Anda di halaman 1dari 24

JURNAL

MASIVE OPEN ONLINE COURSE (MOOC)

PEGAWAI PEMERINTAH PERJANJIAN KERJA

(PPPK)

DISUSUN OLEH :

NAMA : JOANES P.S. LOWA, S.Kep.,Ns


NIP : 19900726 202321 1 001
GOLONGAN : X
JABATAN : AHLI PERTAMA PERAWAT

INSTANSI : UPTD PUSKESMAS BOAWAE


AGENDA 1
1. WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA

Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka


mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,
guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi
mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.

Wawasan kebangsaan dapat diartikan sebagai konsepsi cara pandang yang


dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga dari suatu Negara akan diri dan
lingkungannya didalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Prof. Muladi, Gubernur Lemhannas RI, meyampaikan bahwa wawasan kebangsaan


adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya,
mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Adapun beberapa titik penting dalam sejarah bangsa Indonesia diantaranya :

1) Pada tanggal 20 Mei 1908, puluhan anak muda berkumpul di aula Stovia.
Dalam pertemuan itu mereka sepakat mendirikan organisasi Boedi Oetomo
2) Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan organisasi pergerakan nasional
pertama yang menggunakan istilah "Indonesia". Bahkan Perhimpunan
Indonesia menjadi pelopor kemerdekaan bangsa Indonesia di kancah
internasional. Perhimpunan Indonesia (PI) diprakarsai oleh Sutan
Kasayangan dan R. N. Noto Suroto pada 25 Oktober 1908 di Leiden,
Belanda
3) Pada tanggal 30 April 1926 di Jakarta diselenggarakan “Kerapatan Besar
Pemuda”, yang kemudian terkenal dengan nama “Kongres Pemuda I”.
Kongres Pemuda I ini dihadiri oleh wakil organisasi pemuda Jong Java,
Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond,
Studerenden Minahasaers, kemudian Jong Bataks Bond dan Pemuda Kaum
Theosofi juga ikut dalam kerapatan besar.
4) Pada 27-28 Oktober 1928, Kongres Pemuda Kedua dilaksanakan
5) Pada 1 Maret 1945 dalam situasi kritis, Letnan Jendral Kumakici Harada,
pimpinan pemerintah pendudukan Jepang di Jawa, mengumumkan
pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI).
6) PPKI terbentuk pada 7 Agustus 1945.

Sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia membuktikan bahwa para pendiri


bangsa (founding fathers) mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan kelompok atau golongan. Sejak awal pergerakan nasional,
kesepakatan-kesepakatan tentang kebangsaan terus berkembang sehingga
menghasilkan 4 (empat) konsensus dasar serta Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara, serta Lagu Kebangsaan Indonesia sebagai alat pemersatu, identitas,
kehormatan dan kebanggaan bersama.

1.1. 4 (empat) Konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara


1) Pancasila
Pentingnya kedudukan Pancasila bagi bangsa Indonesia dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga gagasan dasar yang
berisi konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila harus
berisi kebenaran nilai yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Dengan
demikian rakyat rela menerima, meyakini dan menerapkan dalam
kehidupan yang nyata, untuk selanjutnya dijaga kokoh dan kuatnya
gagasan dasar tersebut agar mampu mengantisipasi perkembangan zaman.
Untuk menjaga, memelihara, memperkokoh dan mensosialisasikan
Pancasila maka para penyelenggara Negara dan seluruh warga Negara wajib
memahami, meyakini dan melaksankaan kebenaran nilai-nilali Pancasila
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2) Undang-Undang Dasar 1945
Sejarah kemerdekaan Indonesia yang terlepas dari penjajahan asing
membuktikan bahwa sejak semula salah satu gagasan dasar dalam
membangun sokoguru Negara Indonesia adalah konstitusionalisme dan
paham Negara hukum. Di dalam Negara-negara yang mendasarkan dirinya
atas demokrasi konstitusional, Undang-undang dasar memiliki fungsi yang
khas, yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa, sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan
demikian diharapkan hakhak warga Negara terlindungi. Gagasan ini
dinamakan konstitusionalisme.
3) Bhinneka Tunggal Ika
Sesuai makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dapat diuraikan
BhinnaIka-Tunggal-Ika berarti berbeda-beda tetapi pada hakekatnya satu.
Sebab meskipun secara keseluruhannya memiliki perbedaan tetapi pada
hakekatnya satu, satu bangsa dan negara Republik Indonesia.
4) Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam sejarahnya dirumuskan
dalam sidang periode II BPUPKI (10-16 Juli 1945) dan selanjutnya disahkan
oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Adapun tujuan NKRI seperti
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, meliputi :
a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia ;
b. Memajukan kesejahteraan umum;
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial

1.2. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan

Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia


merupakan sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang
menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara sebagaimana diamanatkan
dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Bendera,
bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan
manifestasi kebudayaan yang berakar pada sejarah perjuangan bangsa, kesatuan
dalam keragaman budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1) Bendera
Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Bendera Negara adalah Sang Merah Putih. Bendera Negara Sang Merah
Putih berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua-
pertiga) dari panjang serta bagian atas berwarna merah dan bagian bawah
berwarna putih yang kedua bagiannya berukuran sama. Bendera Negara
yang dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal
17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta disebut
Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih.
Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih disimpan dan dipelihara di
Monumen Nasional Jakarta.
2) Bahasa
Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang digunakan di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia yang
dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36 Undang-Undang
Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 bersumber dari
bahasa yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928
sebagai bahasa persatuan yang dikembangkan sesuai dengan dinamika
peradaban bangsa. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai jati diri bangsa,
kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa, serta
sarana komunikasi antar daerah dan antar budaya daerah.) Bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi negara berfungsi sebagai bahasa resmi
kenegaraan, pengantar pendidikan, komunikasi tingkat nasional,
pengembangan kebudayaan nasional, transaksi dan dokumentasi niaga,
serta sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, dan bahasa media massa.
3) Lambang Negara
Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Lambang Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika. Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk
Garuda Pancasila yang kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai
berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh
Garuda. Garuda dengan perisai sebagaimana dimaksud dalam memiliki
paruh, sayap, ekor, dan cakar yang mewujudkan lambang tenaga
pembangunan. Garuda memiliki sayap yang masing-masing berbulu 17,
ekor berbulu 8, pangkal ekor berbulu 19, dan leher berbulu 45.
4) Lagu Kebangsaan
Lagu Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya
disebut Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya. Lagu Kebangsaan adalah
Indonesia Raya yang digubah oleh Wage Rudolf Supratman.
Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda
Pancasila, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan
identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keempat simbol tersebut menjadi
cerminan kedaulatan negara di dalam tata pergaulan dengan negara-negara lain
dan menjadi cerminan kemandirian dan eksistensi negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dengan demikian, bendera,
bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia bukan hanya
sekadar merupakan pengakuan atas Indonesia sebagai bangsa dan negara,
melainkan menjadi simbol atau lambang negara yang dihormati dan dibanggakan
warga negara Indonesia. Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu
kebangsaan Indonesia menjadi kekuatan yang sanggup menghimpun serpihan
sejarah Nusantara yang beragam sebagai bangsa besar dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Bahasa Indonesia bahkan cenderung berkembang menjadi
bahasa perhubungan luas. Penggunaannya oleh bangsa lain yang cenderung
meningkat dari waktu ke waktu menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.

1.3. Nilai-Nilai Bela Negara

Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara,
baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai
Ancaman.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber


Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara
meliputi :

1) cinta tanah air;


2) sadar berbangsa dan bernegara;
3) setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
4) kemampuan awal Bela Negara.

Kesadaran Bela Negara ditumbuhkan dari kecintaan pada Tanah Air Indonesia,
tanah tumpah darah yang menjadi ruang hidup bagi warga Negara Indonesia.
Tanah dan air, merupakan dua kata yang merujuk pada kepulauan Nusantara,
rangkaian kepulauan yang menjadikan air (lautan) bukan sebagai pemisah namun
justru sebagai pemersatu dalam wilayah yurisdiksi nasional. Tanah Air yang kaya
akan sumber daya alam, indah dan membanggakan sehingga patut untuk
disyukuri dan dicintai. Dari cinta tanah air-lah berawal tekad untuk menjamin
kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai ancaman.

Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan, dan


kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan,
dan/atau pelatihan kepada warga negara guna menumbuh kembangkan sikap dan
perilaku serta menanamkan nilai dasar Bela Negara. Pembinaan Kesadaran Bela
Negara diselenggarakan di lingkup : pendidikan, masyarakat, dan pekerjaan.

Indikator Nilai Dasar Bela Negara:

1. Indikator cinta tanah air. Ditunjukkannya dengan adanya sikap :


a) Menjaga tanah dan perkarangan serta seluruh ruang wilayah
Indonesia.
b) Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia
c) Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.
d) Menjaga nama baik bangsa dan negara.
e) Memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan negara.
f) Bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia
2. Indikator sadar berbangsa dan bernegara. Ditunjukkannya dengan adanya
sikap :
a) Berpartisipasi aktif dalam organisasi kemasyarakatan, profesi
maupun politik.
b) Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c) Ikut serta dalam pemilihan umum.
d) Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan
negaranya.
e) Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
3. Indikator setia pada Pancasila Sebagai ideologi Bangsa. Ditunjukkan
dengan adanya sikap :
a) Paham nilai-nilai dalam Pancasila.
b) Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
c) Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara.
d) Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila.
e) Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara.
4. Indikator rela berkorban untuk bangsa dan Negara. Ditunjukkannya dengan
adanya sikap :
a) Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
kemajuan bangsa dan negara.
b) Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman.
c) Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan
negara.
d) Gemar membantu sesama warga negara yang mengalami kesulitan.
e) Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan negaranya
tidak sia-sia.
5. Indikator kemampuan awal Bela Negara. Ditunjukkan dengan adanya sikap:
a) Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta intelijensia.
b) Senantiasa memelihara jiwa dan raga
c) Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah
diberikan Tuhan Yang Maha Esa.
d) Gemar berolahraga.
e) Senantiasa menjaga kesehatannya.

Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea


ke-4 Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUD 1945), diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih
dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan
publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan
dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Bela Negara
dilaksanakan atas dasar kesadaran warga Negara serta keyakinan pada kekuatan
sendiri yang ditumbuh kembangkan melalui usaha Bela Negara. Usaha Bela
Negara diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar
kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia
secara sukarela atau secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi. Usaha
Bela Negara bertujuan untuk memelihara jiwa nasionalisme Warga Negara dalam
upaya pemenuhan hak dan kewajibannya terhadap Bela Negara yang diwujudkan
dengan Pembinaan Kesadaran Bela Negara demi tercapainya tujuan dan
kepentingan nasional, dengan sikap dan perilaku meliputi :
1. Cinta tanah air bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan perilaku, antara
lain :
a) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah.
b) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia.
c) Sesuai peran dan tugas masing-masing, ASN ikut menjaga seluruh ruang
wilayah Indonesia baik ruang darat, laut maupun udara dari berbagai
ancaman, seperti : ancaman kerusakan lingkungan, ancaman pencurian
sumber daya alam, ancaman penyalahgunaan tata ruang, ancaman
pelanggaran batas negara dan lain-lain.
d) ASN sebagai warga Negara terpilih harus menjadi contoh di tengah-tengah
masyarakat dalam menunjukkan kebanggaan sebagai bagian dari Bangsa
Indonesia.
e) Selalu menjadikan para pahlawan sebagai sosok panutan, dan mengambil
pembelajaran jiwa patriotisme dari para pahlawan serta berusaha untuk
selalu menunjukkan sikap kepahlawanan dengan mengabdi tanpa pamrih
kepada Negara dan bangsa.
f) Selalu menjaga nama baik bangsa dan Negara dalam setiap tindakan dan
tidak merendahkan atau selalu membandingkan Bangsa Indonesia dari
sisi negatif dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia.
g) Selalu berupaya untuk memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa
dan Negara melalui ide-ide kreatif dan inovatif guna mewujudkan
kemandirian bangsa sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas masing-
masing.
h) Selalu mengutamakan produk-produk Indonesia baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam mendukung tugas sebagai ASN Penggunaan
produk- produk asing hanya akan dilakukan apabila produk tersebut tidak
dapat diproduksi oleh Bangsa Indonesia.
i) Selalu mendukung baik secara moril maupun materiil putra-putri terbaik
bangsa (olahragawan, pelajar, mahasiswa, duta seni dan lain-lain) baik
perorangan maupun kelompok yang bertugas membawa nama Indonesia di
kancah internasional.
j) Selalu menempatkan produk industri kreatif/industri hiburan tanah air
sebagai pilihan pertama dan mendukung perkembangannnya.
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap
dan perilaku, antara lain :
a) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
b) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
c) Memegang teguh prinsip netralitas ASN dalam setiap kontestasi politik,
baik tingkat daerah maupun di tingkat nasional.
d) Mentaati, melaksanakan dan tidak melanggar semua peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia serta menjadi pelopor dalam penegakan peraturan/perundangan
di tengah-tenagh masyarakat.
e) Menggunakan hak pilih dengan baik dan mendukung terselenggaranya
pemilihan umum yang mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum, tertib,
terbuka, proporsional, professional, akuntabel, efektif dan efisien.
f) Berpikir, bersikap dan berbuat yang sesuai peran, tugas dan fungsi ASN.
sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing
g) Ikut berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
h) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.
i) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karier.
3. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara bagi ASN, diaktualisasikan
dengan sikap dan perilaku, antara lain :
a) Memegang teguh ideologi Pancasila.
b) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
c) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur.
d) Menjadi agen penyebaran nilai-nilai Pancasila di tengah-tengah
masyarakat.
e) Menjadi contoh bagi masyarakat dalam pegamalan nilai-nilai Pancasila di
tengah kehidupan sehari-hari.
f) Menjadikan Pancasila sebagai alat perekat dan pemersatu sesuai fungsi
ASN.
g) Mengembangkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai kesempatan dalam
konteks kekinian.
h) Selalu menunjukkan keyakinan dan kepercayaan bahwa Pancasila
merupakan dasar Negara yang menjamin kelangsungan hidup bangsa.
i) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan
sikap dan perilaku, antara lain :
a) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
b) Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan
bangsa dan Negara sesuai tugas dan fungsi masing-masing.
c) Bersedia secara sadar untuk membela bangsa dan negara dari berbagai
macam ancaman.
d) Selalu berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional dan menjadi
pionir pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan nasional.
e) Selalu ikhlas membantu masyarakat dalam menghadapi situasi dan
kondisi yang penuh dengan kesulitan.
f) Selalu yakin dan percaya bahwa pengorbanan sebagai ASN tidak akan sia-
sia.
5. Kemampuan awal Bela negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan
perilaku antara lain :
a) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
b) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
c) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
d) Selalu berusaha untuk meningkatkan kompetensi dan mengembangkan
wawasan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
e) Selalu menjaga kesehatan baik fisik maupun psikis dengan pola hidup
sehat serta menjaga keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.
f) Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikan
Tuhan Yang Maha Esa.
g) Selalu menjaga kebugaran dan menjadikan kegemaran berolahraga
sebagai gaya hidup.
h) Senantiasa menjaga kesehatannya dan menghindarkan diri dari
kebiasaan-kebiasaan yang dapat mengganggu kesehatan.

Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia untuk merebut dan mempertahankan


kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan segenap komponen bangsa
yang dilandasi oleh semangat untuk membela Negara dari penjajahan. Perjuangan
tersebut tidak selalu dengan mengangkat senjata, tetapi dengan kemampuan yang
dimiliki sesuai dengan kemampuan masing-masing. Nilai dasar Bela Negara
kemudian diwariskan kepada para generasi penerus guna menjaga eksistensi RI.
Sebagai aparatur Negara, ASN memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan
dalam pengabdian sehari hari. Bela Negara dilaksanakan atas dasar kesadaran
warga Negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri yang ditumbuhkembangkan
melalui usaha Bela Negara. Usaha Bela Negara diselenggarakan melalui
pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib,
pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau
secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi. Usaha BelaNegara bertujuan
untuk memelihara jiwa nasionalisme Warga Negara dalam upaya pemenuhan hak
dan kewajibannya terhadap Bela Negara yang diwujudkan dengan Pembinaan
Kesadaran Bela Negara demi tercapainya tujuan dan kepentingan nasional.

1.4. Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia

Berdasarkan Penjelasan Umum UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil


Negara (UU ASN), dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum
dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi
masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan
kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Untuk mewujudkan tujuan nasional, dibutuhkan Pegawai ASN. Pegawai ASN
diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan,
dan tugas pembangunan tertentu. Tugas pelayanan publik dilakukan dengan
memberikan pelayanan atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan Pegawai ASN.

Adapun tugas pemerintahan dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan


fungsi umum pemerintahan yang meliputi pendayagunaan kelembagaan,
kepegawaian, dan ketatalaksanaan. Sedangkan dalam rangka pelaksanaan tugas
pembangunan tertentu dilakukan melalui pembangunan bangsa (cultural and
political development) serta melalui pembangunan ekonomi dan sosial (economic
and social development) yang diarahkan meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran seluruh masyarakat.
Berdasarkan Pasal 11 UU ASN, tugas Pegawai ASN adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina


Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. ANALISIS ISU KONTEMPORER

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, secara


signifikan telah mendorong kesadaran PNS untuk menjalankan profesinya sebagai
ASN dengan berlandaskan pada:
a) nilai dasar;
b) kode etik dan kode perilaku;
c) komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik;
d) kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; dan
e) profesionalitas jabatan.

Saat ini konsep negara, bangsa dan nasionalisme dalam konteks Indonesia
sedang berhadapan dengan dilema antara globalisasi dan etnik nasionalisme yang
harus disadari sebagai perubahan lingkungan strategis. Termasuk di dalamnya
terjadi pergeseran pengertian tentang nasionalisme yang berorientasi kepada pasar
atau ekonomi global.
Isu lainnya yang juga menyita ruang publik adalah terkait terorisme dan
radikalisasi yang terjadi dalam sekelompok masyarakat, baik karena pengaruh
ideologi laten tertentu, kesejahteraan, pendidikan yang buruk atau globalisasi
secara umum. Bahaya narkoba merupakan salah satu isu lainnya yang
mengancam kehidupan bangsa. Bentuk kejahatan lain adalah kejahatan saiber
(cyber crime) dan tindak pencucian uang (money laundring). Bentuk kejahatan
saat ini melibatkan peran teknologi yang memberi peluang kepada pelaku
kejahatan untuk beraksi di dunia maya tanpa teridentifikasi identitasnya dan
penyebarannya bersifat masif.
Berdasarkan penjelasan di atas, perlu disadari bahwa PNS sebagai Aparatur
Negara dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang
kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara: Pancasila, UUD
1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai konsensus dasar berbangsa dan
bernegara. Fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap ASN mengenal dan
memahami secara kritis terkait isu-isu strategis kontemporer diantaranya;
korupsi, narkoba, paham radikalisme/ terorisme, money laundry, proxy war, dan
kejahatan komunikasi masal seperti cyber crime, Hate Speech, dan Hoax, dan lain
sebagainya.

Mengingat fenomena korupsi telah memasuki zona Kejadian Luar Biasa


(KLB), maka pendekatan pemberantasan korupsi dipilih cara-cara yang luar biasa
(extra ordinary approach) dan tepat sasaran. Oleh karena itu, kita wajib
berpartisipasi dengan menunjukan sikap antikorupsi. Tindakan membangun sikap
antikorupsi sederhana, misalnya dengan cara:

1) Bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari dan mengajak orang-orang di


lingkungan sekitar untuk bersikap jujur, menghindari perilaku korupsi,
contoh: tidak membayar uang lebih ketika mengurus dokumen
administrasi seperti KTP, kartu sehat, tidak membeli SIM, dsb.
2) Menghindari perilaku yang merugikan kepentingan orang banyak atau
melanggar hak orang lain dari hal-hal yang kecil, contoh: tertib lalu
lintas, kebiasaan mengantri, tidak buang sampah sembarangan, dsb.
3) Menghindari konflik kepentingan dalam hubungan kerja, hubungan
bisnis maupun hubungan bertetangga;
4) Melaporkan pada penegak hukum apabila menjadi korban perbuatan
korupsi contoh: diperas oleh petugas, menerima pemberian/hadiah dari
orang yang tidak dikenal atau diduga memiliki konflik kepentingan, dsb.

Berdasarkan data hasil Survei BNN-UI (2014) tentang Survei Nasional


Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia, diketahui bahwa angka prevalensi
penyalahguna Narkoba di Indonesia telah mencapai 2,18% atau sekitar 4 juta jiwa
dari total populasi penduduk (berusia 15-59 tahun). Fakta ini menunjukkan
bahwa Jumlah penyalahguna narkoba di Indonesia telah terjadi penurunan
sebesar 0,05% bila dibandingkan dengan prevalensi pada tahun 2011, yaitu
sebesar 2,23% atau sekitar 4,2 juta orang. Namun angka coba pakai mengalami
peingkatan sebesar 6,6% dibanding tahun 2011.

Peningkatan angka coba pakai dipicu dari banyak faktor namun faktor utamanya
adalah rendahnya lingkungan mengantisipasi bahaya dini narkoba melalui
peningkatan peran serta (partisipasi) lingkungan melakukan upaya pemberdayaan
secara berdaya (sukarela dan mandiri). Fakta yang terjadi, aksi coba-coba pakai
narkoba telah dimulai sejak usia sekolah dan beranjut terus menjadi teratur pakai
hingga kuliah atau memasuki dunia kerja, bila di lingkungan sekolah dan kampus
kewaspadaan narkoba tidak dicanangkan. Begitu juga ketika lulusan sekolah dan
kampus tersebut telah bekerja dan kembali ke masyarakat, maka kecanduan
(adiksi) teratur pakai berlanjut menjadi pecandu jika lingkungan kerja dan
masyarakat juga tidak membuat program kewaspadaan dini tanggap bahaya
narkoba di lingkungannya.

Situasi dan kondisi yang terus berkembang, global, regional, dan nasional
yang berkaitan dengan masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,
psikotropika, dan prekursor narkotika merupakan masalah besar yang dihadapi
seluruh bangsa di dunia, terutama negara miskin. Masing-masing negara telah
berusaha menjawab Ancaman, Gangguan, Hambatan, dan Tantangan tersebut
dengan berbagai pendekatan, metode, dan cara sesuai dengan situasi dan kondisi
serta sitem dan cara pemerintah masing-masing, termasuk Indonesia dengan
menggugah kesadaran ASN khususnya PNS untuk memberikan sumbangsih
pemikiran dan tenaga untuk menyelamatkan negara dari bahaya Tindak Pidana
Narkotika yang pada saat ini Darurat Narkoba.

Di samping potensi ekonomi yang sedemikian besar, dalam konteks


penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara, seyogyanya potensi pasar
ini juga dapat dimanfaatkan secara optimal oleh negara melalui pemerintah dalam
mengadvokasi nilai-nilai persatuan, kebangsaan dan kenegaraan. Dalam hal ini
ASN sebagai perekat bangsa harus mampu mengoptimalkan komunikasi massa
baik melalui media massa maupun media sosial guna mengadvokasi nilai-nilai
persatuan yang saat ini menjadi salah satu isu kritikal dalam kehidupan generasi
muda. Inilah kesadaran-kesadaran positif yang harus dibangun dalam
memanfaatkan media massa, media sosial maupun komunikasi massa secara
umum, baik oleh individu warga negara, pelaku bisnis dari dunia usaha, maupun
para ASN dari sektor pemerintahan yang menjadi agen perubahan dalam
masyarakat.

3. Kesiapsiagaan Bela Negara

Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela
negara, baik secara fisik maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan dengan
cara menjaga kesamaptaan (kesiapsiagaan) diri yaitu dengan menjaga kesehatan
jasmani dan rohani. Sedangkan secara non fisik, yaitu dengan cara menjaga etika,
moral dan memegang teguh kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai jati diri
bangsa yang luhur dan terhormat. Dengan demikian, maka untuk bisa
melakukan internalisasi dari nilai-nilai dasar bela negara tersebut, kita harus
memiliki kesehatan dan kesiapsiagaan jasmani maupun mental yang mumpuni,
serta memiliki etika, etiket, moral dan nilai kearifan lokal sesuai dengan jati diri
bangsa Indonesia.

Di masa pandemi covid-19,upaya paling sederhana namun fundamental


perwujudan bela negara adalah mematuhi dan menerapkan protokol kesehatan.
Hal tersebut merupakan implementasi bela negara yang bisa dilakukan oleh setiap
warga negara Indonesia (WNI) dengan cara menerapkan 3M yaitu;
1) Memakai masker
2) Menjaga jarak aman
3) Mencuci tangan dengan sabun sesering mungkin
Selain itu upaya bela negara juga dilakukan oleh tenaga medis yang berjuang
menjadi garda paling depan dalam menyelamatkan pasien covid-19. Tenaga medis
tidak mengenal lelah dan ikhlas memperjuangkan kesembuhan setiap masyarakat
yang terpapar virus corona,meskipun nyawa taruhannya.
AGENDA 2
2.1 BERORIENTASI PELAYANAN

Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik


adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks
ASN, yaitu;
1) penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi,
2) penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat,
3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi
pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government),
Pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK
dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Core Values ASN BerAKHLAK
merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis,
Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core Values tersebut seharusnya dapat dipahami dan
dimaknai sepenuhnya oleh seluruh ASN serta dapat diimplementasikan dalam
pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena tugas pelayanan
publik yang sangat erat kaitannya dengan pegawai ASN, sangatlah penting untuk
memastikan bahwa ASN mengedepankan nilai Berorientasi Pelayanan dalam
pelaksanaan tugasnya, yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen
memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat.

Citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku melayani dengan
senyum, menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapih; melayani
dengan cepat dan tepat waktu; melayani dengan memberikan kemudahan bagi
anda untuk memilih layanan yang tersedia; serta melayani dengan dengan
kemampuan, keinginan dan tekad memberikan pelayanan yang prima.
2.2 AKUNTABEL
Akuntabilitas dan Integritas banyak dinyatakan oleh banyak ahli administrasi
negara sebagai dua aspek yang sangat mendasar harus dimiliki dari seorang
pelayan publik. Namun, integritas memiliki keutamaan sebagai dasar seorang
pelayan publik untuk dapat berpikir secara akuntabel. Kejujuran adalah nilai
paling dasar dalam membangun kepercayaan publik terhadap amanah yang
diembankan kepada setiap pegawai atau pejabat negara. Dalam banyak hal, kata
akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab.
Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan
akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Aspek - Aspek akuntabilitas mencakup beberapa hal berikut yaitu akuntabilitas
adalah sebuah hubungan, akuntabilitas berorientasi pada hasil, akuntabilitas
membutuhkan adanya laporan, akuntabilitas memerlukan konsekuensi, serta
akuntabilitas memperbaiki kinerja.

2.3 KOMPETEN
Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan
perilaku kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi ASN, kompetensi meliputi:
1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan
dengan bidang teknis jabatan;
2) Kompetensi manejerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan untuk
memimpin dan atau mengelola unit organisasi;
3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan terkait
dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal
agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai,
moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang
jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran,fungsi dan
jabatan.
2.4 HARMONIS
Berdasarkan pandangan dan pengetahuan mengenai kenekaragaman bangsa
dan budaya, sejarah pergerakan bangsa dan negara, konsep dan teori
nasionalisme berbangsa, serta potensi dan tantangannya maka sebagai ASN harus
memiliki sikap dalam menjalankan peran dan fungsi pelayanan masyarakat. ASN
bekerja dalam lingkungan yang berbeda dari sisi suku, budaya, agama dan lain-
lain. Sejak awal berdirinya Indonesia, agenda membangun bangsa (nation building)
merupakan sesuatu yang harus terus menerus dibina, dilakukan dan ditumbuh
kembangkan. Dengan demikian, keberadaan Bangsa Indonesia terjadi karena dia
memiliki satu nyawa, satu asal akal, yang tumbuh dalam jiwa rakyat sebelumnya
yang menjalani satu kesatuan riwayat, yang membangkitkan persatuan karakter
dan kehendak untuk hidup bersama dalam suatu wilayah.
Dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat, ASN dituntut dapat
mengatasi permasalahan keberagaman, bahkan menjadi unsur perekat bangsa
dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Itulah sebabnya
mengapa peran dan upaya selalu mewujudkan situasi dan kondisi yang harmonis
dalam lingkungan bekerja ASN dan kehidupan bermasyarakat sangat diperlukan.
Salah satu kunci sukses kinerja suatu organisasi berawal dari suasana tempat
kerja. Energi positif yang ada di tempat kerja bisa memberikan dampak positif bagi
karyawan yang akhirnya memberikan efek domino bagi produktivitas, hubungan
internal, dan kinerja secara keseluruhan.
Penerapan sikap perilaku beretika yang menunjukkan ciri-ciri sikap harmonis
tidak hanya saja berlaku untuk sesama ASN (lingkup kerja) namun juga berlaku
bagi stakeholders eksternal. Sikap perilaku ini bisa ditunjukkan dengan:
1) Toleransi
2) Empati
3) Keterbukaan terhadap perbedaan

2.5 LOYAL
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi
transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class
Government), pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN
BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Nilai “Loyal”
dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus
dimiliki dan diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN dikarenakan oleh
faktor penyebab internal dan eksternal.
Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah Perjanjian Kerja
(PPPK),kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan,paling tidak terhadap cita-cita
organisasi dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk
mengukur loyalitas pegawainya, antara lain;
1) Taat pada peraturan
2) Bekerja dengan integritas
3) Tanggung jawab pada organisasi
4) Kemauan untuk bekerja sama
5) Rasa memiliki yang tinggi
6) Hubungan antar pribadi
7) Kesukaan terhadap pekerjaan
8) Keberanian mengutarakan ketidaksetujuan
9) Menjadi teladan bagi pegawai lain
Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara,
pemerintah, dan martabat pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan
kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang atau golongan
sebagai wujud loyalitasnya terhadap bangsa dan negara. Agar para ASN mampu
menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan lainnya
dibutuhkan langkah-langkah konkrit, diantaranya melalui pemantapan Wawasan
Kebangsaan. Selain memantapkan Wawasan Kebangsaan, sikap loyal seorang ASN
dapat dibangun dengan cara terus meningkatkan nasionalismenya kepada bangsa
dan negara.
Sikap loyal seorang PNS dapat tercermin dari komitmennya dalam
melaksanakan sumpah/janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi PNS
sebagaimana ketentuan perundang undangangan yang berlaku. Disiplin PNS
adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan
yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu
pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Hanya PNS-PNS yang memiliki loyalitas yang
tinggilah yang dapat menegakkan ketentuan-ketentuan kedisiplinan ini dengan
baik.
Berdasarkan pasal 10 Undang-undang no.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, seorang ASN memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu sebagai pelaksana kebijakan
publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa. Kemampuan ASN
dalam melaksanakan ketiga fungsi tersebut merupakan perwujudan dari
implementai nilai-nilai loyal dalam konteks individu maupun sebagai bagian dari
organisasi pemerintah.
Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila
menunjukkan kemampuan ASN tersebut dalam mewujudkan nilai loyal dalam
kehidupannya sebagai ASN yang merupakan bagian/komponen dari organisasi
pemerintah maupun sebagai bagian dari anggota masyarakat.

2.6 ADAPTIF
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk
bertahan hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman
yang timbul. Dengan demikian adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri
sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai
dengan keadaan (keinginan diri).
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN
memiliki kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi
yang berkelanjutan dengan lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang
berkesinambungan.
Tantangan utama saat ini bukanlah teknis, melainkan 'adaptif'. Masalah teknis
mudah diidentifikasi, didefinisikan dengan baik, dan dapat diselesaikan dengan
menerapkan solusi terkenal atau pengetahuan para ahli. Sebaliknya, tantangan
adaptif sulit untuk didefinisikan, tidak memiliki solusi yang diketahui atau jelas,
dan membutuhkan ide-ide baru untuk membawa perubahan di banyak tempat.
Beberapa kasus yang dapat dipelajari dan dijadikan contoh bagaimana
perilaku adaptif individu maupun organisasi dibutuhkan dan diperlukan untuk
mengatasi perubahan lingkungan. Visi Indonesia Emas 2045 adalah sebuah
gagasan dan harapan bahwa negara Indonesia dapat menjadi negara yang
berdaulat, maju, adil, dan makmur saat memperingati 100 tahun
kemerdekaannya. Visi tersebut disusun dan disampaikan kepada publik pada
tanggal 9 Mei 2019 oleh Presiden Joko Widodo. Usia 100 tahun merupakan sebuah
perjalanan panjang dalam proses pembangunan sebuah bangsa dan negara.
Seluruh rakyat Indonesia pasti berharap bahwa negara Indonesia kelak menjadi
negara yang maju dan mampu menjadi lokomotif peradaban dunia.
2.7 KOLABORATIF
Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus dimiliki oleh ASN. Sekat-sekat
birokrasi yang mengkungkung birokrasi pemerintah saat ini dapat
dihilangkan.Seluruh ASN diharapkan nantinya menjadi agen perubahan yang
dapat mewujudkan harapan tersebut. Pendekatan WoG yang telah berhasil
diterapkan di beberapa negara lainnya diharapkan dapat juga terwujud di
Indonesia. Semua ASN Kementerian/Lembaga /Pemerintah Daerah kemudian
akan bekerja dengan satu tujuan yaitu kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
AGENDA 3

3.1 SMART ASN

Kompetensi literasi digital diperlukan agar seluruh masyarakat digital dapat


menggunakan media digital secara bertanggung jawab. Hal ini termasuk dalam visi
misi Presiden Jokowi untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM).
Penilaiannya dapat ditinjau dari etis dalam mengakses media digital (digital ethics),
budaya menggunakan digital (digital culture), menggunakan media digital dengan
aman (digital safety), dan kecakapan menggunakan media digital (digital skill).
Terdapat tiga pilar utama dalam Indonesia Digital Nation, yaitu masyarakat digital
yang dibarengi pula dengan pemerintah digital dan ekonomi digital. Masyarakat
digital meliputi aktivitas, penggunaan aplikasi, dan penggunaan infrastruktur
digital. Pemerintah digital meliputi regulasi, kebijakan, dan pengendalian sistem
digital. Sementara itu, ekonomi digital meliputi aspek SDM digital, teknologi
penunjang,dan riset inovasi digital.
Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan
kebutuhan SDM talenta digital, literasi digital berperan penting untuk
meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar
keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi
digital terdiri dari kurikulum digital skill, digital safety, digital culture, dan digital
ethics. Kerangka kurikulum literasi digital ini digunakan sebagai metode
pengukuran tingkat kompetensi afektif dan kognitif masyarakat dalam menguasai
teknology digital.
Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus
dijalankan yaitu:
1) Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital
2) Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektor strategis baik
di pemerintahan layanan publik,bantuan sosial,sektor pendidikan,sektor
kesehatan, perdagangan,sektor industri,sektor penyiaran
3) Percepat integrasi pusat data nasional
4) Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital
5) Persiapan terkait dengan regulasi,skema pendanaan dan pembiayaan
transformasi digital.
Peran dan tanggung jawab para ASN sangatlah besar, sehingga kemampuan
menggunakan gawai saja tidaklah cukup, diperlukan kemampuan lainnya yakni
literasi digital. Literasi digital memiliki 4 pilar wajib yang harus dikuasai oleh para
ASN yang terdiri dari etika, keamanan, budaya, dan kecakapan dalam bermedia
digital.
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas
dan aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari
informasi bahkan solusi dari permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan
internet harian masyarakat Indonesia hingga tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7
jam 59 menit (APJII, 2020). Angka ini melampaui waktu rata-rata masyarakat
dunia yang hanya menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Bahkan menurut
hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020,
selama pandemi COVID-19 mayoritas masyarakat Indonesia mengakses internet
lebih dari 8 jam sehari. Pola kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah
secara daring ikut membentuk perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi
kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi
hak digital setiap warga negara.

3.2 MANAJEMEN ASN


Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman. Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang
menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta
harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik.
Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian
kinerja, penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian
penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja dan perlindungan.
ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik
dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN.
Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para
ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai