Anda di halaman 1dari 32

JURNAL MOOC

Nama ASN : Paramita Sekar Tunggal, S. Pd


NIP : 19850301 202221 2 021
Instansi : SMK N 7 Semarang

2022
COURSE
AGENDA 1
MODUL 1 WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI BELA NEGARA

Wawasan Kebangsaan dapat diartikan sebagai konsepsi cara pandang yang dilandasi akan
kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara akan diri dan lingkungannya di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Sejarah pergerakan Kebangsaan Indonesia dimulai sebagai berikut :
1. 20 Mei 1908, puluhan anak muda berkumpul di aula Stovia. Dalam pertemuanitu mereka sepakat
mendirikan organisasi Boedi Oetomo
2. Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan organisasi pergerakan nasional pertama yang
menggunakan istilah "Indonesia". Bahkan Perhimpunan Indonesia menjadi pelopor kemerdekaan
bangsa Indonesia di kancah internasional. Perhimpunan Indonesia (PI) diprakarsai oleh Sutan
Kasayangan dan R. N. Noto Suroto pada 25 Oktober 1908 di Leiden,Belanda
3. Pada tanggal 30 April 1926 di Jakarta diselenggarakan “Kerapatan Besar Pemuda”, yang
kemudian terkenal dengan nama “Kongres Pemuda I”. Kongres Pemuda I ini dihadiri oleh wakil
organisasipemuda Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong
Islamieten Bond, Studerenden Minahasaers, kemudian Jong Bataks Bond dan Pemuda Kaum
Theosofi juga ikut dalam kerapatan besar.
4. Pada 27-28 Oktober 1928, Kongres Pemuda Kedua dilaksanakan.
5. Pada 1 Maret 1945 dalam situasi kritis, Letnan Jendral Kumakici Harada, pimpinan
pemerintahpendudukan Jepang di Jawa, mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
6. PPKI terbentuk pada 7 Agustus 1945.

Empat Konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara :


1. Pancasila
Pancasila merupakan philosofische grondslag, suatu fundamen, filsafaat, pikiran yang sedalam-
dalamnya, merupaan landasan atau dasar bagi negara merdeka yang akan didirikan. Selain
berfungsi sebagai landasan bagi kokoh tegaknya negara dan bangsa, Pancasila juga berfungsi
sebagai bintang pemandu atau Leitstar, sebagai ideologi nasional, sebagai pandangan hidup
bangsa, sebagai perekat atau pemersatu bangsa dan sebagai wawasan pokok bangsa Indonesia
dalammencapai cita-cita nasional.
2. Undang-Undang Dasar 1945
Naskah Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei sampai 16 Juli 1945 oleh Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
3. Bhineka Tunggal Ika
Mengutip dari Kakawin Sutasoma (Purudasanta), pengertian Bhinneka Tunggal Ika lebih
ditekankan pada perbedaan bidang kepercayaan juga anekaragam agama dan kepercayaan di
kalangan masyarakat Majapahit. Sementara dalam lambang NKRI, Garuda Pancasila,
pengertiannya diperluas, menjadi tidak terbatas dan diterapkan tidak hanya pada perbedaan
kepercayaan dan keagamaan, melainkan juga terhadap perbedaan suku, bahasa, adat istiadat
(budaya) dan beda kepulauan (antara nusa) dalam kesatuan nusantara raya.
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak dapat dipisahkan dari persitiwa
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, karena melalui peristiwa proklamasi tersebut bangsa
Indonesia berhasil mendirikan negara sekaligus menyatakan kepada dunia luar (bangsa lain)
bahwa sejak saat itu telah ada negara baru yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
1. Bendera
“Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera Negaraadalah
Sang Merah Putih” (Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009
tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan)
2. Bahasa
“Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36 Undang- Undang
Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 bersumber dari bahasa yang diikrarkan
dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan yang dikembangkan
sesuai dengan dinamika peradaban Bangsa” (Pasal 25 Ayat (1) Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan)
3. Lambang Negara
“Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk Garuda Pancasila yang kepalanya
menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher
Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda”
(Pasal 46 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,
dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan)
4. Lagu Kebangsaan
“Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya yang digubah oleh Wage Rudolf Supratman” (Pasal 58
Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,
dan Lambang Negara,serta Lagu Kebangsaan)

Sejarah Bela Negara perjuangan Bangsa Indonesia untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia merupakan hasil perjuangan segenap komponen bangsa yang dilandasi oleh semangat untuk
membela Negara dari penjajahan. Perjuangan tersebut tidak selalu dengan mengangkat senjata, tetapi
dengan kemampuan yang dimiliki sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Ancaman pada era reformasi diartikan sebagai sebuah kondisi, tindakan, potensi, baik alamiah atau
hasil suatu rekayasa, berbentuk fisik atau non fisik, berasal dari dalam atau luar negeri, secara langsung
atau tidak langsung diperkirakan atau diduga atau yang sudah nyata dapat membahayakan tatanan serta
kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam rangka pencapaian tujuan nasionalnya. Ancaman adalah
adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang bertentangan dengan
Pancasila dan mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman juga dapat terjadi dikarenakan adanya
konflik kepentingan (conflict of interest), mulai dari kepentingan personal (individu) hingga
kepentingan nasional. Benturan kepentingan di fora internasional, regional dan nasional kerap kali
bersimbiosis melahirkan berbagai bentuk ancaman. Potensi ancaman kerap tidak disadari hingga
kemudian menjelma menjadi ancaman. Dalam konteks inilah, kesadaran bela Negara perlu
ditumbuhkembangkan agar potensi ancaman tidak menjelma menjadi ancaman.
Kewaspadaan dini adalah kewaspadaan setiap warga Negara terhadap setiap potensi ancaman.
Kewaspadaan dini memberikan daya tangkal dari segala potensi ancaman, termasuk penyakit menular
dan konflik sosial. Peserta Latsar CPNS diharapkan mampu mewujudkan kepekaan, kesiagaan, dan
antisipasi dalam menghadapi berbagai potensi ancaman.
Nilai dasar bela negara
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk
Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara meliputi :
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara.
Pembinaan kesadaran bela negara lingkup pekerjaan
Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilaksanakan
dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan, dan/atau pelatihan kepada warga negara guna
menumbuhkembangkan sikap dan perilaku serta menanamkan nilai dasar Bela Negara. Pembinaan
Kesadaran Bela Negara lingkup pekerjaan yang ditujukan bagi Warga Negara yang bekerja pada :
lembaga Negara, kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian dan pemerintah daerah, Tentara
Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, badan usaha milik negaralbadan usaha
milik daerah, badan usaha swasta, dan badan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
Indikator Nilai Dasar Bela Negara :
1. Indikator cinta tanah air. Ditunjukkannya dengan adanya sikap : Menjaga tanah dan perkarangan
serta seluruh ruang wilayah Indonesia; Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia Jiwa
patriotisme terhadap bangsa dan negaranya; Menjaga nama baik bangsa dan negara.
2. Indikator sadar berbangsa dan bernegara. Ditunjukkannya dengan adanya sikap : Berpartisipasi
aktif dalam organisasi kemasyarakatan, profesi maupun politik.
3. Indikator setia pada Pancasila Sebagai ideologi Bangsa. Ditunjukkannya dengan adanya sikap :
Paham nilai-nilai dalam Pancasila; Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari; Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara.
4. Indikator rela berkorban untuk bangsa dan Negara. Ditunjukkannya dengan adanya sikap:
Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan bangsa dan negara; Siap
membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman.
5. Indikator kemampuan awal Bela Negara. Ditunjukkannya dengan adanya sikap : Memiliki
kecerdasan emosional dan spiritual serta intelijensia.
Implementasi Bela Negara bagi ASN
1. Nilai-nilai Dasar ASN
a) memegang teguh ideologi Pancasila;
b) setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945
serta pemerintahan yang sah;
c) mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
d) menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
e) membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
f) menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
g) memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
h) mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepadapublik;
i) memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan danprogrampemerintah;
j) memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna,
berhasil guna, dan santun;
k) mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
l) menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
m) mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerjapegawai;
n) mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
o) meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yangdemokratis sebagaiperangkat sistem
karier.
2. Fungsi ASN
a) pelaksana kebijakan publik;
b) pelayan publik; dan
c) perekat dan pemersatu bangsa.
Sistem administrasi negara kesatuan republik indonesia
Manajemen Pemerintahan Negara

Struktur Kelembagaan Negara :

SANKRI
AGENDA 1
MODUL 2 ANALISIS ISU KONTEMPORER

Tujuan Reformasi Birokrasi pada tahun 2025 untuk mewujudkan birokrasi kelas dunia,
merupakan respon atas masalah rendahnya kapasitas dan kemampuan Pegawai Negeri Sipil dalam
menghadapi perubahan lingkungan strategis yang menyebabkan posisi Indonesia dalam percaturan
global belum memuaskan. 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
secara signifikan telah mendorong kesadaran PNS untuk menjalankan profesinya sebagai ASN
dengan berlandaskan pada: a) nilai dasar; b) kode etik dan kode perilaku; c) komitmen, integritas
moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik; d) kompetensi yang diperlukan sesuai dengan
bidang tugas; dan e) profesionalitas jabatan. ” 3. Kemampuan mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan lingkungan strategis dan analisis isu-isu kontemporer pada agenda
pembelajaran Bela Negara perlu didasari oleh materi wawasan kebangsaan dan aktualisasi nilainilai
bela negara yang dikontektualisasikan dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari.
A. Undang-undang ASN setiap PNS perlu memahami dengan baik fungsi dan tugasnya
1. Melaksanakan : Kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan peraturan perundang- undangan.
2. Memberikan : Pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.
3. Memperat : Persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia.
B. Menjadi ASN yang professional
1. Mengambil tanggung jawab
2. Menunjukkan sikap mental positif
3. Mengutamakan keprimaan
4. Menunjukkan kompetensi
5. Memegang teguh kode etik
C. Perubahan Lingkungan Strat
Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017, empat level lingkungan
strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan pekerjaannya sesuai bidang
tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga (family), Masyarakat pada level lokal dan
regional (Community/Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global).
D. Modal Insani Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis
1. Modal intelektual
2. Modal emosional
3. Modal social
4. Modal ketabahan
5. Modal etika / moral
6. Modal Kesehatan (kekuatan) fisik/jasmani
E. Macam-Macam Isu Kontemporer
1. Korupsi
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
beserta revisinya melalui UndangUndang Nomor 20 tahun 2001. Secara substansi
Undangundang Nomor 31 Tahun 1999 telah mengatur berbagai modus operandi tindak
pidana korupsi sebagai tindak pidana formil, memperluas pengertian pegawai negerisehingga
pelaku korupsi tidak hanya didefenisikan kepada orang perorang tetapi juga pada korporasi,
dan jenis penjatuhan pidana yang dapat dilakukan hakim terhadap terdakwa tindak pidana
korupsi adalah Pidana Mati, Pidana Penjara, dan Pidana Tambahan.
2. Narkoba
Menurut Online Etymology Dictionary, perkataan narkotika berasal dari bahasa Yunani yaitu
”Narke” yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa. Sebagian orang berpendapat
bahwa narkotika berasal dari kata ”Narcissus” yang berarti jenis tumbuh- tumbuhan yang
mempunyai bunga yang membuat orang tidak sadarkan diri. Narkotika dan Obat Berbahaya,
serta napza (istilah yang biasa digunakan oleh Kemenkes) yang merupakan singkatan dari
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (Kemenkes, 2010). Kedua istilah tersebut dapat
menimbulkan kebingungan. Dunia internasional (UNODC) menyebutnya dengan istilah
narkotika yang mengandung arti obat-obatan jenis narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya. Sehingga dengan menggunakan istilah narkotika berarti telah meliputi narkotika,
psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.
Penggolongan Narkotika dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
a. Golongan I yang ditujukan untuk ilmu pengetahuan dan bukan untuk pengobatan dan
sangat berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Contoh 1. Opiat: morfin, heroin,
petidin, candu. 2. Ganja atau kanabis, marijuana, hashis. 3. Kokain: serbuk kokain, pasta
kokain, daun koka;
b. Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan dan berpotensi tinggi
menyebabkan ketergantungan. Contoh morfin dan petidin;
c. Golongan III berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan serta berpotensi
ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh kodein.
Penggolongan Psikotropika dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
a. Golongan I hanya digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak untuk terapi
serta sangat berpotensi mengakibatkan ketergantungan. Contoh ekstasi, LSD;
b. Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan serta berpotensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh amfetamin, shabu, metilfenidat atau italin;
c. Golongan III berkhasiat pengobatan dan pelayanan kesehatan serta berpotensi sedang
mengakibatkan ketergantungan. Contoh pentobarbital, flunitrazepam;
d. Golongan IV berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan untuk pelayanan kesehatan
serta berpotensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh diazepam, bromazepam,
fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, dan nitrazepam.

F. TEROSISME DAN RADIKALISME


Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang
menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban yang
bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang
strategis, Iingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi,
politik, atau gangguan keamanan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan Resolusi
60/288 tahun 2006 tentang UN Global Counter Terrorism Strategy yang berisi empat pilar strategi
global pemberantasan terorisme, yaitu : 1) pencegahan kondisi kondusif penyebaran terorisme; 2)
langkah pencegahan dan memerangi terorisme; 3) peningkatan kapasitas negara-negara anggota
untuk mencegah dan memberantas terorisme serta penguatan peran sistem PBB; dan 4)
penegakan hak asasi manusia bagi semua pihak dan penegakan rule of law sebagai dasar
pemberantasan terorisme. Selain itu, PBB juga telah menyusun High- Level Panel on Threats,
Challenges, and Change yang menempatkan terorisme sebagai salah satu dari enam kejahatan
yang penanggulangannya memerlukan paradigma baru.
Empat tipe kelompok teroris yang beroperasi di dunia :
a. Teroris sayap kiri atau left wing terrorist, merupakan kelompok yang menjalin hubungan
dengan gerakan komunis;
b. Teroris sayap kanan atau right wing terrorist, menggambarkan bahwa mereka terinspirasi dari
fasisme
c. Teroris sayap kanan atau right wing terrorist, menggambarkan bahwa mereka terinspirasi dari
fasisme
d. Teroris keagamaan atau “ketakutan”, atau religious or “scared” terrorist, merupakan
kelompok teroris yang mengatasnamakan agama atau agama menjadi landasan atau agenda
mereka.
Hubungan Radikalisme dan Terorisme adalah
a. Terorisme sebagai kejahatan luar biasa jika dilihat dari akar perkembangannya sangat
terhubung dengan radikalisme. Untuk memahami Hubungan konseptual antara radikalismedan
terorisme dengan menyusun kembali definsi istilah-istilah yang terkait.
b. Radikalisme merupakan suatu sikap yang mendambakan perubahan secara total dan bersifat
revolusioner dengan menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada secara drastis lewat kekerasan
(violence) dan aksi-aksi yang ekstrem. Ciri-ciri sikap dan paham radikal adalah: tidak toleran
(tidak mau menghargai pendapat dan keyakinan orang lain); fanatik (selalu merasa benar
sendiri; menganggap orang lain salah); eksklusif (membedakan diri dari umat umumnya);
dan revolusioner (cenderung menggunakan cara kekerasan untuk mencapai tujuan).
c. Radikal Terorisme adalah suatu gerakan atau aksi brutal mengatasnamakan ajaran
agama/golongan, dilakukan oleh sekelompok orang tertentu, dan agama dijadikan senjata
politik untuk menyerang kelompok lain yang berbeda pandangan.
Cara mencegah tindak pidana terorisme meliputi : Kesiapsiagaan Nasional, Deradikalisasi. Money
Loundry
“Money laundering” dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah aktivitas pencucian uang.
Terjemahan tersebut tidak bisa dipahami secara sederhana (arti perkata) karena akan
menimbulkan perbedaan cara pandang dengan arti yang populer, bukan berarti uang tersebut
dicuci karena kotor seperti sebagaimana layaknya mencuci pakaian kotor. Oleh karena itu, perlu
dijelaskan terlebih dahulu sejarah munculnya money laundering dalam perspektif sebagai salah
satu tindak kejahatan.
AGENDA 1
MODUL 3 KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik secara
fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang dilakukan berdasarkan
kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang
dilandasi oleh kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Prinsip Kearifan Lokal Adalah kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk melaksanakan tugas atau
kegiatan fisik secara lebih baik.
 KESEHATAN JASMANI
Pengertian kesehatan jasmani yaitu kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya
dalam batas fisiologi terhadap keadaan lingkungan dan atau kerja fisik yang cukup efisien tanpa lelah
secara berlebihan
LATIHAN & PENGUKURAN KESIAPSIAGAAN JASMASNI
Tujuan : Meningkatkan volume oksigen (VO2max) dalam tubuh agar dapat dimanfaatkan untuk
merangsang kerja jantung dan paru-paru, guna mencapai tingkat kesegaran fisik pada kategori baik
sehingga siap dan siaga dalam melaksanakan setiap aktivitas sehari-hari.
CIRI JASMANI SEHAT :
1) Normalnya fungsi alat-alat tubuh, terutama organ vital, misal :
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Frekuensi nafas : 12-18 kali/menit
 Denyut nadi : 60 - 90 kali/menit
 Suhu tubuh antara 360-370C
2) Memiliki energi yang cukup untuk melakukan tugas harian (tidak mudah merasa lelah)
3) Kondisi kulit, rambut, kuku sehat (gambaran tingkat nutrisi tubuh)
4) Memiliki pemikiran yang tajam (otak bekerja baik)
GANGGUAN KESEHATAN JASMANI :
1) Psikomatis : faktor psikologis
2) Penyakit “orang kantoran
 KESIAPSIAGAAN MENTAL
Adalah kesiapsiagaan seseorang dengan dan proses menyesuaikan diri terhadap berbagai
mental/jiwa (kedewasaan) nya, baik tuntutan dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar.
KARAKTER KESIAPSIAGAAN MENTAL BAIK :
 Berperilaku menurut norma-norma sosial yang diakui, sikap perilaku tersebut digunakan
untuk menuntun tingkah lakunya;
 Mengelola emosi dengan baik;
 Mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki secara optimal;
 Menegnali resiko dari setiap perbuatan;
 Menunda keinginan sesaat untuk mencapai tujuan jangka panjang; dan
 Menjadikan pengalaman (langsung atau tidak langsung) sebagai guru terbaik.
tujuan jangka panjang; dan Adalah kemampuan emosional yang meliputi : sadar akan
kemampuan emosi diri sendiri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri,
kemampuan empati terhadap perasaan orang lain, dan pandai menjalin hubungan dengan
orang lain.
 KESEHATAN MENTAL
Adalah sistem kendali diri yang bagus sebagai wujud dari kinerja sistem limbik (cenderung ke
emosi) dan sistem cortex prefrontalis (cenderung rasional) yang tepat.
KESEHATAN BERPIKIR :
1) Kesehatan Mental berkaitan dgn kemampuan berpikir.
2) Berpikir sehat, kemampuan menggunakan logika dan rasionalitas
3) kesalahan berpikir :
 Berpikir ‘ya’ atau ‘tidak’
 Generalisasi berlebihan
 Magnifikasi-minimisasi
 Alasan emosional
 Memberi label
TANDA KESEHATAN MENTAL Adalah KENDALI DIRI, yaitu kemampuan manusia untuk selalu
dapat berpikir sehat dalam kondisi apapun (sistem cortex prefrontalis kendalikan sistem limbik).
Pengertian Stress : Ketidakmampuan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang
terjadi pada dirinya maupun terhadap lingkungannya atau respon tidak spesifik dari tubuh atas pelbagai
hal yang dikenai pada dirinya.
 BELA NEGARA
AKSI NASIONAL BELA NEGARA:
Adalah sinergi setiap warga negara guna mengatasi segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan
tantangan dengan berlandaskan pada nila-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan negara yang berdaulat,
adil, dan makmur.
NILAI-NILAI BELA NEGARA
1. Cinta tanah air
2. Sadar berbangsa dan bernegara
3. Setia kepada pancasila sebagai ideologi negara
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara
5. Mempunyai kemampuan awal bela negara
COURSE
AGENDA 2
MODUL 1 BERORIENTASI PELAYANAN

Pelayanan publik yang prima dan memenuhi harapan masyarakat merupakan muara dari
Reformasi Birokrasi, sebagaimana tertulis dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang
Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, yang menyatakan bahwa visi Reformasi Birokrasi
adalah pemerintahan berkelas dunia yang ditandai dengan pelayanan publik yang berkualitas.
Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Agus Dwiyanto (2010:21) menawarkan alternatif definisi pelayanan publik sebagai semua
jenis pelayanan untuk menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang memenuhi
kriteria yaitu merupakan jenis barang atau jasa yang memiliki eksternalitas tinggi dan sangat
diperlukan masyarakat serta penyediaannya terkait dengan upaya mewujudkan tujuan bersama yang
tercantum dalam konstitusi maupun dokumen perencanaan pemerintah, baik dalam rangka
memenuhi hak dan kebutuhan dasar warga, mencapai tujuan strategis pemerintah, dan memenuhi
komitmen dunia internasional.
Adapun penyelenggara pelayanan publik menurut UU Pelayanan Publik adalah setiap
institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-
undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk
kegiatan pelayanan publik.
Dalam batasan pengertian tersebut, jelas bahwa Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah
satu dari penyelenggara pelayanan 12 publik, yang kemudian dikuatkan kembali dalam UU Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN), yang menyatakan bahwa salah satu fungsiASN
adalah sebagai pelayan publik.
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU Pelayanan
Publik, yaitu: a. kepentingan umum; b. kepastian hukum; c. kesamaan hak; d. keseimbangan hak dan
kewajiban; e. keprofesionalan; f. partisipatif; g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif; h.
keterbukaan; i. akuntabilitas; j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan; k. ketepatan
waktu; dan l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Berbagai literatur administrasi publik menyebut bahwa prinsip pelayanan publik yang baik
adalah: a. Partisipatif Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan masyarakat,
pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
hasilnya.
Transparan Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai penyelenggara
pelayanan publik harus menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui segala hal yang
terkait dengan pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut, seperti persyaratan, prosedur, biaya,
dan sejenisnya.
Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan, akan
tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya
penyelenggaraan pelayanan.
Penyelenggaraan pelayanan publik di mana masyarakat harus memenuhi berbagai
persyaratan dan membayar biaya untuk memperoleh layanan yang mereka butuhkan, harus
diterapkan prinsip mudah, artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akal dan
mudah untuk dipenuhi.
Efektif dan Efisien Penyelenggaraan pelayanan publik harus mampu mewujudkan tujuan-
tujuan yang hendak dicapainya (untuk melaksanakan mandat konstitusi dan mencapai tujuan- tujuan
strategis negara dalam jangka panjang) dan cara mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan
prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah.
Aksesibel Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat dijangkau
oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik (dekat, terjangkau dengan kendaraan publik,
mudah dilihat, gampang ditemukan, dan lain-lain) dan dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang
terkait dengan biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkan
layanan tersebut.
Dari penjelasan di atas, kita dapat mengetahui bahwa terdapat tiga unsur penting dalam
pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu 1) penyelenggara pelayanan publik yaitu
ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat, dan 3)
kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.
Birokrasi lebih banyak berkonotasi dengan citra negatif seperti rendahnya kualitas pelayanan
publik, berperilaku korup, kolutif dan nepotis, masih rendahnya profesionalisme dan etos kerja,
mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat dalam pengurusan pelayanan publik, proses
pelayanan yang berbelit-belit, hingga muncul jargon “KALAU BISA DIPERSULIT KENAPA
DIPERMUDAH”.
Selama ini permasalahan penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia sangat berkaitan
erat dengan proses pelayanan publik yang diberikan oleh penyelenggara, baik dari sisi prosedur,
persyaratan, waktu, biaya dan fasilitas pelayanan, yang dirasakan masih belum memadai dan jauh
dari harapan masyarakat.
Apabila dikaitkan dengan tugas ASN dalam melayani masyarakat, pelayanan yang
berorientasi pada customer satisfaction adalah wujud pelayanan yang terbaik kepada masyarakat atau
dikenal dengan sebutan pelayanan prima.
Terdapat enam elemen untuk menghasilkan pelayanan publik yang berkualitas yaitu: a.
Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk membangun pelayanan yang berkualitas; b.
Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan masyarakat; c. Penerapan dan penyesuaian
Standar Pelayanan di dalam penyelenggaraan pelayanan publik; d. Memberikan perlindungan bagi
internal pegawai, serta menindaklanjuti pengaduan masyarakat; e. Pengembangan kompetensi SDM,
jaminan keamanan dan keselamatan kerja, fleksibilitas kerja, penyediaan infrastruktur teknologi
informasi dan sarana prasarana; dan f. Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
kinerja penyelenggara pelayanan publik.
Berkaitan dengan hal tersebut, Kementerian PANRB telah melahirkan beberapa produk
kebijakan pelayanan publik sebagai 19 wujud pelaksanaan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik, diantaranya adalah: a. penerapan Standar Pelayanan dan Maklumat
Pelayanan; b. tindak lanjut dan upaya perbaikan melalui kegiatan Survei Kepuasan Masyarakat; c.
profesionalisme SDM; d. pengembangan Sistem Informasi Pelayanan Publik (SIPP) untuk memberikan
akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat; e. mendorong integrasi layanan publik dalam satu
gedung melalui Mal Pelayanan Publik; f. merealisasikan kebijakan “no wrong door policy” melalui
Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional (SP4N-LAPOR!);
g. penilaian kinerja unit penyelenggara pelayanan publik melalui Evaluasi Pelayanan Publik
sehingga diperoleh gambaran tentang kondisi kinerja penyelenggaraan pelayanan publik untuk
kemudian dilakukan perbaikan; h. kegiatan dialog, diskusi pertukaran opini secara partisipatif antara
penyelenggara layanan publik dengan masyarakat untuk membahas rancangan kebijakan, penerapan
kebijakan, dampak kebijakan, ataupun permasalahan terkait pelayanan publik melalui kegiatan
Forum Konsultasi Publik; dan i. terobosan perbaikan pelayanan publik melalui Inovasi Pelayanan
Publik.
Untuk menjalankan fungsi tersebut, pegawai ASN bertugas untuk: a. melaksanakan kebijakan
publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan c.
mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 34 UU Pelayanan Publik juga secara jelas mengatur mengenai bagaimana perilaku
pelaksana pelayanan publik, termasuk ASN, dalam menyelenggarakan pelayanan publik, yaitu: a. adil
dan tidak diskriminatif; b. cermat; c. santun dan ramah; d. tegas, andal, dan tidak memberikanputusan
yang berlarut-larut; e. profesional; f. tidak mempersulit; g. patuh pada perintah atasan yang sah dan
wajar; h. menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi penyelenggara; 23 i. tidak
membocorkan informasi atau dokumen yang wajib dirahasiakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan; j. terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari benturan kepentingan; k.
tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan publik; l. tidak memberikan
informasi yang salah atau menyesatkan dalam menanggapi permintaan informasi serta proaktif
dalam memenuhi kepentingan masyarakat; m. tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau
kewenangan yang dimiliki; n. sesuai dengan kepantasan; dan o. tidak menyimpang dari prosedur.
Oleh karena tugas pelayanan publik yang sangat erat kaitannya dengan pegawai ASN,
sangatlah penting untuk memastikan bahwa ASN mengedepankan nilai Berorientasi Pelayanan
dalam pelaksanaan tugasnya, dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen memberikan
pelayanan prima demi kepuasan masyarakat.
Berorientasi Pelayanan sebagai nilai dan menjadi dasar pembentukan budaya pelayanan tentu
tidak akan dengan mudah dapat dilaksanakan tanpa dilandasi oleh perubahan pola pikir ASN,
didukung dengan semangat penyederhanaan birokrasi yang bermakna penyederhanaan sistem,
penyederhanaan proses bisnis dan juga transformasi menuju pelayanan berbasis digital.
Dalam contoh negatif yang sudah/sedang terjadi, misalnya dalam hal pelayanan dasar, yaitu
pelayanan di bidang pendidikan oleh guru-guru yang tidak berorientasi pelayanan dan tidak memiliki
kompetensi memadai, akan menghasilkan murid-murid yang kualitasnya juga kurang memadai,
sehingga angkatan kerja yang dihasilkan akan sulit bersaing dengan talenta global lainnya dalam
upaya untuk mengangkat kesejahteraan dirinya maupun bagi pembangunan bangsa dan negara.
Ke depan, diharapkan nilai berorientasi pelayanan tersebut dapat menjadi paradigma ASN
dalam melaksanakan tugas fungsi jabatannya termasuk dalam tugas pelayanan, agar mendasari
bagaimana ASN bersikap dan berperilaku, yang secara langsung akan berdampak pada tujuan unit
kerja pada khususnya, dan cita-cita organisasi pada umumnya yakni menghasilkan birokrasi yang
profesional.
Rangkuman Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu
1) penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat,
stakeholders, atau sektor privat, dan 3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima
layanan.
Untuk menjalankan fungsi tersebut, pegawai ASN bertugas untuk: a. melaksanakan kebijakan
publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; 30 b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan c.
mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Oleh karena tugas pelayanan publik yang sangat erat kaitannya dengan pegawai ASN,
sangatlah penting untuk memastikan bahwa ASN mengedepankan nilai Berorientasi Pelayanan
dalam pelaksanaan tugasnya, yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen memberikan
pelayanan prima demi kepuasan masyarakat.
Secara sederhana, definisi pelayanan publik berdasarkan Agus Dwiyanto adalah a. Semua
jenis pelayanan untuk menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang memenuhi
kriteria yaitu merupakan jenis barang atau jasa b. Pelayanan yang dirasakan melalui loket-loket
pelayanan c. Sumber daya air dan sumber daya mineral yang dikelola oleh Negara/pemerintah d.
Perintah pimpinan/atasan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat pada jam-jam pelayanan
6.
“Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik
harus menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan
pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut, seperti persyaratan, prosedur, biaya, dan
sejenisnya” adalah prinsip dari : a. Responsif b. Transparan c. Efektif dan efisien d. Tidak
diskriminatif 10.
Panduan Perilaku Berorientasi Pelayanan Sebagaimana kita ketahui, ASN sebagai suatu
profesi berlandaskan pada prinsip sebagai berikut: a. nilai dasar; b. kode etik dan kode perilaku; c.
komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik; d. kompetensi yang
diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e. kualifikasi akademik; f. jaminan perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugas; dan g. profesionalitas jabatan.
Penjabaran berikut ini akan mengulas mengenai panduan perilaku/kode etik dari nilai
Berorientasi Pelayanan sebagai pedoman bagi para ASN dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, yaitu:
a. Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan
dengan panduan perilaku Berorientasi Pelayanan yang pertama ini diantaranya: 1) mengabdi kepada
negara dan rakyat Indonesia; 2) menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak; 3)
membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian; dan 4) menghargai komunikasi, konsultasi, dan
kerja sama.
Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan akan
tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya
penyelenggaraan pelayana
Adapun beberapa Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku
Berorientasi Pelayanan yang kedua ini diantaranya: 1) memelihara dan menjunjung tinggi standar
etika yang luhur; 2) memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah;
dan 3) memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna,
berhasil guna, dan santun.
Djamaludin Ancok dkk (2014) memberi ilustrasi bahwa perilaku yang semestinya
ditampilkan untuk memberikan layanan prima adalah: 1) Menyapa dan memberi salam; 2) Ramahdan
senyum manis; 3) Cepat dan tepat waktu; 4) Mendengar dengan sabar dan aktif; 5) Penampilan yang
rapi dan bangga akan penampilan; 6) Terangkan apa yang Saudara lakukan; 7) Jangan lupa
mengucapkan terima kasih; 8) Perlakukan teman sekerja seperti pelanggan; dan 9) Mengingat nama
pelanggan.
Dengan penjabaran tersebut, pegawai ASN dituntut untuk memberikan pelayanan dengan
ramah, ditandai senyum, menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapi; cekatan ditandai
dengan cepat dan tepat waktu; solutif 39 ditandai dengan mampu memberikan kemudahan bagi
masyarakat untuk memilih layanan yang tersedia; dan dapat diandalkan ditandai dengan mampu,
akan dan pasti menyelesaikan tugas yang mereka terima atau pelayanan yang diberikan.
Tidak hanya itu saja, karena kondisi sosial ekonomi yang terus membaik, masyarakat pun
terus menerus menuntut standard pelayanan yang semakin tinggi dan semakin responsif terhadap
kemampuan dan kebutuhan yang beragam.
Ke depan, citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku melayani dengan
senyum, menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapih; melayani dengan cepat dan tepat
waktu; melayani dengan memberikan kemudahan bagi 40 Anda untuk memilih layanan yang
tersedia; serta melayani dengan dengan kemampuan, keinginan dan tekad memberikan pelayanan
yang prima.
Dalam Richard L. Daft dalam Tita Maria Kanita (2010: 8), “demikian juga halnya inovasi
dalam layanan publik mestinya mencerminkan hasil pemikiran baru yang konstruktif, sehingga akan
memotivasi setiap individu untuk membangun karakter dan mind-set baru sebagai apartur
penyelenggara pemerintahan, yang diwujudkan dalam bentuk profesionalisme layanan publik yang
berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin”.
Pada praktiknya, penyelenggaraan pelayanan publik menghadapi berbagai hambatan dan
tantangan, yang dapat berasal dari eksternal seperti kondisi geografis yang sulit, infrastruktur yang
belum memadai, termasuk dari sisi masyarakat itu sendiri baik yang tinggal di pedalaman dengan
adat kebiasaan atau sikap masyarakat yang kolot, ataupun yang tinggal di perkotaan dengan
kebutuhan yang dinamis dan senantiasa berubah.
Tantangan yang berasal dari internal penyelenggara pelayanan publik dapat berupa anggaran
yang terbatas, kurangnya jumlah SDM yang berkompeten, termasuk belum terbangunnya sistem
pelayanan yang baik.
Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta memenangkan persaingan di era digital
yang dinamis, diperlukan akselerasi dan upaya luar biasa (keluar dari rutinitas dan business as usual)
agar tercipta breakthrough atau terobosan, yaitu perubahan tradisi, pola, dan cara dalam pemberian
pelayanan publik.
Dengan kata lain, inovasi pelayanan publik tidak harus berupa suatu penemuan baru (dari
tidak ada kemudian muncul gagasan dan praktik inovasi), tetapi dapat merupakan suatu pendekatan
baru yang bersifat kontekstual berupa hasil perluasan maupun peningkatan kualitas inovasi yang
sudah ada.
Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan akan
tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya
penyelenggaraan pelayanan.
Citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku melayani dengan senyum,
menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapih; melayani dengan cepat dan tepat waktu;
melayani dengan memberikan kemudahan bagi Anda untuk memilih layanan yang tersedia; serta
melayani dengan dengan kemampuan, keinginan dan tekad memberikan pelayanan yang prima.
Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta memenangkan persaingan di era digital
yang dinamis, diperlukan akselerasi dan upaya luar biasa (keluar dari rutinitas dan business as usual)
agar tercipta breakthrough atau terobosan, yaitu perubahan tradisi, pola, dan cara dalam pemberian
pelayanan publik.
Pengertian masyarakat dalam Undang-Undang Nomor 25/2009 tentang Pelayanan Publik
adalah : a. seluruh pihak, baik warga negara maupun penduduk sebagai orang-perseorangan,
kelompok, maupun badan hukum yang berkedudukan sebagai penerima manfaat pelayanan publik,
baik secara langsung maupun tidak langsung b. warga negara Indonesia sebagai orang-
perseorangan, kelompok, maupun badan hukum yang berkedudukan 49 sebagai penerima manfaat
pelayanan publik, baik secara langsung maupun tidak langsung c. seluruh pihak, baik warga negara
maupun penduduk sebagai orang-perseorangan, kelompok, maupun badan hukum yang
berkedudukan sebagai penerima manfaat pelayanan publik secara langsung d. warga negara
Indonesia sebagai orang-perseorangan, kelompok, maupun badan hukum yang berkedudukan sebagai
penerima manfaat pelayanan publik secara langsung
Seorang ASN diharapkan dapat diandalkan untuk memberikan pelayanan prima yang
dicontohkan dengan : a. Melakukan pelayanan maksimal sesuai dengan tugas fungsinya b.
Melakukan pelayanan maksimal untuk kepuasan masyarakat meskipun dengan menyerobot tugas
fungsi rekan yang lain c. Melakukan pelayanan maksimal jika diminta oleh atasan/pimpinan d.
Melakukan pelayanan terbaik jika akan dilakukan evaluasi eksternal
Memberikan layanan melebihi harapan customer ditunjukkan dengan : a. meningkatkan mutu
layanan dan tidak boleh berhenti ketika kebutuhan customer sudah dapat terpenuhi b. Selalu
menanyakan dan melakukan survey kepuasan masyarakat c. Mencari tahu ekspektasi customer di
masa yang akan datang tentang layanan apa yang diharapkan d. Menunggu perintah atasan terkait
terobosan baru
Tujuan utama dari Nilai Dasar ASN adalah : a. Menjadi dasar pembentukan peraturan
internal tentang kewajiban masuk kerja b. Menjadi pedoman perilaku bagi para ASN dan
menciptakan budaya kerja yang mendukung tercapainya kinerja terbaik c. Menjadi pertimbangan
pimpinan unit kerja dalam menentukan rekanan dalam proyek strategis d. Menjadi instrumen
pengukuran kinerja ASN oleh masyarakat.
AGENDA 2
MODUL 2 AKUNTABEL

UU No.25/2009 – Layanan Publik


Pasal 4 menyebutkan Asas Pelayanan Publik yang meliputi:
a. kepentingan Umum,
b. kepastian hukum,
c. kesamaan hak,
d. keseimbangan hak dan kewajiban,
e. keprofesionalan,
f. partisipatif,
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif
h. keterbukaan,
i. akuntabilitas,
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan,
k. ketepatan waktu, dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat. Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan,
lembaga pembina, dan lebih luasnyakepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017)
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu: 1.Untuk menyediakan
kontrol demokratis (peran demokrasi); 2.untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
(peran konstitusional); 3.untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peranbelajar).
Tingkatan Akuntabilitas
1. Akuntabilitas Personal
2. Akuntabilitas Individu
3. Akuntabilitas Kelompok
4. Akuntabilitas Organisasi
5. Akuntabilitas Stakeholder
Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak menjadi landasan
dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara (Matsiliza dan Zonke, 2017). Kedua prinsip tersebut
harus dipegang teguh oleh semua unsur pemerintahan dalam memberikan layanan kepada masyarakat.
Aulich (2011) bahkan mengatakan bahwa sebuah sistem yang memiliki integritas yang baik akan
mendorong terciptanya Akuntabilitas, Integritas itu sendiri, dan Transparansi
Bangsa besar adalah bangsa yang meneladani integritas para tokoh bangsanya. Setidaknya, mereka
membuktikan bahwa negeri ini pernah memiliki pemimpinpemimpin yang amanah, jujur, sederhana,
dan sangat bertanggung jawab. Mereka adalah fakta bahwa bangsa kita tidaklah memiliki budaya
korupsi sejak lama. Dari mereka, kita bisa optimistis, menjadi pribadi berintegritas dan amanah
bukanlah kemustahilan bagi kita. Siapakah para tokoh bangsa yang dapat kita jadikan sebagai role
modelberintegritas
Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme
akuntabilitas harus mengandung dimensi:
• Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity and legality).
• Akuntabilitas proses (process accountability).
• Akuntabilitas program (program accountability).
• Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)
Dalam rangka Menciptakan Lingkungan Akuntabel diperlukan hal-hal sebagai berikut :
1. Kepemimpinan
2. Transparansi
3. Integritas
4. Tanggung Jawab (Responsibilitas)
5. Keadilan
6. Kepercayaan
7. Keseimbangan
8. Kejelasan
9. Konsistensi
5 Langkah Membuat Framework Akuntabilitas
1. Tentukan tujuan dan tanggung jawab
2. Rencanakan apa yang akan dicapai untuk mencapai tujuan
3. Lakukan implementasi monitoring tujuan
4. Berikan laporan secara lengkap
5. Berikan evaluasi masukan dan perbaikan
2 Tipe Konflik Kepentingan
1. Keuangan
Penggunaan sumber daya lembaga (termasuk dana, peralatan atau sumber daya aparatur) untuk
keuntungan pribadi.
2. Non-Keuangan
Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri dan / atau orang lain.
Gratifikasi merupakan salah satu bentuk tindak pidana korupsi.
Menurut Matsilizanilai integritas adalah nilai yang dapat mengikat setiap unsur pelayan publik
secara moral dalam membentengi institusi, dalam hal ini lembaga ataupun negara, dari tindakan
pelanggaran etik dan koruptif yang berpotensi merusak kepercayaan masyarakat. | 3. Panduan
Perilaku Akuntabel Impian kita semua untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan, yaitu Indonesia
yang adi
Membangun Pola Pikir Antikorupsi antara lain :
 ASN harus dapat memastikan kepentingan pribadi atau keuangan tidak bertentangan dengan
kemampuan mereka untuk melakukan tugas- tugas resmi mereka dengan tidak memihak;
 Ketika konflik kepentingan yang timbul antara kinerja tugas publik dan kepentingan pribadi
atau personal, maka PNS dapat berhati-hati untuk kepentingan umum;
 ASN memahami bahwa konflik kepentingan sebenarnya, dianggap ada atau berpotensi ada di
masa depan. Situasi yang dapat menimbulkan konflik kepentingan, meliputi:
Hubungan dengan orang-orang yang berurusan dengan lembaga-lembaga yang melampaui
tingkat hubungan kerja profesional;
Menggunakan keuangan organisasi dengan bunga secara pribadi atau yang berurusan
dengan kerabat seperti:
Memiliki saham atau kepentingan lain yang dimiliki oleh ASN di suatu perusahaan atau
bisnis secara langsung, atau sebagai anggota dari perusahaan lain atau kemitraan, atau
melalui kepercayaan;
memiliki pekerjaan diluar, termasuk peran sukarela, janji atau direktur, apakah dibayar
atau tidak; dan o menerima hadiah atau manfaat.
 Jika konflik muncul, ASN dapat melaporkan kepada pimpinan secara tertulis, untuk
mendapatkan bimbingan mengenai cara terbaik dalam mengelola situasi secara tepat; • ASN
dapat menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.ASN
harus dapat memastikan kepentingan pribadi atau keuangan tidak bertentangan dengan
kemampuan mereka untuk melakukan tugas- tugas resmi mereka dengan tidak memihak;
 Ketika konflik kepentingan yang timbul antara kinerja tugas publik dan kepentingan pribadi
atau personal, maka PNS dapat berhati-hati untuk kepentingan umum;
 ASN memahami bahwa konflik kepentingan sebenarnya, dianggap ada atau berpotensi ada di
masa depan. Situasi yang dapat menimbulkan konflik kepentingan, meliputi:
Hubungan dengan orang-orang yang berurusan dengan lembaga-lembaga yang melampaui
tingkat hubungan kerja profesional;
Menggunakan keuangan organisasi dengan bunga secara pribadi atau yang berurusan
dengan kerabat seperti:
Memiliki saham atau kepentingan lain yang dimiliki oleh ASN di suatu perusahaan atau
bisnis secara langsung, atau sebagai anggota dari perusahaan lain atau kemitraan, atau
melalui kepercayaan;
memiliki pekerjaan diluar, termasuk peran sukarela, janji atau direktur, apakah dibayar
atau tidak; dan
menerima hadiah atau manfaat.
 Jika konflik muncul, ASN dapat melaporkan kepada pimpinan secara tertulis, untuk
mendapatkan bimbingan mengenai cara terbaik dalam mengelola situasi secara tepat;
 ASN dapat menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
Prinsip Kerterbukaan Informasi Publik meliputi :
1. Maximum Access Limited Exemption (MALE) Pada prinsipnya semua informasi bersifat
terbuka dan bisa diakses masyarakat.
2. Permintaan Tidak Perlu Disertai Alasan. Akses terhadap informasi merupakan hak setiap
orang. Konsekuensi dari rumusan ini adalah setiap orang bisa mengakses informasi tanpa
harus disertai alasan untuk apa informasi tersebut diperlukan.
3. Mekanisme yang Sederhana, Murah, dan Cepat Nilai dan daya guna suatu informasi
sangat ditentukan oleh konteks waktu.
4. Informasi Harus Utuh dan Benar
5. Informasi Proaktif
6. Perlindungan Pejabat yang Beritikad Baik
Perilaku Berkaitan dengan Transparansi dan Akses Informasi (Transparency and
Official Information Access)
 ASN tidak akan mengungkapkan informasi resmi atau dokumen yang diperoleh selain
seperti yang dipersyaratkan oleh hukum atau otorisas yang diberikan oleh institusi;
 ASN tidak akan menyalahgunakan informasi resmi untuk keuntungan pribadi atau
komersial untuk diri mereka sendiri atau yang lain. Penyalahgunaan informasi resmi
termasuk spekulasi saham berdasarkan informasi rahasia dan mengungkapkan isi dari surat-
surat resmi untuk orang yang tidak berwenang;
 ASN akan mematuhi persyaratan legislatif, kebijakan setiap instansi dan semua arahan
yang sah lainnya mengenai komunikasi dengan menteri, staf menteri, anggota media dan
masyarakat pada umumnya.
Pada umumnya fraud terjadi karena tiga hal yang dapat terjadi secara bersamaan,
yaitu:
1. Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud.
2. Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan fraud
3. Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan fraud
Perilaku berkaitan dengan menghindari perilaku yang curang dan koruptif (Fraudulent
and Corrupt Behaviour):
 ASN tidak akan terlibat dalam penipuan atau korupsi;
 ASN dilarang untuk melakukan penipuan yang menyebabkan kerugian keuangan aktual
atau potensial untuk setiap orang atau institusinya;
 ASN dilarang berbuat curang dalam menggunakan posisi dan kewenangan mereka untuk
keuntungan pribadinya;
 ASN akan melaporkan setiap perilaku curang atau korup;
 ASN akan melaporkan setiap pelanggaran kode etik badan mereka;
 ASN akan memahami dan menerapkan kerangka akuntabilitas yang berlaku di sektor
publik.
Perilaku berkaitan dengan Penyimpanan dan Penggunaan Data serta Informasi
Pemerintah (Record Keeping and Use of Government Information):
 ASN bertindak dan mengambil keputusan secara transparan;
 ASN menjamin penyimpanan informasi yang bersifat rahasia; • ASN mematuhi
perencanaan yang telah ditetapkan;
 ASN diperbolehkan berbagi informasi untuk mendorong efisiensi dan kreativitas; • ASN
menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
 ASN memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
 ASN tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau
untuk orang lain.
AGENDA 2
MODUL 3 KOMPETEN

Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis, karakter dan tuntutan
keahlian baru. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu, sesuai kecenderungan
kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja organisasi
lebih lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi itu sendiri.
Perilaku ASN untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai berikut:
a. Berorientasi Pelayanan:
a) Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b) Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
c) Melakukan perbaikan tiada henti.
b. Akuntabel:
a) Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas
tinggi;
b) Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efesien.
c. Kompeten:
a) Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang selalu berubah;
b) Membantu orang lain belajar; c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
d. Harmonis:
a) Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;
b) Suka mendorong orang lain;
c) Membangun lingkungan kerja yang kondusif
e. Loyal:
a) Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintahan yang sah;
b) Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan negara; c. Menjaga rahasia jabatan
dan negara.
f. Adaptif:
a) Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b) Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;
c) Bertindak proaktif.
g. Kolaboratif:
a) Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
b) Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama nilai tambah;
c) Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama.

Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek pengelolaan ASN harus
memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak boleh ada perlakuan yang
diskriminatif, seperti hubungan agama, kesukuan atau aspek-aspek primodial lainnya yang bersifat
subyektif. Pembangunan Apartur sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2020-2024, diharapkan menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia (world class
bureaucracy), yang dicirikan dengan beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang semakin berkualitas
dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap
relevan bagi ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan
karakterisktik tersebut meliputi: integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan
Bahasa asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship.
Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku kompetensi
meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN,
kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan;
2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati,
diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3) Kompetensi
Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur,
dan dikembangkan terkait dengan pengalaman
berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan
kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang
Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan. Pendekatan
pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal dan non-klasikal, baik untuk kompetensi teknis,
manajerial, dan sosial kultural. Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20
(dua puluh) Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran bagi
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Dalam menentukan pendekatan
pengembangan talenta ASN ditentukan dengan peta nine box pengembangan, dimana kebutuhan
pengembangan pegawai, sesuai dengan hasil pemetaan pegawai dalam nine box tersebut.
AGENDA 2
MODUL 4 HARMONIS

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau. Nama alternatif
yang biasa dipakai adalah Nusantara. Dengan populasi mencapai 270.203.917 jiwa pada tahun
2020, Indonesia menjadi negara berpenduduk terbesar keempat di dunia. Indonesia juga dikenal
karena kekayaan sumber daya alam, hayati, suku bangsa dan budaya nya. Kekayaan sumber daya
alam berupa mineral dan tambang, kekayaan hutan tropis dan kekayaan dari lautan diseluruh
Indonesia.
A. Nasionalisme Kebangsaan
a. Perspektif modernis melihat bahwa bangsa merupakan hasil dari modernisasi dan
rasionalisasi seperti di contohkan dalam Negara Birokratis, ekonomi industry, dan konsep
sekuler tentang otonomi manusia.
b. Aliran Primordialis dengan tokohnya Clifford Geertz (1963) melihat bahwa bangsa
merupakan sebuah pemberian historis, yang terus hadir dalam sejarah manusia dan
memperlihatkan kekuatan inheren pada masa lalu dan generasi masa kini.
c. Perspektif perenialis dengan tokohnya Adrian Hastings (1997) melihat bahwa bangsa bisa
ditemukan di pelbagai zaman sebelum periode modern. Dengan demikian, dalam perspektif
primordialis dan perspektif modernis, bangsa modern bukanlah sesuatu yang baru, karena
dia muncul sebagai kelanjutan dari periode sebelumnya.
d. Aliran etnosimbolis, seperti ditunjukkan dalam karya John Amstrong (1982) dan Anthony
Smith (1986)‘ aliran ini mencoba menggabung ketiga pendekatan tersebut diatas. Aliran
etnosimbolis melihat bahwa kelahiran bangsa pasca abad ke-18, merupakan sebuah spesies
baru dari kelompok etnis yang pembentukannya harus dimengerti dalam jangka panjang.
B. Potensi dan Tantangan dalam Keanekaragaman
a. Konflik antarsuku yaitu pertentangan antara suku yang satu dengan suku yang lain.
Perbedaan suku seringkali juga memiliki perbedaan adat istiadat, budaya, sistem
kekerabatan, norma sosial dalam masyarakat. Pemahaman yang keliru terhadap perbedaan
ini dapat menimbulkan konflik dalam masyarakat.
b. Konflik antaragama yaitu pertentangan antarkelompok yang memiliki keyakinan atau
agama berbeda. Konflik ini bisa terjadi antara agama yang satu dengan agama yang lain,
atau antara kelompok dalam agama tertentu.
c. Konflik antarras yaitu pertentangan antara ras yang satu dengan ras yang lain. Pertentangan
ini dapat disebabkan sikap rasialis yaitu memperlakukan orang berbeda-beda berdasarkan
ras.
d. Konflik antargolongan yaitu pertentangan antar kelompok dalam masyarakat atau golongan
dalam masyarakat. Golongan atau kelompok dalam masyarakat dapat dibedakan atas dasar
pekerjaan, partai politik, asal daerah, dan sebagainya.
C. Dampak Konflik
a. Suasana Bekerja dan Lingkungan Tidak Nyaman
b. Pekerjaan terbengkalai
c. Kinerja Buruk
d. Layanan Kepada Masyarakat Tidak optimal
D. Pentingnya Suasana Harmonis
Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu tenang,
menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama,
meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan. Dasar-dasar
penegakan nilai Etika ASN :
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang sejauh
tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugas
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
E. Etika ASN sebagai Individu, dalam Organisasi, dan Masyarakat
a. Perubahan Mindset •
a) Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;
b) Kedua, merubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’;
c) Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah, yang harus dipertanggung
jawabkan bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.
b. Sikap perilaku ini bisa ditunjukkan dengan:
a) Toleransi , Empati, Keterbukaan terhadap perbedaan
F. Upaya Mewujudkan Suasana Harmonis
Secara umum, menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11 tentang ASN, tugas
pegawai ASN adalah sebagai berikut. a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan b.
Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas c. Mempererat persatuan dan
kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
G. Peran ASN Harmonis
a. Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral dan adil. Netral dalam artian
tidak memihak kepada salah satu kelompok atau golongan yang ada. Adil, berarti PNS
dalam melaksanakna tugasnya tidak boleh berlaku diskriminatif dan harus obyektif, jujur,
transparan.
b. PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok kelompok minoritas, dengan tidak
membuat kebijakan, peraturan yang mendiskriminasi keberadaan kelompok tersebut.
c. PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan
d. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus memiliki suka menolong baik
kepada pengguna layanan, juga membantu kolega PNS lainnya yang membutuhkan
pertolongan
e. PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.
AGENDA 2
MODUL 5 LOYAL

Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan
ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), pemerintah telah
meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga
Melayani Bangsa). Nilai “Loyal” dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core values
yang harus dimiliki dan diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN dikarenakan oleh faktor
penyebab internal dan eksternal. Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis
yaitu “Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal
dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur
loyalitas pegawainya, antara lain:
a. Taat pada Peraturan.
b. Bekerja dengan Integritas
c. Tanggung Jawab pada Organisasi
d. Kemauan untuk Bekerja Sama.
e. Rasa Memiliki yang Tinggi
f. Hubungan Antar Pribadi
g. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
h. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
i. Menjadi teladan bagi Pegawai lain
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai bahwa
setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan
perilaku:
a. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah.
b. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk
mengaktualisasikan panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen,
dedikasi, kontribusi, nasionalisme dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi
“KoDeKoNasAb”.
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai terhadap organisasi,
hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:
a. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
b. Meningkatkan Kesejahteraan
c. Memenuhi Kebutuhan Rohani
d. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
e. Melakukan Evaluasi secara Berkala
Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat
pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan
sendiri, seseorang atau golongan sebagai wujud loyalitasnya terhadap bangsa dan negara. Agar para
ASN mampu menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan lainnya dibutuhkan
langkah-langkah konkrit, diantaranya melalui pemantapan Wawasan Kebangsaan. Selain
memantapkan Wawasan Kebangsaan, sikap loyal seorang ASN dapat dibangun dengan cara terus
meningkatkan nasionalismenya kepada bangsa dan negara.
AGENDA 2
MODUL 6 ADAPTIF

Diharapkan setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan :

 Memahami pentingnya mengapa nilai-nilai adaptif perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan


tugas jabatannya
 Menjelaskan adaptif secara konseptual-teoritis yang terus berinovasi dan antusias dalam
menggerakan serta menghadapi perubahan
 Menjelaskan panduan perilaku (kode etik) adaptif
 Memberikan contoh perilaku dengan cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan, terus
berinovasi dan mengembangkan kreativitas, bertindak proaktif
 Menganalisis kasus atau menilai contoh penerapan adaptif secara tepat
Adaptif adalah suatu proses yang menempatkan manusia yang berupaya mencapai tujuan-tujuan
atau kebutuhan untuk menghadapi lingkungan dan kondisi social yang berubah-ubah agar tetap
bertahan (Robbins:2003)
Batasan pengertian adaptif

 Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan


 Penyesuaian terhadap norma untuk menyalurkan
 Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah
 Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan
 Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan system
 Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah.

Adaptif sebagai nilai dan budaya ASN

Learning Organization (peter senge):

 Pegawainya harus terus mengasah pengetahunnya hingga ke tingkat mahir (personal mastery).
 Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama atau gelombang
yang sama terhadap suat visi atau cita-cita yang akan dicapai bersama (shared vision).
 Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang organisasi ingin
wujudkan (mental model)
 Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk mewujudkan
visinya(team learning)

Pegawainya harus selalu berpikir sistematik, tidak kaca mata kuda atau bermental silo (system
thinking).
Penerapan budaya adaptif

 Dapat mengantisispasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan


 Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah
 Mendorong jiwa kewirausahaan
 Terkait dengan kinerja instansi
 Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra, masyarakat dan
sebagainya
Ciri-ciri individu adaptif :

 Eksperimen orang yang beradaptasi


 Melihat peluang di mana orang lain melihat kegagalan
 Memiliki sumber daya
 Selalu berpikir kedepan
 Tidak mudah mengeluh
 Tidak menyalahkan
 Tidak mencari polularitas
 Memiliki rasa ingin tahu
 Memperhatikan system
 Membuka pikiran
 Memahami apa yang sedang diperjuangkan
AGENDA 2
MODUL 7 KOLABORATIF

Berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa definisi kolaborasi dan collaborative
governance. Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa kolaborasi
adalah “ value generated from an alliance between two or more firms aiming to become more
competitive by developing shared routines”.
Sedangkan Gray (1989) mengungkapkan bahwa : Collaboration is a process though which parties
with different expertise, who see different aspects of a problem, can constructively explore
differences and find novel solutions to problems that would have been more difficult to solve
without the other’s perspective (Gray, 1989).
Irawan (2017) mengungkapkan bahwa “ Collaborative governance “sebagai sebuah proses yang
melibatkan norma bersama dan interaksi saling menguntungkan antar aktor governance .
A governing arrangement where one or more public agencies directly engage non-state
stakeholders in a collective decision-making process that is formal, consensus-oriented, and
deliberative and that aims to make or implement public policy or manage public programs or assets.
Ansen dan gash (2012).
“A governing arrangement where one or more public agencies directly engage non-state
stakeholders in a collective decisionmaking process that is formal, consensus-oriented, and
deliberative and that aims to make or implement public policy or manage public programs or
assets” (Ermaya Suradinata, 1998)
Collaborative Governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik
Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian aktivitas bersama
di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi tanggung jawab dan sumber
daya.
A. Enam Kriteria Penting Untuk Kolaborasi :
a. Forum Yang Diprakarsai Oleh Lembaga Publik Atau Lembaga;
b. Peserta Dalam Forum Termasuk Aktor Nonstate;
c. Peserta Terlibat Langsung Dalam Pengambilan Keputusan Dan Bukan Hanya
'‘Dikonsultasikan’ Oleh Agensi Publik;
d. Forum Secara Resmi Diatur Dan Bertemu Secara Kolektif;
e. Forum Ini Bertujuan Untuk Membuat Keputusan Dengan Konsensus (Bahkan Jika
Konsensus Tidak Tercapai Dalam Praktik); Dan
f. Fokus Kolaborasi Adalah Kebijakan Publik Atau Manajemen
B. Tahapan Dalam Melakukan Assessment Terhadap Tata Kelola Kolaborasi
a. Mengidentifikasi permasalahan dan peluang;
b. Merencanakan aksi kolaborasi; dan
c. Mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi
C. Organisasi yang memiliki collaborative culture indikatornya sebagai berikut:
a. Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi;
b. Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya
yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan mereka;
c. Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan mengambil
risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan);
d. Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas) Setiap
kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
e. Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
f. Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
g. Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan yang
diberikan.
D. Aktivitas Antar Organisasi meliputi :
a. Kerjasama Informal;
b. Perjanjian Bantuan Bersama;
c. Memberikan pelatihan
d. Menerima Pelatihan;
e. Perencanaan Bersama;
f. Menyediakan Peralatan;
g. Menerima Peralatan;
h. Memberikan Bantuan Teknis;
i. Menerima Bantuan Teknis;
j. Memberikan Pengelolaan Hibah; dan
k. Menerima Pengelolaan Hibah.
Proses yang harus dilalui dalam menjalankan kolaborasi adalah :
1) Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi
2) Face tof face Dialogue: melakukan negosiasidan baik dan bersungguh-sungguh;
3) Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan; sharing ownership dalam
proses; serta keterbukaan terkait keuntungan bersama;
4) Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait
permasalahan, serta mengidentifikasi nilai bersama; dan
5) Menetapkan outcome antara.
Factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar Lembaga pemerintah :
1. Kepercayaan,
2. Pembagian kekuasaan,
3. Gaya kepemimpinan,
4. Strategi manajemen
5. Formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien efektif antara entitas public.
Sementara Factor-faktor yang menghambat keberhasilan dalam kolaborasi antar Lembaga
pemerintah yaitu : Ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan pemahaman dalam
kesepakatan kolaborasi dan Dasar hukum kolaborasi juga tidak jelas.
COURSE
AGENDA 3
MODUL 1 SMART ASN

Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan kebutuhan SDM talenta
digital, literasi digital berperan penting untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya
manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka kerja
literasi digital terdiri dari kurikulum digital skill, digital safety, digital culture, dan digital ethics.
Kerangka kurikulum literasi digital ini digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi
kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital.
Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus dijalankan, yaitu:
a. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
b. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektorsektor strategis, baik di pemerintahan,
layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan, perdagangan, sektor
industri, sektor penyiaran.
c. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
d. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
e. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan transformasi
digital dilakukan secepat-cepatnya.
Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana menggunakan komputer
dan keyboard, atau cara melakukan pencarian online. Literasi digital juga mengacu pada
mengajukan pertanyaan tentang sumber informasi itu, kepentingan produsennya, dan cara-cara di
mana ia mewakili dunia; dan memahami bagaimana perkembangan teknologi ini terkait dengan
kekuatan sosial, politik dan ekonomi yang lebih luas. Menurut UNESCO, literasi digital adalah
kemampuan untuk mengakses, mengelola, memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan,
mengevaluasi, dan menciptakan informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk
pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi yang secara
beragam disebut sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi informasi dan literasi media. d.
Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa rata-rata skor indeks
Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran 3,3. Sehingga literasi digital terkait
Indonesia dari kajian, laporan, dan survei harus diperkuat. Penguatan literasi digital ini sesuai
dengan arahan Presiden Joko Widodo. e. Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh
Kominfo, Siberkreasi, dan Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk
mengatasi persoalan terkait percepatan transformasi digital, dalam konteks literasi digital.
Sehingga perlu dirumuskan kurikulum literasi digital yang terbagi atas empat area kompetensi
yaitu:
a. kecakapan digital,
b. budaya digital,
c. etika digital
d. dan keamanan digital.
Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital.
Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi adalah kecakapan
yang paling utama. Padahal literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar
menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi digital juga
banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan proses mediasi
media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017).
Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu
mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan kecakapan dalam
bermedia digital. Etika bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam menyadari,
mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata
kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital meliputi
kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun
wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan,
menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam
kehidupan sehari-hari. Sementara itu, kecakapan bermedia digital meliputi kemampuan individu.
dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta
sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.
A. Dalam Cakap di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:
a. Pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras digital (HP, PC)
b. Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search engine) dalam mencari informasi dan data,
memasukkan kata kunci dan memilah berita benar.
c. Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan media sosial untuk berkomunikasi
dan berinteraksi, mengunduh dan mengganti Settings
d. Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet digital dan ecommerce untuk
memantau keuangan dan bertransaksi secara digital.
B. Dalam Etika di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:
a. Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang berlaku, tata krama, dan etika berinternet
(netiquette)
b. Pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja yang mengandung hoax dan tidak
sejalan, seperti: pornografi, perundungan, dll.
c. Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di ruang digital yang sesuai
dalam kaidah etika digital dan peraturan yang berlaku
d. Pengetahuan dasar bertransaksi secara elektronik dan berdagang di ruang digital yang
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
C. Dalam Budaya di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:
a. Pengetahuan dasar akan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan kehidupan
berbudaya, berbangsa dan berbahasa Indonesia
b. Pengetahuan dasar membedakan informasi mana saja yang tidak sejalan dengan nilai
Pancasila di mesin telusur, seperti perpecahan, radikalisme, dll.
c. Pengetahuan dasar menggunakan Bahasa Indonesia baik dan benar dalam berkomunikasi,
menjunjung nilai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika
d. Pengetahuan dasar yang mendorong perilaku konsumsi sehat, menabung, mencintai produk
dalam negeri dan kegiatan produktif lainnya.
D. Dalam Aman Bermedia Digital perlu adanya penguatan pada:
a. Pengetahuan dasar fitur proteksi perangkat keras (kata sandi, fingerprint) Pengetahuan
dasar memproteksi identitas digital (kata sandi)
b. Pengetahuan dasar dalam mencari informasi dan data yang valid dari sumber yang
terverifikasi dan terpercaya, memahami spam, phishing.
c. Pengetahuan dasar dalam memahami fitur keamanan platform digital dan menyadari
adanya rekam jejak digital dalam memuat konten sosmed
Pengetahuan dasar perlindungan diri atas penipuan (scam) dalam transaksi digital serta
protokol keamanan seperti PIN dan kode otentik.
AGENDA 3
MODUL 2 MANAJEMEN ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi
politik,bersihdaripraktikkorupsi,kolusi,dan nepotisme.
Kedudukan ASN berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014

PNS PPPK
warga Negara Indonesia yang memenuhi
PNS merupakan warga negara Indonesia yang
syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai
perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu
Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat
dalam rangka melaksanakan tugas
pembina kepegawaian untuk menduduki
pemerintahan sesuai dengan kebutuhan
jabatan pemerintahan dan memiliki nomor
Instansi Pemerintah dan ketentuan perundang-
induk pegawai secara nasional
undangan

Fungsi dan Tugas ASN


Pelaksana Kebijakan Perekat dan
Pelayan Publik
Publik Pemersatu Bangsa
“Melaksanakan kebijakan
yang dibuat oleh Pejabat “Memberikan pelayanan “Mempererat persatuan dan
Pembina Kepegawaian sesuai publik yang professional dan kesatuan Negara Kesatuan
dengan ketentuan peraturan berkualitas” Republik Indonesia”
perundangundangan”

Kewajiban ASN meliputi :


a. setia dan taat pada Pancasila, UUD’45, NKRI
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
c. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang
d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
e. Melaksanakan Tugas Kedinasan dengan Penuh Pengabdian, Kejujuran, Kesadaran, dan
Tanggung Jawab
f. Menunjukkan Integritas dan Keteladanan Dalam Sikap, Perilaku, Ucapan Dan Tindakan
Kepada Setiap Orang, Baik di Dalam Maupun di Luar Kedinasan
g. Menyimpan Rahasia Jabatan Dan Hanya Dapat Mengemukakan Rahasia Jabatan Sesuai
Dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan
h. Bersedia Ditempatkan Di Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Kode etik dan kode perilaku ASN:
1) melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab,dan berintegritas tinggi;
2) melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3) melayani dengan sikap hormat,sopan,dan tanpa tekanan;
4) melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
5) melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
etika pemerintahan;
6) menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara;
7) menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab,
efektif,dan efisien;
8) menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
9) memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
10) tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri
atau untuk orang lain;
11) memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN;
dan
12) melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin Pegawai
ASN.

SISTEM MERIT
Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan juga keadilan.
Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaan.
kebutuhan yang berupa transparansi dan jangkauan penginformasian kepasa masyarakat maupun
jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi pemerintah mendapatkan
pegawai yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan misinya.
Pasca recruitment, dalam organisasi berbagai sistem pengelolaan pegawai harus mencerminkan
prinsip merit yang sesungguhnya dimana semua prosesnya didasarkan pada prinsip-prinsip yang
obyektif dan adil bagi pegawai. Jaminan sistem merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan
penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain bad performers mengetahui
dimana kelemahan dan juga diberikan bantuan dari organisasi untuk meningkatkan kinerja.
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen PNS meliputi
penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola
karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,
pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan. Manajemen PPPK meliputi
penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; pengembangan
kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan
perlindungan. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian,
kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara
terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang
dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pejabat Pembina
Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua) tahun terhitung sejak
pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut melanggar
ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat dilakukan
setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki paling lama
5 (lima) tahun. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian
memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan pengawasan
pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri h. Pegawai ASN dapat menjadi pejabat
Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara
dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS. Pegawai ASN berhimpun dalam wadah
korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia
memiliki tujuan: menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan
jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi
pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem
Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar Instansi Pemerintah.
Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari
keberatan dan banding administrative.

Anda mungkin juga menyukai