Anda di halaman 1dari 11

JURNAL

Massive Open Online Course (MOOC) 2024


Febrian, S.E. 198402282023211018

Nama : Febrian, S.E


NIP : 198402282023211018
Instansi : Direktorat Pelaksanaan Pembiayaan Perumahan, Direktorat Jenderal
Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan

A. AGENDA I (SIKAP PERILAKU BELA NEGARA)

1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara


Wawasan Kebangsaan
a. Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia
Sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia membuktikan bahwa para pendiri bangsa (founding
fathers) mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan kelompok atau golongan. Sejak
awal pergerakan nasional, kesepakatan-kesepakatan tentang kebangsaan terus berkembang hinggga
menghasilkan 4 (empat) konsensus dasar yaitu Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan Indonesia sebagai alat pemersatu, identitas, kehormatan dan kebanggaan bersama.
Dari uraian rangkaian sejarah pergerakan Kebangsaan Indonesia yang antara lain: Hari Kebangkitan
Nasional pada tanggal 20 Mei 1908, Hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 dan Hari
Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, terlihat bahwa kekuatan para Tokoh
Pendiri Bangsa ini (founding fathers), yaitu saat menjelang kemerdekaan untuk menyusun suatu
dasar negara. Pemeluk agama yang lebih besar (mayoritas Islam) menunjukan jiwa besarnya untuk
tidak memaksakan kehendaknya. Bunyi Pembukaan (preambule) yang sekarang ini, bukan seperti
yang dikenal sebagai “Piagam Jakarta”. Hal ini juga terjadi karena tokoh-tokoh agama Islam yang
dengan kebesaran hati (legowo) menerimanya. Di samping itu, komitmen dari berbagai elemen
bangsa ini dan para pemimpinnya dari masa ke masa, Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi yang
konsisten berpegang teguh kepada 4 (empat) konsensus dasar, yaitu Pancasila, UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
b. Pengertian Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola kehidupan
berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan kesadaran
terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945,
NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan
negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
c. 4 (empat) Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara
1) Pancasila
Pentingnya kedudukan Pancasila bagi bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, sehingga gagasan dasar yang berisi konsep, prinsip dan nilai yang
terkandung dalam Pancasila harus berisi kebenaran nilai yang tidak asing bagi masyarakat
Indonesia
2) Undang-Undang Dasar 1945
Sejarah kemerdekaan Indonesia yang terlepas dari penjajahan asing membuktikan bahwa
sejak semula salah satu gagasan dasar dalam membangun sokoguru Negara Indonesia adalah
konstitusionalisme dan paham Negara hukum. Di dalam Negara-negara yang mendasarkan
dirinya atas demokrasi konstitusional, Undang-undang dasar memiliki fungsi yang khas,
yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa, sehingga penyelenggaraan
kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian diharapkan hak-hak warga
Negara terlindungi. Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme.
3) Bhinneka Tunggal Ika
Sesuai makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dapat diuraikan Bhinna-Ika-Tunggal-
Ika berarti berbeda-beda tetapi pada hakekatnya satu. Sebab meskipun secara

1
JURNAL
Massive Open Online Course (MOOC) 2024
Febrian, S.E. 198402282023211018

keseluruhannya memiliki perbedaan tetapi pada hakekatnya satu, satu bangsa dan negara
Republik Indonesia.
4) Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam sejarahnya dirumuskan dalam sidang
periode II BPUPKI (10-16 Juli 1945) dan selanjutnya disahkan oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945. Adapun tujuan NKRI seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea
IV, meliputi:
a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia;
b. Memajukan kesejahteraan umum;
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial (tujuan NKRI tersebut di atas sekaligus merupakan fungsi negara
Indonesia).
d. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu, kebangsaan Indonesia merupakan sarana
pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan
kehormatan negara sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia
merupakan manifestasi kebudayaan yang berakar pada sejarah perjuangan bangsa, kesatuan
dalam keragaman budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Nilai-Nilai Bela Negara

a. Sejarah Bela Negara


Pada tanggal 18 Desember 2006 Presiden Republik Indonesia Dr.H. Susilo Bambang
Yudhoyono menetapkan tanggal 19 Desember sebagai Hari Bela Negara. Dengan
pertimbangan bahwa tanggal 19 Desember 1948 merupakan hari bersejarah bagi bangsa
Indonesia karena pada tanggal tersebut terbentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
dalam rangka mengisi kekosongan kepemimpinan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dalam rangka bela Negara serta dalam upaya lebih mendorong semangat kebangsaan
dalam bela negara dalam rangka mempertahankan kehidupan berbangsa dan bernegara yang
menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan.

b. Ancaman
Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang
bertentangan dengan Pancasila dan mengancam atau membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa.
Usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri dapat mengancam seluruh aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara baik aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya
maupun aspek pertahanan dan keamanan. Ancaman juga dapat terjadi dikarenakan adanya
konflik kepentingan (conflict of interest), mulai dari kepentingan personal (individu) hingga
kepentingan nasional. Benturan kepentingan di fora internasional, regional dan nasional kerap
kali bersimbiosis melahirkan berbagai bentuk ancaman. Potensi ancaman kerap tidak disadari
hingga kemudian menjelma menjadi ancaman. Dalam konteks inilah, kesadaran Bela Negara
perlu ditumbuhkembangkan agar potensi ancaman tidak menjelma menjadi ancaman.
c. Kewaspadaan Dini
Kewaspadaan dini sesungguhnya adalah kewaspadaan setiap warga Negara terhadap setiap
potensi ancaman. Kewaspadaan dini memberikan daya tangkal dari segala potensi ancaman,
termasuk penyakit menular dan konflik sosial. Peserta Latsar CPNS diharapkan mampu
mewujudkan kepekaan, kesiagaan, dan antisipasi dalam menghadapi berbagai potensi ancaman.
d. Pengertian Bela Negara
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan

2
JURNAL
Massive Open Online Course (MOOC) 2024
Febrian, S.E. 198402282023211018

keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari
berbagai ancaman.

e. Nilai Dasar Bela Negara


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara meliputi:
1. cinta tanah air
2. sadar berbangsa dan bernegara
3. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara
4. rela berkorban untuk bangsa dan negara
5. kemampuan awal Bela Negara.

f. Pembinaan Kesadaran Bela Negara lingkup pekerjaan


Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan, dan kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan, dan/atau pelatihan kepada
warga negara guna menumbuhkembangkan sikap dan perilaku serta menanamkan nilai dasar
Bela Negara. Pembinaan Kesadaran Bela Negara lingkup pekerjaan yang ditujukan bagi Warga
Negara yang bekerja pada: lembaga Negara, kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian
dan pemerintah daerah, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia,
badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, dan badan lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

g. Indikator nilai dasar Bela Negara


1. Indikator cinta tanah air
2. Indikator sadar berbangsa dan bernegara
3. Indikator setia pada Pancasila Sebagai ideologi Bangsa
4. Indikator rela berkorban untuk bangsa dan Negara
5. Indikator kemampuan awal Bela Negara

h. Aktualisasi Kesadaran Bela Negara bagi ASN


Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan
Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), diperlukan ASN
yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945. Bela Negara dilaksanakan atas dasar kesadaran warga Negara serta keyakinan pada
kekuatan sendiri yang ditumbuhkembangkan melalui usaha Bela Negara.

Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia


Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus
1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik dalam arti sebagai dasar ideologi maupun
filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila ini dipertegas dalam UU No. 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagai sumber dari segala sumber hukum negara.
Artinya, setiap materi muatan kebijakan negara, termasuk UUD 1945, tidak boleh bertentangan dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Dari sudut hukum, UUD 1945, merupakan tataran pertama dan utama dari penjabaran lima norma dasar
negara (ground norms) Pancasila beserta norma-norma dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan
UUD 1945, menjadi norma hukum yang memberi kerangka dasar hukum sistem penyelenggaraan
negara pada umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan negara yang mencakup aspek
kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya.

3
JURNAL
Massive Open Online Course (MOOC) 2024
Febrian, S.E. 198402282023211018

2. ANALISIS ISU KONTEMPORER

Perubahan Lingkungan Strategis


a. Konsep Perubahan
Menjadi ASN yang profesional memerlukan pemenuhan terhadap beberapa persyaratan berikut:
Mengambil Tanggung Jawab, Menunjukkan Sikap Mental Positif, Mengutamakan Keprimaan,
Menunjukkan Kompetensi, Memegang Teguh Kode Etik

b. Perubahan lingkungan Strategis


Perubahan global (globalisasi) yang terjadi dewasa ini, memaksa semua bangsa (Negara) untuk
berperan serta, jika tidak maka arus perubahan tersebut akan menghilang dan akan meninggalkan
semua yang tidak mau berubah.
c. Modal Insani Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis
Modal manusia adalah komponen yang sangat penting di dalam organisasi. Manusia dengan
segala kemampuannya bila dikerahkan keseluruhannya akan menghasilkan kinerja yang luar
biasa. Ada enam komponen dari modal manusia (Ancok, 2002):
1) Modal Intelektual
2) Modal Emosional
3) Modal Emosional
4) Modal Ketabahan (adversity)
5) Modal etika/moral
6) Modal Kesehatan (kekuatan) Fisik/Jasmani
Isu-Isu Strategis Kontemporer
a. Korupsi
1. Sejarah Korupsi di dunia
Korupsi dalam sejarah dunia sebagaimana yang dikemukakan oleh Hans G. Guterbock,
“Babylonia and Assyria” dalam Encyclopedia Brittanica bahwa dalam catatan kuno telah
diketemukan gambaran fenomena penyuapan para hakim dan perilaku korup lainnya dari para
pejabat pemerintah.
2. Sejarah Korupsi Indonesia
a) Zaman Kerajaan
Pada zaman ini kasus korupsi lebih banyak terkait aspek politik/ kekuasaan dan usaha-
usaha memperkaya diri sendiri dan kerabat kaum bangsawan sehingga menjadi pemicu
perpecahan
b) Zaman Penjajahan
Pada zaman penjajahan, praktek korupsi masuk dan meluas ke dalam sistem budaya,
sosial, ekonomi, dan politik. Budaya korupsi yang berkembang dikalangan tokoh-tokoh
lokal yang diciptakan sebagai budak politik untuk kepentingan penjajah.
c) Zaman Modern
Penanganan terhadap korupsi di Indonesia yang pernah tercatat dilakukan sejak periode
pasca kemerdekaan (masa orde lama), masa orde baru, dan masa reformasi hingga saat ini.
Indonesia dalam memerangi korupsi pada tahun 2003 dengan turut berpartisipasi dalam
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Convention Against
Corruption/UNCAC) untuk menentang Korupsi di dunia.
3. Memahami Korupsi
Secara etimologis, Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema Andrea:
1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960).Pada dasarnya sebab manusia
terdorong untuk melakukan korupsi antara lain Sifat tamak, Moral yang lemah menghadapi
godaan, Gaya hidup konsumtif.
Pada dasarnya sebab manusia terdorong untuk melakukan korupsi antara lain:
- Faktor Individu
- Faktor Lingkungan
- Gratifikasi

4
JURNAL
Massive Open Online Course (MOOC) 2024
Febrian, S.E. 198402282023211018

4. Dampak Korupsi
Korupsi berdampak menghancurkan tatanan bidang kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernegara, mulai dari bidang sosial budaya, ekonomi serta psikologi masyarakat.
5. Membangun Sikap Antikorupsi
Tindakan membangun sikap antikorupsi sederhana, misalnya dengan cara:
a. Bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari dan mengajak orang-orang di lingkungan
sekitar untuk bersikap jujur, menghindari perilaku korupsi;
b. Menghindari perilaku yang merugikan kepentingan orang banyak atau melanggar hak
orang lain dari hal-hal yang kecil;
c. Menghindari konflik kepentingan dalam hubungan kerja, hubungan bisnis maupun
hubungan bertetangga;
d. Melaporkan pada penegak hukum apabila menjadi korban perbuatan korupsi contoh:
diperas oleh petugas, menerima pemberian/hadiah dari orang yang tidak dikenal atau
diduga memiliki konflik kepentingan, dsb.
b. Narkoba
1. Pengertian, Penggolongan dan Sejarah Narkoba
Narkoba adalah merupakan akronim Narkotika, Psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya,
Sedangkan Napza adalah akronim dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya.
2. Tindak Pidana Narkoba
Tindak Pidana Narkotika adalah kejahatan induk atau kejahatan permulaan dan tidak berdiri
sendiri, artinya Kejahatan narkotika biasanya diikuti dengan kejahatan lainnya atau
mempunyai kejahatan turunan.
3. Membangun Kesadaran Anti Narkoba
Masing-masing negara telah berusaha menjawab Ancaman, Gangguan, Hambatan, dan
Tantangan tersebut dengan berbagai pendekatan, metode, dan cara sesuai dengan situasi dan
kondisi serta sitem dan cara pemerintah masing-masing, termasuk Indonesia dengan
menggugah kesadaran ASN untuk memberikan sumbangsih pemikiran dan tenaga untuk
menyelamatkan negara dari bahaya Tindak Pidana Narkotika yang pada saat ini Darurat
Narkoba.

c. Terorisme dan Radikalisme


1. Terorisme
UN Global Counter Terrorism Strategy yang berisi empat pilar strategi global pemberantasan
terorisme, yaitu:
1. Pencegahan kondisi kondusif penyebaran terorisme;
2. Langkah pencegahan dan memerangi terorisme;
3. Peningkatan kapasitas negara-negara anggota untuk mencegah dan memberantas terorisme
serta penguatan peran sistem PBB;
4. Penegakan hak asasi manusia bagi semua pihak dan penegakan rule of law sebagai dasar
pemberantasan terorisme.
2. Radikal dan Radikalisme
Secara etimologis, kata radikal berasal dari radices yang berarti a concerted attempt to change
the status quo (David Jarry, 1991).
3. Money Laundring
Istilah “money laundring” dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah aktivitas pencucian
uang, Dalam Bahasa Indonesia terminologi money laundering ini sering juga dimaknai
dengan istilah “pemutihan uang” atau “pencucian uang”.
4. Proxy war
Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik di antara dua negara, di mana negara.
Teknik Analisis Isu
Setelah mengenal dan memahami isu-isu strategis konteporer pada Bab III, menyadarkan kepada kita
bahwa untuk menghadapi perubahan lingkungan strategis (internal dan eksternal) akan memberikan
pengaruh besar terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan, sehingga dibutuhkan
kemampuan berpikir kritis, analitis, dan objektif terhadap satu persoalan, sehingga dapat dirumuskan
alternatif pemecahan masalah yang lebih baik dengan dasar analisa yang matang.

5
JURNAL
Massive Open Online Course (MOOC) 2024
Febrian, S.E. 198402282023211018

3. KESIAPAN BELA NEGARA


Kerangka Kesiapsiagaan Bela Negara
Konsep kesiapsiagaan bela negara
kesiapsiagaan merupakan suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik secara fisik,
mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam, Selanjutnya konsep bela
negara menurut kamus besar bahasa Indonesia berasal dari
Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik secara
fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang dilakukan
berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan berkorban sepenuh
jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan
hidup berbangsa dan bernegara.
Manfaat kesiapsiagaan bela negara
Apabila kegiatan kesiapsiagaan bela negara dilakukan dengan baik, maka dapat diambil manfaatnya
antara lain:
1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain.
2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
4. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan kemampuan diri.
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam materi Team
Building.
6. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.
7. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
8. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.
9. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
10. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.
Kemampuan Awal Bela Negara

1. Kesehatan jasmani dan mental


2. Pola hidup sehat
• Makan Sehat
• Lingkungan sehat
• Istirahat sehat
3. Gangguan Kesehatan jasmani
4. Kesehatan Mental
5. Kesiapsiagaan Jasmani
6. Kesiapsiagaan Mental
7. Etika, Etiket dan Moral
Kata ‘etika’ menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan seperti yang dikutip oleh Agoes dan Ardana (2009) merumuskan sebagai berikut:
a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak);
b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
c. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Etiket adalah aturan tertulis maupun tidak tertulis mengenai aturan tata krama, sopan
Kearifan Lokal

6
JURNAL
Massive Open Online Course (MOOC) 2024
Febrian, S.E. 198402282023211018

B. AGENDA II (NILAI-NILAI DASAR PNS)

1. Berorientasi Pelayanan

Konsep Pelayanan Publik


Pengertian pelayanan publik
Berbagai literatur administrasi publik menyebut bahwa prinsip pelayanan publik yang baik adalah
Partisipatif, Transparan, Responsif, Tidak diskriminatif, Efektif dan Efisien, Aksesibel, Akuntabel,
Berkeadilan

ASN sebagai Pelayan Publik


Sebagaimana kita ketahui dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan
fungsi tersebut, pegawai ASN bertugas untuk:
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Nilai Berorientasi Pelayanan dalam Core Values ASN
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan ASN
menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), Pemerintah telah meluncurkan Core
Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK dan oleh sikap pelayanan yang ditunjukkan oleh
pegawai ASN.
Tentang Berorientasi Pelayanan

Citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku melayani dengan senyum, menyapa
dan memberi salam, serta berpenampilan rapih; melayani dengan cepat dan tepat waktu; melayani
dengan memberikan kemudahan bagi Anda untuk memilih layanan yang tersedia; serta melayani
dengan dengan kemampuan, keinginan dan tekad memberikan pelayanan yang prima.
2. Akuntabel

Potret Pelayanan Publik Negeri Ini


Potret Layanan Publik di Indonesia
Dalam konteks kehidupan bermasayarakat, Kita sebagai individu ataupun ASN pun mungkin sudah
bosan dengan kenyataan adanya perbedaan ‘jalur’ dalam setiap pelayanan.
Tantangan Layanan Publik
Payung hukum terkait Layanan Publik yang baik tertuang dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2009 Tentang Layanan Publik.

Konsep Akuntabilitas
Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk dipahami. Ketika
seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi
tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya.
Panduan Perilaku Akuntabel
Akuntabilitas dan Integritas
Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak menjadi landasan
dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara (Matsiliza dan Zonke, 2017). Akuntabilitas dan
Integritas adalah faktor yang sangat penting dimiliki dalam kepimpinan, Integritas menjadi hal yang

7
JURNAL
Massive Open Online Course (MOOC) 2024
Febrian, S.E. 198402282023211018

pertama harus dimiliki oleh seorang pemimpin ataupun pegawai negara yang kemudian diikuti oleh
Akuntabilitas.
Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme
akuntabilitas harus mengandung dimensi:
• Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity and legality).
• Akuntabilitas proses (process accountability).
• Akuntabilitas program (program accountability).
• Akuntabilitas kebijakan (policy accountability).

Integritas dan Anti Korupsi


Integritas adalah salah satu pilar penting dalam pemberantasan korupsi. Secara harafiah, integritas
bisa diartikan sebagai bersatunya antara ucapan dan perbuatan. Jika ucapan mengatakan antikorupsi,
maka perbuatan pun demikian. Dalam bahasa sehari-hari di masyarakat, integritas bisa pula diartikan
sebagai kejujuran atau ketidakmunafikan.
3. Kompeten

Tantangan Lingkungan Strategis


Kebijakan Pembangunan Nasional
Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu, sesuai kecenderungan kemampuan
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja organisasi lebih lambat,
dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi itu sendiri.

Kebijakan Pembangunan Aparatur


Merit Sistem
Pembinaan dan penempatan pegawai pada jabatan pimpinan tinggi, jabatan administrasi maupun
jabatan fungsional didasarkan dengan prinsip merit, yaitu kesesuaian kualfikasi, kompetensi,
kinerja, dengan perlakuan tidak diskriminatif dari aspek-aspek subyektif, seperti kesamaan latar
belakang agama, daerah, dan aspek subjektivitas lainnya.
Karakter ASN
Profil ASN tersebut sejalan dengan lingkungan global dan era digital, termasuk pembangunan
aparatur 2020-2024, mewujudkan birokrasi berkelas dunia. Karakter lain yang diperlukan dari ASN
untuk beradapatasi dengan dinamika lingkungan strategis, yaitu: inovatif dan kreatif, agility dan
flexibility, persistence dan perseverance serta teamwork dan cooperation.

Pengembangan Kompetensi
Konsepsi Kompetensi
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN
Hak Pengembangan Kompetensi
Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN
adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya maksimal 24 (dua puluh empat) Jam
Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Kebijakan ini tentu saja
relevan utamanya dalam menghadapi dinamika lingkungan global dan kemajuan teknologi
informasi, yang berubah dengan cepat sehingga kemutakhiran kompetensi

Pendekatan Pengembangan Kompetensi


Terdapat dua pendekatan pengembangan yang dapat dimanfaatkan pegawai untuk meningkatkan
kompetensinya, yaitu klasikal dan non klasikal. Optimalisasi hak akses pengembangan kompetensi
dapat dilakukan dengan pendekatan pelatihan non klasikal, diantaranya e-learning, job enrichment
dan job enlargement termasuk coaching dan mentoring.

8
JURNAL
Massive Open Online Course (MOOC) 2024
Febrian, S.E. 198402282023211018

Perilaku Kompeten
1. Berkinerja dan BerAkhlak
2. Learn, Unlearn, dan Relearn
3. Meningkatkan Kompetensi Diri
4. Membantu Orang Lain Belajar

4. Harmonis
Harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga faktor-faktor
tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur. Sebagai contoh, seharusnya terdapat
harmoni antara jiwa jasad seseorang manusia, kalau tidak, maka belum tentu orang itu dapat disebut
sebagai satu pribadi. Secara umum, menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11 tentang
ASN, tugas pegawai ASN adalah sebagai berikut.
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Loyal
Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak
terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku loyal
tersebut di atas diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Komitmen yang bermakna perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu atau hubungan
keterikatan dan rasa tanggung jawab akan sesuatu.
b. Dedikasi yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan suatu usaha
yang mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa juga berarti pengabdian untuk
melaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan adanya sebuah keyakinan yang teguh.
c. Kontribusi yang bermakna keterlibatan, keikutsertaan, sumbangsih yang diberikan dalam
berbagai bentuk, baik berupa pemikiran, kepemimpinan, kinerja, profesionalisme, finansial atau,
tenaga yang diberikan kepada pihak lain untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan efisien.
d. Nasionalisme yang bermakna suatu keadaan atau pikiran yang mengembangkan keyakinan
bahwa kesetiaan terbesar mesti diberikan untuk negara atau suatu sikap cinta tanah air atau
bangsa dan negara sebagai wujud dari cita-cita dan tujuan yang diikat sikap-sikap politik,
ekonomi, sosial, dan budaya sebagai wujud persatuan atau kemerdekaan nasional dengan prinsip
kebebasan dan kesamarataan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
e. Pengabdian yang bermakna perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat, ataupun tenaga
sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu ikatan dan semua itu
dilakukan dengan ikhlas.

6. Adaptif
Adaptasi adalah suatu proses yang menempatkan manusia yang berupaya mencapai tujuan-tujuan
atau kebutuhan untuk menghadapi lingkungan dan kondisi sosial yang berubah-ubah agar tetap
bertahan. Penerapan budaya adaptif antara lain:
1. Dapat mengatisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan
2. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-rubah
3. Mendorong jiwa kewirausahaan
4. Terkait dengan kinerja instansi
5. Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra, masyarakat
dan sebagainya.

9
JURNAL
Massive Open Online Course (MOOC) 2024
Febrian, S.E. 198402282023211018

7. Kolaboratif
Whole-of-Government (WoG) adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan, manajemen
program dan pelayanan publik. Enam kriteria penting untuk kolabortif yaitu:
1. Forum yang di prakarsai oleh Lembaga publik atau Lembaga
2. Peserta dalam forum termasuk actor nonstate
3. Peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya “dikonsultasikan” oleh
agensi publik.
4. Forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif
5. Forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan consensus
6. Fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajeman.

C. AGENDA II (KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI)

1. Smart ASN
Literasi digital banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan
proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia
& Astuti, 2017). Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak
hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh
tanggung jawab. Kompetensi literasi digital tidak hanya dilihat dari kecakapan menggunakan
media digital (digital skills) saja, namun juga budaya menggunakan digital (digital culture), etis
menggunakan media digital (digital ethics), dan aman menggunakan media digital (digital
safety).
Berdasarkan arahan bapak presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan kebutuhan
SDM talenta digital, Literasi digital berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber
daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka
kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital culture, digital ethics, dan
digital safety. Kerangka kurikulum literasi digital digunakan sebagai metode pengukuran tingkat
kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital.
Digital skill merupakan Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan
perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.
Digital culture merupakan Kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan,
memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika
dalam kehidupan sehari-hari dan digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan TIK. Digital ethics
merupakan Kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri,
merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette)
dalam kehidupan sehari-hari. Digital safety merupakan Kemampuan User dalam mengenali,
mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran pelindungan
data pribadi dan keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.

2. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang professional,
memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai
sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras
dengan perkembangan jaman. Fungsi dan tugas ASN yaitu:
1. Pelaksana kebijakan publik, melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pejabat pembina
kepegawaian sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Pelayan publik, memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas.

10
JURNAL
Massive Open Online Course (MOOC) 2024
Febrian, S.E. 198402282023211018

3. Perekat dan pemersatu bangsa, mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Kewajiban ASN antara lain


1. Setia dan taat pada Pancasila, UUD 1945, NKRI.
2. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
3. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang.
4. Mentaati peraturan perundang-undangan.
5. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran dan tanggung
jawab
6. Menunjukan integritas dan keteladan sikap , prilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang
baik dalam maupun luar kedinasan
7. Menyimpan Rahasia Jabatan Dan Hanya Dapat Mengemukakan Rahasia Jabatan Sesuai
Dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan

Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut PNS berhak memperoleh:
1. Gaji, tunjangan, dan fasilitas
2. Cuti
3. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua
4. Perlindungan
5. Pengembangan kompetensi

Sedangkan PPPK berhak memperoleh:


1. Gaji dan tunjangan
2. Cuti
3. Perlindungan
4. Pengembangan kompetensi

Kode etik seorang ASN


1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan.
5. tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya
untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
6. Memberika informas secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan
informasi terkait kepentingan kedinasanMemberika informas secara benar dan tidak
menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan
7. melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
8. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya
9. melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
10.memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN
11.menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab, efektif, dan
efisien
12.menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.

11

Anda mungkin juga menyukai