Anda di halaman 1dari 42

MOOC PPPK

Massive Open Online Course


PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN
KERJA (PPPK)

JURNAL

Oleh:
Nama : Sapriyun,S. ST.Pi
NIP : 198609072023211016
Tempat, tanggal lahir : Sintang, 09 September 1986
Golongan : IX
Jabatan : Ahli Pertama – Guru
Nautika Kapal Penangkapan
Ikan
Instansi : Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Unit Kerja : SMK Negeri 2 Ketapang

TAHUN 2023
AGENDA I

A. WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA


I. WAWASAN KEBANGSAAN
a. Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia
Sejarah pergerakan kebangsan perlu secara lengkap disampaikan kepada peserta Latsar
CPNS meskipun pada pendidikan formal sebelumnya sudah mereka peroleh, namun
pemahaman yang dibutuhkan adalah untuk menjadi dasar pemahaman tentang
wawasan kebangsaan secara lebih komprehensif. Fakta-fakta sejarah dapat dijadikan
pembelajaran bahwa Kebangsaan Indonesia terbangun dari serangkaian proses panjang
yang didasarkan pada kesepakatan dan pengakuan terhadap keberagaman dan bukan
keseragaman serta mencapai puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Kekuatan para Tokoh Pendiri Bangsa ini (founding fathers) terlihat saat menjelang
kemerdekaan untuk menyusun suatu dasar negara. Pemeluk agama yang lebih besar
(mayoritas Islam) menunjukan jiwa besarnya untuk tidak memaksakan kehendaknya.
Bunyi Pembukaan (preambule) yang sekarang ini, bukan seperti yang dikenal sebagai
“Piagam Jakarta”. Di samping itu, komitmen dari berbagai elemen bangsa ini dan para
pemimpinnya dari masa ke masa, Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi yang
konsisten berpegang teguh kepada 4 (empat) konsensus dasar, yaitu Pancasila, UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

b. Pengertian Wawasan Kebangsaan


Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation
character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber
dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai
masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.

c. Bendera , Bahasa, Lambang Negara , Serta Lagu Kebangsaan


1. Bendera
Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera
Negara adalah Sang Merah Putih. Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk
empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari panjang serta

bagian atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih yang kedua
bagiannya berukuran sama.
2. Bahasa
Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bahasa
Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang digunakan di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
3. Lambang Negara

Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Lambang


Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Garuda
memiliki sayap yang masing-masing berbulu 17, ekor berbulu 8, pangkal ekor
berbulu 19, dan leher berbulu 45.
4. Lagu Kebangsaan
Lagu Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya. Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya
yang digubah oleh Wage Rudolf Supratman.

II. NILAI-NILAI BELA NEGARA


a. Sejarah Bela Negara
Pada tanggal 18 Desember 2006 Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang
Yudhoyono menetapkan tanggal 19 Desember sebagai Hari Bela Negara. Dengan
pertimbangan bahwa tanggal 19 Desember 1948 merupakan hari bersejarah bagi
bangsa Indonesia karena pada tanggal tersebut terbentuk Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia dalam rangka mengisi kekosongan kepemimpinan Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka bela Negara serta dalam upaya
lebih mendorong semangat kebangsaan dalam bela negara dalam rangka

mempertahankan kehidupan berbangsa dan bernegara yang menjunjung tinggi


persatuan dan kesatuan.
b. Ancaman
Yang dimaksud dengan ancaman pada era reformasi diartikan sebagai sebuah kondisi,
tindakan, potensi, baik alamiah atau hasil suatu rekayasa, berbentuk fisik atau non fisik,
berasal dari dalam atau luar negeri, secara langsung atau tidak langsung diperkirakan
atau diduga atau yang sudah nyata dapat membahayakan tatanan serta kelangsungan
hidup bangsa dan negara dalam rangka pencapaian tujuan nasionalnya. Ancaman
adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang

bertentangan dengan Pancasila dan mengancam atau membahayakan kedaulatan


negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa.
c. Kewaspadaan Dini
Kewaspadaan Dini KLB (SKD-KLB) merupakan kewaspadaan terhadap penyakit
berpotensi KLB beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan
tekonologi surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk sikap tanggap
kesiapsiagaan, upaya-upaya pencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar

biasa yang cepat dan tepat.


Sementara dalam penyelenggaraan pertahanan Negara, kemampuan kewaspadaan dini
dikembangkan untuk mendukung sinergisme penyelenggaraan pertahanan militer dan
pertahanan nirmiliter secara optimal, sehingga terwujud kepekaan, kesiagaan, dan
antisipasi setiap warga negara dalam menghadapi potensi ancaman.
d. Pengertian Bela Negara
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah,
dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa
Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman.
e. Nilai dasar Bela Negara
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara meliputi :
a. cinta tanah air; b. sadar berbangsa dan bernegara; 26 c. setia pada Pancasila sebagai
ideologi negara; d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan e. kemampuan awal
Bela Negara.

f. Pembinaan Kesadaran Bela Negara Lingkup Pekerjaan


Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan, dan kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan, dan/atau pelatihan
kepada warga negara guna menumbuhkembangkan sikap dan perilaku serta
menanamkan nilai dasar Bela Negara. Pembinaan Kesadaran Bela Negara
diselenggarakan di lingkup : pendidikan, masyarakat, dan pekerjaan.
Pembinaan Kesadaran Bela Negara lingkup pekerjaan yang ditujukan bagi Warga
Negara yang bekerja pada: lembaga 28 Negara, kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian dan pemerintah daerah, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian

Negara Republik Indonesia, badan usaha milik negaralbadan usaha milik daerah, badan
usaha swasta, dan badan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
g. Indikator nilai dasar bela negara
1. Indikator cinta tanah air, ditunjukkan dengan adanya sikap :
a. Menjaga tanah dan perkarangan serta seluruh ruang wilayahIndonesia.
b. Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia
c. Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.

d. Menjaga nama baik bangsa dan negara.


e. Memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan negara.
f. Bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia
2. Indikator Sadar berbangsa dan bernegara, ditunjukkan dengan adanya sikap :
a. Berpartisipasi aktif dalam organisasi kemasyarakatan, profesi maupun politik.
b. Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Ikut serta dalam pemilihan umum.
d. Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negaranya.

e. Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.


3. Indikator Setia pada Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa. Ditunjukkan dengan
adanya sikap :
a. Paham nilai-nilai dalam Pancasila.
b. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
c. Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara.
d. Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila.
e. Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara
4. Indikator rela berkorban untuk bangsa dan negara. Ditunjukkan dengan adanya

sikap :
a. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan bangsa
dan negara.
b. Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman.
c. Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.
d. Gemar membantu sesama warga negara yang mengalami kesulitan.
e. Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan negaranya tidak sia-
sia
5. Indikator Kemampuan awal Bela Negara

a. Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta intelijensia.


b. Senantiasa memelihara jiwa dan raga
c. Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikan Tuhan
Yang Maha Esa.
d. Gemar berolahraga.
e. Senantiasa menjaga kesehatannya
h. Aktualisasi Kesadaran Bela Negara bagi ASN

1. Cinta tanah air bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan perilaku, antara lain :
a. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah.
b. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia.
c. Sesuai peran dan tugas masing-masing, ASN ikut menjaga seluruh ruang
wilayah Indonesia baik ruang darat, laut maupun udara dari berbagai ancaman,
seperti : ancaman kerusakan lingkungan, ancaman pencurian sumber daya alam,
ancaman penyalahgunaan tata ruang, ancaman pelanggaran batas negara dan
lain-lain.

d. ASN sebagai warga Negara terpilih harus menjadi contoh di tengah-tengah


masyarakat dalam menunjukkan kebanggaan sebagai bagian dari Bangsa
Indonesia.
e. Selalu menjadikan para pahlawan sebagai sosok panutan, dan mengambil
pembelajaran jiwa patriotisme dari para pahlawan serta berusaha untuk selalu
menunjukkan sikap kepahlawanan dengan mengabdi tanpa pamrih kepada
Negara dan bangsa.
f. Selalu nenjaga nama baik bangsa dan Negara dalam setiap tindakan dan tidak
merendahkan atau selalu membandingkan Bangsa Indonesia dari sisi negatif

dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia.


g. Selalu berupaya untuk memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan
Negara melalui ide-ide kreatif dan inovatif guna mewujudkan kemandirian
bangsa sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas masing-masing.
h. Selalu mengutamakan produk-produk Indonesia baik dalam kehidupan sehari-
hari maupun dalam mendukung tugas sebagai ASN Penggunaan produkproduk
asing hanya akan dilakukan apabila produk tersebut tidak dapat diproduksi oleh
Bangsa Indonesia.
i. Selalu mendukung baik secara moril maupun materiil putra-putri terbaik bangsa

(olahragawan, pelajar, mahasiswa, duta seni dan lain-lain) baik perorangan


maupun kelompok yang bertugas membawa nama Indonesia di kancah
internasional.
j. Selalu menempatkan produk industri kreatif/industri hiburan tanah air sebagai
pilihan pertama dan mendukung perkembangannnya.
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan

perilaku, antara lain :


a. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
b. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
c. Memegang teguh prinsip netralitas ASN dalam setiap kontestasi politik, baik
tingkat daerah maupun di tingkat nasional.
d. Mentaati, melaksanakan dan tidak melanggar semua peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
menjadi pelopor dalam penegakan peraturan/perundangan di tengah-tenagh
masyarakat.

e. Menggunakan hak pilih dengan baik dan mendukung terselenggaranya


pemilihan umum yang mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum, tertib, terbuka,
proporsional, professional, akuntabel, efektif dan efisien.
f. Berpikir, bersikap dan berbuat yang sesuai peran, tugas dan fungsi ASN.
g. Sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing ikut berpartisipasi menjaga
kedaulatan bangsa dan negara.
h. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.
i. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karier

3. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan
sikap dan perilaku, antara lain :
a. Memegang teguh ideologi Pancasila.
b. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif.
c. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur.
d. Menjadi agen penyebaran nilai-nilai Pancasila di tengah-tengah masyarakat.
e. Menjadi contoh bagi masyarakat dalam pegamalan nilai-nilai Pancasila di
tengah kehidupan sehari-hari.
f. Menjadikan Pancasila sebagai alat perekat dan pemersatu sesuai fungsi ASN.

g. Mengembangkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai kesempatan dalam


konteks kekinian.
h. Selalu menunjukkan keyakinan dan kepercayaan bahwa Pancasila merupakan
dasar Negara yang menjamin kelangsungan hidup bangsa.
i. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap
dan perilaku, antara lain :

a. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
b. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan bangsa
dan Negara sesuai tugas dan fungsi masing-masing.
c. Bersedia secara sadar untuk membela bangsa dan negara dari berbagai macam
ancaman.
d. Selalu berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional dan menjadi pionir
pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan nasional.
e. Selalu ikhlas membantu masyarakat dalam menghadapi situasi dan kondisi

yang penuh dengan kesulitan.


f. Selalu yakin dan percaya bahwa pengorbanan sebagai ASN tidak akan sia-sia
5. Kemampuan awal Bela negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan
perilaku antara lain :
a. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah.
b. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
c. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
d. Selalu berusaha untuk meningkatkan kompetensi dan mengembangkan
wawasan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

e. Selalu menjaga kesehatan baik fisik maupun psikis dengan pola hidup sehat
serta menjaga keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.
f. Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikan Tuhan
Yang Maha Esa.
g. Selalu menjaga kebugaran dan menjadikan kegemaran berolahraga sebagai
gaya hidup.
h. Senantiasa menjaga kesehatannya dan menghindarkan diri dari kebiasaan-
kebiasaan yang dapat mengganggu kesehatan.
III. SISTEM ADMINISTRASI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
A. Perspektif Sejarah Negara Indonesia
Konstistusi dan sistem administrasi negara Indonesia mengalami perubahan sesuai
tantangan dan permasalahan pembangunan negara bangsa yang dirasakan oleh elite
politik dalam suatu masa.

B. Makna Kesatuan dalam Sistem Penyelenggaraan Negara


Filosofi dasar persatuan dan kesatuan bangsa dapat ditemukan pertama kali dalam kitab
Sutasoma karya Mpu Tantular. Dalam kitab itu ada tulisan berbunyi “BhinnekaTunggal
Ika tan hana dharma mangrwa”, yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu, tak ada
kebenaran yang mendua”. Frasa inilah yang kemudian diadopsi sebagai semboyan
yang tertera dalam lambing negara Garuda Pancasila. Semangat kesatuan juga
tercermin dari Sumpah Palapa Mahapatih Gajahmada. Sumpah ini berbunyi: Sira Gajah
Mahapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: "Lamun huwus
kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tañjung Pura,

ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun
amukti palapa". Terjemahan dari sumpah tersebut kurang lebih adalah: Beliau Gajah
Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa.
C. Bentuk Negara Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Sebagaimana disebutkan dalam Bab I, pasal 1 UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945, “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik”. Ini berarti
bahwa Organisasi Pemerintahan Negara Republik Indonesia bersifat unitaris, walaupun
dalam penyelenggaraan pemerintahan kemudian terdesentralisasikan. Negara kesatuan
Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan provinsi itu dibagi atas

kabupaten dan kota.


D. Makna dan Pentingnya Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Kesatuan bangsa Indonesia yang kita rasakan saat ini, itu terjadi dalam proses yang
dinamis dan berlangsung lama, karena persatuan dan kesatuan bangsa terbentuk dari
proses yang tumbuh dari unsur-unsur sosial budaya masyarakat Indonesia sendiri, yang
ditempa dalam jangkauan waktu yang lama sekali. Tahap-tahap pembinaan persatuan
bangsa Indonesia itu yang paling menonjol ialah sebagai berikut: 1. Perasaan senasib.
2. Kebangkitan Nasional 3. Sumpah Pemuda 4. Proklamasi Kemerdekaan
E. Prinsip-prinsip Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Beberapa prinsip yang harus kita hayati serta kita pahami lalu kita amalkan adalah:
1. Prinsip Bhineka Tunggal Ika.
2. Prinsip Nasionalisme Indonesia.
3. Prinsip Kebebasan yang Bertanggungjawab.
4. Prinsip Wawasan Nusantara.
5. Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita Reformasi.
F. Nasionalisme

1. Nasionalisme dalam arti sempit, yaitu sikap mencintai bangsa sendiri secara
berlebihan sehingga menggap bangsa lain rendah kedudukannya, nasionalisme ini
disebut juga nasionalisme yang chauvinisme, contoh Jerman pada masa Hitler.
2. Nasionalisme dalam arti luas, yaitu sikap mencintai bangsa dan negara sendiri dan
menggap semua bangsa sama derajatnya. Ada tiga hal yang harus kita lakukan
untuk membina nasionalisme Indonesia:
1. Mengembangkan persamaan diantara suku-suku bangsa penghuni nusantara
2. Mengembangka sikap toleransi
3. Memiliki rasa senasib dan sepenanggungan diantara sesama bangsa Indonesia

G. Peran Aparatur Sipil Negara (ASN) Berdasarkan UU No.5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara
Berdasarkan Penjelasan Umum UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(UU ASN), diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik
bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan
kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan Pasal 11 UU
ASN, tugas Pegawai ASN adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;


2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia

B. ANALISIS ISU KONTEMPORER

I. KONSEPSI PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS


A. Konsep Perubahan
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari perjalanan
peradaban manusia. Oleh karena itu, mulai saat ini kita harus bergegas menentukan bentuk
masa depan, jika tidak maka orang (bangsa) lain yang akan menentukan masa depan
(bangsa) kita.
Berdasarkan Undang-undang ASN setiap PNS perlu memahami dengan baik fungsi dan
tugasnya, yaitu:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan peraturan perundang-undangan,
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta

3. Memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia


Menjadi PNS yang profesional memerlukan pemenuhan terhadap beberapa persyaratan
berikut:
1. Mengambil Tanggung Jawab, antara lain dilakukan dengan menunjukkan sikap dan
perilaku yang mencerminkan tetap disiplin dan akuntabilitas, mengakui dan
memperbaiki kesalahan yang dibuat, fair dan berbicara berdasarkan data,
menindaklanjuti dan menuntaskan komitmen, serta menghargai integritas pribadi.
2. Menunjukkan Sikap Mental Positif, antara lain diwujudkan dalam sikap dan perilaku
bersedia menerima tanggung jawab kerja, suka menolong, menunjukkan respek dan

membantu orang lain sepenuh hati, tidak tamak dan tidak arogan, serta tidak bersikap
diskriminatif atau melecehkan orang lain.
3. Mengutamakan Keprimaan, antara lain ditunjukkan melalui sikap dan perilaku belajar
terus menerus, semangat memberi kontribusi melebihi harapan, dan selalu berjuang
menjadi lebih baik.
4. Menunjukkan Kompetensi, antara lain dimanifestasikan dalam bentuk kesadaran diri,
keyakinan diri, dan keterampilan bergaul, mampu mengendalikan diri, menunjukkan
kemampuan bekerja sama, memimpin, dan mengambil keputusan, serta mampu
mendengarkan dan memberi informasi yang diperlukan.

5. Memegang Teguh Kode Etik, antara lain menampilkan diri sesuai profesinya sebagai
PNS, menjaga konfidensialitas, tidak pernah berlaku buruk terhadap masyarakat yang
dilayani maupun rekan kerja, berpakaian sopan sesuai profesi PNS, dan menjunjung
tinggi etika-moral PNS.
B. Perubahan Lingkungan Strategis
Perubahan global ditandai dengan hancurnya batas (border) suatu bangsa, dengan
membangun pemahaman dunia ini satu tidak dipisahkan oleh batas Negara. Hal yang
menjadi pemicunya adalah berkembang pesatnya teknologi informasi global, dimana setiap
informasi dari satu penjuru dunia dapat diketahui dalam waktu yang tidak lama berselang

oleh orang di penjuru dunia lainnya.


C. Modal Insani Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis
Modal insani yang dimaksud, disini istilah modal atau capital dalam konsep modal
manusia (human capital concept).
Ada enam komponen dari modal manusia (Ancok, 2002), yaitu: Modal Intelektual, Modal
Emosional, Modal Sosial, Modal ketabahan (adversity), Modal etika/moral, dan Modal

Kesehatan (kekuatan) Fisik/Jasmani.

