Anda di halaman 1dari 28

TUGAS RESUME MOCC PPPK 2023

NAMA ELVI NURALAMSYAH, S.Sos.I

WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA

A. Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia


Sejarah gerakan kebangsaan Indonesia di awali dengan pergerakan beberapa anak muda yaitu
“Boedi Oetomo” dengan tujuan untuk memperbaiki keadaan rakyat kita, terutama rakyat kecil”pada
tanggal 20 Mei 1908, puluhan anak muda itu berkumpul di aula Stovia. Dalam pertemuan itu mereka
sepakat mendirikan organisasi Boedi Oetomo, diinisiasi oleh Soetomo dan menyampaikan gagasan dari
Wahidin Soedirohoesodo tentang pentingnya membentuk organisasi yang memajukan pendidikan
dan kebudayaan di Hindia Belanda yang beranggotakan + 1.200 orang.

Pada Tanggal 20 Mei itulah untuk pertama kalinya ditetapkan menjadi Hari Kebangkitan
Nasional berdasarkan Pembaharuan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 tahun 1959
tanggal 16 Desember 1959
Pada tanggal 30 April 1926 di Jakarta diselenggarakan”Kerapatan Besar Pemuda” yang terkenal
dengan nama “Kongres Pemuda I”. Kongres Pemuda I dihadiri oleh wakil organisasi pemuda Jong Java,
Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Stunderenden Minahasaers,
Jong Bataks dan Pemuda Kaum Theosofi.
Muhammad Yamin, seorang pemuda berusia 23 tahun yang saat itu menjadi Ketua Jong
Sumatranen Bond, menyampaikan sebuah resolusi setelah mendengarkan pidato dari beberapa
peserta kongres berupa 3 (tiga) klausul yang menjadi dasar dari Sumpah Pemuda, yaitu :
Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah Indonesia,

Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia menjunjung Bahasa persatuan, Bahasa Melayu.

Sehingga Pada 27-28 Oktober 1928, dilaksanakan Kongres Pemuda Kedua.

Pada 1 Maret 1945 dalam situasi kritis, Letnan Jendral Kumakici Harada, pimpinan pemerintah
pendudukan Jepang di Jawa, mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Pada 7 Agustus 1945 terbentuk Panitia Persiapan Kemederkaan
Indonesia (PPKI)
B. Pengertian Wawasan Kebangsaan

Wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri banga dan kesadaran terhadap sistem
nasional yang bersumber dari Pancasila, UUD RI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, untuk
memecahkan berbagai persoalan yang diharapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman,
adil, makmur, dan sejahtera.

C. 4 Konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara


1. Pancasila
Pancasila merupakan landasan atau dasar bagi negara merdeka yang akan didirikan, yang secara
sistematik disampaikan pertama kali oleh Ir. Soekarno di depan sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni
1945. Pancasila berfungsi sebagai landasan bagi kokoh tegaknya negara dan bangsa, bintang pemandu
atau Leitstar, ideologi nasional, padangan hidup bangsa, perekat atau pemersatu bangsa dan sebaagi
wawasan pokok bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita nasional. Pentingnya kedudukan Pancasila
bagi bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga gagasan dasar
yang berisi konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila harus berisi kebenaran nilai yang
tidak asing bagi masyarakat Indonesia.

2. Undang-Undang Dasar 1945


Naskah Undang-Undang Dasar 1945 dirancang 29 Mei – 16 Juli 1945 oleh Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada masa itu Ir. Soekarno menyampaikan
gagasan dasar pembentukan negara yang beliau sebut Pancasila. Gagasan itu disampaikan dihadapan
panitia BPUPKI pada sidang perdana merdeka tanggal 28 Mei 1945 dan berlangsung hingga 1 Juni
1945. Setelah dihasilkan sebuah rancangan UUD, berkas rancangan tersebut selanjutnya diajukan ke
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan diperiksa ulang hingga terdapat beberapa usulan
perubahan dan penyempurnaan yang diajukan BPUPKI.

Pada tanggal 22 Juni 1945 dibentuk Panitia 9 yang anggotanya diambil dari 38 anggota BPUPKI,
dengan tugasnya adalah merancang sebuah rumusan pembukaan yang disebut Piagam Jakarta. Pada 18
Agustus 1945 sehari setelah Proklamasi kemerdekaan dikumandangkan Piagam Jakarta disahkan
menjadi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 oleh PPKI.

3. Bhinneka Tunggal Ika

Perumusan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Wangrwa oleh Mpu Tantular pada dasarnya
adalah sebuah pernyataan daya kreatif dalam upaya mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan
keagamaan, sehubungan dengan usaha bina Negara kerajaan Majapahit kala itu. Di kemudian hari,
rumusan tersebut telah memberikan nilai-nilai inspiratif terhadap sistem pemerintahan pada masa
kemerdekaan, dan bahkan telah berhasil menumbuhkan rasa dan semangat persatuan masyarakat
Indonesia. Itulah penyebab Bhinneka Tunggal Ika diangkat menjadi semboyan yang diabadikan lambing
NKRI Garuda Pancasila.

Sesuai makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dapat diuraikan Bhinneka Tunggal
Ika berarti berbeda-beda tetapi pada hakekatnya satu, meskipun secara keseluruhannya memiliki
perbedaan tetapi pada hakekatnya satu, satu bangsa dan Negara Republik Indonesia. Lambang NKRI
Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 66
Tahun 1951, pada tanggal 17 Oktober diundangkan pada tanggal 28 Oktober 1951 tentang Lambang
Negara. Bahwa usaha bina negara baik pada masa pemerintahan Majapahit maupun pemerintah NKRI
berlandaskan pada pandangan sama yaitu semangat rasa persatuan, kesatuan dan kebersamaan sebagai
modal dasar dalam menegakkan Negara

4. Negara Kesatuan Republik Indonesia

Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak dapat dipisahkan dari peristiwa
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, karena melalui peristiwa proklamasi tersebut bangsa
Indonesia berhasil mendirikan negara sekaligus menyatakan kepada dunia luar (bangsa lain) bahwa
sejak saat itu telah ada negara baru yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tujuan NKRI yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV adalah: melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.

D. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan

Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan sarana
pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara
sebagaimana diamanatkan dalam UUD RI Tahun 1945.

1. Bendera

Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia (Bendera Negara) adalah Sang Merah Putih,
berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3 dari panjang, bagian atas berwarna merah
dan bagian bawah berwarna putih yang kedua bagian berukuran sama. Bendera Negara yang dikibarkan
pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur
No 56 Jakarta disebut Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih, yang sekarang disimpan dan dipelihara
di Monumen Nasional Jakarta.

2. Bahasa

Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia (Bahasa Indonesia) adalah bahasa resmi nasional
yang digunakan diseluruh wilayah NKRI, dinyatakan dalam Pasal 36 UUD NKRI Tahun 1945
bersumber dari bahasa yang diikirarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa
persatuan yang dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban bangsa.

Bahasa Indonesia berfungsi sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu
berbagai suku bangsa, serta sarana komunikasi antar daerah dan antarbudaya daerah. Bahasa Indonesia
sebagai bahasa resmi Negara berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan,
komunikasi tingkat nasional, pengembangan kebudayaan nasional, transaksi dan dokumentasi niaga,
serta sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media
massa.

3. Lambang Negara

Lambang Negara NKRI (Lambang Negara) berbentuk Garuda Pancasila yang kepalanya
menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher
Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda

4. Lagu Kebangsaan
Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya yang dikarang oleh Wage Rudolf Supratman

Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda Pancasila, dan Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Keempat symbol tersebut menjadi cerminan kedaulatan negara di dalam tata pergaulan dengan negara-negara
lain dan menjadi cerminan kemandirian dan eksistensi negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil,
dan makmur. Dengan demikian, bendera, bahasa, dan lambing negara, serta lagu kebangsaan Indonesia bukan
hanya sekedar merupakan pengakuan atas Indonesia sebagai bangsa dan negara, melainkan menjadi symbol
atau lambang negara yang dihormati dan dibanggakan warga negara Indonesia.

Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia menjadi kekuatan yang sanggup
menghimpun serpihan sejarah Nusantara yang beragam sebagai bangsa besar dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Bahasa Indonesia bahkan cenderung berkembang menjadi bahasa perhubungan luas. Penggunaannya
oleh bangsa lain yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.
NILAI – NILAI BELA NEGARA

Bela Negara merupakan tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara secara perseorangan atau
kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai
oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD RI Tahun 1945 dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan negara dari berbagai ancaman.

Hari bela negara ditetapkan dengan Keputusan Presiden RI No 28 Tahun 2006 tentang Hari Bela Negara
tanggal 18 Desember 2006 dengan pertimbangan bahwa tanggal 19 Desember 1948 merupakan hari bersejarah
bagi bangsa Indonesia. Pada tanggal ini terbentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dalam rangka
mengisi kekosongan kepemimpinan Pemerintahan NKRI dalam rangka bela Negara serta bahwa dalam upaya
lebih mendorong semangat kebangsaan dalam bela negara dalam rangka mempertahankan kehidupan ber-
bangsa dan bernegara yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan.

Nilai-nilai dasar bela negara yaitu:

1. Cinta tanah air


2. Sadar berbangsa dan bernegara
3. Setia pada Pancasila sebagai ideology negara
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara
5. Kemampuan awal bela negara.

Nilai-nilai dasar bela Negara bukanlah nilai-nilai kekinian, namun nilai-nilai yang diwariskan generasi
pendahulu sejak era pergerakan nasional hingga era mempertahankan kemerdekaan. Ancaman yang dihadapi
generasi pendahulu jelas berbeda dengan ancaman yang kini harus dihadapi oleh bangsa dan Negara Indonesia.

Indikator Nilai Dasar Bela Negara

1. Indikator cinta tanah air, ditunjukkan dengan adanya sikap:


a. Menjaga tanah dan perkarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia
b. Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia
c. Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya
d. Menjaga nama baik bangsa dan negara
e. Memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan negara
f. Banggsa menggunakan hasil produk bangsa Indonesia

2. Indikator sadar berbangsa dan bernegara, ditunjukkan dengan adanya sikap:


a. Berpartisipasi aktif dalam organisasi kemasyarakatan, profesi maupun politik
b. Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
c. Ikut serta dalam pemilihan umum
d. Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negaranya
e. Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara

3. Indikator setia pada Pancasila sebagai ideology Bangsa, ditunjukkan dengan adanya sikap:
a. Paham nilai-nilai dalam Pancasila
b. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
c. Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara
d. Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila
e. Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara

4. Indikator rela berkorban untuk bangsa dan negara, ditunjukkan dengan adanya sikap:
a. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan bangsa dan negara
b. Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman
c. Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa, dan negara
d. Gemar membantu sesame warga negara yang mengalami kesulitan
e. Yakin dan percaya bahsa pengorbanan untuk bangsa dan negaranya tidak sia-sia

5. Indicator kemampuan awal Bela Negara, ditunjukkan dengan adanya sikap:


a. Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta intelijensia
b. Senantiasa memelihara jiwa dan raga
c. Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa
d. Gemar berolahraga
e. Senantiasa menjaga kesehatannya

Prinsip-Prinsip Persatuan dan Kesatuan Bangsa

1. Prinsip Bhineka Tunggal Ika


Prinsip ini mengharuskan kita mengakui bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari
berbagai suku, bahasa, agaman dan adat kebiasaan yang majemuk. Hal ini mewajibkan kita bersatu sebagai
bangsa Indonesia

2. Prinsip Nasionalisme Indonesia


Kita mencintai bangsa kita, tidak berarti bahwa kita mengagung-agungkan bangsa kita sendiri. Nasionalisme
Indonesia tidak berarti bahwa kita merasa lebih unggul daripada bangsa lain. Kita tidak ingin memaksakan
kehendak kita kepada bangsa lain, sebab pandangan semacam ini hanya mencelakakan kita. Selain tidak
realistis, sikap seperti itu juga bertentangan dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang
adil dan beradab.

3. Prinsip Kebebasan yang Bertanggungjawab


Manusia Indonesia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memiliki kebebasan dan tanggung
jawab tertentu terhadap dirinya, terhadap sesamanya dan dalam hubungannya dengan Tuhan Yang maha Esa

4. Prinsip Wawasan Nusantara


Dengan wawasan itu, kedudukan manusia Indonesia ditempatkan dalam kerangka kesatuan politik, sosial,
budaya, ekonomi, serta pertahanan keamanan. Dengan wawasan itu manusia Indonesia merasa satu, senasib
sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita
pembangunan nasional

5. Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita Reformasi


Dengan semangat persatuan Indonesia kita harus dapat mengisi kemerdekaan serta melanjutkan
pembangunan menuju masyarakat yang adil dan makmur

NASIONALISME

Nasionalisme dalam arti sempit, yaitu sikap mencintai bangsa sendiri secara berlebihan sehingga menggap
bangsa lain rendah kedudukannya, nasionalisme ini disebut juga nasionalisme yang chauvinisme, contoh
Jerman pada masa Hitler. Nasionalisme dalam arti luas, yaitu sikap mencintai bangsa dan negara sendiri dan
menggap semua bangsa sama derajatnya

Ada tiga hal yang harus kita lakukan untuk membina nasionalisme Indonesia:

1. Mengembangkan persamaan diantara suku-suku bangsa penghuni nusantara


2. Mengembangkan sikap toleransi
3. Memiliki rasa senasib dan sepenanggungan diantara sesama bangsa Indonesia

Empat hal yang harus kita hidari dalam memupuk sermangat nasionalisme adalah:
1. Sukuisme, menganggap msuku bangsa sendiri paling baik
2. Chauvinisme, mengganggap bangsa sendiriu paling unggul
3. Ektrimisme, sikap mempertahankan pendirian dengan berbagai cara kalau perlu dengan kekerasan dan
senjata
4. Provinsialisme, sikap selalu berkutat dengan provinsi atau daerah sendiri

Sikap patriotisme adalah sikap sudi berkorban segala-galanya termasuk nyawa sekalipun untuk
mempertahankan dan kejayaan negara. Ciri-ciri patriotisme adalah:

1. Cinta tanah air


2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
3. Menempatkan persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan
4. Berjiwa pembaharu
5. Tidak kenal menyerah dan putus asa

Implementasi sikap patriotisme dalam kehidupan sehari hari :

1. Dalam kehidupan keluarga


Menyaksikan film perjuangan, Membaca buku bertema erjuangan, dan Mengibarkan bendera merah
putih pada hari-hari tertentu
2. Dalam kehidupan sekolah
Melaksanakan upacara bendera, mengkaitkan materi pelajaran dengan nilaiu-nilai perjuangan, belajar
dengan sungguh-sungguh untuk kemajuan
3. Dalam kehidupan masyarakat
Mengembangkan sikap kesetiakawanan sosial di lingkungannya, Memelihara kerukunan diantara
sesama warga
4. Dalam kehidupan berbangsa
Meningkatkan persatuan dan kesatuan, Melaksanakan Pancasila dan UUD 1945, Mendukung kebijakan
pemerintah, Mengembangkan kegiatann usaha produktif, Mencintai dan memakai produk dalam negeri,
Mematuhi peraturan hukum, Tidak main hakim sendiri, Menghormati, dan menjungjung tinggi
supremasi hukum, Menjaga kelestarian lingkungan
Peran Aparatur Sipil Negara (ASN)

Berdasarkan UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

Berdasarkan Penjelasan Umum UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN), dalam
rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Untuk mewujudkan tujuan nasional, dibutuhkan Pegawai ASN. Pegawai ASN diserahi tugas untuk
melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Tugas pelayanan
publik dilakukan dengan memberikan pelayanan atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan Pegawai ASN

ANALISIS ISU KONTEMPORER

Perubahan adalah sesuatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari, menjadi bagian yang selalu menyertai
perjalanan peradaban manusia. Cara kita menyikapi terhadap perubahan adalah hal yang menjadi faktor
pembeda yang akan menentukan seberapa dekat kita dengan perubahan tersebut, baik pada perubahan
lingkungan individu, keluarga (family), Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/ Culture),
Nasional (Society), dan Dunia (Global)

Menjadi PNS yang profesional memerlukan pemenuhan terhadap beberapa persyaratan berikut:

1. Mengambil Tanggung Jawab, antara lain dilakukan dengan menunjukkan sikap dan perilaku yang
mencerminkan tetap disiplin dan akuntabilitas, mengakui dan memperbaiki kesalahan yang dibuat, fair dan
berbicara berdasarkan data, menindaklanjuti dan menuntaskan komitmen, serta menghargai integritas
pribadi
2. Menunjukkan Sikap Mental Positif, antara lain diwujudkan dalam sikap dan perilaku bersedia menerima
tanggung jawab kerja, suka menolong, menunjukkan respek dan membantu orang lain sepenuh hati, tidak
tamak dan tidak arogan, serta tidak bersikap diskriminatif atau melecehkan orang lain
3. Mengutamakan Keprimaan, antara lain ditunjukkan melalui sikap dan perilaku belajar terus menerus,
semangat memberi kontribusi melebihi harapan, dan selalu berjuang menjadi lebih baik
4. Menunjukkan Kompetensi, antara lain dimanifestasikan dalam bentuk kesadaran diri, keyakinan diri, dan
keterampilan bergaul, mampu mengendalikan diri, menunjukkan kemampuan bekerja sama, memimpin,
dan mengambil keputusan, serta mampu mendengarkan dan memberi informasi yang diperlukan
5. Memegang Teguh Kode Etik, antara lain menampilkan diri sesuai profesinya sebagai PNS, menjaga
konfidensialitas, tidak pernah berlaku buruk terhadap masyarakat yang dilayani maupun rekan kerja,
berpakaian sopan sesuai profesi PNS, dan menjunjung tinggi etika-moral PNS

Modal Insani dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis

1. Modal Intelektual

Modal intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukan peluang dan mengelola perubahan
organisasi melalui pengembangan SDMnya. Hal ini didasari bahwa pada dasarnya manusia memiliki sifat dasar
curiosity, proaktif dan inovatif yang dapat dikembangkan untuk mengelola setiap perubahan lingkungan
strategis yang cepat berubah. Penerapannya dalam dunia birokrasi/pemerintahan adalah, hanya pegawai yang
memiliki pengetahuan yang luas dan terus menambah pengetahuannya yang dapat beradaptasi dengan kondisi
perubahan lingkungan strategis

2. Modal Emosional

Kemampuan lainnya dalam menyikapi perubahan ditentukan oleh kecerdasan emosional. Setiap PNS pasti
bekerja dengan orang lain dan untuk orang lain. Kemampuan mengelola emosi dengan baik akan menentukan
kesuksesan PNS dalam melaksanakan tugas, kemampuan dalam mengelola emosi tersebut disebut juga sebagai
kecerdasan emosi

3. Modal Sosial

Modal sosial adalah jaringan kerjasama di antara warga masyarakat yang memfasilitasi pencarian solusi dari
permasalahan yang dihadapi mereka. (rasa percaya, saling pengertian dan kesamaan nilai dan perilaku yang
mengikat anggota dalam sebuah jaringan kerja dan komunitas). Modal sosial ditujukan untuk menumbuhkan
kembali jejaringan kerjasama dan hubungan interpersonal yang mendukung kesuksesan, khususnya kesuksesan
sebagai PNS sebagai pelayan masyarakat, yang terdiri atas:

a. Kesadaran Sosial (Social Awareness) yaitu Kemampuan berempati terhadap apa yang sedang dirasakan
oleh orang lain, memberikan pelayanan prima, mengembangkan kemampuan orang lain, memahami
keanekaragaman latar belakang sosial, agama dan budaya dan memiliki kepekaan politik
b. Kemampuan sosial (Social Skill) yaitu, kemampuan mempengaruhi orang lain, kemampuan
berkomunikasi dengan baik, kemampuan mengelola konflik dalam kelompok, kemampuan membangun
tim kerja yang solid, dan kemampuan mengajak orang lain berubah
4. Modal ketabahan (adversity)

Konsep modal ketabahan berasal dari Paul G. Stoltz (1997). Ketabahan adalah modal untuk sukses dalam
kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sebuah organisasi birokrasi. Berdasarkan
perumpamaan pada para pendaki gunung, Stoltz membedakan tiga tipe manusia: quitter, camper dan climber.

5. Modal etika/moral

Kecerdasan moral sebagai kapasitas mental yang menentukan prinsip-prinsip universal kemanusiaan harus
diterapkan ke dalam tata-nilai, tujuan, dan tindakan kita atau dengan kata lain adalah kemampuan membedakan
benar dan salah

6. Modal Kesehatan (kekuatan) Fisik/Jasmani

Badan atau raga adalah wadah untuk mendukung manifestasi semua modal insani yang dibahas sebelumnya,
Badan yang tidak sehat akan membuat semua modal di atas tidak muncul dengan maksimal. Oleh karena itu
kesehatan adalah bagian dari modal manusia agar dia bisa bekerja dan berpikir secara produktif. Tolok ukur
kesehatan adalah bebas dari penyakit, dan tolok ukur kekuatan fisik adalah; tenaga (power), daya tahan
(endurance), kekuatan (muscle strength), kecepatan (speed), ketepatan (accuracy), kelincahan (agility),
koordinasi (coordination), dan keseimbangan (balance)

KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik secara fisik,
mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang dilakukan berdasarkan kebulatan
sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh
kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945
untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara

1. Manfaat Kesiapsiagaan Bela Negara


a. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain
b. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan
c. Membentuk mental dan fisik yang tangguh
d. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan kemampuan diri.
e. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam materi Team Building
f. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu
g. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama
h. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan
i. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin
j. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesame

Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela negara, baik secara fisik
maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan dengan cara menjaga kesamaptaan (kesiapsiagaan) diri yaitu
dengan menjaga kesehatan jasmani dan rohani. Sedangkan secara non fisik, yaitu dengan cara menjaga etika,
etiket, moral dan memegang teguh kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur dan
terhormat. Untuk bisa melakukan internalisasi dari nilai-nilai dasar bela negara tersebut, kita harus memiliki
kesehatan dan kesiapsiagaan jasmani maupun mental yang mumpuni, serta memiliki etika, etiket, moral dan
nilai kearifan lokal sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia.

BERORIENTASI PELAYANAN

Berorientasi pelayanan merupakan perilaku (kode etik) berorientasi pelayanan yang menjelaskan nilai
berorientasi pelayanan secara konseptual/teoritis sebagai komitmen memberikan pelayanan prima demi
kepuasan masyarakat.

Pelayanan publik menurut Lembaga Administrasi Negara, 1998 adalah sebagai segala bentuk kegiatan
pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan
BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan/ jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Pelayanan public merupakan hak warga Negara sebagai amanat konstitusi, diselenggarakan dengan pajak
yang dibayar oleh warga Negara dengan tujuan untuk mencapai hal-hal strategis bagi kemajuan bangsa di masa
yang akan datang. Fungsi pelayanan public adalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar warga Negara sebagai
manusia, dan memberikan perlindungan bagi warga Negara (proteksi)

Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU Pelayanan Publik, yaitu:

a. kepentingan umum
b. kepastian hukum
c. kesamaan hak
d. keseimbangan hak dan kewajiban
e. keprofesionalan
f. partisipatif
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif
h. keterbukaan
i. akuntabilitas
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan
k. ketepatan waktu
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan

Pelayanan publik yang baik juga didasarkan pada prinsipprinsip yang digunakan untuk merespons berbagai
kebutuhan dalam penyelenggaraan pelayanan publik di lingkungan birokrasi. Berbagai literatur administrasi
publik menyebut bahwa prinsip pelayanan publik yang baik adalah:

a. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan masyarakat, pemerintah perlu melibatkan
masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
b. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik harus
menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan pelayanan
publik yang diselenggarakan tersebut, seperti persyaratan, prosedur, biaya, dan sejenisnya. Masyarakat
juga harus diberi akses yang sebesar- besarnya untuk mempertanyakan dan menyampaikan pengaduan
apabila mereka merasa tidak puas dengan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah

c. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan
kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka
butuhkan, akan tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan,
prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan
masyarakat yang menduduki posisi sebagai klien.
d. Tidak diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh dibedakan antara satu warga negara
dengan warga negara yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara, seperti status sosial,
pandangan politik, agama, profesi, jenis kelamin atau orientasi seksual, difabel, dan sejenisnya.
e. Mudah dan Murah
Penyelenggaraan pelayanan publik di mana masyarakat harus memenuhi berbagai persyaratan dan
membayar biaya untuk memperoleh layanan yang mereka butuhkan, harus diterapkan prinsip mudah,
artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akal dan mudah untuk dipenuhi. Murah
dalam arti biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut terjangkau oleh
seluruh warga negara. Hal ini perlu ditekankan karena pelayanan publik yang diselenggarakan oleh
pemerintah tidak dimaksudkan untuk mencari keuntungan melainkan untuk memenuhi mandat
konstitusi.
f. Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayanan publik harus mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya
(untuk melaksanakan mandat konstitusi dan mencapai tujuan-tujuan strategis negara dalam jangka
panjang) dan cara mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang sederhana, tenaga kerja
yang sedikit, dan biaya yang murah.
g. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat dijangkau oleh warga negara yang
membutuhkan dalam arti fisik (dekat, terjangkau dengan kendaraan publik, mudah dilihat, gampang
ditemukan, dan lain-lain) dan dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait dengan biaya dan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.
h. Akuntabel
Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan menggunakan fasilitas dan sumber daya manusia
yang dibiayai oleh warga negara melalui pajak yang mereka bayar. Oleh karena itu, semua bentuk
penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada
masyarakat. Pertanggungjawaban di sini tidak hanya secara formal kepada atasan (pejabat atau unit
organisasi yang lebih tinggi secara vertikal), akan tetapi yang lebih penting harus
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat luas melalui media publik baik cetak maupun
elektronik. Mekanisme pertanggungjawaban yang demikian sering disebut sebagai social accountability.

i. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah memiliki berbagai tujuan. Salah satu
tujuan yang penting adalah melindungi warga negara dari praktik buruk yang dilakukan oleh warga
negara yang lain. Oleh karena itu, penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan sebagai alat
melindungi kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika
berhadapan dengan kelompok yang kuat.

Terdapat enam elemen untuk menghasilkan pelayanan publik yang berkualitas yaitu:

a. Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk membangun pelayanan yang berkualitas
b. Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan masyarakat
c. Penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam penyelenggaraan pelayanan publik
d. Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta menindaklanjuti pengaduan masyarakat
e. Pengembangan kompetensi SDM, jaminan keamanan dan keselamatan kerja, fleksibilitas kerja,
penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan sarana prasarana
f. Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja penyelenggara pelayanan publik

AKUNTABILITAS

Akuntabilitas merupakan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai
pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik. Tiga fungsi utama
akuntabilitas public yaitu: untuk menyediakan control dan demokratis (peran demokrasi), untuk mencegah
korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional) dan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
(peran belajar)

Alat akuntabilitas Indonesia yaitu perencanaan strategis berupa Rencana Pembangunan Jangka Panjang,
Menengah, dan Tahunan untuk setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Sasaran Kerja Pegawai untuk setiap
PNS; Kontrak kinerja antara pegawai dengan atasan langsung; serta Laporan kinerja yang berisi perencanaan
dan perjanjian kinerja pada tahun tertentu, pengukuran dan analisis capaian kinerja, dan akuntabilitas keuangan.

Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung
jawab dari amanah yang dipercayakan kepadanya. Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang
sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:

a. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas
tinggi
b. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efisien
c. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi

Aspek-Aspek Akuntabilitas

a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)

Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan
masyarakat. Pemberi kewenangan bertanggungjawab memberikan arahan yang memadai, bimbingan, dan
mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dilain sisi, individu/kelompok/institusi
bertanggungjawab untuk memenuhi semua kewajibannya. Oleh sebab itu, dalam akuntabilitas, hubungan yang
terjadi adalah hubungan yang bertanggungjawab antara kedua belah pihak.

b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented)


Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan
inovatif. Dalam konteks ini, setiap individu/kelompok/institusi dituntut untuk bertanggungjawab dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya untuk memberikan kontribusi untuk
mencapai hasil yang maksimal.

c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting)

Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan memberikan laporan kinerja berarti mampu
menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta mampu
memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan. Dalam dunia birokrasi, bentuk akuntabilitas
setiap individu berwujud suatu laporan yang didasarkan pada kontrak kerja, sedangkan untuk institusi adalah
LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah)

d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without consequences)

Akuntabilitas menunjukkan tanggungjawab, dan tanggungjawab menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi


tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi.

e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)

Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja ASN dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Dalam pendekatan akuntabilitas yang bersifat proaktif (proactive accountability), akuntabilitas
dimaknai sebagai sebuah hubungan dan proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sejak awal, penempatan sumber daya yang tepat, dan evaluasi kinerja. Dalam hal ini proses setiap
individu/kelompok/institusi akan diminta pertanggungjawaban secara aktif yang terlibat dalam proses evaluasi
dan berfokus peningkatan kinerja

Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama, yaitu:

a. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi)


b. untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional)
c. untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar)

Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas individu,
akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.

a. Akuntabilitas Personal (Personal Accountability)


Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri seseorang seperti kejujuran,
integritas, moral dan etika.
b. Akuntabilitas Individu
Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara individu dan lingkungan kerjanya, yaitu antara
PNS dengan instansinya sebagai pemberi kewenangan. Pemberi kewenangan bertanggungjawab untuk
memberikan arahan yang memadai, bimbingan, dan sumber daya serta menghilangkan hambatan
kinerja, sedangkan PNS sebagai aparatur negara bertanggung jawab untuk memenuhi tanggung jawabny
c. Akuntabilitas Kelompok
Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan atas kerjasama kelompok. Dalam hal ini tidak ada istilah
“Saya”, tetapi yang ada adalah “Kami”. Dalam kaitannya dengan akuntabilitas kelompok, maka
pembagian kewenangan dan semangat kerjasama yang tinggi antar berbagai kelompok yang ada dalam
sebuah institusi memainkan peranan yang penting dalam tercapainya kinerja organisasi yang diharapkan.
d. Akuntabilitas Organisasi
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah dicapai, baik pelaporan yang
dilakukan oleh individu terhadap organisasi/institusi maupun kinerja organisasi kepada stakeholders
lainnya
e. Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum, pengguna layanan, dan pembayar pajak yang
memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap kinerjanya. Jadi akuntabilitas stakeholder adalah
tanggungjawab organisasi pemerintah untuk mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil, responsif dan
bermartabat.

KOMPETEN

Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terindikasi dalam
kemampuan dan perilaku seseorang sesuai tuntutan pekerjaan. Peningkatan kompetensi diri dapat dilakukan
dengan cara merubah mindset, mengembangkan mandiri secara heutagogik berbasis sumber pembelajaran
utama dari internet, memanfaatkan sumber keahlian pakar/konsultan yang mungkin dimiliki unit kerja/instasi
tempat bekerja atau tempat lain, dan melakukan jejaring formal/informal yang mengatur diri sendiri dalam
interaksi dengan pegawai lain dalam dan atau luar organisasi.

Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek pengelolaan ASN harus memenuhi
kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak boleh ada perlakuan yang diskriminatif, seperti
hubungan agama, kesukuan atau aspek-aspek primodial lainnya yang bersifat subyektif

Pembangunan Apartur sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024,
diharapkan menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia (world class bureaucracy), yang dicirikan
dengan beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang semakin berkualitas dan tata kelola yang semakin efektif dan
efisien

Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan
saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi: integritas, nasionalisme, profesionalisme,
wawasan global, IT dan Bahasa asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship

Pendekatan Pengembangan Kompetensi

Terdapat dua pendekatan pengembangan yang dapat dimanfaatkan pegawai untuk meningkatkan
kompetensinya, yaitu klasikal dan non klasikal. Optimalisasi hak akses pengembangan kompetensi dapat
dilakukan dengan pendekatan pelatihan non klasikal, diantaranya e-learning, job enrichment dan job
enlargement termasuk coaching dan mentoring. Coaching dan Mentoring selain efesien karena dapat dilakukan
secara masif, dengan melibatkan antara lain atasan peserta pelatihan sebagai mentor sekaligus sebagai coach

HARMONIS

Harmonis memiliki arti seia sekata, berkaitan dengan rasa, gagasan, aksi serta minat. Suasana harmonis
diperlukan dalam lingkungan bekerja yang dapat membuat kita secara individu tenang, menciptakan kondisi
yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama, meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas
layanan kepada pelanggan.

Peran ASN dalam mewujudkan suasana harmoni dapat dilihat dari posisi PNS sebagai aparatur Negara yang
harus bersikap netral dan adil, harus bisa mengayomi kepentingan kelompok – kelompok minoritas, dengan
tidak membuat kebijakan, peraturan yang mendiskriminasi keberadaan kelompok tersebut, harus memiliki sikap
toleran atas perbedaan, dalam melaksanakan tugasnya harus memiliki suka menolong baik kepada pengguna
layanan, juga membantu kolega PNS lainnya yang membutuhkan pertolongan, dan menjadi figure dan teladan
di lingkungan masyarakatnya.

Ada tiga hal yang dapat menjadi acuan untuk membangun budaya tempat kerja nyaman dan berenergi
positif. Ketiga hal tersebut adalah:

a. Membuat tempat kerja yang berenergi


Sebagian besar karyawan atau orang dalam organisasi menghabiskan separuh hidupnya di tempat kerja.
Untuk itu tempat kerja harus dibuat sedemikian rupa agar karyawan tetap senang dan nyaman saat
bekerja. Tata ruang yang baik dan keberadaan ruang terbuka sangat disarankan. Desain ruang terbuka
dapat meningkatkan komunikasi, hubungan interpersonal dan kepuasan kerja, sekaligus optimal
mengurangi terjadinya disharmonis yang disebabkan kurangnya komunikasi
b. Memberikan keleluasaan untuk belajar dan memberikan kontribusi
Selalu ingat dalam sebuah organisasi Anda bukan satu-satunya orang yang menjalankan alur
produktivitas. Ketika Anda sudah "mentok", ada baiknya Anda mencari ide dari orang-orang yang
berada dalam tim. Hal tersebut mampu meningkatkan keterlibatan dan rasa memiliki karyawan dalam
sebuah bisnis atau organisasi.
c. Berbagi kebahagiaan bersama seluruh anggota organisasi
Tak dapat dielakkan jika pendapatan adalah salah satu motivator terbaik di lingkungan kerja. Demikian
juga rasa memiliki. dengan membagi kebahagiaan dalam organisasi kepada seluruh karyawan dapat
meningkatkan rasa kepemilikan dan meningkatkan antusiasme para karyawan

Etika publik

Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku,
tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab
pelayanan publik. Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik, yakni:

a. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan


b. Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi sebagai bantuan dalam menimbang pilihan sarana
kebijakan publik dan alat evaluasi
c. Modalitas Etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan factual

Perilaku ASN

Penerapan sikap perbertika ilaku yang menunjukkan ciri-ciri sikap harmonis. Tidak hanya saja berlaku untuk
sesama ASN (lingkup kerja) namun juga berlaku bagi stakeholders eksternal. Sikap perilaku ini bisa
ditunjukkan dengan:

a. Toleransi
b. Empati
c. Keterbukaan terhadap perbedaan

LOYAL
Loyal merupakan berdedikasi dan mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara. Panduan perilaku (kode
etik)nya yaitu: memegang teguh ideology Pancasila, UUD Negara RI Tahun 1945, setiap kepada NKRI serta
pemerintahan yang sah; menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan instansi dan Negara; serta menjaga rahasia
jabatan dan Negara.

Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa mendapatkan sikap loyal seseorang,
terdapat banyak faktor yang akan memengaruhinya. Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan
oleh organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:

a. Taat pada Peraturan

Seorang pegawai yang loyal akan selalu taat pada peraturan. Sesuai dengan pengertian loyalitas, ketaatan
ini timbul dari kesadaran amggota jika peraturan yang dibuat oleh organisasi semata-mata disusun untuk
memperlancar jalannya pelaksanaan kerja organisasi. Kesadaran ini membuat pegawai akan bersikap taat tanpa
merasa terpaksa atau takut terhadap sanksi yang akan diterimanya apabila melanggar peraturan tersebut

b. Bekerja dengan Integritas

Banyak asumsi menyebutkan bahwa kesetiaan seorang pegawai dilihat dari seberapa besar ketaatan mereka
di organisasi. Pegawai yang taat dengan peraturan dan gaya kerja organisasi, punya rasa loyalitas yang besar
pula. Sesungguhnya seorang pegawai yang loyal dapat dilihat dari seberapa besar dia menunjukkan integritas
mereka saat bekerja

c. Tanggung Jawab pada Organisasi

Ketika seorang pegawai memiliki sikap sesuai dengan pengertian loyalitas, maka secara otomatis ia akan
merasa memiliki tanggung jawab yang besar terhadap organisasinya. Pegawai akan berhati-hati dalam
mengerjakan tugas-tugasnya, namun sekaligus berani untuk mengembangkan berbagai inovasi demi
kepentingan organisasi

d. Kemauan untuk Bekerja Sama

Pegawai yang memiliki sikap sesuai dengan pengertian loyalitas, tidak segan untuk bekerja sama dengan
anggota lain. Bekerja sama dengan orang lain dalam suatu kelompok memungkinkan seorang anggota mampu
mewujudkan impian perusahaan untuk dapat mencapai tujuan yang tidak mungkin dicapai oleh seorang anggota
secara invidual

e. Rasa Memiliki yang Tinggi


Adanya rasa ikut memiliki pegawai terhadap organisasi akan membuat pegawai memiliki sikap untuk ikut
menjaga dan bertanggung jawab terhadap organisasi sehingga pada akhirnya akan menimbulkan sikap sesuai
dengan pengertian loyalitas demi tercapainya tujuan organisasi.

f. Hubungan Antar Pribadi

Pegawai yang memiliki loyalitas tinggi akan mempunyai hubungan antar pribadi yang baik terhadap
pegawai lain dan juga terhadap pemimpinnya. Sesuai dengan pengertian loyalitas, hubungan antar pribadi ini
meliputi hubungan sosial dalam pergaulan sehari-hari, baik yang menyangkut hubungan kerja maupun
kehidupan pribadi

g. Kesukaan Terhadap Pekerjaan

Sebagai manusia, seorang pegawai pasti akan mengalami masa-masa jenuh terhadap pekerjaan yang
dilakukannya setiap hari. Seorang pegawai yang memiliki sikap sesuai dengan pengertian loyalitas akan mampu
menghadapi permasalahan ini dengan bijaksana.

h. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan

Setiap organisasi yang besar dan ingin maju pasti menciptakan suasana debat dalam internalnya. Debat
dalam hal ini kondisi dimana pegawai dapat mengutarakan opini mereka masing-masing. Pemimpin yang hebat
pasti ingin pegawainya aktif bertanya, aktif beropini/berpendapat, dan berhati-hati dalam bekerja. Bahkan tidak
jarang mengijinkan pegawai untuk mengutarakan ketidaksetujuan mereka terhadap hal apapun di tempat kerja

i. Menjadi Teladan bagi Pegawai Lain

Salah satu ciri loyalitas berikutnya adalah pegawai yang bisa memberikan contoh bagi pegawai lain, karena
mereka yang bisa menjadi teladan biasanya akan selalu berpegang teguh pada nilai organisasi, berorientasi pada
target, kemampuan interpersonal yang kuat, cepat adaptasi, selalu berinisiatif, dan memiliki kemampuan
memecahkan masalah dengan baik

Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku loyal tersebut di
atas diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Komitmen yang bermakna perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu atau hubungan keterikatan
dan rasa tanggung jawab akan sesuatu.
b. Dedikasi yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan suatu usaha yang
mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa juga berarti pengabdian untuk melaksanakan cita-cita
yang luhur dan diperlukan adanya sebuah keyakinan yang teguh
c. Kontribusi yang bermakna keterlibatan, keikutsertaan, sumbangsih yang diberikan dalam berbagai
bentuk, baik berupa pemikiran, kepemimpinan, kinerja, profesionalisme, finansial atau, tenaga yang
diberikan kepada pihak lain untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan efisien
d. Nasionalisme yang bermakna suatu keadaan atau pikiran yang mengembangkan keyakinan bahwa
kesetiaan terbesar mesti diberikan untuk negara atau suatu sikap cinta tanah air atau bangsa dan negara
sebagai wujud dari cita-cita dan tujuan yang diikat sikap-sikap politik, ekonomi, sosial, dan budaya
sebagai wujud persatuan atau kemerdekaan nasional dengan prinsip kebebasan dan kesamarataan
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
e. Pengabdian yang bermakna perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat, ataupun tenaga sebagai
perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan
ikhlas.

ADAPTIF

Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu maupun organisasi untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Penerapan budaya adaptif dapat mengantisipasi dan beradaptasi
dengan perubahan lingkungan, memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah, mendorong jiwa
kewirausahaan, terkait dengan kinerja instansi dan memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan
antara instansi mitra, masyarakat dan sebagainya.

Setidaknya terdapat 9 elemen budaya adaptif menurut Management Advisory Service UK yang perlu
menjadi fondasi ketika sebuah organisasi akan mempraktekkannya, yaitu:

a. Purpose
Organisasi beradaptasi karena memiliki tujuan yang hendak dicapai. Demikian pula dengan organisasi
pemerintah, yang mempunyai tujuan-tujuan penyelenggaraan fungsinya yang sudah ditetapkan oleh
peraturan perundangan.
b. Cultural values
Organisasi pemerintah mengemban nilai-nilai budaya organisasional yang sesuai dengan karakteristik
tugas dan fungsinya
c. Vision
Visi menjelaskan apa yang hendak dituju yang tergambar dalam kerangka piker dan diterjemahkan
dalam kerangka kerja yang digunakan dalam organisasi
d. Corporate values
Nilai-nilai korporat juga menjadi fodasi penting dalam membangun budaya adaptif dalam organisasi.
e. Coporate strategy
Visi dan values menjadi landasan untuk dibangunnya strategistrategi yang lebih operasional untuk
menjalankan tugas dan fungsi organisasi secara terstruktur, efisien dan efektif
f. Structure
Struktur menjadi penting dalam mendukung budaya adaptif dapat diterapkan di organisasi. Tanpa
dukungan struktur, akan sulit budaya adaptif dapat berkembang dan tumbuh di sebuah organisasi.
g. Problem solving
Budaya adaptif ditujukan untuk menyelesaikan persoalan yang timbul dalam organisasi, bukan sekedar
untuk mengadaptasi perubahan. Penyelesaian masalah harus menjadi tujuan besar dari proses adaptasi
yang dilakukan oleh organisasi
h. Partnership working
Partnership memiliki peran penguatan budaya adaptif, karena dengan partnership maka organisasi dapat
belajar, bermitra dan saling menguatkan dalam penerapan budaya adaptif
i. Rules
Aturan main menjadi salah satu framework budaya adaptif yang penting dan tidak bisa dihindari,
sebagai bagian dari formalitas lingkungan internal maupun eksternal organisasi

KOLABORATIF

Kolaborasi adalah proses bekerja sama untuk menelurkan gagasan atau ide dan menyelesaikan masalah
secara bersama-sama menuju visi bersama. Kolaborasi pemerintahan merupakan sebuah proses yang melibatkan
norma bersama dan interaksi saling menguntungkan antar aktor pemerintahan.

Proses yang harus dilalui dalam menjalin kolaborasi terdiri atas:


1. Trust building
Membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi

2. Face to face dialogue


Melakukan negosiasi dengan baik dan bersungguh-sungguh
3. Komitmen terhadap proses
Pengakuan saling ketergantungan, sharing ownership dalam proses, serta keterbukaan terkait keuntungan
bersama
4. Pemahaman bersama
Berkairan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait permasalahan, serta mengidentifikasi nilai
bersama
5. Menetapkan outcome antara

Panduan Perilaku Kolaboratif

1. Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi
2. Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya yang diperlukan
untuk terus menghormati pekerjaan mereka
3. Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan mengambil risiko yang wajar
dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan)
4. Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas) Setiap kontribusi dan
pendapat sangat dihargai
5. Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik
6. Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong
7. Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan yang diberikan

SMART ASN

Pada saat ini era teknologi informasi memberikan kemudahan dalam melakukan segala hal. Banyak
manfaat yang diperoleh dari kemajuan teknologi informasi, salah satunya perkembangan pesat bidang
komunikasi. Dengan adanya teknologi, manusia dapat berkomunikasi melalui jejaring social yang dapat
membuat manusia terhubung satu sama lain tanpa harus bertatap muka dan informasi juga dapat disebarluaskan
dengan cepat. Komunikasi yang bersifat serba digital menjadikan literasi digital sebagai salah satu kebutuhan
wajib di era serba teknologi seperti sekarang. Setiap ASN harus “smart” dalam merespon perkembangan
teknologi dan informasi dengan positif dan bersikap adaptif atau cepat menyesuaikan diri terhadap teknologi
agar kinerja pelayanan lebih cepat, akurat, dan efisien.

Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan kebutuhan SDM talenta digital,
literasi digital berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar
keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Literasi digital merupakan sebuah konsep dan praktik
pada kecakapan untuk menguasai teknologi dan pengguna media digital dalam melakukan proses mediasi media
digital yang dilakukan secara produktif.

Kominfo menjabarkan literasi digital ke dalam 4 kompetensi yaitu:


1. Kecakapan menggunakan media digital (digital skills)
Kemampuan dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan teknologi perangkat digital dalam
mengelola informasi.
2. Kecakapan keamanan digital (digital safety)
kemampuan dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang, dan meningkatkan
kesadaran perlindungan data pribadi dan keamanan digital.
3. Kecakapan budaya digital (digital culture)
Kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan
kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dan digitalisasi
kebudayaan melalui pemanfaatan TIK.
4. Kecapakan etika digital (digital ethics)
Kemampuan dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan
mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette)

Terdapat 5 langkah yang harus dijalankan untuk mendukung percepatan transformasi digital, yaitu:

1. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital


2. Persiapkan roadmap transportasi digital di sector-sektor strategis, baik di pemerintahan, layanan public,
bantuan social, sector pendidikan, sector kesehatan, perdagangan, sector industry, sector penyiaran.
3. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan
4. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital
5. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan transformasi digital dilakukan
secepat-cepatnya

MANAJEMEN ASN

A. Kedudukan ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang professional,
memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme.

Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, menurut jenisnya pegawai ASN
terdiri atas:

1. Pegawai Negeri Sipil (PNS)


Warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap
oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor induk
pegawai secara nasional
2. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
Warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah untuk janga
waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.

B. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukannya, pegawai ASN berfungsi sebagai:
1. Pelaksana kebijakan public
Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
2. Pelayan publik
Memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas

3. Perekat dan pemersatu bangsa


Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pegawai ASN bertugas sebagai:

1. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
2. Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia

C. Hak dan Kewajiban ASN


Berdasarkan Pasal 21 UU No 5 Tahun 2014, PNS berhak memperoleh:
1. Gaji, tunjangan, dan fasilitas
2. Cuti
3. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua
4. Perlindungan
5. Pengembangan kompetensi

Berdasarkan Pasal 22 UU No 5 Tahun 2014, PPPK berhak memperoleh:


1. Gaji dan tunjangan
2. Cuti
3. Perlindungan
4. Pengembangan kompetensi

Kewajiban ASN terdiri atas:


1. Setia dan taat pada Pancasila, UUD 45, NKRI
2. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
3. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang
4. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
5. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab
6. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap
orang baik di dalam maupun di luar kedinasan
7. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
8. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

D. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN


Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang berwenang sejauh tidak
bertentangan dengan ketentuab peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan Negara
7. Menggunakan kekayaan dan barang miliki Negara secara bertanggungjawab, efektif, dan efisien
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan
informasi terkait kepentingan kedinasan
10. Tidak menyalahgunakan informasi interne Negara, tugas, satus, kekuasaan, dan jabatannya untuk
mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalui menjaga reputasi dan integritas ASN
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin Pegawai ASN
Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ini menjadi acuan bagi para ASN dalam
penyelenggaraan birokrasi pemerintah. Fungsi kode etik dank ode perilaku ini sangat penting dalam birokrasi
dalam menyelenggarakan pemerintahan. Fungsi tersebut yaitu:

1. Sebagai pedoman, panduan birokrasi public/aparatur sipil negara dalam menjalankan tugas dan
kewenangan agar tindakannya dinilai baik
2. Sebagai standar penilaian sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi public/aparatur sipil negara dalam
menjalankan tugas dan kewenangannya

Anda mungkin juga menyukai