Tiga nama calon pejabat pimpinan tinggi pratama yang terpilih disampaikan kepada
Pejabat Pembina Kepegawaian melalui Pejabat yang Berwenang. Pejabat Pembina
Kepegawaian memilih 1 (satu) dari 3 (tiga) nama calon yang diusulkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dengan memperhatikan pertimbangan Pejabat yang Berwenang
untuk ditetapkan sebagai pejabat pimpinan tinggi pratama
3. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Instansi Daerah Pengisian jabatan pimpinan tinggi
madya di tingkat provinsi dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dengan terlebih
dahulu membentuk panitia seleksi. Panitia seleksi memili 3 (tiga) nama calon pejabat
pimpinan tinggi madya untuk setiap 1 (satu) lowongan jabatan. Tiga calon nama pejabat
pimpinan tinggi madya yang terpilih disampaikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian.
Pejabat Pembina Kepegawaian mengusulkan 3 (tiga) nama calon pejabat pimpinan tinggi
madya kepada Presiden melalui menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
negeri. Presiden memilih 1 (satu) nama dari 3 (tiga) nama calon yang disampaikan untuk
ditetapkan sebagai pejabat pimpinan tinggi madya. Pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama
dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dengan terlebih dahulu membentuk panitia
seleksi.
Panitia seleksi memilih 3 (tiga) nama calon pejabat pimpinan tinggi pratama untuk setiap 1
(satu) lowongan jabatan. Tiga nama calon pejabat pimpinan tinggi pratama yang terpilih
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian
melalui Pejabat yang Berwenang.Pejabat Pembina Kepegawaian memilih 1 (satu) dari 3 (tiga)
nama calon sebagaimana dimaksud pada ayat (3) untuk ditetapkan dan dilantik sebagai
pejabat pimpinan tinggi pratama.
Khusus untuk pejabat pimpinan tinggi pratama yang memimpin sekretariat daerah
kabupaten/kota sebelum ditetapkan oleh bupati/walikota dikoordinasikan dengan gubernur.
4. Penggantian Pejabat Pimpinan Tinggi Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti
Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan
Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-
undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat dilakukan
setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki paling
lama 5 (lima) tahun. Jabatan Pimpinan Tinggi dapat diperpanjang berdasarkan pencapaian
kinerja, kesesuaian kompetensi, dan berdasarkan kebutuhan instansi setelah mendapat
persetujuan Pejabat Pembina Kepegawaian dan berkoordinasi dengan KASN. Pejabat
Pimpinan Tinggi harus memenuhi target kinerja tertentu sesuai perjanjian kinerja yang sudah
disepakati dengan pejabat atasannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pejabat Pimpinan Tinggi yang tidak memenuhi kinerja yang diperjanjikan dalam waktu 1
(satu) tahun pada suatu jabatan, diberikan kesempatan selama 6 (enam) bulan untuk
memperbaiki kinerjanya. Dalam hal Pejabat Pimpinan Tinggi tidak menunjukan perbaikan
kinerja maka pejabat yang bersangkutan harus mengikuti seleksi ulang uji kompetensi
kembali. Berdasarkan hasil uji kompetensi Pejabat Pimpinan Tinggi dimaksud dapat
dipindahkan pada jabatan lain sesuai dengan kompetensi yang dimiliki atau ditempatkan pada
jabatan yang lebih rendah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pejabat Pimpinan Tinggi yang Mencalonkan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati/Walikota, dan Wakil Bupati/Wakil Walikota Pejabat pimpinan tinggi madya dan
pejabat pimpinan tinggi pratama yang akan mencalonkan diri menjadi gubernur dan wakil
gubernur, bupati/walikota, dan wakil bupati/wakil walikota wajib menyatakan pengunduran
diri secara tertulis dari PNS sejak mendaftar sebagai calon.
5. Pengawasan dalam Proses Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi
Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan
laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan pengawasan pengisian
Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri. Dalam melakukan pengawasan proses pengisian
jabatan pimpinan tinggi utama dan jabatan pimpinan tinggi madya di Instansi Pusat dan
jabatan pimpinan tinggi madya di Instansi Daerah KASN berwenang memberikan
rekomendasi kepada Pejabat Pembina Kepegawaian dalam hal:
a) pembentukan panitia seleksi;
b) pengumuman jabatan yang lowong;
c) pelaksanaan seleksi; dan
d) pengusulan nama calon.
Dalam melakukan pengawasan pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama di Instansi Pusat
dan Instansi Daerah KASN berwenang memberikan rekomendasi kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian dalam hal:
a) pembentukan panitia seleksi;
b) pengumuman jabatan yang lowong;
c) pelaksanaan seleksi;
d) pengusulan nama calon;
e) penetapan calon; dan pelantikan Rekomendasi KASN bersifat mengikat. KASN
menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Presiden.
6. Pegawai ASN yang menjadi Pejabat
Pegawai ASN dapat menjadi pejabat negara. Pejabat negara yaitu:
a) Presiden dan Wakil Presiden;
b) Ketua, wakil ketua, dan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c) Ketua, wakil ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Ketua, wakil ketua, dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah;
d) Ketua, wakil ketua, ketua muda dan hakim agung pada Mahkamah Agung serta ketua,
wakil ketua, dan hakim pada semua badan peradilan kecuali hakim ad hoc;
e) Ketua, wakil ketua, dan anggota Mahkamah Konstitusi;
f) Ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan;
g) Ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi Yudisial;
h) Ketua dan wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi;
i) Menteri dan jabatan setingkat menteri;
j) Kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta
Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh;
k) Gubernur dan wakil gubernur;
l) Bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota; dan
m) Pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh Undang- Undang.
Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi ketua, wakil ketua, dan anggota Mahkamah
Konstitusi; ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan; ketua, wakil ketua,
dan anggota Komisi Yudisial; ketua dan wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi; Menteri
dan jabatan setingkat menteri; Kepala perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri yang
berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh diberhentikan sementara
dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS.
Pegawai ASN dari PNS yang tidak menjabat lagi sebagai pejabat negara diaktifkan kembali
sebagai PNS.
Pegawai ASN dari PNS yang mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi Presiden dan Wakil
Presiden; ketua, wakil ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat; ketua, wakil ketua, dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah; gubernur dan wakil gubernur; bupati/walikota dan wakil
bupati/wakil walikota wajib menyatakan pengunduran diri secara tertulis sebagai PNS sejak
mendaftar sebagai calon. PNS yang tidak menjabat lagi sebagai pejabat negara dapat
menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrasi, atau Jabatan Fungsional,
sepanjang tersedia lowongan jabatan. Dalam hal tidak tersedia lowongan jabatan dalam waktu
paling lama 2 (dua) tahun PNS yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengangkatan, pemberhentian, pengaktifan kembali, dan hak
kepegawaian PNS yang diangkat menjadi pejabat negara dan pimpinan atau anggota lembaga
nonstruktural diatur dalam Peraturan Pemerintah.
C. Organisasi
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia.
Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan:
1) Menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan
2) Mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
Dalam mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) korps profesi ASN Republik
Indonesia memiliki fungsi:
1) Pembinaan dan pengembangan profesi ASN;
2) Pemberikan perlindungan hukum dan advokasi kepada anggota korps profesi ASN
Republik Indonesia terhadap dugaan pelanggaran Sistem Merit dan mengalami masalah
hukum dalam melaksanakan tugas;
3) Memberikan rekomendasi kepada majelis kode etik Instansi Pemerintah terhadap
pelanggaran kode etik profesi dan kode perilaku profesi; dan
4) Menyelenggarakan usaha untuk peningkatan kesejahteraan anggota korps profesi ASN
Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Ketentuan
lebih lanjut mengenai korps profesi Pegawai ASN diatur dengan Peraturan Pemerintah.
D. Sistem Informasi ASN
Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen
ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara
nasional dan terintegrasi antar- Instansi Pemerintah. Untuk menjamin keterpaduan dan akurasi
data dalam Sistem Informasi ASN, setiap Instansi Pemerintah wajib memutakhirkan data
secara berkala dan menyampaikannya kepada BKN. Sistem Informasi ASN berbasiskan
teknologi informasi yang mudah diaplikasikan, mudah diakses, dan memiliki sistem
keamanan yang dipercaya.
Sistem Informasi ASN memuat seluruh informasi dan data Pegawai ASN. Data Pegawai ASN
paling kurang memuat:
1) Data riwayat hidup;
2) Riwayat pendidikan formal dan non formal;
3) Riwayat jabatan dan kepangkatan;
4) Riwayat penghargaan, tanda jasa, atau tanda kehormatan;
5) Riwayat pengalaman berorganisasi;
6) Riwayat gaji;
7) Riwayat pendidikan dan latihan;
8) Daftar penilaian prestasi kerja;
9) Surat keputusan; dan kompetensi.
E. Penyelesaian Sengketa
Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari
keberatan dan banding administratif. Keberatan diajukan secara tertulis kepada atasan pejabat
yang berwenang menghukum dengan memuat alasan keberatan dan tembusannya disampaikan
kepada pejabat yang berwenang menghukum. Banding administratif diajukan kepada badan
pertimbangan ASN. Ketentuan lebih lanjut mengenai upaya administratif dan badan
pertimbangan ASN diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai