Anda di halaman 1dari 20

MOOC PPPK

Massive Open Online Course


PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA
(PPPK)

JURNAL RESUME

Oleh :
Nama : Khoirul Fata, S.Pd
NIP : 199708092022211001
NIK : 3308160908970002
Golongan : IX
Jabatan : Ahli Pertama - Guru Kelas
Unit Kerja : SD Negeri Wonolopo 01

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGERA (LAN)


TAHUN 2022
AGENDA I
SIKAP PERILAKU BELA NEGARA

A. WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA


1. Wawasan Kebangsaan
Sejarah pergerakan Kebangsaan Indonesia terbangun dari serangkaian proses
panjang yang didasarkan pada kesepakatan dan pengakuan terhadap keberagaman dan
bukan keseragaman serta mencapai puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah
pergerakan kebangsaan Indonesia membuktikan bahwa para pendiri bangsa (founding
father) mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan kelompok atau
golongan. Sejak awal pergerakan nasional, kesepakatan-kesepakatan tentang
kebangsaan terus berkembang hingga menghasilkan 4 konsensus dasar (Pancasila,
UUD 1945, NKRI, Bhineka Tunggal Ika) serta Bendera, Bahasa, Lambang Negara,
serta Lagu Kebangsaan Indonesia.
Sehingga dapat diartikan bahwa wawasan Kebangsaan merupakan cara pandang
bangsa Indonesia dalam rangka mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang
dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap system
nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945,
NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi
bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
2. Nilai-nilai Bela Negara
Ancaman pada era reformasi diartikan sebagai sebuah kondisi, tindakan, potensi,
baik alamiah atau hasil rekayasa, berbentuk fisik atau non fisik, berasal dari dalam atau
luar negeri, secara langsung atau tidak langsung diperkirakan atau diduga atau yang
sudah nyata dapat membahayakan tatanan serta kelangsungan hidup bangsa dan negara
dalam rangka pencapaian tujuan nasionalnya.
Kewaspadaan dini adalah kewaspadaan setiap warga Negara terhadap setiap
potensi ancaman. Kewaspadaan dini memberikan daya tangkal dari segala potensi
ancaman, termasuk penyakit menular dan konflik social.
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik
secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI
Tahun 1945 dalam menjamin hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai
ancaman.
3. Pembinaan Kesadaran Bela Negara lingkup Pekerjaan
Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan dan kegiatan
yang dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan, dana atau
pelatihan kepada warga negara guna menumbuhkembangkan sikap dan perilaku serta
menanamkan nilai dasar Bela Negara. Pembinaan Kesadaran Bela Negara
diselenggarakan di lingkup : pendidikan, masyarakat, dan pekerjaan.
4. Indicator nilai dasar Bela Negara
1) Cinta tanah air
2) Sadar berbangsa dan bernegara
3) Setia pada Pancasila sebagai ideology bangsa
4) Rela berkorban untuk bangsa dan negara
5) Kemampuan awal bela negara
5. Aktualisasi Kesadaran Bela Negara bagi ASN
1) Memegang teguh ideologi Pancasila
2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah
3) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia
4) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak
5) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian
6) Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif
7) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur
8) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik
9) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah;
10) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun
11) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi
12) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama
13) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai
14) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan
15) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat
sistem karier.
6. Peran ASN Berdsarkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Dalam rangka mencapai tujuan nasional dalan Pembukaan UUD 1945 alenia ke-4
diperlukan ASN yang professional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan public bagi
masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan
bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan Pasal 11 UU ASN, Tugas
Pegawai ASN adalah sebagai berikut:
1) Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
2) Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
3) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. ANALISIS ISU KONTEMPORER


1. Perubahan Lingkungan Strategis
Terdapat 4 level lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan ASN
dalam melakukan pekerjaannya yaitu individu, keluarga, masyarakat pada level local
dan regional, nasional, dan global. Perubahan global yang terjadi dewasa ini memaksa
semua negara untuk berperan serta, jika tidak maka arus perubahan tersebut akan
menghilang dan akan meninggalkan semua yang tidak mau berubah.
Modal yang diperlukan dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis yaitu :
1) Modal Intelektual
2) Modal Emosional
3) Modal Sosial
4) Modal Ketabahan
5) Modal etika
6) Modal Kesehatan
2. Isu-isu strategis Kontemporer
Sebagai ASN dihadapkan pada pengaruh yang dating dari eksternal juga internal yang
kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara. Seorang ASN perlu
mengenal dan memahami secara kritis isu-isu strategis kontemporer diantaranya:
1) Korupsi
2) Narkoba
3) Paham radikalisme/terorisme
4) Money laundry
5) Proxy war
6) Kejahatan komunikasi masal (cyber crime, hate speech, dan hoax)

C. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA


1. Konsep Kesiapsiagaan Bela Negara
“Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh
seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang
beragam yang dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar
disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD Tahun
1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan
bernegara”.
2. Kesiapsiagaan Bela Negara Dalam Latsar CPNS
Untuk pelatihan kesiapsiagaan bela negara bagi CPNS ada beberapa hal yang
dapat dilakukan, salah satunya adalah tanggap dan mau tahu terkait dengan kejadian-
kejadian permasalahan yang dihadapi bagi bangsa negara Indonesia, tidak mudah
terprovokasi, tidak mudah percaya dengan berita gossip yang belum jelas asal-usulnya,
tidak terpengaruh dengan penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan permasalahan
bangsa lainnya, dan yang lebih penting lagi adalah mempersiapkan jasmani dan mental
untuk turut bela negara
3. Manfaat Kesiapsiagaan Bela Negara
a. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain.
b. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
c. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
d. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan
kemampuan diri.
e. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam
materi Team Building.
f. Membentuk iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.
g. Berbakti pada orangtua, bangsa, agama.
h. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.
i. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
j. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.
4. Kemampuan Awal Bela Negara
Bela negara merupakan tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara,
baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai ancaman. Kemampuan awal bela
negara antara lain :
a. Kesiapsiagaan jasmani, merupakan kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk
melaksanakan tugas atau kegiatan fisik secara lebih baik dan efisien. Kesiapsiagaan
jasmani bermanfaat memiliki postur yang baik, memiliki ketahanan melakukan
pekerjaan berat, dan memiliki ketangkasan yang tinggi.
b. Kesiapsiagaan mental, merupakan kesiapsiagaan seseorang dengan memahami
kondisi mental, perkembangan mental, dan proses menyesuaikan diri terhadap
berbagai tuntutan sesuai dengan perkembangan mental/jiwa (kedewasaaan)nya,
baik tuntutan dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar.
c. Menjunjung kearifan lokal, merupakan hasil pemikiran dan perbuatan yang
diperoleh manusia di tempat ia hidup dengan lingkungan alam sekitarnya untuk
memperoleh kebaikan. Kearifan lokal dapat berupa ucapan, cara, langkah kerja,
alat, bahan dan perlengkapan yang dibuat manusia setempat untuk menjalani hidup
di berbagai bidang kehidupan manusia.
d. Memiliki etika/ etiket dan moral.
5. Rencana Aksi Bela Negara
Aksi nasional bela negara adalah sinergi setiap warga negara guna mengatasi
segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan yang berlandaskan pada
nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil, dan makmur.
6. Indikator Nilai-nilai Bela Negara
a. Cinta tanah air, meliputi : mencintai, menjaga dan melestarikan lingkungan hidup;
menghargai dan menggunakan karya anak bangsa; menggunakan produk dalam
negeri; menjaga dan memahami seluruh ruang wilayah NKRI; menjaga nama baik
bangsa dan negara; mengenal wilayah tanah air tanpa rasa fanatisme kedaerahan.
b. Sadar berbangsa dan bernegara, meliputi : disilpin dan tanggung jawa terhadap
tugas yang dibebankan; menghargai dan menghormati keanekaragaman suku,
agama, ras dan antar golongan; mendahulukan kepentingan umum di atas
kepentingan pribadi dan golongan; bangga terhadap bangsa dan negara sendiri;
rukun dan berjiwa gotong royong dalam masyarakat; menjalankan hak dan
kewajiban sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
c. Setia kepada Pancasila sebagai ideologi negara, meliputi : menjalankan kewajiban
agama dan kepercayaan secara baik dan benar; memahami dan mengamalkan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari; meyakini Pancasila sebagai dasar
negara serta menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara;
menerapkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai musyawarah mufakat.
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara, meliputi : rela menolong sesama warga
masyarakat yang mengalami kesulitan tanpa melihat latar belakang sosio-
kulturalnya; mendahulukan kepentingan bangsa dan negara dari pada kepentingan
pribadi dan golongan; menyumbangkan tenaga, pikiran, kemampuan untuk
kepentingan masyarakat, kemajuan bangsa dan negara.
e. Mempunyai kemampuan awal bela negara, meliputi : memiliki kemampuan,
integritas dan kepercayaan diri yang tinggi dalam membela bangsa dan negara;
mempunyai kemampuan memahami dan mengidentifikasi bentuk-bentuk ancaman
di lingkungan masing-masing; senantiasa menjaga kesehataannya sehingga
memiliki kesehatan fisik dan mental yang tinggi, memiliki pengetahuan tentang
kearifan lokal dalam menyikapi setiap ancaman.
AGENDA II

NILAI-NILAI DASAR ASN

A. BERORIENTASI PELAYANAN
1. Konsep Pelayanan Publik
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk ata barang, jasa dan/atau pelayanan administrative yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Prinsip pelayanan publik yang baik
adalah:
a. Partisipatif
b. Transparan
c. Responsif
d. Tidak diskriminatif
e. Mudah dan Murah
f. Efektif dan Efisien
g. Aksesibel
h. Akuntabel
i. Berkeadilan
2. Berorientasi Pelayanan
Berorientasi pelayanan dapat dijabarkan dengan berbagai kriteria yaitu:
a. ASN harus memiliki kode etik (code of ethics) untuk menjabarkan pedoman perilaku
sesesuai dengan tujuan yang terkandung dari masing-masing nilai.
b. Untuk mendetailkan kode etik tersebut, dapat dibentuk kode perilaku (code of
conducts) yang berisi contoh perilaku yang wajib dan tidak boleh dilakukan pegawai
ASN.
c. Pegawai ASN harus menerapkan budaya pelayanan dan menjadikan prinsip melayani
sebagai suatu kebanggan
Panduan perilaku/kode etik dari nilai Berorientasi Pelayanan sebagai pedoman bagi para
ASN dalam melaksanakan tugas sehari-hari, yaitu:
a. Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat
b. Ramah, Cekatan, Solutif, dan Dapat Diandalkan
c. Melakukan perbaikan Tiada Henti
Penyelenggaraan pelayanan public menghadapi berbagai hambatan dan tantangan, yang
berasal dari eksternal seperti kondisi geografis yang sulit, infrastruktur yang belum
memadai, termasuk dari sisi masyarakat itu sendiri baik yang tinggal di pedalaman dengan
adat kebiasaan atau sikap masyarakat yang kolot, ataupun yang tinggal di perkotaan dengan
kebutuhan yang dinamis dan senantiasa berubah.
B. AKUNTABEL
1. Konsep Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi
untuk memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan kepadanya. Amanah
seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai
dengan Core Values ASN Berakhlak Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut
adalah:
a. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin
dan berintegritas tinggi
b. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien
c. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi.
Akuntabilitas public memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007) yaitu:
a. Untuk menyediakan control demokratis (peran demokrasi)
b. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional)
c. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar)
Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sector public yang akuntabel, maka
mekanisme akuntabilitas harus mengandung dimensi:
a. Akuntabilitas kejujuran dan hukum
b. Akuntabilitas proses
c. Akuntabilitas program
d. Akuntabilitas kebijakan
C. KOMPETEN
1. Kebijakan Pembangunan Aparatur
Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam
menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut
meliputi: integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing,
hospitality, networking, dan entrepreneurship.
2. Pengembangan Kompetensi
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang
spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2) Kompetensi Manajerial adalah
pengetahuan keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan
untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3) Kompetensi Sosial Kultural
adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan
dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam
hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi
dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil
kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
3. Perilaku Kompeten
Meningkatkan kompetensi diri:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah adalah
keniscayaan.
b. Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau disebut juga
sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan berbasis pada sumber
pembelajaran utama dari Internet.
c. Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online
network.
d. Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian para
pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN bekerja
atau tempat lain.
e. Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang mengatur diri
sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi dan atau luar organisasi.
Membantu Orang Lain Belajar:
a. Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor termasuk morning
tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.
b. Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar
pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums).
c. Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam dokumen kerja
seperti laporan, presentasi, artikel, dan sebagainya dan memasukkannya ke dalam
repositori di mana ia dapat dengan mudah disimpan dan diambil (Knowledge
Repositories).
d. Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer), dalam
bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network), pendokumentasian
pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan bersumber dari refleksi
pengalaman (lessons learned).
Melakukan kerja terbaik:
a. Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi, baik
instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan berkembang melalui
berbagai perubahan lingkungan dan karya manusia.
b. Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan dengan apa
yang menjadi terpenting dalam hidup seseorang.
D. HARMONIS
1. Keanekaragaman Bangsa Dan Budaya Di Indonesia
Keaneka ragaman suku bangsa itu dapat dipahami disebabkan karena kondisi letak
geografis Indonesia yang berada di persimpangan dua benua dan samudra. Hal tersebut
mengakibatkan terjadinya percampuran ras, suku bangsa, agama, etnis dan budaya yang
membuat beragamnya suku bangsa dan budaya diseluruh indonesia. Keanekaragaman suku
bangsa dan budaya membawa dampak terhadap kehidupan yang meliputi aspek-aspek
sebagai berikut:
a. Kesenian
b. Religi
c. Sistem pengetahuan
d. Organisasi social
e. System ekonomi
f. System teknologi
g. Bahasa

2. Peran ASN dalam Mewujudkan suasana Harmoni


Beberapa peran ASN dalam kehidupan berbangsa dan menciptakan budaya harmoni
dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya adalah sebagai berikut:
a. Posisi ASN harus bersikap netral dan adil. Netral dalam artian tidak memihak kepada
salah satu kelompok atau golongan yang ada. Adil berarti dalam melaksanakan tugasnya
tidak boleh berlaku diskriminatif dan adil dalam melaksanakan tugasnya.
b. PNS harus bias mengayomi kepentingan kelompok minoritas, dengan tidak membuat
kebijakan, peraturan yang mendiskriminasi keberadaan kelompok tersebut. Terutama
ketika melakukan rekrutmen pegawai, penyusunan program tidak berdasarkan
kepentingan golongan
c. Pns harus memiliki sikap toleran atas perbedaan untuk menunjang sikap netral dan adil
karena tidak berpihak dalam memberikan layanan
d. PNS harus memiliki suka menolong baik kepada pengguna layanan, juga membantu
kolega PNS lainnya
e. PNS menjadi figure dan teladan di lingkungan masyarakatnya. [PNS juga harus menjadi
tokoh dan panutan masyarakat.

E. LOYAL
1. Konsep Loyal
a. Pengertian Loyal dan Loyalitas
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari Bahasa Perancis yaitu “Loial”
yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu
kesetiaan.. Loyalitas adalah suatu manifestasi dari kebutuhan fundamental manusia
untuk memiliki, mendukung, merasa aman, membangun keterikatan, dan menciptakan
keterikatan emosional.
Untuk mendapatkan sikap loyal, terdapat banyak factor yang akan memengaruhinya.
Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk
mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
a) Taat pada Peraturan
b) Bekerja dengan Integritas
c) Tanggung Jawab pada Organisasi
d) Kemauan untuk Bekerja Sama
e) Rasa Memiliki yang Tinggi
f) Hubungan Antar Pribadi
g) Kesukaan Terhadap Pekerjaan
h) Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
i) Menjadi Teladan bagi Pegawai Lain
b. Loyal dalam Core Values ASN
Core Values ASN yang diluncurkan yaitu ASN BerAKHLAK yang merupakan
akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif,
Kolaboratif.
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa
dan negara, dengan panduan perilaku:
a) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
b) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
c) Menjaga rahasia jabatan dan negara.
c. Membangun Perilaku Loyal
1.) Dalam Kontek Umum
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai
terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:
a) Membangun rasa kecintaaan dan memiliki seorang pegawai akan setia dan
loyal terhadap organisasinya apabila pegawai tersebut memiliki rasa cinta dan
yang besar terhadap organisasinya.
b) Meningkatkan kesejahteraan usaha peningkatan kesejahteraan pegawai dapat
menjadi salah satu faktor yang dapat menumbuhkan rasa dan sikap loyal
seorang pegawai.
c) Memenuhi kebutuhan rohani maksud dari pemenuhan kebutuhan rohani adalah
kemampuan organisasi untuk memberikan hak pegawai atas hal yang tidak
bersifat materi.
d) Melakukan evaluasi secara berkala dengan melakukan evaluasi secara berkala
terhadap kinerja, maka setiap pegawai dapat mengetahui kesalahan atau
kekurangannya sebagai acuan untuk terus melakukan perbaikan dan
pengembangan kinerjanya sebagai wujud loyalitasnya.
2.) Memantapkan Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal
Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi
mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
3.) Meningkatkan Nasionalisme
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap
bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain. Sedangkan
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia
Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila
yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa :
a) menempatkan persatuan dan kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan;
b) menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara;
c) bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa
rendah diri;
d) mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama
manusia dan sesama bangsa;
e) menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia; dan
f) mengembangkan sikap tenggang rasa.
2. Panduan Perilaku Loyal
a. Panduan Perilaku Loyal
1) Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Setia kepada NKRI serta Pemerintahan yang Sah.
2) Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi dan Negara .
3) Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara
b. Sikap Loyal ASN Melalui Aktualisasi Kesadaran Bela Negara
Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya
dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-nilai Dasar Bela Negara
dalam kehidupan sehari-harinya.

F. ADAPTIF
1. Memahami Adaptif
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan
hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan
demikian adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan
lingkungan tetapl juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri).
Sejatinya tanpa beradaptasi akan menyebabkan makhluk hidup tidak dapat mempertahankan
diri dan musnah pada akhirnya olen perubahan lingkungan.

G. KOLABORATIF
1. Definisi Kolaboratif
Kolaborasi juga sering dikatakan meliputi segala aspek pengambilan keputusan,
implementasi sampai evaluasi.
Ratner (2012) mengungkapkan terdapat mengungkapkan tiga tahapan yang
dapat dilakukan dalam melakukan assessment terhadap tata kelola kolaborasi yaitu :
1) mengidentifikasi permasalahan dan peluang
2) merencanakan aksi kolaborasi
3) mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi
Pengertian WoG
Dalam pengertian ini WoG dipandang menunjukkan atau menjelaskan
bagaimana instansi pelayanan publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna
mencapai tujuan bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu
tertentu.
2. Praktik Dan Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintah
Menurut Pérez López et al (2004 dalam Nugroho, 2018), organisasi yang
memiliki collaborative culture indikatornya sebagai berikut:
1) Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi;
2) Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan
membutuhkan upaya yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan
mereka;
3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan
mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan
ketika terjadi kesalahan);
4) Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas)
Setiap kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
6) Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
7) Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap

AGENDA III

KEDUDUKAN DAN PERAN ASN DALAM NKRI

A. SMART ASN
1. Literasi Digital
a.
b. Percepatan Transformasi Digital
Transformasi digital memberikan lebih banyak informasi, komputasi, komunikasi,
dan konektivitas yang memungkinkan berbagai bentuk kolaborasi baru di dalam
jaringan dengan actor yang terdiversifikasi. 5 arahan presiden untuk percepatan
transformasi digital:
 Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital
 Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sector-sektor strategis, baik
di pemerintahan, layanan public, bantuan social, sector pendidikan, sktor
kesehatan, perdagangan, sector industry, sector penyiaran
 Percepatan integrase Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan
 Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital
 Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan
transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya

Literasi digital banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam
melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif . Seorang
pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu
mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh
tanggung jawab.
Kompetensi literasi digital tidak hanya dilihat dari kecakapan menggunakan media
digital saja, namun juga budaya menggunakan digital , etis menggunakan media digital , dan
aman menggunakan media digital .
International Telecommunication Union
a. Pada tahun 2017, peringkat ICT Development Index Indonesia berada di posisi 7 dari
11 negara di Asia Tenggara. Meskipun demikian, Indonesia mencatat kenaikan skor
yang cukup tinggi dalam waktu 1 tahun.
b. Laporan ini belum diperbarui di tahun 2018-2019 karena data kurang memadai.
Institute of International Management Development
Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital
culture, digital ethics, dan digital safety. Kerangka kurikulum literasi digital digunakan
sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam
menguasai teknologi digital.
Kemampuan mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan
meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan keamanan digital dalam kehidupan
sehari-hari.
Tiga tantangan dalam menimbang urgensi penerapan etika bermedia digital
a. Perubahan perilaku masyarakat yang berpindah dari media konvensional ke media
digital.
b. Karakter media digital yang serba cepat dan serba instan, menyediakan kesempatan tak
terbatas dan big data, telah mengubah perilaku masyarakat dalam segala hal, mulai dari
belajar, bekerja, bertransaksi, hingga berkolaborasi.
c. Intensitas orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi..

Aman Bermedia Digital


Kompetensi keamanan digital merupakan kecakapan individual yang bersifat formal
dan mau tidak mau bersentuhan dengan aspek hukum positif. Secara individual, terdapat
tiga area kecakapan keamanan digital yang wajib dimiliki oleh pengguna media digital.
a. Memahami berbagai konsep dan mekanisme proteksi baik terhadap perangkat digital
maupun terhadap identitas digital dan data diri.
b. Empati agar pengguna media digital punya kesadaran bahwa keamanan digital bukan
sekadar
c. Afektif tentang perlindungan perangkat digital sendiri dan data diri sendiri, melainkan
juga menjaga keamanan pengguna lain sehingga tercipta sistem keamanan yang kuat.
Budaya Bermedia Digital
Kompetensi keamanan digital merupakan kecakapan individual yang bersifat formal
dan mau tidak mau bersentuhan dengan aspek hukum positif. Secara individual, terdapat
tiga area kecakapan keamanan digital yang wajib dimiliki oleh pengguna media digital.
a. Lanskap digital merupakan sebutan kolektif untuk jaringan sosial, surel, situs daring,
perangkat seluler, dan lain sebagainya.
b. Fungsi perangkat keras dan perangkat lunak saling berkaitan sehingga tidak bisa lepas
satu sama lain. Kita tidak bisa mengakses dunia digital tanpa fungsi dari keduanya.
c. Komputer yang paling dekat dengan kehidupan kita adalah komputer pribadi.
Aplikasi Percakapan, dan Media Sosial
Aplikasi percakapan dan media sosial adalah salah satu bagian dari perkembangan
teknologi yang disebut sebagai tolok ukur yang sangat menarik yang memiliki kaitan
dengan berbagai aspek . Oktober 2020, aplikasi pesan terbesar masih dikuasai oleh
WhatsApp.
Empat Dimensi Persiapan
Akses terhadap internet. Aplikasi percakapan dan media sosial bagaimanapun adalah
platform digital yang membutuhkan internet agar bisa beroperasi.
Syarat dan ketentuan penggunaan aplikasi.
Membuat dan/atau membuka akun. Mendaftarkan akun membutuhkan data-data
pribadi, misalnya nama lengkap, nomor telepon, surel, dan lainnya. Proses inilah yang harus
diwaspadai, terutama bila data-data pribadi tersebut terhubung dengan data bank maupun
dompet digital.
Etika merupakan sistem nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya K.Bertens. Etiket yang
didefinisikan sebagai tata cara individu berinteraksi dengan individu lain atau dalam
masyarakat .
Jadi, etiket berlaku jika individu berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain.
Sementara etika berlaku meskipun individu sendirian. Hal lain yang membedakan etika dan
etiket ialah bentuknya, etika pasti tertulis, misal kode etik Jurnalistik, sedangkan etiket tidak
tertulis .

