JURNAL RESUME
Oleh :
Nama : Khoirul Fata, S.Pd
NIP : 199708092022211001
NIK : 3308160908970002
Golongan : IX
Jabatan : Ahli Pertama - Guru Kelas
Unit Kerja : SD Negeri Wonolopo 01
A. BERORIENTASI PELAYANAN
1. Konsep Pelayanan Publik
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk ata barang, jasa dan/atau pelayanan administrative yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Prinsip pelayanan publik yang baik
adalah:
a. Partisipatif
b. Transparan
c. Responsif
d. Tidak diskriminatif
e. Mudah dan Murah
f. Efektif dan Efisien
g. Aksesibel
h. Akuntabel
i. Berkeadilan
2. Berorientasi Pelayanan
Berorientasi pelayanan dapat dijabarkan dengan berbagai kriteria yaitu:
a. ASN harus memiliki kode etik (code of ethics) untuk menjabarkan pedoman perilaku
sesesuai dengan tujuan yang terkandung dari masing-masing nilai.
b. Untuk mendetailkan kode etik tersebut, dapat dibentuk kode perilaku (code of
conducts) yang berisi contoh perilaku yang wajib dan tidak boleh dilakukan pegawai
ASN.
c. Pegawai ASN harus menerapkan budaya pelayanan dan menjadikan prinsip melayani
sebagai suatu kebanggan
Panduan perilaku/kode etik dari nilai Berorientasi Pelayanan sebagai pedoman bagi para
ASN dalam melaksanakan tugas sehari-hari, yaitu:
a. Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat
b. Ramah, Cekatan, Solutif, dan Dapat Diandalkan
c. Melakukan perbaikan Tiada Henti
Penyelenggaraan pelayanan public menghadapi berbagai hambatan dan tantangan, yang
berasal dari eksternal seperti kondisi geografis yang sulit, infrastruktur yang belum
memadai, termasuk dari sisi masyarakat itu sendiri baik yang tinggal di pedalaman dengan
adat kebiasaan atau sikap masyarakat yang kolot, ataupun yang tinggal di perkotaan dengan
kebutuhan yang dinamis dan senantiasa berubah.
B. AKUNTABEL
1. Konsep Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi
untuk memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan kepadanya. Amanah
seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai
dengan Core Values ASN Berakhlak Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut
adalah:
a. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin
dan berintegritas tinggi
b. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien
c. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi.
Akuntabilitas public memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007) yaitu:
a. Untuk menyediakan control demokratis (peran demokrasi)
b. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional)
c. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar)
Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sector public yang akuntabel, maka
mekanisme akuntabilitas harus mengandung dimensi:
a. Akuntabilitas kejujuran dan hukum
b. Akuntabilitas proses
c. Akuntabilitas program
d. Akuntabilitas kebijakan
C. KOMPETEN
1. Kebijakan Pembangunan Aparatur
Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam
menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut
meliputi: integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing,
hospitality, networking, dan entrepreneurship.
2. Pengembangan Kompetensi
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang
spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2) Kompetensi Manajerial adalah
pengetahuan keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan
untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3) Kompetensi Sosial Kultural
adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan
dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam
hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi
dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil
kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
3. Perilaku Kompeten
Meningkatkan kompetensi diri:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah adalah
keniscayaan.
b. Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau disebut juga
sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan berbasis pada sumber
pembelajaran utama dari Internet.
c. Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online
network.
d. Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian para
pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN bekerja
atau tempat lain.
e. Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang mengatur diri
sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi dan atau luar organisasi.
Membantu Orang Lain Belajar:
a. Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor termasuk morning
tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.
b. Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar
pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums).
c. Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam dokumen kerja
seperti laporan, presentasi, artikel, dan sebagainya dan memasukkannya ke dalam
repositori di mana ia dapat dengan mudah disimpan dan diambil (Knowledge
Repositories).
d. Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer), dalam
bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network), pendokumentasian
pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan bersumber dari refleksi
pengalaman (lessons learned).
Melakukan kerja terbaik:
a. Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi, baik
instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan berkembang melalui
berbagai perubahan lingkungan dan karya manusia.
b. Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan dengan apa
yang menjadi terpenting dalam hidup seseorang.
D. HARMONIS
1. Keanekaragaman Bangsa Dan Budaya Di Indonesia
Keaneka ragaman suku bangsa itu dapat dipahami disebabkan karena kondisi letak
geografis Indonesia yang berada di persimpangan dua benua dan samudra. Hal tersebut
mengakibatkan terjadinya percampuran ras, suku bangsa, agama, etnis dan budaya yang
membuat beragamnya suku bangsa dan budaya diseluruh indonesia. Keanekaragaman suku
bangsa dan budaya membawa dampak terhadap kehidupan yang meliputi aspek-aspek
sebagai berikut:
a. Kesenian
b. Religi
c. Sistem pengetahuan
d. Organisasi social
e. System ekonomi
f. System teknologi
g. Bahasa
E. LOYAL
1. Konsep Loyal
a. Pengertian Loyal dan Loyalitas
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari Bahasa Perancis yaitu “Loial”
yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu
kesetiaan.. Loyalitas adalah suatu manifestasi dari kebutuhan fundamental manusia
untuk memiliki, mendukung, merasa aman, membangun keterikatan, dan menciptakan
keterikatan emosional.
Untuk mendapatkan sikap loyal, terdapat banyak factor yang akan memengaruhinya.
Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk
mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
a) Taat pada Peraturan
b) Bekerja dengan Integritas
c) Tanggung Jawab pada Organisasi
d) Kemauan untuk Bekerja Sama
e) Rasa Memiliki yang Tinggi
f) Hubungan Antar Pribadi
g) Kesukaan Terhadap Pekerjaan
h) Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
i) Menjadi Teladan bagi Pegawai Lain
b. Loyal dalam Core Values ASN
Core Values ASN yang diluncurkan yaitu ASN BerAKHLAK yang merupakan
akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif,
Kolaboratif.
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa
dan negara, dengan panduan perilaku:
a) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
b) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
c) Menjaga rahasia jabatan dan negara.
c. Membangun Perilaku Loyal
1.) Dalam Kontek Umum
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai
terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:
a) Membangun rasa kecintaaan dan memiliki seorang pegawai akan setia dan
loyal terhadap organisasinya apabila pegawai tersebut memiliki rasa cinta dan
yang besar terhadap organisasinya.
b) Meningkatkan kesejahteraan usaha peningkatan kesejahteraan pegawai dapat
menjadi salah satu faktor yang dapat menumbuhkan rasa dan sikap loyal
seorang pegawai.
c) Memenuhi kebutuhan rohani maksud dari pemenuhan kebutuhan rohani adalah
kemampuan organisasi untuk memberikan hak pegawai atas hal yang tidak
bersifat materi.
d) Melakukan evaluasi secara berkala dengan melakukan evaluasi secara berkala
terhadap kinerja, maka setiap pegawai dapat mengetahui kesalahan atau
kekurangannya sebagai acuan untuk terus melakukan perbaikan dan
pengembangan kinerjanya sebagai wujud loyalitasnya.
2.) Memantapkan Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal
Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi
mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
3.) Meningkatkan Nasionalisme
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap
bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain. Sedangkan
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia
Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila
yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa :
a) menempatkan persatuan dan kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan;
b) menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara;
c) bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa
rendah diri;
d) mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama
manusia dan sesama bangsa;
e) menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia; dan
f) mengembangkan sikap tenggang rasa.
2. Panduan Perilaku Loyal
a. Panduan Perilaku Loyal
1) Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Setia kepada NKRI serta Pemerintahan yang Sah.
2) Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi dan Negara .
3) Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara
b. Sikap Loyal ASN Melalui Aktualisasi Kesadaran Bela Negara
Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya
dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-nilai Dasar Bela Negara
dalam kehidupan sehari-harinya.
F. ADAPTIF
1. Memahami Adaptif
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan
hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan
demikian adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan
lingkungan tetapl juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri).
Sejatinya tanpa beradaptasi akan menyebabkan makhluk hidup tidak dapat mempertahankan
diri dan musnah pada akhirnya olen perubahan lingkungan.
G. KOLABORATIF
1. Definisi Kolaboratif
Kolaborasi juga sering dikatakan meliputi segala aspek pengambilan keputusan,
implementasi sampai evaluasi.
Ratner (2012) mengungkapkan terdapat mengungkapkan tiga tahapan yang
dapat dilakukan dalam melakukan assessment terhadap tata kelola kolaborasi yaitu :
1) mengidentifikasi permasalahan dan peluang
2) merencanakan aksi kolaborasi
3) mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi
Pengertian WoG
Dalam pengertian ini WoG dipandang menunjukkan atau menjelaskan
bagaimana instansi pelayanan publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna
mencapai tujuan bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu
tertentu.
2. Praktik Dan Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintah
Menurut Pérez López et al (2004 dalam Nugroho, 2018), organisasi yang
memiliki collaborative culture indikatornya sebagai berikut:
1) Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi;
2) Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan
membutuhkan upaya yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan
mereka;
3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan
mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan
ketika terjadi kesalahan);
4) Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas)
Setiap kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
6) Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
7) Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap
AGENDA III
A. SMART ASN
1. Literasi Digital
a.
b. Percepatan Transformasi Digital
Transformasi digital memberikan lebih banyak informasi, komputasi, komunikasi,
dan konektivitas yang memungkinkan berbagai bentuk kolaborasi baru di dalam
jaringan dengan actor yang terdiversifikasi. 5 arahan presiden untuk percepatan
transformasi digital:
Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital
Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sector-sektor strategis, baik
di pemerintahan, layanan public, bantuan social, sector pendidikan, sktor
kesehatan, perdagangan, sector industry, sector penyiaran
Percepatan integrase Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan
Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital
Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan
transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya
Literasi digital banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam
melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif . Seorang
pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu
mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh
tanggung jawab.
Kompetensi literasi digital tidak hanya dilihat dari kecakapan menggunakan media
digital saja, namun juga budaya menggunakan digital , etis menggunakan media digital , dan
aman menggunakan media digital .
International Telecommunication Union
a. Pada tahun 2017, peringkat ICT Development Index Indonesia berada di posisi 7 dari
11 negara di Asia Tenggara. Meskipun demikian, Indonesia mencatat kenaikan skor
yang cukup tinggi dalam waktu 1 tahun.
b. Laporan ini belum diperbarui di tahun 2018-2019 karena data kurang memadai.
Institute of International Management Development
Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital
culture, digital ethics, dan digital safety. Kerangka kurikulum literasi digital digunakan
sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam
menguasai teknologi digital.
Kemampuan mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan
meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan keamanan digital dalam kehidupan
sehari-hari.
Tiga tantangan dalam menimbang urgensi penerapan etika bermedia digital
a. Perubahan perilaku masyarakat yang berpindah dari media konvensional ke media
digital.
b. Karakter media digital yang serba cepat dan serba instan, menyediakan kesempatan tak
terbatas dan big data, telah mengubah perilaku masyarakat dalam segala hal, mulai dari
belajar, bekerja, bertransaksi, hingga berkolaborasi.
c. Intensitas orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi..
B. MANAJEMEN ASN
Aparatur sipil negara mempunyai peran yang amat penting dalam rangka
menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis,
makmur, adil, dan bermoral tinggi dalam menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat
secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan
kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Berbagai tantangan yang
dihadapi oleh aparatur sipil negara dalam mencapai tujuan tersebut semakin banyak dan
berat, baik berasal dari luar maupun dalam negeri yang menuntut aparatur sipil negara untuk
meningkatkan profesionalitasnya dalam menjalankan tugas dan fungsinya serta bersih dan
bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Birokrasi kita masih menjadi hambatan dalam pembangunan, yang ditandai dengan
masih rendahnya kinerja pelayanan birokrasi dan masih tingginya angka korupsi di
Indonesia.Untuk mewujudkan birokrasi yang profesional dalam menghadapi tantangan-
tantangan tersebut, pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara telah bertekad untuk mengelola aparatur sipil negara menjadi semakin profesional.
Undang-undang ini merupakan dasar dalam manajemen aparatur sipil negara yang bertujuan
untuk membangun aparat sipil negara yang memiliki integritas, profesional, dan mampu
menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat, untuk itu
1. Kedudukan ASN
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem birokrasi selama ini dianggap
belum sempura untuk menciptakan birokrasi yang profesional. Untuk dapat
membangun profesionalitas birokrasi, maka konsep yang dibangun dalam UU ASN
harus jelas. Konsep dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN Berdasarkan jenisnya,
Pegawai ASN terdiri atas:
a) Pegawai Negeri Sipil (PNS)
b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
2. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai
berikut:
a) Pelaksana kebijakan publik
b) Pelayan publik
c) Perekat dan pemersatu bangsa
Pegawai ASN bertugas :
a) Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b) Memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas.
c) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Hak dan Kewajiban ASN
Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN adalah :
PNS berhak memperoleh :
a) gaji, tunjangan, dan fasilitas.
b) cuti, jaminan pensiun dan jaminan hari tua.
c) perlindungan, pengembangan kompetensi.
Sedangkan PPPK berhak memperoleh:
a) gaji dan tunjangan, cuti
b) perlindungan dan pengembangan kompetensi.
Berdasarkan Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga wajib memberikan perlindungan
berupa:
a) jaminan kesehatan;
b) jaminan kecelakaan kerja;
c) jaminan kematian; dan
d) bantuan hukum.
4. Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:
a) Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah.
b) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
c) Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang.
d) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan.
e) Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran,
dan tanggung jawab.
f) Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan.
g) Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
h) Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN:
a) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi.
b) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
c) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
d) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
e) Melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
etika pemerintahan.
f) Menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara.
g) Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab,
efektif, dan efisien.
h) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
i) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
j) Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri
sendiri atau untuk orang lain.
k) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN.
l) melaksanakan ketentuan peraturan perundang- undangan mengenai disiplin
Pegawai ASN.
Konsep Sistem Merit dalam Pengelolaan ASN
Konsep Sistem Merit menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam pengelolaan
ASN. Sistem merit pada dasarnya adalah konsepsi dalam manajemen SDM yang
menggambarkan diterapkannya objektivitas dalam keseluruhan semua proses dalam
pengelolaan ASN yakni pada pertimbangan kemampuan dan prestasi individu untuk
melaksanakan pekerjaanya (kompetensi dan kinerja). Pengambilan keputusan dalam
pengelolaan SDM didasarkan pada kemampuan dan kualifikasi seseorang dalam atau
untuk melaksanakan pekerjaan dan tidak berdasarkan pertimbangan subjektif seperti
afiliasi politik, etnis, dan gender. Objektifitas dilaksanakan pada semua tahapan
dalam pengelolaan SDM (rekruitmen, pengangkatan, penempatan, dan promosi).
Sistem ini biasanya disandingkan dengan spoil sistem, yaitu penerapan manajemen
SDM-nya lebih mengutamakan pertimbangan subjektif.
Undang-undang ASN memandang bahwa sumber daya manusia (SDM) adalah
aset yang harus dikembangkan. Dengan dasar tersebut maka setiap ASN memiliki
kesempatan yang sama untuk meningkatkan kualitas diri masing-masing. Oleh
karenanya setiap ASN dimotivasi untuk memberikan yang terbaik. Sistem merit
merupakan salah satu bentuk motivasi bagi ASN yang ingin meningkatkan kualitas
dirinya.
Dalam sistem merit berbagai keputusan dalam manajemen SDM didasari pada
kualifikasi, kompetensi dan kinerja. Dalam recruitment, kualifikasi dan kompetensi
menjadi pertimbangan seseorang untuk menjadi pegawai ASN. Sistem CAT (computer-
assisted testing) yaitu model assessment atau penilaian dimana kandidat/ calon
menjawab pertanyaan (atau menyelesaikan latihan) dengan menggunakan komputer
(menjadi bagian dalam program komputer), mampu menjamin transparansi, efisiensi
serta efektivitas dalam rekruitmen pegawai karena pengolahan sampai dengan
pengumuman sepenuhnya berdasarkan program dalam komputer. Intervensi dan
preferensi personal dapat dikurangi bahkan dapat dihilangkan dengan sistem ini,
sehingga kita mendapatkan calon PNS yang berkualitas.
Semua fungsi dan komponen dalam manajemen ASN sebagaimana tercantum
dalam Pasal 55 (mengatur tentang manajemen PNS) dan pasal 93 (mengatur
manajemen PPPK) UU ASN harus menerapkan sistem merit. Pasal 55 menyebutkan
bahwa “ Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan,
pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian
kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan
pensiun hari tua, dan perlindungan.
Pasal 93 Manajemen PPPK meliputi: penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian
kinerja, penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian
penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan kerja, perlindungan.
Pelaksanaan sistem merit dalam beberapa komponen pengelolaan ASN
sebagaimana di atas khususnya dalam penyusunan dan penetapan kebutuhan
(perencanaan kebutuhan pegawai/planning), penilaian kinerja (monitoring dan
penilaian), pengembangan kompetensi, promosi, mutasi, penghargaan.
Mekanisme Pengelolaan ASN
Pengelolaan atau manajemen ASN pada dasarnya adalah kebijakan dan praktik
dalam mengelola aspek manusia atau sumber daya manusia dalam organisasi
termasuk dalam hal ini adalah pengadaan, penempatan, mutasi, promosi,
pengembangan, penilaian dan penghargaan. UU No 5 tentang ASN secara detail
menyebutkan pengelolaan pegawai baik untuk PNS maupun PPPK seperti disebutkan
pada bagian Merit sistem.
Manajemen ASN, terdiri dari Manajemen PNS dan Manajemen PPPK,
Pengelolaan Jabatan Pimpinan Tinggi, Organisasi dan Sistem Informasi.
Manajemen PNS
Manajemen PNS pada Instansi Daerah dilaksanakan oleh pemerintah daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yaitu : penyusunan dan
penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola
karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan,
disiplin, jaminan pensiun dan jaminan hari tua dan perlindungan.
Manajemen PPPK, berupa : penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja,
penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan,
disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja, dan perlindungan