Pada Tanggal 20 Mei itulah untuk pertama kalinya ditetapkan menjadi Hari Kebangkitan
Nasional berdasarkan Pembaharuan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 tahun 1959
tanggal 16 Desember 1959
Pada tanggal 30 April 1926 di Jakarta diselenggarakan”Kerapatan Besar Pemuda” yang terkenal
dengan nama “Kongres Pemuda I”. Kongres Pemuda I dihadiri oleh wakil organisasi pemuda Jong Java,
Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Stunderenden Minahasaers,
Jong Bataks dan Pemuda Kaum Theosofi.
Muhammad Yamin, seorang pemuda berusia 23 tahun yang saat itu menjadi Ketua Jong
Sumatranen Bond, menyampaikan sebuah resolusi setelah mendengarkan pidato dari beberapa
peserta kongres berupa 3 (tiga) klausul yang menjadi dasar dari Sumpah Pemuda, yaitu :
Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah Indonesia,
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung Bahasa persatuan, Bahasa Melayu.
Pada 1 Maret 1945 dalam situasi kritis, Letnan Jendral Kumakici Harada, pimpinan pemerintah
pendudukan Jepang di Jawa, mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Pada 7 Agustus 1945 terbentuk Panitia Persiapan Kemederkaan
Indonesia (PPKI)
B. Pengertian Wawasan Kebangsaan
Wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri banga dan kesadaran terhadap sistem
nasional yang bersumber dari Pancasila, UUD RI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, untuk
memecahkan berbagai persoalan yang diharapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman,
adil, makmur, dan sejahtera.
Pada tanggal 22 Juni 1945 dibentuk Panitia 9 yang anggotanya diambil dari 38 anggota BPUPKI,
dengan tugasnya adalah merancang sebuah rumusan pembukaan yang disebut Piagam Jakarta. Pada 18
Agustus 1945 sehari setelah Proklamasi kemerdekaan dikumandangkan Piagam Jakarta disahkan
menjadi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 oleh PPKI.
Perumusan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Wangrwa oleh Mpu Tantular pada dasarnya
adalah sebuah pernyataan daya kreatif dalam upaya mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan
keagamaan, sehubungan dengan usaha bina Negara kerajaan Majapahit kala itu. Di kemudian hari,
rumusan tersebut telah memberikan nilai-nilai inspiratif terhadap sistem pemerintahan pada masa
kemerdekaan, dan bahkan telah berhasil menumbuhkan rasa dan semangat persatuan masyarakat
Indonesia. Itulah penyebab Bhinneka Tunggal Ika diangkat menjadi semboyan yang diabadikan lambing
NKRI Garuda Pancasila.
Sesuai makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dapat diuraikan Bhinneka Tunggal
Ika berarti berbeda-beda tetapi pada hakekatnya satu, meskipun secara keseluruhannya memiliki
perbedaan tetapi pada hakekatnya satu, satu bangsa dan Negara Republik Indonesia. Lambang NKRI
Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 66
Tahun 1951, pada tanggal 17 Oktober diundangkan pada tanggal 28 Oktober 1951 tentang Lambang
Negara. Bahwa usaha bina negara baik pada masa pemerintahan Majapahit maupun pemerintah NKRI
berlandaskan pada pandangan sama yaitu semangat rasa persatuan, kesatuan dan kebersamaan sebagai
modal dasar dalam menegakkan Negara
Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak dapat dipisahkan dari peristiwa
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, karena melalui peristiwa proklamasi tersebut bangsa
Indonesia berhasil mendirikan negara sekaligus menyatakan kepada dunia luar (bangsa lain) bahwa
sejak saat itu telah ada negara baru yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tujuan NKRI yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV adalah: melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan sarana
pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara
sebagaimana diamanatkan dalam UUD RI Tahun 1945.
1. Bendera
Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia (Bendera Negara) adalah Sang Merah Putih,
berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3 dari panjang, bagian atas berwarna merah
dan bagian bawah berwarna putih yang kedua bagian berukuran sama. Bendera Negara yang dikibarkan
pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur
No 56 Jakarta disebut Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih, yang sekarang disimpan dan dipelihara
di Monumen Nasional Jakarta.
2. Bahasa
Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia (Bahasa Indonesia) adalah bahasa resmi nasional
yang digunakan diseluruh wilayah NKRI, dinyatakan dalam Pasal 36 UUD NKRI Tahun 1945
bersumber dari bahasa yang diikirarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa
persatuan yang dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban bangsa.
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu
berbagai suku bangsa, serta sarana komunikasi antar daerah dan antarbudaya daerah. Bahasa Indonesia
sebagai bahasa resmi Negara berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan,
komunikasi tingkat nasional, pengembangan kebudayaan nasional, transaksi dan dokumentasi niaga,
serta sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media
massa.
3. Lambang Negara
Lambang Negara NKRI (Lambang Negara) berbentuk Garuda Pancasila yang kepalanya
menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher
Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda
4. Lagu Kebangsaan
Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya yang dikarang oleh Wage Rudolf Supratman
Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda Pancasila, dan Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Keempat symbol tersebut menjadi cerminan kedaulatan negara di dalam tata pergaulan dengan negara-negara
lain dan menjadi cerminan kemandirian dan eksistensi negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil,
dan makmur. Dengan demikian, bendera, bahasa, dan lambing negara, serta lagu kebangsaan Indonesia bukan
hanya sekedar merupakan pengakuan atas Indonesia sebagai bangsa dan negara, melainkan menjadi symbol
atau lambang negara yang dihormati dan dibanggakan warga negara Indonesia.
Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia menjadi kekuatan yang sanggup
menghimpun serpihan sejarah Nusantara yang beragam sebagai bangsa besar dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Bahasa Indonesia bahkan cenderung berkembang menjadi bahasa perhubungan luas. Penggunaannya
oleh bangsa lain yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.
NILAI – NILAI BELA NEGARA
Bela Negara merupakan tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara secara perseorangan atau
kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai
oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD RI Tahun 1945 dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan negara dari berbagai ancaman.
Hari bela negara ditetapkan dengan Keputusan Presiden RI No 28 Tahun 2006 tentang Hari Bela Negara
tanggal 18 Desember 2006 dengan pertimbangan bahwa tanggal 19 Desember 1948 merupakan hari bersejarah
bagi bangsa Indonesia. Pada tanggal ini terbentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dalam rangka
mengisi kekosongan kepemimpinan Pemerintahan NKRI dalam rangka bela Negara serta bahwa dalam upaya
lebih mendorong semangat kebangsaan dalam bela negara dalam rangka mempertahankan kehidupan ber-
bangsa dan bernegara yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan.
Nilai-nilai dasar bela Negara bukanlah nilai-nilai kekinian, namun nilai-nilai yang diwariskan generasi
pendahulu sejak era pergerakan nasional hingga era mempertahankan kemerdekaan. Ancaman yang dihadapi
generasi pendahulu jelas berbeda dengan ancaman yang kini harus dihadapi oleh bangsa dan Negara Indonesia.
3. Indikator setia pada Pancasila sebagai ideology Bangsa, ditunjukkan dengan adanya sikap:
a. Paham nilai-nilai dalam Pancasila
b. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
c. Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara
d. Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila
e. Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara
4. Indikator rela berkorban untuk bangsa dan negara, ditunjukkan dengan adanya sikap:
a. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan bangsa dan negara
b. Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman
c. Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa, dan negara
d. Gemar membantu sesame warga negara yang mengalami kesulitan
e. Yakin dan percaya bahsa pengorbanan untuk bangsa dan negaranya tidak sia-sia
NASIONALISME
Nasionalisme dalam arti sempit, yaitu sikap mencintai bangsa sendiri secara berlebihan sehingga menggap
bangsa lain rendah kedudukannya, nasionalisme ini disebut juga nasionalisme yang chauvinisme, contoh
Jerman pada masa Hitler. Nasionalisme dalam arti luas, yaitu sikap mencintai bangsa dan negara sendiri dan
menggap semua bangsa sama derajatnya
Ada tiga hal yang harus kita lakukan untuk membina nasionalisme Indonesia:
Empat hal yang harus kita hidari dalam memupuk sermangat nasionalisme adalah:
1. Sukuisme, menganggap msuku bangsa sendiri paling baik
2. Chauvinisme, mengganggap bangsa sendiriu paling unggul
3. Ektrimisme, sikap mempertahankan pendirian dengan berbagai cara kalau perlu dengan kekerasan dan
senjata
4. Provinsialisme, sikap selalu berkutat dengan provinsi atau daerah sendiri
Sikap patriotisme adalah sikap sudi berkorban segala-galanya termasuk nyawa sekalipun untuk
mempertahankan dan kejayaan negara. Ciri-ciri patriotisme adalah:
Berdasarkan Penjelasan Umum UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN), dalam
rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Untuk mewujudkan tujuan nasional, dibutuhkan Pegawai ASN. Pegawai ASN diserahi tugas untuk
melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Tugas pelayanan
publik dilakukan dengan memberikan pelayanan atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan Pegawai ASN
Perubahan adalah sesuatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari, menjadi bagian yang selalu menyertai
perjalanan peradaban manusia. Cara kita menyikapi terhadap perubahan adalah hal yang menjadi faktor
pembeda yang akan menentukan seberapa dekat kita dengan perubahan tersebut, baik pada perubahan
lingkungan individu, keluarga (family), Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/ Culture),
Nasional (Society), dan Dunia (Global)
Menjadi PNS yang profesional memerlukan pemenuhan terhadap beberapa persyaratan berikut:
1. Mengambil Tanggung Jawab, antara lain dilakukan dengan menunjukkan sikap dan perilaku yang
mencerminkan tetap disiplin dan akuntabilitas, mengakui dan memperbaiki kesalahan yang dibuat, fair dan
berbicara berdasarkan data, menindaklanjuti dan menuntaskan komitmen, serta menghargai integritas
pribadi
2. Menunjukkan Sikap Mental Positif, antara lain diwujudkan dalam sikap dan perilaku bersedia menerima
tanggung jawab kerja, suka menolong, menunjukkan respek dan membantu orang lain sepenuh hati, tidak
tamak dan tidak arogan, serta tidak bersikap diskriminatif atau melecehkan orang lain
3. Mengutamakan Keprimaan, antara lain ditunjukkan melalui sikap dan perilaku belajar terus menerus,
semangat memberi kontribusi melebihi harapan, dan selalu berjuang menjadi lebih baik
4. Menunjukkan Kompetensi, antara lain dimanifestasikan dalam bentuk kesadaran diri, keyakinan diri, dan
keterampilan bergaul, mampu mengendalikan diri, menunjukkan kemampuan bekerja sama, memimpin,
dan mengambil keputusan, serta mampu mendengarkan dan memberi informasi yang diperlukan
5. Memegang Teguh Kode Etik, antara lain menampilkan diri sesuai profesinya sebagai PNS, menjaga
konfidensialitas, tidak pernah berlaku buruk terhadap masyarakat yang dilayani maupun rekan kerja,
berpakaian sopan sesuai profesi PNS, dan menjunjung tinggi etika-moral PNS
1. Modal Intelektual
Modal intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukan peluang dan mengelola perubahan
organisasi melalui pengembangan SDMnya. Hal ini didasari bahwa pada dasarnya manusia memiliki sifat dasar
curiosity, proaktif dan inovatif yang dapat dikembangkan untuk mengelola setiap perubahan lingkungan
strategis yang cepat berubah. Penerapannya dalam dunia birokrasi/pemerintahan adalah, hanya pegawai yang
memiliki pengetahuan yang luas dan terus menambah pengetahuannya yang dapat beradaptasi dengan kondisi
perubahan lingkungan strategis
2. Modal Emosional
Kemampuan lainnya dalam menyikapi perubahan ditentukan oleh kecerdasan emosional. Setiap PNS pasti
bekerja dengan orang lain dan untuk orang lain. Kemampuan mengelola emosi dengan baik akan menentukan
kesuksesan PNS dalam melaksanakan tugas, kemampuan dalam mengelola emosi tersebut disebut juga sebagai
kecerdasan emosi
3. Modal Sosial
Modal sosial adalah jaringan kerjasama di antara warga masyarakat yang memfasilitasi pencarian solusi dari
permasalahan yang dihadapi mereka. (rasa percaya, saling pengertian dan kesamaan nilai dan perilaku yang
mengikat anggota dalam sebuah jaringan kerja dan komunitas). Modal sosial ditujukan untuk menumbuhkan
kembali jejaringan kerjasama dan hubungan interpersonal yang mendukung kesuksesan, khususnya kesuksesan
sebagai PNS sebagai pelayan masyarakat, yang terdiri atas:
a. Kesadaran Sosial (Social Awareness) yaitu Kemampuan berempati terhadap apa yang sedang dirasakan
oleh orang lain, memberikan pelayanan prima, mengembangkan kemampuan orang lain, memahami
keanekaragaman latar belakang sosial, agama dan budaya dan memiliki kepekaan politik
b. Kemampuan sosial (Social Skill) yaitu, kemampuan mempengaruhi orang lain, kemampuan
berkomunikasi dengan baik, kemampuan mengelola konflik dalam kelompok, kemampuan membangun
tim kerja yang solid, dan kemampuan mengajak orang lain berubah
4. Modal ketabahan (adversity)
Konsep modal ketabahan berasal dari Paul G. Stoltz (1997). Ketabahan adalah modal untuk sukses dalam
kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sebuah organisasi birokrasi. Berdasarkan
perumpamaan pada para pendaki gunung, Stoltz membedakan tiga tipe manusia: quitter, camper dan climber.
5. Modal etika/moral
Kecerdasan moral sebagai kapasitas mental yang menentukan prinsip-prinsip universal kemanusiaan harus
diterapkan ke dalam tata-nilai, tujuan, dan tindakan kita atau dengan kata lain adalah kemampuan membedakan
benar dan salah
Badan atau raga adalah wadah untuk mendukung manifestasi semua modal insani yang dibahas sebelumnya,
Badan yang tidak sehat akan membuat semua modal di atas tidak muncul dengan maksimal. Oleh karena itu
kesehatan adalah bagian dari modal manusia agar dia bisa bekerja dan berpikir secara produktif. Tolok ukur
kesehatan adalah bebas dari penyakit, dan tolok ukur kekuatan fisik adalah; tenaga (power), daya tahan
(endurance), kekuatan (muscle strength), kecepatan (speed), ketepatan (accuracy), kelincahan (agility),
koordinasi (coordination), dan keseimbangan (balance)
Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik secara fisik,
mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang dilakukan berdasarkan kebulatan
sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh
kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945
untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara
Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela negara, baik secara fisik
maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan dengan cara menjaga kesamaptaan (kesiapsiagaan) diri yaitu
dengan menjaga kesehatan jasmani dan rohani. Sedangkan secara non fisik, yaitu dengan cara menjaga etika,
etiket, moral dan memegang teguh kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur dan
terhormat. Untuk bisa melakukan internalisasi dari nilai-nilai dasar bela negara tersebut, kita harus memiliki
kesehatan dan kesiapsiagaan jasmani maupun mental yang mumpuni, serta memiliki etika, etiket, moral dan
nilai kearifan lokal sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia.
BERORIENTASI PELAYANAN
Berorientasi pelayanan merupakan perilaku (kode etik) berorientasi pelayanan yang menjelaskan nilai
berorientasi pelayanan secara konseptual/teoritis sebagai komitmen memberikan pelayanan prima demi
kepuasan masyarakat.
Pelayanan publik menurut Lembaga Administrasi Negara, 1998 adalah sebagai segala bentuk kegiatan
pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan
BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan/ jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Pelayanan public merupakan hak warga Negara sebagai amanat konstitusi, diselenggarakan dengan pajak
yang dibayar oleh warga Negara dengan tujuan untuk mencapai hal-hal strategis bagi kemajuan bangsa di masa
yang akan datang. Fungsi pelayanan public adalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar warga Negara sebagai
manusia, dan memberikan perlindungan bagi warga Negara (proteksi)
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU Pelayanan Publik, yaitu:
a. kepentingan umum
b. kepastian hukum
c. kesamaan hak
d. keseimbangan hak dan kewajiban
e. keprofesionalan
f. partisipatif
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif
h. keterbukaan
i. akuntabilitas
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan
k. ketepatan waktu
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan
Pelayanan publik yang baik juga didasarkan pada prinsipprinsip yang digunakan untuk merespons berbagai
kebutuhan dalam penyelenggaraan pelayanan publik di lingkungan birokrasi. Berbagai literatur administrasi
publik menyebut bahwa prinsip pelayanan publik yang baik adalah:
a. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan masyarakat, pemerintah perlu melibatkan
masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
b. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik harus
menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan pelayanan
publik yang diselenggarakan tersebut, seperti persyaratan, prosedur, biaya, dan sejenisnya. Masyarakat
juga harus diberi akses yang sebesar- besarnya untuk mempertanyakan dan menyampaikan pengaduan
apabila mereka merasa tidak puas dengan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah
c. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan
kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka
butuhkan, akan tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan,
prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan
masyarakat yang menduduki posisi sebagai klien.
d. Tidak diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh dibedakan antara satu warga negara
dengan warga negara yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara, seperti status sosial,
pandangan politik, agama, profesi, jenis kelamin atau orientasi seksual, difabel, dan sejenisnya.
e. Mudah dan Murah
Penyelenggaraan pelayanan publik di mana masyarakat harus memenuhi berbagai persyaratan dan
membayar biaya untuk memperoleh layanan yang mereka butuhkan, harus diterapkan prinsip mudah,
artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akal dan mudah untuk dipenuhi. Murah
dalam arti biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut terjangkau oleh
seluruh warga negara. Hal ini perlu ditekankan karena pelayanan publik yang diselenggarakan oleh
pemerintah tidak dimaksudkan untuk mencari keuntungan melainkan untuk memenuhi mandat
konstitusi.
f. Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayanan publik harus mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya
(untuk melaksanakan mandat konstitusi dan mencapai tujuan-tujuan strategis negara dalam jangka
panjang) dan cara mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang sederhana, tenaga kerja
yang sedikit, dan biaya yang murah.
g. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat dijangkau oleh warga negara yang
membutuhkan dalam arti fisik (dekat, terjangkau dengan kendaraan publik, mudah dilihat, gampang
ditemukan, dan lain-lain) dan dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait dengan biaya dan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.
h. Akuntabel
Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan menggunakan fasilitas dan sumber daya manusia
yang dibiayai oleh warga negara melalui pajak yang mereka bayar. Oleh karena itu, semua bentuk
penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada
masyarakat. Pertanggungjawaban di sini tidak hanya secara formal kepada atasan (pejabat atau unit
organisasi yang lebih tinggi secara vertikal), akan tetapi yang lebih penting harus
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat luas melalui media publik baik cetak maupun
elektronik. Mekanisme pertanggungjawaban yang demikian sering disebut sebagai social accountability.
i. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah memiliki berbagai tujuan. Salah satu
tujuan yang penting adalah melindungi warga negara dari praktik buruk yang dilakukan oleh warga
negara yang lain. Oleh karena itu, penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan sebagai alat
melindungi kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika
berhadapan dengan kelompok yang kuat.
Terdapat enam elemen untuk menghasilkan pelayanan publik yang berkualitas yaitu:
a. Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk membangun pelayanan yang berkualitas
b. Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan masyarakat
c. Penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam penyelenggaraan pelayanan publik
d. Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta menindaklanjuti pengaduan masyarakat
e. Pengembangan kompetensi SDM, jaminan keamanan dan keselamatan kerja, fleksibilitas kerja,
penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan sarana prasarana
f. Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja penyelenggara pelayanan publik
AKUNTABILITAS
Akuntabilitas merupakan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai
pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik. Tiga fungsi utama
akuntabilitas public yaitu: untuk menyediakan control dan demokratis (peran demokrasi), untuk mencegah
korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional) dan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
(peran belajar)
Alat akuntabilitas Indonesia yaitu perencanaan strategis berupa Rencana Pembangunan Jangka Panjang,
Menengah, dan Tahunan untuk setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Sasaran Kerja Pegawai untuk setiap
PNS; Kontrak kinerja antara pegawai dengan atasan langsung; serta Laporan kinerja yang berisi perencanaan
dan perjanjian kinerja pada tahun tertentu, pengukuran dan analisis capaian kinerja, dan akuntabilitas keuangan.
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung
jawab dari amanah yang dipercayakan kepadanya. Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang
sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
a. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas
tinggi
b. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efisien
c. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi
Aspek-Aspek Akuntabilitas
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan
masyarakat. Pemberi kewenangan bertanggungjawab memberikan arahan yang memadai, bimbingan, dan
mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dilain sisi, individu/kelompok/institusi
bertanggungjawab untuk memenuhi semua kewajibannya. Oleh sebab itu, dalam akuntabilitas, hubungan yang
terjadi adalah hubungan yang bertanggungjawab antara kedua belah pihak.
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan memberikan laporan kinerja berarti mampu
menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta mampu
memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan. Dalam dunia birokrasi, bentuk akuntabilitas
setiap individu berwujud suatu laporan yang didasarkan pada kontrak kerja, sedangkan untuk institusi adalah
LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja ASN dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Dalam pendekatan akuntabilitas yang bersifat proaktif (proactive accountability), akuntabilitas
dimaknai sebagai sebuah hubungan dan proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sejak awal, penempatan sumber daya yang tepat, dan evaluasi kinerja. Dalam hal ini proses setiap
individu/kelompok/institusi akan diminta pertanggungjawaban secara aktif yang terlibat dalam proses evaluasi
dan berfokus peningkatan kinerja
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas individu,
akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.
KOMPETEN
Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terindikasi dalam
kemampuan dan perilaku seseorang sesuai tuntutan pekerjaan. Peningkatan kompetensi diri dapat dilakukan
dengan cara merubah mindset, mengembangkan mandiri secara heutagogik berbasis sumber pembelajaran
utama dari internet, memanfaatkan sumber keahlian pakar/konsultan yang mungkin dimiliki unit kerja/instasi
tempat bekerja atau tempat lain, dan melakukan jejaring formal/informal yang mengatur diri sendiri dalam
interaksi dengan pegawai lain dalam dan atau luar organisasi.
Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek pengelolaan ASN harus memenuhi
kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak boleh ada perlakuan yang diskriminatif, seperti
hubungan agama, kesukuan atau aspek-aspek primodial lainnya yang bersifat subyektif
Pembangunan Apartur sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024,
diharapkan menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia (world class bureaucracy), yang dicirikan
dengan beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang semakin berkualitas dan tata kelola yang semakin efektif dan
efisien
Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan
saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi: integritas, nasionalisme, profesionalisme,
wawasan global, IT dan Bahasa asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship
Terdapat dua pendekatan pengembangan yang dapat dimanfaatkan pegawai untuk meningkatkan
kompetensinya, yaitu klasikal dan non klasikal. Optimalisasi hak akses pengembangan kompetensi dapat
dilakukan dengan pendekatan pelatihan non klasikal, diantaranya e-learning, job enrichment dan job
enlargement termasuk coaching dan mentoring. Coaching dan Mentoring selain efesien karena dapat dilakukan
secara masif, dengan melibatkan antara lain atasan peserta pelatihan sebagai mentor sekaligus sebagai coach
HARMONIS
Harmonis memiliki arti seia sekata, berkaitan dengan rasa, gagasan, aksi serta minat. Suasana harmonis
diperlukan dalam lingkungan bekerja yang dapat membuat kita secara individu tenang, menciptakan kondisi
yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama, meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas
layanan kepada pelanggan.
Peran ASN dalam mewujudkan suasana harmoni dapat dilihat dari posisi PNS sebagai aparatur Negara yang
harus bersikap netral dan adil, harus bisa mengayomi kepentingan kelompok – kelompok minoritas, dengan
tidak membuat kebijakan, peraturan yang mendiskriminasi keberadaan kelompok tersebut, harus memiliki sikap
toleran atas perbedaan, dalam melaksanakan tugasnya harus memiliki suka menolong baik kepada pengguna
layanan, juga membantu kolega PNS lainnya yang membutuhkan pertolongan, dan menjadi figure dan teladan
di lingkungan masyarakatnya.
Ada tiga hal yang dapat menjadi acuan untuk membangun budaya tempat kerja nyaman dan berenergi
positif. Ketiga hal tersebut adalah:
Etika publik
Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku,
tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab
pelayanan publik. Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik, yakni:
Perilaku ASN
Penerapan sikap perbertika ilaku yang menunjukkan ciri-ciri sikap harmonis. Tidak hanya saja berlaku untuk
sesama ASN (lingkup kerja) namun juga berlaku bagi stakeholders eksternal. Sikap perilaku ini bisa
ditunjukkan dengan:
a. Toleransi
b. Empati
c. Keterbukaan terhadap perbedaan
LOYAL
Loyal merupakan berdedikasi dan mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara. Panduan perilaku (kode
etik)nya yaitu: memegang teguh ideology Pancasila, UUD Negara RI Tahun 1945, setiap kepada NKRI serta
pemerintahan yang sah; menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan instansi dan Negara; serta menjaga rahasia
jabatan dan Negara.
Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa mendapatkan sikap loyal seseorang,
terdapat banyak faktor yang akan memengaruhinya. Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan
oleh organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
Seorang pegawai yang loyal akan selalu taat pada peraturan. Sesuai dengan pengertian loyalitas, ketaatan
ini timbul dari kesadaran amggota jika peraturan yang dibuat oleh organisasi semata-mata disusun untuk
memperlancar jalannya pelaksanaan kerja organisasi. Kesadaran ini membuat pegawai akan bersikap taat tanpa
merasa terpaksa atau takut terhadap sanksi yang akan diterimanya apabila melanggar peraturan tersebut
Banyak asumsi menyebutkan bahwa kesetiaan seorang pegawai dilihat dari seberapa besar ketaatan mereka
di organisasi. Pegawai yang taat dengan peraturan dan gaya kerja organisasi, punya rasa loyalitas yang besar
pula. Sesungguhnya seorang pegawai yang loyal dapat dilihat dari seberapa besar dia menunjukkan integritas
mereka saat bekerja
Ketika seorang pegawai memiliki sikap sesuai dengan pengertian loyalitas, maka secara otomatis ia akan
merasa memiliki tanggung jawab yang besar terhadap organisasinya. Pegawai akan berhati-hati dalam
mengerjakan tugas-tugasnya, namun sekaligus berani untuk mengembangkan berbagai inovasi demi
kepentingan organisasi
Pegawai yang memiliki sikap sesuai dengan pengertian loyalitas, tidak segan untuk bekerja sama dengan
anggota lain. Bekerja sama dengan orang lain dalam suatu kelompok memungkinkan seorang anggota mampu
mewujudkan impian perusahaan untuk dapat mencapai tujuan yang tidak mungkin dicapai oleh seorang anggota
secara invidual
Pegawai yang memiliki loyalitas tinggi akan mempunyai hubungan antar pribadi yang baik terhadap
pegawai lain dan juga terhadap pemimpinnya. Sesuai dengan pengertian loyalitas, hubungan antar pribadi ini
meliputi hubungan sosial dalam pergaulan sehari-hari, baik yang menyangkut hubungan kerja maupun
kehidupan pribadi
Sebagai manusia, seorang pegawai pasti akan mengalami masa-masa jenuh terhadap pekerjaan yang
dilakukannya setiap hari. Seorang pegawai yang memiliki sikap sesuai dengan pengertian loyalitas akan mampu
menghadapi permasalahan ini dengan bijaksana.
Setiap organisasi yang besar dan ingin maju pasti menciptakan suasana debat dalam internalnya. Debat
dalam hal ini kondisi dimana pegawai dapat mengutarakan opini mereka masing-masing. Pemimpin yang hebat
pasti ingin pegawainya aktif bertanya, aktif beropini/berpendapat, dan berhati-hati dalam bekerja. Bahkan tidak
jarang mengijinkan pegawai untuk mengutarakan ketidaksetujuan mereka terhadap hal apapun di tempat kerja
Salah satu ciri loyalitas berikutnya adalah pegawai yang bisa memberikan contoh bagi pegawai lain, karena
mereka yang bisa menjadi teladan biasanya akan selalu berpegang teguh pada nilai organisasi, berorientasi pada
target, kemampuan interpersonal yang kuat, cepat adaptasi, selalu berinisiatif, dan memiliki kemampuan
memecahkan masalah dengan baik
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku loyal tersebut di
atas diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Komitmen yang bermakna perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu atau hubungan keterikatan
dan rasa tanggung jawab akan sesuatu.
b. Dedikasi yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan suatu usaha yang
mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa juga berarti pengabdian untuk melaksanakan cita-cita
yang luhur dan diperlukan adanya sebuah keyakinan yang teguh
c. Kontribusi yang bermakna keterlibatan, keikutsertaan, sumbangsih yang diberikan dalam berbagai
bentuk, baik berupa pemikiran, kepemimpinan, kinerja, profesionalisme, finansial atau, tenaga yang
diberikan kepada pihak lain untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan efisien
d. Nasionalisme yang bermakna suatu keadaan atau pikiran yang mengembangkan keyakinan bahwa
kesetiaan terbesar mesti diberikan untuk negara atau suatu sikap cinta tanah air atau bangsa dan negara
sebagai wujud dari cita-cita dan tujuan yang diikat sikap-sikap politik, ekonomi, sosial, dan budaya
sebagai wujud persatuan atau kemerdekaan nasional dengan prinsip kebebasan dan kesamarataan
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
e. Pengabdian yang bermakna perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat, ataupun tenaga sebagai
perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan
ikhlas.
ADAPTIF
Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu maupun organisasi untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Penerapan budaya adaptif dapat mengantisipasi dan beradaptasi
dengan perubahan lingkungan, memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah, mendorong jiwa
kewirausahaan, terkait dengan kinerja instansi dan memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan
antara instansi mitra, masyarakat dan sebagainya.
Setidaknya terdapat 9 elemen budaya adaptif menurut Management Advisory Service UK yang perlu
menjadi fondasi ketika sebuah organisasi akan mempraktekkannya, yaitu:
a. Purpose
Organisasi beradaptasi karena memiliki tujuan yang hendak dicapai. Demikian pula dengan organisasi
pemerintah, yang mempunyai tujuan-tujuan penyelenggaraan fungsinya yang sudah ditetapkan oleh
peraturan perundangan.
b. Cultural values
Organisasi pemerintah mengemban nilai-nilai budaya organisasional yang sesuai dengan karakteristik
tugas dan fungsinya
c. Vision
Visi menjelaskan apa yang hendak dituju yang tergambar dalam kerangka piker dan diterjemahkan
dalam kerangka kerja yang digunakan dalam organisasi
d. Corporate values
Nilai-nilai korporat juga menjadi fodasi penting dalam membangun budaya adaptif dalam organisasi.
e. Coporate strategy
Visi dan values menjadi landasan untuk dibangunnya strategistrategi yang lebih operasional untuk
menjalankan tugas dan fungsi organisasi secara terstruktur, efisien dan efektif
f. Structure
Struktur menjadi penting dalam mendukung budaya adaptif dapat diterapkan di organisasi. Tanpa
dukungan struktur, akan sulit budaya adaptif dapat berkembang dan tumbuh di sebuah organisasi.
g. Problem solving
Budaya adaptif ditujukan untuk menyelesaikan persoalan yang timbul dalam organisasi, bukan sekedar
untuk mengadaptasi perubahan. Penyelesaian masalah harus menjadi tujuan besar dari proses adaptasi
yang dilakukan oleh organisasi
h. Partnership working
Partnership memiliki peran penguatan budaya adaptif, karena dengan partnership maka organisasi dapat
belajar, bermitra dan saling menguatkan dalam penerapan budaya adaptif
i. Rules
Aturan main menjadi salah satu framework budaya adaptif yang penting dan tidak bisa dihindari,
sebagai bagian dari formalitas lingkungan internal maupun eksternal organisasi
KOLABORATIF
Kolaborasi adalah proses bekerja sama untuk menelurkan gagasan atau ide dan menyelesaikan masalah
secara bersama-sama menuju visi bersama. Kolaborasi pemerintahan merupakan sebuah proses yang melibatkan
norma bersama dan interaksi saling menguntungkan antar aktor pemerintahan.
1. Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi
2. Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya yang diperlukan
untuk terus menghormati pekerjaan mereka
3. Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan mengambil risiko yang wajar
dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan)
4. Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas) Setiap kontribusi dan
pendapat sangat dihargai
5. Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik
6. Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong
7. Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan yang diberikan
SMART ASN
Pada saat ini era teknologi informasi memberikan kemudahan dalam melakukan segala hal. Banyak
manfaat yang diperoleh dari kemajuan teknologi informasi, salah satunya perkembangan pesat bidang
komunikasi. Dengan adanya teknologi, manusia dapat berkomunikasi melalui jejaring social yang dapat
membuat manusia terhubung satu sama lain tanpa harus bertatap muka dan informasi juga dapat disebarluaskan
dengan cepat. Komunikasi yang bersifat serba digital menjadikan literasi digital sebagai salah satu kebutuhan
wajib di era serba teknologi seperti sekarang. Setiap ASN harus “smart” dalam merespon perkembangan
teknologi dan informasi dengan positif dan bersikap adaptif atau cepat menyesuaikan diri terhadap teknologi
agar kinerja pelayanan lebih cepat, akurat, dan efisien.
Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan kebutuhan SDM talenta digital,
literasi digital berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar
keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Literasi digital merupakan sebuah konsep dan praktik
pada kecakapan untuk menguasai teknologi dan pengguna media digital dalam melakukan proses mediasi media
digital yang dilakukan secara produktif.
Terdapat 5 langkah yang harus dijalankan untuk mendukung percepatan transformasi digital, yaitu:
MANAJEMEN ASN
A. Kedudukan ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang professional,
memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, menurut jenisnya pegawai ASN
terdiri atas:
B. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukannya, pegawai ASN berfungsi sebagai:
1. Pelaksana kebijakan public
Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
2. Pelayan publik
Memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas
1. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
2. Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
1. Sebagai pedoman, panduan birokrasi public/aparatur sipil negara dalam menjalankan tugas dan
kewenangan agar tindakannya dinilai baik
2. Sebagai standar penilaian sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi public/aparatur sipil negara dalam
menjalankan tugas dan kewenangannya