B. MANAJEMEN ASN
Aparatur sipil negara mempunyai peran yang amat penting dalam rangka
menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis,
makmur, adil, dan bermoral tinggi dalam menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat
secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan
kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Berbagai tantangan yang
dihadapi oleh aparatur sipil negara dalam mencapai tujuan tersebut semakin banyak dan
berat, baik berasal dari luar maupun dalam negeri yang menuntut aparatur sipil negara untuk
meningkatkan profesionalitasnya dalam menjalankan tugas dan fungsinya serta bersih dan
bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Birokrasi kita masih menjadi hambatan dalam pembangunan, yang ditandai dengan
masih rendahnya kinerja pelayanan birokrasi dan masih tingginya angka korupsi di
Indonesia.Untuk mewujudkan birokrasi yang profesional dalam menghadapi tantangan-
tantangan tersebut, pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara telah bertekad untuk mengelola aparatur sipil negara menjadi semakin profesional.
Undang-undang ini merupakan dasar dalam manajemen aparatur sipil negara yang bertujuan
untuk membangun aparat sipil negara yang memiliki integritas, profesional, dan mampu
menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat, untuk itu
1. Kedudukan ASN
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem birokrasi selama ini dianggap
belum sempura untuk menciptakan birokrasi yang profesional. Untuk dapat
membangun profesionalitas birokrasi, maka konsep yang dibangun dalam UU ASN
harus jelas. Konsep dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN Berdasarkan jenisnya,
Pegawai ASN terdiri atas:
a) Pegawai Negeri Sipil (PNS)
b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
2. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai
berikut:
a) Pelaksana kebijakan publik
b) Pelayan publik
c) Perekat dan pemersatu bangsa
Pegawai ASN bertugas :
a) Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b) Memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas.
c) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Hak dan Kewajiban ASN
Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN adalah :
 PNS berhak memperoleh :
a) gaji, tunjangan, dan fasilitas.
b) cuti, jaminan pensiun dan jaminan hari tua.
c) perlindungan, pengembangan kompetensi.
 Sedangkan PPPK berhak memperoleh:
a) gaji dan tunjangan, cuti
b) perlindungan dan pengembangan kompetensi.
Berdasarkan Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga wajib memberikan perlindungan
berupa:
a) jaminan kesehatan;
b) jaminan kecelakaan kerja;
c) jaminan kematian; dan
d) bantuan hukum.
4. Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:
a) Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah.
b) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
c) Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang.
d) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan.
e) Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran,
dan tanggung jawab.
f) Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan.
g) Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
h) Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN:
a) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi.
b) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
c) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
d) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
e) Melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
etika pemerintahan.
f) Menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara.
g) Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab,
efektif, dan efisien.
h) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
i) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
j) Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri
sendiri atau untuk orang lain.
k) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN.
l) melaksanakan ketentuan peraturan perundang- undangan mengenai disiplin
Pegawai ASN.
 Konsep Sistem Merit dalam Pengelolaan ASN
Konsep Sistem Merit menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam pengelolaan
ASN. Sistem merit pada dasarnya adalah konsepsi dalam manajemen SDM yang
menggambarkan diterapkannya objektivitas dalam keseluruhan semua proses dalam
pengelolaan ASN yakni pada pertimbangan kemampuan dan prestasi individu untuk
melaksanakan pekerjaanya (kompetensi dan kinerja). Pengambilan keputusan dalam
pengelolaan SDM didasarkan pada kemampuan dan kualifikasi seseorang dalam atau
untuk melaksanakan pekerjaan dan tidak berdasarkan pertimbangan subjektif seperti
afiliasi politik, etnis, dan gender. Objektifitas dilaksanakan pada semua tahapan
dalam pengelolaan SDM (rekruitmen, pengangkatan, penempatan, dan promosi).
Sistem ini biasanya disandingkan dengan spoil sistem, yaitu penerapan manajemen
SDM-nya lebih mengutamakan pertimbangan subjektif.
Undang-undang ASN memandang bahwa sumber daya manusia (SDM) adalah
aset yang harus dikembangkan. Dengan dasar tersebut maka setiap ASN memiliki
kesempatan yang sama untuk meningkatkan kualitas diri masing-masing. Oleh
karenanya setiap ASN dimotivasi untuk memberikan yang terbaik. Sistem merit
merupakan salah satu bentuk motivasi bagi ASN yang ingin meningkatkan kualitas
dirinya.
Dalam sistem merit berbagai keputusan dalam manajemen SDM didasari pada
kualifikasi, kompetensi dan kinerja. Dalam recruitment, kualifikasi dan kompetensi
menjadi pertimbangan seseorang untuk menjadi pegawai ASN. Sistem CAT (computer-
assisted testing) yaitu model assessment atau penilaian dimana kandidat/ calon
menjawab pertanyaan (atau menyelesaikan latihan) dengan menggunakan komputer
(menjadi bagian dalam program komputer), mampu menjamin transparansi, efisiensi
serta efektivitas dalam rekruitmen pegawai karena pengolahan sampai dengan
pengumuman sepenuhnya berdasarkan program dalam komputer. Intervensi dan
preferensi personal dapat dikurangi bahkan dapat dihilangkan dengan sistem ini,
sehingga kita mendapatkan calon PNS yang berkualitas.
Semua fungsi dan komponen dalam manajemen ASN sebagaimana tercantum
dalam Pasal 55 (mengatur tentang manajemen PNS) dan pasal 93 (mengatur
manajemen PPPK) UU ASN harus menerapkan sistem merit. Pasal 55 menyebutkan
bahwa “ Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan,
pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian
kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan
pensiun hari tua, dan perlindungan.
Pasal 93 Manajemen PPPK meliputi: penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian
kinerja, penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian
penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan kerja, perlindungan.
Pelaksanaan sistem merit dalam beberapa komponen pengelolaan ASN
sebagaimana di atas khususnya dalam penyusunan dan penetapan kebutuhan
(perencanaan kebutuhan pegawai/planning), penilaian kinerja (monitoring dan
penilaian), pengembangan kompetensi, promosi, mutasi, penghargaan.
 Mekanisme Pengelolaan ASN
Pengelolaan atau manajemen ASN pada dasarnya adalah kebijakan dan praktik
dalam mengelola aspek manusia atau sumber daya manusia dalam organisasi
termasuk dalam hal ini adalah pengadaan, penempatan, mutasi, promosi,
pengembangan, penilaian dan penghargaan. UU No 5 tentang ASN secara detail
menyebutkan pengelolaan pegawai baik untuk PNS maupun PPPK seperti disebutkan
pada bagian Merit sistem.
Manajemen ASN, terdiri dari Manajemen PNS dan Manajemen PPPK,
Pengelolaan Jabatan Pimpinan Tinggi, Organisasi dan Sistem Informasi.
 Manajemen PNS
Manajemen PNS pada Instansi Daerah dilaksanakan oleh pemerintah daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yaitu : penyusunan dan
penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola
karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan,
disiplin, jaminan pensiun dan jaminan hari tua dan perlindungan.
 Manajemen PPPK, berupa : penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja,
penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan,
disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja, dan perlindungan

Anda mungkin juga menyukai