II. ISU-ISU STRATEGIS KONTEMPORER

Isu – isu strategis kontemporer tersebut bisa dijelaskan seperti di bawah ini:
A. Korupsi
Korupsi diartikan sebagai penyelewengan atau penyalahgunaan uang Negara (perusahaan)
untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Korupsi berdampak menghancurkan tatanan bidang kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernegara, mulai dari bidang sosial budaya, ekonomi serta psikologi masyarakat.
Tindakan membangun sikap antikorupsi sederhana, misalnya dengan cara:
1) Bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari dan mengajak orang-orang di lingkungan
sekitar untuk bersikap jujur, menghindari perilaku korupsi, contoh: tidak membayar
uang lebih ketika mengurus dokumen administrasi seperti KTP, kartu sehat, tidak
membeli SIM, dsb.
2) Menghindari perilaku yang merugikan kepentingan orang banyak atau melanggar hak
orang lain dari hal-hal yang kecil,contoh: tertib lalu lintas, kebiasaan mengantri, tidak
buang sampah sembarangan, dsb.
3) Menghindari konflik kepentingan dalam hubungan kerja,hubungan bisnis maupun
hubungan bertetangga;
4) Melaporkan pada penegak hukum apabila menjadi korban perbuatan korupsi contoh:
diperas oleh petugas, menerima pemberian/hadiah dari orang yang tidak dikenal atau
diduga memiliki konflik kepentingan, dsb.
B. Narkoba
Narkoba adalah merupakan akronim Narkotika, Psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya,
sedangkan Napza adalah akronim dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Zat adiktif lainnya adalah zat yang berpengaruh psikoaktif diluar narkotika dan
psikotropika meliputi: Minuman beralkohol, Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat
pelarut) mudah menguap berupa senyawa organik, Tembakau, dan lain-lain.
C. Terorisme dan Radikalisme
Terorisme merupakan suatu ancaman yang sangat serius di era global saat ini. Dalam

merespon perkembangan terorisme di berbagai negara, secara internasional Perserikatan


Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan Resolusi 60/288 tahun 2006 tentang UN Global
Counter Terrorism Strategy yang berisi empat pilar strategi global pemberantasan
terorisme, yaitu:
1) pencegahan kondisi kondusif penyebaran terorisme;
2) langkah pencegahan dan memerangi terorisme;
3) peningkatan kapasitas negara-negara anggota untuk mencegah dan memberantas
terorisme serta penguatan peran sistem PBB; dan
4) penegakan hak asasi manusia bagi semua pihak dan penegakan rule of law sebagai

dasar pemberantasan terorisme.


Radikal dan Radikalisme
Secara etimologis, kata radikal berasal dari radices yang berarti a concerted attempt to
change the status quo (David Jarry, 1991). Pengertian ini mengidentikan term radikal
dengan nuansa yang politis, yaitu kehendak untuk mengubah kekuasaan.
Hubungan Radikalisme dan Terorisme
D. Money Laundering
Istilah “money laundering” dalam terjemahan Bahasa Indonesia adalah aktivitas pencucian
uang. Dalam Bahasa Indonesia terminologi money laundering ini sering juga dimaknai

dengan istilah “pemutihan uang” atau “pencucian uang”. Dengan demikian uang ataupun
harta kekayaan yang diputihkan atau dicuci tersebut adalah uang / harta kekayaan yang
berasal dari hasil kejahatan, sehingga diharapkan setelah pemutihan atau pencucian
tersebut, uang/harta kekayaan tadi tidak terdeteksi lagi sebagai uang hasil kejahatan
melainkan telah menjadi uang/harta kekayaan yang halal seperti uang-uang bersih ataupun
aset-aset berupa harta kekayaan bersih lainnya.
E. Proxy War
Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik di antara dua negara, di mana negara
tersebut tidak serta-merta terlibat langsung dalam peperangan karena melibatkan ‘proxy’

atau kaki tangan.


Mengingat Indonesia kaya akan sumber daya alam, maka negara ini disebut-sebut darurat
terhadap ancaman Proxy War. Proxy war diartikan sebagai peristiwa saling adu kekuatan
di antara dua pihak yang bermusuhan, dengan menggunakan pihak ketiga. Pihak ketiga ini
sering disebut dengan boneka, pihak ketiga ini dijelaskan sebagai pihak yang tidak dikenal
oleh siapa pun, kecuali pihak yang mengendalikannya dari jarak tertentu.

F. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, Dan Hoax)


Komunikasi massa sejatinya merupakan bagian dari sejarah perkembangan peradaban
manusia. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi satu sama lain, bertukar pesan
dan menyampaikan informasi melalui media tertentu.
Kejahatan dan bentuk tindak pidana lainnya sangat bisa terjadi dalam komunikasi massa.
Hal ini karena komunikasi massa melibatkan manusia sebagai pengguna, dan terutama
publik luas sebagai pihak kemungkinan terdampak.

III. TEKNIK ANALISIS ISU

Secara umum isu diartikan sebagai suatu fenomena/kejadian yang diartikan sebagai masalah,
sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia isu adalah masalah yang dikedepankan
untuk ditanggapi; kabar yang tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin kebenarannya; kabar
angin; desas desus.
Isu kritikal secara umum terbagi ke dalam tiga kelompok berbeda berdasarkan tingkat
urgensinya, yaitu:Isu saat ini (current issue), Isu berkembang (emerging issue), dan Isu
potensial.
Analisis isu dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu dengan teknik berpikir kritis,
misalnya menggunakan system berpikir mind mapping, fishbone, SWOT, tabel frekuensi,

analisis kesenjangan, atau sekurangnya-kurangnya menerapkan kemampuan berpikir hubungan


sebab-akibat untuk menggambarkan akar dari isu atau permasalahan, aktor dan peran aktor, dan
alternatif pemecahan isu yang akan diusulkan.

C. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA


I. Konsep Kesiapsiagaan Bela Negara
Menurut asal kata, kesamaptaan sama maknanya dengan kata kesiapsiagaan yang berasal
dari kata: Samapta, yang artinya: siap siaga atau makna lainnya adalah siap siaga dalam
segala kondisi. Dari makna ini dapat diartikan dan kita samakan bahwa makna kesamptaan

sama dengan makna kesiapsiagaan. Selanjutnya menurut Sujarwo (2011:4) ― Samapta yang
artinya siap siaga. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa kesiapsiagaan
merupakan suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik secara fisik, mental,
maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam.

II. Kesiapsiagaan Bela Negara dalam Latsar CPNS


kesiapsiagaan yang dimaksud adalah kesiapsiagan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
dalam berbagai bentuk pemahaman konsep yang disertai latihan dan aktvitas baik fisik
maupun mental untuk mendukung pencapaian tujuan dari Bela Negara dalam mengisi dan
melanjutkan cita cita kemerdekaan.
Aplikasi kesiapsiagaan Bela Negara dalam Latsar CPNS selanjutnya juga termasuk
pembinaan pola hidup sehat disertai pelaksanaan kegiatan pembinaan dan latihan
ketangkasan fisik dan pembinaan mental lainnya yang disesuaikan dan berhubungan dengan
kebutuhan serta ruang lingkup pekerjaan, tugas, dan tanggungjawab, serta hak dan
kewajiban PNS di berbagai lini dan sektor pekerjaan yang bertugas diseluruh wilayah
Indonesia dan dunia.

III. Manfaat Kesiapsiagaan Bela Negara


Apabila kegiatan kesiapsiagaan bela negara dilakukan dengan baik, maka dapat diambil
manfaatnya antara lain: 1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan
kegiatan lain. 2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan
seperjuangan. 3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh. 4. Menanamkan rasa kecintaan
pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan kemampuan diri. 5. Melatih jiwa leadership
dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam materi Team Building. 6.
Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu. 7. Berbakti pada orang
tua, bangsa, agama. 8. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam
melaksanakan kegiatan. 9. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois,
tidak disiplin. 10. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.

IV. Kemampuan Awal Bela Negara


Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela negara, baik
secara fisik maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan dengan cara menjaga
kesamaptaan (kesiapsiagaan) diri yaitu dengan menjaga kesehatan jasmani dan rohani.
Sedangkan secara non fisik, yaitu dengan cara menjaga etika, etiket, moral dan memegang
teguh kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur dan terhormat.
AGENDA II
A. BERORIENTASI PELAYANAN
Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Komitmen ASN memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat. ASN yang
Berakhlak, berorientasi pelayanan harus mempunyai ciri sebagai berikut:
1. Akuntabel, bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan
2. Kompeten, terus belajar dan mengembangkan kapabilitas
3. Harmonis, saling peduli dan menghargai perbedaan
4. Loyal, berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara
5. Adaptif, terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan ataupun menghadapi
perubahan
6. Kolaboratif, membangun kerja sama yang sinergi
Satu core value ASN
1. Mensarikan dan menyederhanakan nilai-nilai dasar ASN serta panduan-panduan perilaku
yang sudah sesuai dengan UU no 5 Th 2014 dalam satu kesamaan persepsi yang lebih udah
dipahami dan diterapkan oleh seluruh ASN (Topdown Process).
2. Mensarikan nilai-nilai yang sudah disususn oleh instansi pemerintahan dalam satu rumusan
buku yang dapat berlaku secara umum (banyak kesamaan nilai instansi pemerintah yang
bisa disimpulkan menjadi satu core values (Bottom-Up Process).
3. Satu Core Values akan memberikan penguatan budaya kerja yang mendorong
pembentukan karakter ASN yang professional dianapun ASN ditugaskan.
4. Memudahkan proses adaptasi bagi ASN Ketika yang bersangkutan berpindah ke instansi
pemerintah lain (Talent Mobility).
5. Menjadi unsur untuk memperkuat peran ASN sebagai perekat dan pemersatu bangsa.
6. Budaya kerja yang kuat akan mendorong kinerja organisasi dalam jangka Panjang.
Fungsi dan tugas ASN berdasarkan Undang-undang ASN
1. Pelaksana kebijakan public
2. Pelayanan publik yang berkualitas dan professional
3. Perekat dan pemersatu bangsa
Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Unsur penting yang harus ada dalam penyelenggaraan pelayanan public sebagai berikut:
1. ASN sebagai penyelenggara
2. Publik/ masyarakat sebagai penerima layanan
3. Kepuasan masyarakat/ pelanggan (Customer Satisfaction)

Masyarakat dalam UU 25/2009 adalah seluruh pihak, baik warga negara maupun penduduk
sebagai perseorangan, kelompok, maupun badan hukum yang berkedudukan sebagai penerima
manfaat pelayanan publik, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penyelenggara Pelayanan Publik menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik (UU 25/2009) adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi,
lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan
publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan public.

Hal Fundamental dalam pelayanan public


1. Pelayanan public merupakan hak warga negara sebagai amanat konstitusi
2. Pelayanan public diselenggarakan dengan pajak yang dibayar oleh warga negara
3. Pelayanan public diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai hal-hal yang strategis
bagi kemajuan bangsa dimasa yang akan datang
4. Pelayanan public memiliki sifat tidak hanya memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar warga
negara sebagai manusia, akan tetapi juga berfungsi untuk memberikan perlindungan bagi
warga negara (proteksi).

Prinsip Dalam Pelayanan Publik


Prinsip-prinsip dalam pelayanan public antara lain: Partisipatif, Transparan, Responsif, Tidak
Diskriminatif, Mudah dan Murah, Efektif, Aksesibel, Akuntabel, dan Berkeadilan.

Strategi Peningkatan Pelayanan Prima


Kepatuhan terhadap UU No. 25 Th 2009 tentang pelayanan public:
1. Menerapkan standar pelayanan dan maklumat pelayanan
2. Melaksanakan survey kepuasan masyarakat, minimal 1 tahun sekali
3. Pengelolaan pengaduan masyarakat
4. Menyediakan sarapa dan prasarana pelayanan
5. Pengembangan inovasi
6. Replikasi best practice

7. Perbaikan berkelanjutan
Contoh perilaku prima
Contoh berperilaku prima diantaranya: Menyapa dan memberi salam, Ramah dan senyum,
Cepat dan tepat waktu, Mendengar dengan sabar dan aktif, Penampilan yang rapi,
Mengucapkan terimakasih, Mengingat nama pelanggan, serta Perlakukan penganggan dengan
baik.

Inovasi pelayanan
Dimaknai sebagai terobosan jenis pelayanan baik yang merupakan gagasan/ide kreatif orisinal
dan/atau adaptasi/modifikasi yang memberikan manfaat bagi masyarakat, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dengan kata lain, inovasi pelayanan publik tidak harus berupa suatu
penemuan baru (dari tidak ada kemudian muncul gagasan dan praktik inovasi), tetapi dapat
merupakan suatu pendekatan baru yang bersifat kontekstual berupa hasil perluasan maupun.
Dalam sektor publik memiliki ciri transferabilitas. Semakin banyak penyelenggara pelayanan
publik lain yang terinspirasi dan menerapkan suatu inovasi di wilayah kerja masing-masing,
maka akan semakin tinggi nilai inovasi tersebut karena dampak dan manfaat inovasi dapat
dirasakan oleh lebih banyak pengguna layanan peningkatan kualitas inovasi yang sudah ada.
Memberikan layanan yang bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan customer sudah
dapat terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu layanan yang
diberikan dapat melebihi harapan customer. Layanan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin,
dan layanan hari esok akan menjadi lebih baik dari hari ini (doing something better and better).

B. AKUNTABILITAS
Akuntabilitas dan Integritas banyak dinyatakan oleh banyak ahli administrasi negara sebagai
dua aspek yang sangat mendasar harus dimiliki dari seorang pelayan publik. Namun, integritas
memiliki keutamaan sebagai dasar seorang pelayan publik untuk dapat berpikir secara
akuntabel. Kejujuran adalah nilai paling dasar dalam membangun kepercayaan publik terhadap
amanah yang diembankan kepada setiap pegawai atau pejabat negara.

Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri. Mekanisme ini dapat diartikan
secara berbeda- beda dari setiap anggota organisasi hingga membentuk perilaku yang berbeda-
beda pula. Contoh mekanisme akuntabilitas organisasi, antara lain sistem penilaian kinerja,
sistem akuntansi, sistem akreditasi, dan sistem pengawasan (CCTV, finger prints, ataupun
software untuk memonitor pegawai menggunakan komputer atau website yang dikunjungi).

Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang akuntabel adalah:
1) kepemimpinan, 2) transparansi, 3) integritas, 4) tanggung jawab (responsibilitas), 5)
keadilan, 6) kepercayaan, 7) keseimbangan, 8) kejelasan, dan 9) konsistensi. Untuk memenuhi
terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus
mengandung 3 dimensi yaitu Akuntabilitas kejujuran dan hukum, Akuntabilitas proses,
Akuntabilitas program, dan Akuntabilitas kebijakan.

Pengelolaan konflik kepentingan dan kebijakan gratifikasi dapat membantu pembangunan


budaya akuntabel dan integritas di lingkungan kerja. Akuntabilias dan integritas dapat menjadi
faktor yang kuat dalam membangun pola pikir dan budaya antikorupsi.

• Ketersediaan informasi publik telah memberikan pengaruh yang besar pada berbagai sektor dan
urusan publik di Indonesia. Salah satu tema penting yang berkaitan dengan isu ini adalah
perwujudan transparansi tata kelola keterbukaan informasi publik, dengan diterbitkannya UU
Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (selanjutnya disingkat: KIP).
• Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk publik.

Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi yang berfungsi memberikan

pelayanan kepada masyarakat. Etika pelayanan publik adalah suatu panduan atau pegangan
yang harus dipatuhi oleh para pelayan publik atau birokrat untuk menyelenggarakan pelayanan
yang baik untuk publik. Buruknya sikap aparat sangat berkaitan dengan etika.

• Ada 2 jenis umum konflik kepentingan yaitu keuangan (Penggun an sumber daya lembaga
termasuk dana, peralatan atau sumber daya aparatur untuk keuntungan pribadi) dan non-keuangan
(Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri dan /atau orang lain).
• Untuk membangun budaya antikorupsi di organisasi pemerintahan, dapat mengadopsi langkah-
langkah yang diperlukan dalam penanganan Konflik Kepentingan:

• Penyusunan Kerangka Kebijakan,


Identifikasi Situasi Konflik Kepentingan,


• Penyusunan Strategi Penangan Konflik Kepentingan, dan

• Penyiapan Serangkaian Tindakan Untuk Menangani Konflik Kepentingan.

Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk dipahami.
Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu yang sangat
penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak hal, kata
akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada
dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban
untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah
kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat.

Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan
Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:

• Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas
tinggi
• Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif,

dan efisien
• Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi

Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak menjadi
landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara (Matsiliza dan Zonke, 2017). Kedua
prinsip tersebut harus dipegang teguh oleh semua unsur pemerintahan dalam memberikan
layanang kepada masyarakat. Aulich (2011) bahkan mengatakan bahwa sebuah sistem yang
memiliki integritas yang baik akan mendorong terciptanya Akuntabilitas, Integritas itu sendiri,
dan Transparansi. Integritas adalah konsepnya telah disebut filsuf Yunani kuno, Plato, dalam
The Republic sekitar 25 abad silam, adalah tiang utama dalam kehidupan bernegara. Semua
elemen bangsa harus memiliki integritas tinggi, termasuk para penyelenggara negara, pihak
swasta, dan masyarakat pada umumnya.

Akuntabilitas dan Integritas Personal seorang ASN akan memberikan dampak sistemik bila
bisa dipegang teguh oleh semua unsur. Melalui Kepemimpinan, Transparansi, Integritas,
Tanggung Jawab, Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan, dan Konsistensi, dapat
membangun lingkungan kerja ASN yang akuntabel.

C. KOMPETEN
Situasi dunia saat ini dengan cirinya yang disebut dengan “Vuca World”, yaitu dunia yang

penuh gejolak (volatility) disertai penuh ketidakpastian (uncertainty). Demikian halnya


situasinya saling berkaitan dan saling mempengaruhi (complexity) serta ambiguitas (ambiguity)
(Millar, Groth, & Mahon, 2018). Faktor VUCA menuntut ecosystem organisasi terintegrasi
dengan berbasis pada kombinasi kemampuan teknikal dan generik, dimana setiap ASN dapat
beradaptasi dengan dinamika perubahan lingkungan dan tuntutan masa depan pekerjaan.

Dalam menentukan kebutuhan pengembangan kompetensi dan karakter ASN penting diselaraskan
sesuai visi, misi, dan misi, termasuk nilai-nilai birokrasi pemerintah

Upaya untuk mewujudkan visi tersebut dilakukan melalui 9 (sembilan) Misi Pembangunan yang dikenal
sebagai Nawacita Kedua, yaitu:
1. peningkatan kualitas manusia Indonesia;
2. struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing;
3. pembangunan yang merata dan berkeadilan;
4. mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan;
5. kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa;
6. penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;
7. perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada setiap

warga
8. pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya; dan sinergi
pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan

Sesuai dengan kebijakan Undang Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014, prinsip dasar dalam
pengelolaan ASN yaitu berbasis merit. Dalam hal ini seluruh aspek pengelolaan ASN harus
memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja. Termasuk dalam pelaksanaanya
tidak boleh ada perlakuan diskriminatif, seperti karena hubungan agama, kesukuan atau aspek-
aspek primodial lainnya yang bersifat subyektif.

Sekurangnya terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam
menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut
meliputi: integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing,
hospitality, networking, dan entrepreneurship.

Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku kompetensi
meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan.

Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN
1. Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal dan non-klasikal, baik untuk

kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural.


2. Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Jam
Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

D. HARMONIS

Konsep Persatuan Bangsa ini sebenarnya merupakan nilai dasar yang telah dimiliki bangsa
Indonesia pada masa lalu. Semboyan Bhineka tunggal ika telah lama dimiliki bangsa di
nusantara. Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa.
Kebhinekaan dan Keberagaman suku bangsa dan budaya memberikan tantangan yang besar bagi negara
Indonesia. Wujud tantangan ada yang berupa keuntungan dan manfaat yang antara lain berupa:

1. Dapat mempererat tali persaudaraan


2. Menjadi aset wisata yang dapat menghasilkan pendapatan negara
3. Memperkaya kebudayaan nasional

4. Sebagai identitas negara indonesia di mata seluruh negara di dunia Dapat dijadikan sebagai
ikon pariwisata sehingga para wisatawan dapat tertaarik dan berkunjung di Indonesia
Dengan banyaknya wisatawan maka dapat menciptkan lapangan pekerjaan
5. Sebagai pengetahuan bagi seluruh warga di dunia Sebagai media hiburan yang mendidik
6. Timbulnya rasa nasionalisme warga negara terhadap negara Indonesia
7. Membuat Indonesia terkenal dimata dunia berkat keberagaan budaya yang kita miliki

Selain memberikan manfaat tersebut keanekaragaman juga memberikan tantangan kepada negara kita.
Keberagaman bangsa Indonesia juga merupakan tantangan berupa ancaman, karena dengan adanya
kebhinekaan tersebut mudah membuat penduduk Indonesia berbeda pendapat yang lepas kendali, mudah

tumbuhnya perasaan kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bisa menjadi ledakan yang akan
mengancam integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini Nampak bagaimana dengan
mudahnya bangs akita dimasa lalu di pecah belah oleh bangsa penjajah.

Beberapa potensi tantangan yang muncul dapat ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut:

1. Tidak adanya persamaan pandangan antarkelompok, seperti perbedaan tujuan, cara


melakukan sesuatu, dan sebagainya.
2. Norma-norma sosial tidak berfungsi dengan baik sebagai alat mencapai tujuan.
3. Adanya pertentangan norma-norma dalam masyarakat sehingga menimbulkan
kebingungan bagi masyarakat.

4. Pemberlakuan sanksi terhadap pelanggar atas norma yang tidak tegas atau lemah.
5. Tindakan anggota masyarakat sudah tidak lagi sesuai dengan norma yang berlaku.
6. Terjadi proses disosiatif, yaitu proses yang mengarah pada persaingan tidak sehat, tindakan
kontroversial, dan pertentangan (disharmonis)
7. Menguatnya etnosentrisme dalam masyarakatyaitu berupa perasaan kelompok dimana
kelompok merasa dirinya paling baik, paling benar, dan paling hebat sehingga mengukur
kelompok lain dengan norma kelompoknya sendiri. Sikap etnosentrisme tidak hanya dalam
kolompok suku, namun juga kelompok lain seperti kelompok pelajar, partai politik,
pendukung tim sepakbola dan sebagainya.

8. Stereotip terhadap suatu kelompok,yaitu anggapan yang dimiliki terhadap suatu kelompok
yang bersifat tidak baik. Seperti anggapan suatu kelompok identik dengan kekerasan, sifat
suatu suku yang kasar, dan sebagainya. Kondisi atau tanda-tanda tersebut merupakan
gejala yang dapat menjadi faktor pemicu terjadinya disharmonis atau kejadian disharmonis
di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Tantangan disharmonis dalam masyarakat dapat dikelompokkan menjadi beberapa kondisi sebagai
berikut.

1. Disharmonis antarsuku yaitu pertentangan antara suku yang satu dengan suku yang lain.
Perbedaan suku seringkali juga memiliki perbedaan adat istiadat, budaya, sistem
kekerabatan, norma sosial dalam masyarakat. Pemahaman yang keliru terhadap perbedaan
ini dapat menimbulkan disharmonis dalam masyarakat.
2. Disharmonis antaragama yaitu pertentangan antarkelompok yang memiliki keyakinan atau
agama berbeda. Disharmonis ini bisa terjadi antara agama yang satu dengan agama yang
lain, atau antara kelompok dalam agama tertentu.
3. Disharmonis antarras yaitu pertentangan antara ras yang satu dengan ras yang lain.
Pertentangan ini dapat disebabkan sikap rasialis yaitu memperlakukan orang berbeda-beda
berdasarkan ras.
4. Disharmonis antargolongan yaitu pertentangan antar kelompok dalam masyarakat atau
golongan dalam masyarakat. Golongan atau kelompok dalam masyarakat dapat dibedakan
atas dasar pekerjaan, partai politik, asal daerah, dan sebagainya.

Berdasarkan pandangan dan pengetahuan mengenai kenekaragaman bangsa dan budaya, sejarah
pergerakan bangsa dan negara, konsep dan teori nasionalisme berbangsa, serta potensi dan
tantangannyamaka sebagai ASN harus memiliki sikap dalam menjalankan peran dan fungsi
pelayanan masyarakat. ASN bekerja dalam lingkungan yang berbeda dari sisi suku, budaya,
agama dan lain-lain.

Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu tenang,
menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerjasama,
meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan.

Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus,
sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan ketentuan
tertulis.

Beberapa peran ASN dalam kehidupan berbangsa dan menciptakan budaya harmoni dalam
pelaksanaan tugas dan kewajibannya adalah sebagai berikut:
1. Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral dan adil. Netral dalam artian
tidak memihak kepada salah satu kelompok atau golongan yang ada. Adil, berarti PNS
dalam melaksanaknatugasnya tidak boleh berlaku diskriminatif dan harus obyektif, jujur,
transparan.
2. PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok kelompok minoritas, dengan tidak
membuat kebijakan, peraturan yang mendiskriminasi keberadaan kelompok tersebut.
3. PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan.

4. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus memiliki suka menolong baik
kepada pengguna layanan, juga membantu kolega PNS lainnya yang membutuhkan
pertolongan
5. PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.

E. LOYAL

Berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021 tentang Implementasi Core Values
dan Employer Branding Aparatur Sipil Negara, disebutkan bahwa dalam rangka penguatan
budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan
berkelas dunia (World Class Government), pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-
Nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa).

Nilai “Loyal” dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus
dimiliki dan diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN. Kajiannya dapat dilakukan
dengan melihat faktor internal dan faktor eksternal yang jadi penyebabnya.

Faktor internal. ASN-ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme yang mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi

masyarakat, melaksanakan kebijakan publik serta mampu menjadi perekat dan persatuan bangsa
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sesuai dengan fungsinya sebagai ASN sebagaimana
tertuang dalam Pasal 10 UU Nomor 5 Tahun 2010 tentang Aparatur Sipil Negara.

Faktor eksternal. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang masif saat ini
tentu menjadi tantangan sekaligus peluang bagi ASN untuk memenangi persaingan global. ASN
harus mampu menggunakan cara-cara cerdas atau smart power dengan berpikir logis, kritis,
inovatif, dan terus mengembangkan diri berdasarkan semangat nasionalisme dalam menghadapi
tantangan global tersebut sehingga dapat memanfaatkan teknologi informsasi yang ada untuk
membuka cakrawala berpikir dan memandang teknologi sebagai peluang untuk meningkatkan

kompetensi, baik pengetahuan, keterampilan, maupun sikap/perilaku. Bersamaan dengan


peluang pemanfaatan teknologi informasi sebagaimana diuraikan di atas, ASN milenial juga
dihadapkan pada berbagai tantangan yang harus (dan hanya dapat dihadapi) dengan sifat dan
sikap loyal yang tinggi terhadap bangsa dan negara, seperti information overload, yang dapat
menyebabkan paradox of plenty, dimana informasi yang ada sangat melimpah namun tidak
dimanfaatkan dengan baik atau bahkan disalahgunakan. masalah lain yang harus dihadapi
dengan loyalitas tinggi oleh seorang ASN adalah semakin besar peluang masuknya budaya dan

ideologi alternatif dari luar ke dalam segenap sendi-sendi bangsa melalui media informasi yang
dapat dijangkau oleh seluruh anak bangsa yang berpotensi merusak tatanan budaya dan ideologi
bangsa.

Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak
terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa mendapatkan sikap
loyal seseorang, terdapat banyak faktor yang akan memengaruhinya. Terdapat beberapa
ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya,
antara lain: Taat pada Peraturan, Bekerja dengan Integritas, Tanggung Jawab pada Organisasi,
Kemauan untuk Bekerja Sama, Rasa Memiliki yang Tinggi, Hubungan Antar Pribadi, Kesukaan
Terhadap Pekerjaan, Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan, dan Menjadi Teladan bagi
Pegawai Lain.

Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai bahwa
setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan
panduan perilaku: a) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah; b) Menjaga
nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta c) Menjaga rahasia jabatan dan
negara.

Kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku loyal
tersebut KOMITMEN, KONTRIBUSI, NASIONALISME, & PENGABDIAN.

Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya dapat
diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan
sehari-harinya, yaitu: 1. Cinta Tanah Air; 2. Sadar Berbangsa dan Bernegara; 3. Setia pada
Pancasila sebagai Ideologi Negara; 4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara; dan 5.
Kemampuan Awal Bela Negara.

Loyal Dalam Konteks Organisasi Pemerintah:


a. Komitmen pada Sumpah/Janji sebagai Wujud Loyalitas PNS
Di dalam pasal 66 UU ASN disebutkan bahwa Setiap calon PNS pada saat diangkat
menjadi PNS wajib mengucapkan sumpah/janji. Dimana dalam bunyi sumpah/janji
tersebut mencerminkan bagaimana Core Value Loyal semestinya dipahami dan
diimplementasikan oleh setiap PNS yang merupakan bagian atau komponen sebuah
organisasi pemerintah.

b. Penegakkan Disiplin sebagai Wujud Loyalitas PNS


Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian
perilaku yang menunjukkan nilainilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan (loyalitas),
ketenteraman, keteraturan, dan ketertiban. Sedangkan Disiplin PNS adalah kesanggupan
PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan. Dampak negatif yang dapat terjadi jika seorang PNS tidak disiplin
adalah turunnya harkat, martabat, citra, kepercayaan, nama baik dan/atau mengganggu
kelancaran pelaksanaan tugas Unit Kerja, instansi, dan/atau pemerintah/negara. Oleh
karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang

Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Hanya PNS-PNS yang memiliki loyalitas yang tinggilah
yang dapat menegakkan kentuan-ketentuan kedisiplinan ini dengan baik.
c. Pelaksanaan Fungsi ASN sebagai Wujud Loyalitas PNS
Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
seorang ASN memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik serta perekat dan pemersatu bangsa. Kemampuan ASN dalam melaksanakan ketiga
fungsi tersebut merupakan perwujudan dari implementai nilai-nilai loyal dalam konteks
individu maupun sebagai bagian dari Organisasi Pemerintah.
d. Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Wujud Loyalitas PNS

Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila menunjukkan


kemampuan ASN tersebut dalam wujudkan nilai loyal dalam kehidupannya sebagai ASN
yang merupakan bagian/komponen dari organisasi pemerintah maupun sebagai bagian dari
anggota masyarakat

F. ADAPTIF

Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu maupun
organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Terdapat alasan mengapa nilai-nilai
adaptif perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-tugas jabatan di sektor publik, seperti di
antaranya: Perubahan Lingkungan Strategis, Kompetisi di Sektor Publik, Komitmen Mutu,
Perkembangan Teknologi, dan Tantangan Praktek Administrasi Publik.
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup dan
menghadapi segala perubahan lingkunganatau ancaman yang timbul. Dengan demikian adaptasi
merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi juga mengubah
lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri).

Banyak persoalan pelayanan publik tidak dapat diselesaikan secara tuntas, bukan karena
persoalan kemampuan adaptabilitasnya yang rendah, tetapi justru karena peroslan-persoalan
kelembagaan dan kebijakan yang tidak memberi ruang yang cukup untuk beradaptasi.

Kreativitas dan Inovasi. Kreativitas dan inovasi kerap diidentikkan satu sama lain. Selain
karena saling beririsan yang cukup besar, kedua istilah ini memang secara konteks boleh jadi
mempunyai hubungan kasual sebab-akibat. Sebuah inovasi yang baik biasanya dihasilkan dari
sebuah kreativitas. Tanpa daya kreativitas, inovasi akan sulit hadir dan diciptakan. Menginovasi
sebuah barang atau proses akan memerlukan kemampuan kreatif untuk menciptakan inovasi.

Inovasi pada tataran ide akan sulit berwujud jika kreativitas inovatornya tidak bekerja dengan
baik. Namun demikian, dalam kenyataannya, kehadiran inovasi juga tidak mutlak mensyaratkan
adanya kreativitas.

Adapun dimensi-dimensi kreativitas dikenal melingkupi antara lain:


1. Fluency (kefasihan/kelancaran), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide atau
gagasan baru karena kapasitas/wawasan yang dimilikinya.
2. Flexibility (Fleksibilitas), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak kombinasi dari
ide-ide yang berbeda
3. Elaboration (Elaborasi), yaitu kemampuan untuk bekerja secara detail dengan kedalaman

dan komprehensif.
4. Originality (Orisinalitas), yaitu adanya sifat keunikan, novelty, kebaruan dari ide atau
gagasan yang dimunculkan.

Sehingga dengan demikian kreativitas adalah sebuah kemampuan, sikap maupun proses dapat
dipandang dalam konteks tersendiri yang terpisah dari inovasi. Sementara dalam dimensinya,
nampak adanya keterhubungan langsung antara kreativitas dengan inovasi. Dalam prakteknya,
hubungan kausalitas di antara keduanya seringkali tidak terhindarkan.

Kreativitas yang terbangun akan mendorong pada kemampuan pegawai yang adaptif terhadap

perubahan. Tanpa kreativitas, maka kemampuan beradaptasi dari pegawai akan sangat terbatas.
Kreativitas bukan hanya berbicara tentang kemampuan kreatif, tetapi juga bagian dari mentalitas
yang harus dibangun, sehingga kapasitas adaptasinya menjadi lebih baik lagi.
Organisasi Adaptif. Fondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu lanskap
(landscape), pembelajaran (learning), dan kepemimpinan (leadership). Unsur lanskap terkait
dengan bagaimana memahami adanya kebutuhan organisasi untuk beradaptasi dengan
lingkungan strategis yang berubah secara konstan. Dinamika dalam perubahan lingkungan
strategis ini meliputi bagaimana memahami dunia yang kompleks, memahami prinsip

ketidakpastian, dan memahami lanskap bisnis. Unsur kedua adalah pembelajaran yang terdiri
atas elemen elemen adaptive organization yaitu perencanaan beradaptasi, penciptaan budaya
adaptif, dan struktur adaptasi. Yang terakhir adalah unsur kepemimpinan yang menjalankan
peran penting dalam membentuk adaptive organization. Organisasi adaptif esensinya adalah
organisasi yang terus melakukan perubahan, mengikuti perubahan lingkungan strategisnya.

Adaptif sebagai Nilai dan Budaya ASN (Learning Organization, Peter Senge):
1. Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat mahir (personal
mastery);
2. Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama atau
gelombang yang sama terhadap suatu visi atau citacita yang akan dicapai bersama (shared
vision);
3. Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang organisasi ingin
wujudkan (mental model);
4. Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk mewujudkan
visinya (team learning);
5. Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda, atau bermental silo
(systems thinking)

PANDUAN PERILAKU ADAPTIF

Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik
individu maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau
mewujudkan individual dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA (Volatility,
Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty
dengan understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility.

Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon perubahan
lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel. Budaya organisasi
merupakan faktor yang sangat penting di dalam organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat

ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan
organisasi. Bila budaya organisasi telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka
budaya organisasi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja. Dengan adanya
pemberdayaan budaya organisasi selain akan menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas.

ADAPTIF DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH

Grindle menggabungkan dua konsep untuk mengukur bagaimana pengembangan kapasitas


pemerintah adaptif dengan indicator-indikator sebagai berikut: (a) Pengembangan sumber daya
manusia adaptif; (b) Penguatan organisasi adaptif dan (c)Pembaharuan institusional adaptif.

Terkait membangun organisasi pemerintah yang adaptif, Neo & Chan telah berbagi pengalaman
bagaimana Pemerintah Singapura menghadapi perubahan yang terjadi di berbagai sektornya,
mereka menyebutnya dengan istilah dynamic governance. Menurut Neo & Chen, terdapat tiga
kemampuan kognitif proses pembelajaran fundamental untuk pemerintahan dinamis yaitu
berpikir ke depan (think ahead), berpikir lagi (think again) dan berpikir lintas (think across).

Selanjutnya, Liisa Välikangas (2010) memperkenalkan istilah yang berbeda untuk pemerintah
yang adaptif yakni dengan sebutan pemerintah yang tangguh (resilient organization).
Pembangunan organisasi yang tangguh menyangkut lima dimensi yang membuat organisasi
kuat dan imajinatif: kecerdasan organisasi, sumber daya, desain, adaptasi, dan budaya (atau sisu,
kata Finlandia yang menunjukkan keuletan).

G. KOLABORASI

Definisi Kolaborasi

Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah

“value generated from an alliance between two or more firms aiming to become more
competitive by developing shared routines”.

Sedangkan Gray (1989) mengungkapkan bahwa: Collaboration is a process though which


parties with different expertise, who see different aspects of a problem, can constructively
explore differences and find novel solutions to problems that would have been more difficult to
solve without the other’s perspective (Gray, 1989).

Lindeke and Sieckert (2005) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah: Collaboration is a


complex process, which demands planned, intentional knowledge sharing that becomes the
responsibility of all parties (Lindeke and Sieckert, 2005).

Kolaborasi Pemerintahan
Irawan (2017 P 6) mengungkapkan bahwa “Collaborative governance” sebagai sebuah proses
yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling menguntungkan antar aktor governance.

Collaborative governance dalam artian sempit merupakan kelompok aktor dan fungsi. Ansell
dan Gash A (2007:559), menyatakan Collaborative governance mencakup kemitraan institusi
pemerintah untuk pelayanan publik. Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola
kolaboratif, serangkaian aktivitas bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan
strategi dan berbagi tanggung jawab dan sumber daya (Davies Althea L Rehema M. White,
2012). Kolaborasi juga sering dikatakan meliputi segala aspek pengambilan keputusan,
implementasi sampai evaluasi. Berbeda dengan bentuk kolaborasi lainnya atau interaksi
stakeholders bahwa organisasi lain dan individu berperan sebagai bagian strategi kebijakan,
collaborative governance menekankan semua aspek yang memiliki kepentingan dalam
kebijakan membuat persetujuan bersama dengan “berbagi kekuatan”. (Taylo Brent and Rob C.
de Loe, 2012).

Pada collaborative governance pemilihan kepemimpinan harus tepat yang mampu membantu
mengarahkan kolaboratif dengan cara yang akan mempertahankan tata kelola stuktur horizontal
sambil mendorong pembangunan hubungan dan pembentukan ide. Selain itu, Kolaboratif harus
memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi, terbuka dalam bekerja
sama dalam menghasilkan nilai tambah, serta menggerakan pemanfaatan berbagai sumber daya
untuk tujuan bersama.

Whole of Government (WoG); Kongkretisasi Kolaborasi Pemerintahan.

WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya


kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih
luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan
publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan
yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan.

Dalam pengertian ini WoG dipandang menunjukkan atau menjelaskan bagaimana instansi
pelayanan publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan bersama dan
sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu. Untuk kasus Australia berfokus
pada tiga hal yaitu pengembangan kebijakan, manajemen program dan pemberian layanan.

Dari definisi ini diketahui bahwa WoG merupakan pendekatan yang menekankan aspek

kebersamaan dan menghilangkan sekat-sekat sektoral yang selama ini terbangun dalam model
NPM. Bentuk pendekatannya bisa dilakukan dalam pelembagaan formal atau pendekatan
informal.
Dalam pengertian USIP (United States Institute of Peace), WoG ditekankan pada
pengintegrasian upaya-upaya kementerian atau lembaga pemerintah dalam mencapai tujuan-
tujuan bersama. WoG juga dipandang sebagai bentuk kerjasama antar seluruh aktor, pemerintah
dan sebaliknya.

Pengertian dari USIP ini menunjukkan bahwa WoG tidak hanya merupakan pendekatan yang
mencoba mengurangi sekat-sekat sektor, tetapi juga penekanan pada kerjasama guna mencapai
tujuan-tujuan bersama. Dari dua pengertian di atas, dapat diketahui bahwa karakteristik
pendekatan WoG dapat dirumuskan dalam prinsip-prinsip kolaborasi, kebersamaan, kesatuan,
tujuan bersama, dan mencakup keseluruhan aktor dari seluruh sektor dalam pemerintahan.

AGENDA III
A. SMART ASN
Pengertian Literasi Digital

Menurut Gilster (1997) literasi digital mengacu kepada kemampuan untuk memahami, mengevaluasi
dan mengintegrasi ke dalam berbagai format (multiple formats) dalam bentuk digital. Titik berat dari
literasi digital adalah untuk mengevaluasi dan menginterpretasi informasi yang ada. Sementara itu,
Lankshear dan Knobel (dalam Bawden, 2008) mendefinisikan literasi digital sebagai analisis praktik
sosial yang mengidentifikasi poin-poin penting untuk pembelajaran yang efektif.

Menurut definisi UNESCO dalam modul UNESCO Digital Literacy Framework (Law, dkk.,
2018) literasi digital adalah “kemampuan untuk mengakses, mengelola, memahami,
mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi secara aman
dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan.
Ini mencakup kompetensi yang secara beragam disebut sebagai literasi komputer, literasi TIK,
literasi informasi dan literasi media.”

Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, dan Deloitte pada
tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk mengatasi persoalan terkait percepatan
transformasi digital, dalam konteks literasi digital. Sehingga perlu dirumuskan kurikulum
literasi digital yang terbagi atas empat area kompetensi yaitu: kecakapan digital, budaya digital,
etika digital, dan keamanan digital.

Digital skill yaitu kemampuan untuk secara efektif dan kritis menavigasi, mengevaluasi dan membuat
informasi dengan menggunakan berbagai teknologi digital. Keterampilan digital
meliputi kemampuan dalam menggunakan media sosial, membuat form digital dan spreadshet,
membuat presentasi, mengoperasikan komputer, mengetik, mengirim email, dan meng-update
diri terhadap perubahan informasi digital yang ada.

Digital Ethics digital yaitu kemampuan individu dalam mempertimbangkan baik atau buruknya
sebuah tata kelola digital dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang menyadari pentingnya
etika dalam menggunakan sumber digital tidak akan terjebak dan terjerumus pada konten-
konten yang tidak bermanfaat, seperti konten pornografi, penyebaran berita hoax maupun
perundungan (bullying) yang bersifat verbal di dunia maya. Norma dan nilai-nilai kesopanan
yang kita miliki harus kita bawa ke dunia digital, karena pada dasarnya segala hal baik yang kita
lakukan di dunia nyata juga harus kita lakukan di dunia maya. Jangan sampai bangsa Indonesia
yang dahulu dikenal sebagai bangsa yang ramah dan santun, berubah menjadi bangsa yang tidak
beradab hanya karena ulah segelintir oknum yang tidak bijak dalam bersosial media.

Digital Culture adalah hasil olah pikir, kreasi dan cipta karya manusia yang berlandaskan
teknologi internet. Saat ini masyarakat kita terus berubah, seiring perubahan akibat adanya
revolusi gelombang keempat. Perubahan tersebut membawa pada terwujudnya budaya digital
yang menjadi tatanan kehidupan baru masyarakat. Contoh budaya digital yang sudah begitu
melekat dengan keseharian kita misalnya berbelanja secara online, melakukan pembayaran
digital, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di dunia pendidikan maupun rapat-rapat virtual, dan
Work From Home (WFH).

Digital Safety merupakan aktivitas untuk melindungi informasi dari terjadinya tindakan
kriminal (cyber crime) terhadap sumber daya digital. Biasanya cyber crime terjadi karena ada
seseorang yang ingin mengganggu kerahasiaan (confidentiality), integritas (integrity), dan
ketersediaan (availability) sebuah sistem informasi.

Pilar Literasi Digital

Empat Pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan kecakapan
dalam bermedia digital.

Etika bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan


menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika
digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.

Budaya bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam membaca, menguraikan,


membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka

Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.


Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan,
menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam
kehidupan sehari-hari.

Kecakapan bermedia digital meliputi Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami,


dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam
kehidupan sehari-hari.

Implementasi Literasi Digital dan Implikasinya

Pengetahuan dasar mengenai lanskap digital meliputi berbagai perangkat keras dan perangkat
lunak karena lanskap digital merupakan sebutan kolektif untuk jaringan sosial, surel, situs
daring, perangkat seluler, dan lain sebagainya. Fungsi perangkat keras dan perangkat lunak
saling berkaitan sehingga tidak bisa lepas satu sama lain. Dengan demikian, kita perlu
mengetahui dan memahami fungsi perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan dalam
mengakses dunia digital. Salah satu perangkat keras yang sering kali digunakan dalam dunia

digital adalah komputer.


Salah satu hal yang sering kita jumpai dalam dunia digital adalah internet. Internet merupakan
jaringan komputer yang memungkinkan satu komputer saling berhubungan dengan komputer
lain (Levine &Smart ASN Young, 2010). Karena hal tersebut, maka pengguna komputer dapat
berkomunikasi dengan pengguna komputer lainnya.

Digital skill merupakan Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan


menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam
kehidupan sehari-hari. Digital culture merupakan Kemampuan
Kem individu dalam membaca,
menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila
dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dan digitalisasi kebudayaan melalui
pemanfaatan TIK. Digital ethics merupakan Kemampuan individu dalam menyadari,
mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan
tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Digital safety merupakan
Kemampuan User dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan
meningkatkan kesadaran pelindungan data pribadi dan keamanan digital dalam kehidupan
sehari-hari.

Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital.

Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi adalah
kecakapan yang paling utama. Padahal literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang
bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu,
literasi digital juga banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam
melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto,
2020; Kurnia & Astuti, 2017). Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang
bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan jugamampu bermedia digital dengan
penuh tanggung jawab.

Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas dan aplikasi
yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari informasi bahkan solusi dari
permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan internet harian masyarakat Indonesia hingga
tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020. Angka ini melampaui waktu rata-
rata masyarakat dunia yang hanya menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Bahkan
menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020, selama
pandemi COVID-19 mayoritas masyarakat Indonesia mengakses internet lebih dari 8 jam
sehari. Pola kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah secara daring ikut membentuk
perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh
masyarakat untuk saling melindungi hak digital setiap warga negara.

B. MANAJEMEN ASN
Manajemen ASN adalah pengelola ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang Profesional,
memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik dan bersih praktik KKN.

1. KEDUDUKAN & PERAN; HAK & KEWAJIBAN; DAN KODE ETIK ASN.
a. Kedudukan ASN berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014
1. Pegawai Negeri Sipil (PNS)

PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat
sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk
menduduki jabatan pemerintahan dan memiliki nomor induk pegawai secara
nasional.
2. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)

Warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat


berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah
dan ketentuan perundang-undangan.

b. Peran ASN (Fungsi dan Tugas ASN)


1. Pelaksana Kebijakan Publik, Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Pelayan Publik, Memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas.
3. Perekat dan Pemersatu Bangsa, Mempererat persatuan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

c. Hak ASN sesuai dengan Pasal 21 UU No. 5 Tahun 2014


1. PNS
Gaji, Tunjangan, Perlindungan, Pengembangan Kompetensi, Jaminan Pensiun dan
Hari Tua, Cuti.
2. PPPK
Gaji, Tunjangan, Perlindungan, Pengembangan Kompetensi, Cuti.
d. Kewajiban ASN
1. setia dan taat pada Pancasila, UUD’45, NKRI
2. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa

3. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang


4. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
5. Melaksanakan Tugas Kedinasan dengan Penuh Pengabdian, Kejujuran, Kesadaran,
dan Tanggung Jawab
6. Menunjukkan Integritas dan Keteladanan Dalam Sikap, Perilaku, Ucapan Dan
Tindakan Kepada Setiap Orang, Baik di Dalam Maupun di Luar Kedinasan
7. Menyimpan Rahasia Jabatan Dan Hanya Dapat Mengemukakan Rahasia Jabatan
Sesuai Dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan
8. Bersedia Ditempatkan Di Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

e. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN


1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
4. melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau sejauh tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan.
5. tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri

atau untuk orang lain.


6. Memberika informas secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasanMemberika informas secara
benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait
kepentingan kedinasan.
7. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.

8. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.


9. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
10. memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN.
11. Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab, efektif,
dan efisien.
12. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.

2. SISTEM MERIT
a. Latar Belakang Merit
1. Praktik SPOIL SISTEM dan INKOMPETENSI dalam sistem rekrutmen dan seleksi
pegawai.
2. Perlu adanya KETERKAITAN antara Pengelolaan SDM dengan Tujuan
Organisasi.
3. Tingkat disiplin, Etos Kerja, dan Budaya Kerja ASN masih rendah.
4. Struktur kepegawaian yaitu kualitas, kuantitas, dan distribusi belum ideal.
b. Sitem Merit Pasal 1 UU ASN tentang ketentuan Umum
“Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada
kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan
latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status
pernikahan, umur, atau kondisi kecatatan”.
c. Manfaat Sistem Merit bagi Organisasi
1. Mendukung keberadaan Penerapan Prinsip Akuntabilitas
2. Dapat mengarahkan SDM utuk dapat mempertanggung jawabkan tugas dan
fungsinya
3. Instansi pemerintah mendapatkan pegawai yang tepat dan berintegritas untuk
mencapai visi dan misinya
d. Manfaat Sistem Merit bagi Pegawai
1. Menjamin Keadilan dan ruang keterbukaan dlm perjalanan karir seorang pegawai
2. Memiliki Kesempatan yang sama untuk meningkatkan kualitas diri
e. Pelaksanaan Sistem Merit dalam Pengelolaan SDM
1. Perencanaan

• Perencanaan kebutuhan pegawai

• Pegawai ASN terpilih

• Pegawai ditempatkan sesuai dengan perencanaan


2. Jaminan sistem Merit dalam Monitoring, Penilaian dan Pengembangan

• Pangkat dan Jabatan

• Pengembangan Karir

• Mutasi Pegawai

• Penilaian Kinerja
3. Kelembagaan dan Jaminan sistem Merit dalam Pengelolaan ASN

• Komisi ASN; Mempunyai kewenangan untuk melakukan MONEV pelaksanan


kebijakan dan manajemen ASN

• Kemenpan RB; Memberikan bimbingan pertimbangan pada proses penindakan


pejabat yg berwenang dan Pejabat Pembina Kepegawaian atas penyimpangan
pelaksanaan Sistem Merit dalam pengelolaan ASN

3. MEKANISME PENGELOLAAN ASN


A. Manajamen Pegawai Negeri Sipil (PNS)
1. Dasar Hukum Manajemen ASN
Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Manajemen
PNS diatur mulai dari pasal 55 UU ASN
2. Manajemen PNS

3. Penyusunan dan Penetapan Kebutuhan


Menurut pasal 56 dan 57 UU ASN 2014, Setiap Instansi Pemerintah wajib
menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS berdasarkan analisis jabatan
dan analisis beban kerja.Dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dengan
rincian per 1 (satu) tahun.
4. Pengadaan PNS (Pasal 58-67 UU ASN 2014)
a. Merencanakan pelaksanaan pengadaan PNS
b. Mengumumkan secara terbuka kepada masyarakat

c. Setiap WNI mempunyai kesempatan yg sama untuk melamarmenjadi PNS


setelah memenuhi persyaratan
d. Penyelenggaraan seleksi pengadaan PNS terdiri dari 3 (tiga) tahap
5. Pangkat dan Jabatan (Pasal 68 UU ASN 2014)
a. Kompetensi
b. Kualifikasi
c. Persyaratan yang dibutuhkan
6. Pengembangan Karier (Pasal 69-70 UU ASN 2014)
a. Kualifikasi

b. Kompetensi
1. Kompetensi Teknis
2. Kompetensi Manajerial
3. Kompetensi Sosio Kultural
c. Penilaian Kinerja
d. Kebutuhan Instansi
e. Kompetensi
f. Integritas
1. Kejujuran

2. Kepatuhan terhadap ketentuan


3. Peraturan Perundang-undangan
4. Kemampuan bekerjasama\
5. Pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan negara
g. Moralitas, Penerapan dan pengamalan nilai etika, agama, budaya dan sosial
kemasyarakatan
7. Pola Karier (Pasal 71 UU ASN 2014)
a. Pola Karier PNS terintegrasi secara Nasional
b. Disusun sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pola karier nasional

8. Promosi (Pasal 72 UU ASN 2014)


a. Kompetensi
b. Kualifikasi
c. Penilaian atas prestasi kerja
d. Kerjasama
e. Kepemimpinan
f. Pertimbangan dari tim penilai kinerja PNS

g. Persyaratan yang dibutuhkan oleh Jabatan


9. Mutasi (Pasal 73 UU ASN 2014)
a. 1 (satu) instansi
b. Antar instansi pusat
c. 1 (satu) instansi daerah
d. Antar instansi daerah
e. Antar Instansi Pusat dan Instansi Daerah
f. Perwakilan NKRI di Luar Negeri
10. Penilaian Kinerja PNS (Pasal 75-78 UU ASN 2014)

a. Objektivitas Pembinaan PNS


b. Memperhatikan target, capaian, hasl dan manfaat yang dicapai serta perilaku
PNS
c. Disampaikan kepada tim penilai kinerja PNS, serta dijadikan sebagai
persyaratan
11. Penggajian dan Tunjangan (Pasal 79-81 UU ASN 2014)
a. Gaji
b. Tunjangan Kinerja
c. Tunjangan Kemahalan

12. Penghargaan (Pasal 82-85 UU ASN 2014)


a. Tanda Kehormatan
b. Kenaikan Pangkat
c. Kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi
d. Kesempatan menghadiri acara resmi atau kenegaraan
13. Disiplin (Pasal 86 UU ASN 2014)
a. Tata Tertib
b. Hukuman Disiplin
14. Pemberhentian (Pasal 87-90 UU ASN 2014)

a. Pemberhentian dengan Hormat


1. Meninggal dunia
2. Atas permintaan sendiri
3. Mencapai batas usia pensiun
4. Perampingan organisasi
5. Tidak cakap jasmani dan atau rohani
b. Pemberhentian tidak dengan Hormat

1. Penyelewengan terhadap Pancasila danUUD 1945


2. Tindak pidana kejahatan yang berhubungan denganjabatan
3. Menjadi anggota dan atau pengurus partai politik
4. Tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
pidana berencana
c. Pemberhentian Sementara
1. Diangkat menjadi pejabat negara
2. Diangkat menjadi komisioner atau anggota Lembaga non struktural
3. Ditahan karena menjadi tersangka tindak pidana

15. Usia Pensiun PNS


a. 58 tahun bagi Pejabat Administrasi
b. 60 tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi
c. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan bagi Pejabat Fungsional
16. Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua (Pasal 91 UU ASN 2014)
a. Meninggal Dunia
b. Atas Permintaan sendiri
c. Mencapai batas usia pensiun
d. Perampingan organisasi

e. Tidak cakap jasmani dan atau rohani


17. Perlindungan (Pasal 92 UU ASN 2014)
a. Jaminan Kesehatan
b. Jaminan Kecelakaan kerja
c. Jaminan Kematian
d. Bantuan Hukum
B. Manajamen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
1. Manajemen PPPK (Pasal 93 UU ASN 2014)
Penetapan Kebutuhan, Pengadaan, Penilaian Kinerja, penggajian dan

pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan


perjanjian kerja, perlindungan.
2. Penetapan Kebutuhan PPPK (Pasal 94 UU ASN 2014)
a. Peraturan Presiden
b. Analisis Jabatan dan Analisis beban Kerja
c. Keputusan Menteri
3. Pengadaan PPPK (Pasal 95-96 UU ASN 2014)

a. Perencanaan
b. Pengumuman Lowongan
c. Pelamaran
d. Seleksi
e. Pengumuman Hasil Seleksi
f. Pengangkatan menjadi PPPK
4. Penilaian Kinerja PPPK (Pasal 100 UU ASN 2014)
a. Objektivitas Prestasi Kerja
b. Memperhatikan Target, Sasaran, Hasil, Manfaat yang dicapai, dan Perilaku

Pegawai PPPK
c. Dilakukan secara objektif, terukur, Akuntabel, Partisipatif, dan Transparan
5. Penggajian dan Tunjangan PPPK (Pasal 101 UU ASN 2014)
a. Gaji
b. Tunjangan
6. Pengembangan Kompetensi PPPK (Pasal 102 UU ASN 2014)
a. Kesempatan untuk pengembangan kompetensi direncanakan setiap tahun oleh
instansi pemerintah
b. Dipergunakan sebagai salah satu dasar untuk perjanjian kerja selanjutnya

7. Pemberian Penghargaan PPPK (Pasal 103 UU ASN 2014)


a. Tanda Kehormatan
b. Kesempatan Prioritas untuk Pengembangan Kompetensi
c. Kesempatan menghadiri acara resmi/kenegaraan
8. Disiplin PPPK (Pasal 104 UU ASN 2014)
a. Tata Tertib
b. Hukuman Disiplin
9. Pemutusan Perjanjian Kerja (Pasal 105 UU ASN 2014)
a. Pemutusan Perjanjian Kerja PPPK dengan hormat

1. Jangka Waktu Perjanjian Kerja Berakhir


2. Meninggal Dunia
3. Pemutusan Perjanjian Kerja PPPK dengan hormat
4. Atas Permintaan Sendiri
5. Perampingan Organisasi
6. Tidak cakap Jasmani dan atau rohani
b. Pemutusan Perjanjian Kerja PPPK dilakukan dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri
1. Dihukum penjara dgn pidana penjara paling singkat 2 tahun dan tindak
pidana tersebut dilakukan dengan tidak berencana
2. Melakukan pelanggaran disiplin PPPKtingkat berat
3. Tidak memenuhi kinerja yang telah disepakati sesuai dengan perjanjian
kerja
c. Pemutusan Perjanjian Kerja PPPK dilakukan tidak dengan hormat
1. Penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD 1945
2. Tindak pidana kejahatan yg berhubungan dgn jabatan
3. Menjadi anggota dan atau pengurus partai politik
4. Tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
pidana berencana
10. Penyelesaian Sengketa
a. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif.
b. Keberatan diajukan secara tertulis kepada atasan
c. Upaya administratif terdiri dari keberatan dan banding administratif.
d. Ketentuan lebih lanjut mengenai upaya administratif dan badan pertimbangan
ASN diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai