Disusun oleh:
ABSTRAK
ASN yang memiliki integritas, profesional dan berkualitas merupakan dambaan bagi
setiap orang. Sebagai abdi negara yang dipilih oleh pemerintah, seorang ASN baik PNS
maupun PPPK harus melewati beberapa tahap seleksi dan kegiatan pelatihan yang
diselenggarakan oleh pemerintah. Sehingga menghasilkan ASN yang diharapkan oleh
undang-undang yaitu ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik
bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan
bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan hal itu para calon Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kinerja (PPPK) juga harus mendapatkan pelatihan
pembekalan atau orientasi sesuai Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang ASN dan
Keputusan Lembaga Administrasi Negara Nomor 289 Tahun 2022. Sehingga pada
tahun 2023 ini Pemerintah Kota Sukabumi menyelenggarakan kegiatan orientasi bagi
seluruh PPPK yang ada dilingkungan Kota Sukabumi. Pelaksanaan orientasi PPPK ini
diawali dengan kegiatan orientasi secara daring dengan menggunakan platform MOOC
(Massive Open Online Course). Sebagaimana yang diharapkan oleh ketua LAN RI
platform MOOC dapat menjadi sebuah learning platform bagi ASN secara nasional
untuk mencetak ASN unggul dan kompeten menuju birokrasi berkelas dunia dan
Indonesia Emas 2045.
MATERI I
Video Sambutan Kepala Lembaga Administrasi Negara
Oleh:
Dr. Adi Suryanto, M.Si
MATERI II
Video Sambutan Deputi Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN LAN RI
Oleh:
Dr. Muhammad Taufiq, DEA
2. Akuntabel
3. Kompeten
4. Harmonis
5. Loyal
6. Adaptif
7. Kolaboratif
MATERI III
Sambutan Kepala Pusat Pembinaan Program dan Kebijakan Pengembangan
Kompetensi ASN LAN RI
Erna Irawati, S.Sos, M.Pol., Adm.
A. Wawasan Kebangsaan
a. Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia
Sejarah pergerakan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan diawali
dengan pergerakan para pemuda bangsa dalam membentuk sebuah wadah atau
organisasi untuk memajukan pendidikan dan kebudayaan di Hindia Belanda, dari
gagasan itulah maka terbentuk organisasi Boedi Oetomo di Jakarta tanggal 20 Mei
1908 sekitar pukul 09.00. Dalam maklumat yang ditandatangani oleh Soewarno
selaku Sekretaris diumumkan bahwa : “Boedi Oetomo berdiri untuk memperbaiki
keadaan rakyat kita, terutama rakyat kecil”.
Pergerakan-pergerakan pemuda bangsa menuju Indonesia Merdeka
selanjutnya dapat kita telusuri pada peristiwa-peristiwa berikut :
1. Kongres pemuda I pada diselenggarakan pada tanggal 30 April sampai 2
Mei 1926 di jakarta, dipimpin oleh Mohammad Tabrani, sementara
Soemarmo ditetapkan sebagai wakilnya.
2. Kongres Pemuda II dilaksanakan tanggal 27-28 Oktober 1928 di tiga
gedung berbeda. Kongres Pemuda II diketuai oleh Sugondo Joyopuspito,
didampingi RM Joko Marsaid sebagai wakilnya. Selanjutnya setiap
tanggal 28 Oktober diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda.
3. Pra-Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945.
4. Pasca Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945.
b. Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam
rangka mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati
diri bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional
(national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945,
NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan
yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil,
makmur, dan sejahtera.
Wawasan kebangsaan mengamanatkan kepada seluruh bangsa
agar menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan, wawasan
kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian rupa sehingga
asas Bhinneka Tunggal Ika dipertahankan, wawasan kebangsaan tidak
memberi tempat pada patriotisme yang licik, dengan wawasan kebangsaan
yang dilandasi oleh pandangan hidup Pancasila, bangsa Indonesia telah
berhasil merintis jalan menjalani misinya ditengah-tengah tata kehidupan
dunia. NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur bertekad
untuk mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin,
sejajar dengan bangsa lain yang sudah maju.
Ancaman
Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri
maupun luar negeri yang bertentangan dengan Pancasila dan mengancam atau
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa.
Dalam berbagai bentuk ancaman, peran kementerian/lembaga Negara
sangat dominan. Sesuai dengan bentuk ancaman dibutuhkan sinergitas antar
kementerian dan lembaga Negara dengan keterpaduan yang mengutamakan pola
kerja lintas sektoral dan menghindarkan ego sektoral, dimana salah satu
kementerian atau lembaga menjadi leading sector, sesuai tugas pokok dan fungsi
masing-masing, dibantu kementerian atau lembaga Negara lainnya.
Ancaman juga dapat terjadi dikarenakan adanya konflik kepentingan
(conflict of interest), mulai dari kepentingan personal (individu) hingga
kepentingan nasional. Benturan kepentingan di forum internasional, regional dan
nasional kerap kali bersimbiosis melahirkan berbagai bentuk ancaman. Potensi
ancaman kerap tidak disadari hingga kemudian menjelma menjadi ancaman.
Dalam konteks inilah, kesadaran bela Negara perlu ditumbuhkembangkan agar
potensi ancaman tidak menjelma menjadi ancaman.
Kewaspadaan Dini
Kewaspadaan dini adalah serangkaian upaya/tindakan untuk menangkal
segala potensi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan dengan
meningkatkan pendeteksian dan pencegahan dini. Kewaspadaan dini memberikan
daya tangkal dari segala potensi ancaman, termasuk penyakit menular dan konflik
sosial.
Kewaspadaan dini diimplementasikan dengan kesadaran temu dan lapor
cepat (Tepat Lapat) yang mengandung unsur 5W+1H (When, What, Why, Who,
Where dan How) kepada aparat yang berwenang. Setiap potensi ancaman di
tengah masyarakat dapat segera diantisipasi segera apabila warga Negara
memiliki kepedulian terhadap lingkungannya, memiliki kepekaan terhadap
fenomena atau gejala yang mencurigakan dan memiliki kesiagaan terhadap
berbagai potensi ancaman.
7. Nasionalisme,
Nasionalisme adalah sikap mencintai bangsa dan negara sendiri. Sikap
patriotisme adalah sikap sudi berkorban segala-galanya termasuk nyawa
sekalipun untuk mempertahankan dan kejayaan negara.
10. Peran Aparatur Sipil Negara (ASN) Berdasarkan UU No.5 Tahun 2014 tentang
aparatur Sipil Negara.
Berdasarkan Pasal 11 UU ASN, tugas Pegawai ASN adalah sebagai
berikut:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembinaan
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
MODUL II
ANALISIS ISU KONTEMPORER
Ditinjau dari pandangan Urie Bronfenbrenner (Perron, N.C., 2017) ada empat
level lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan
pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga (family),
Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/Culture), Nasional (Society),
dan Dunia (Global).
Modal Insani Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis
Modal insani yang dimaksud, disini adalah modal atau capital dalam konsep modal
manusia (human capital concept). Konsep ini pada intinya menganggap bahwa manusia
merupakan suatu bentuk modal yang tercermin dalam bentuk pengetahuan, gagasan (ide),
kreativitas, keterampilan, dan produktivitas kerja.
Assyria
Shamash, seorang raja Assyria (sekitar tahun 200 sebelum Masehi) bahkan
tercatat pernah menjatuhkan pidana kepada seorang hakim yang menerima uang
suap.
Cina
Dalam buku Nancy L. Swann yang berjudul Food and Money in Ancient
China sebagaimana dikutip dari Han Su karya Pan Ku menceritakan bahwa pada
awal berdirinya dinasti Han (206 SM) masyarakat menghadapi kesulitan pangan,
sehingga menyebabkan setengah dari jumlah penduduk meninggal dunia. Tidak
hanya itu, sifat pemerintahan tirani (turunan) dengan mudahnya melakukan
penindasan dengan alasan pemungutan pajak sebagai persembahan sehingga
kerap kali muncul pungutan gelap atas nama kaisar.
3. Memahami Korupsi
Sebagaimana diatur di dalam UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi dan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU
No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yaitu bentuk
tindakan:
1) Melawan hukum, memperkaya diri orang/badan lain yang merugikan
keuangan/ perekonomian negara (Pasal 2)
2) Menyalahgunakan kewenangan karena jabatan/kedudukan yang dapat
merugikan keuangan/kedudukan yang dapat merugikan keuangan/perekonomian
Negara (Pasal 3)
3) Penyuapan (Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 11)
4) Penggelapan dalam jabatan (Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10)
5) Pemerasan dalam jabatan (Pasal 12)
6) Berkaitan dengan pemborongan (Pasal 7 )
7) Gratifikasi (Pasal 12B dan Pasal 12C)
4. Dampak Korupsi
Korupsi sangat berpengaruh buruk terhadap pembangunan dan
kesejahteraan masyarakat. Negara yang sangat kaya banyak sumber kekayaan
alamnya, namun jika penguasa korup dimana sumber kekayaan yang dijual
kepada pihak asing, harga-harga barang pokok semakin membumbung tinggi
bahkan terkadang langka di peredaran atau di pasaran karena ditimbun dan
dimonopoli. Akibatnya banyaknya terjadi kemiskinan dan kematian di sana-sini.
Penggolongan Narkoba
Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika membedakan
narkotika ke dalam tiga golongan yaitu (RI, 2009):
- Golongan I yang ditujukan untuk ilmu pengetahuan dan bukan untuk
pengobatan dan sangat berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan.
Contoh 1. Opiat: morfin, heroin, petidin, candu. 2. Ganja atau kanabis,
marijuana, hashis. 3. Kokain: serbuk kokain, pasta kokain, daun koka;
- Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan dan
berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Contoh morfin dan petidin;
serta
- Golongan III berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan serta
berpotensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh kodein.
Zat adiktif lainnya adalah zat yang berpengaruh psikoaktif diluar narkotika dan
psikotropika meliputi:
- Minuman beralkohol, mengandung etanol etil alkohol, yangberpengaruh
menekan susunan saraf pusat;
- Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah
tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin, yang sering disalahgunakan
seperti lem, thinner, cat kuku dll;
- Tembakau, dan lain-lain
Sejarah Narkoba
PERANG CANDU I PADA TAHUN 1839 – 1842 DAN PERANG CANDU II
PADA TAHUN 1856 – 1860
Inggris dan Perancis (Eropa) melancarkan perang candu ke China, dengan
membanjiri candu (opium). Perang nirmiliter ini ditandai dengan penyelundupan
Candu ke China. Membanjirnya Candu ke China berdampak melemahnya rakyat
China yang juga berdampak pada Kekuatan Militer China.
Menurut Audrey Kurth Cronin, saat ini terdapat empat tipe kelompok
teroris yang beroperasi di dunia, yakni:
• Teroris sayap kiri atau left wing terrorist, merupakan kelompok yang
menjalin hubungan dengan gerakan komunis;
• Teroris sayap kanan atau right wing terrorist, menggambarkan bahwa
mereka terinspirasi dari fasisme
• Etnonasionalis atau teroris separatis, atau ethnonationalist/separatist
terrorist, merupakan gerakan separatis yang mengiringi gelombang
dekoloniasiasi setelah perang dunia kedua;
• Teroris keagamaan atau “ketakutan”, atau religious or “scared” terrorist,
merupakan kelompok teroris yang mengatasnamakan agama atau agama menjadi
landasan atau agenda mereka.
D. Money Laundering
Kata launder dalam Bahasa Inggris berarti “mencuci”. Oleh karena itu sehari-
hari dikenal kata “laundry” yang berarti cucian. Dengan demikian uang ataupun
harta kekayaan yang diputihkan atau dicuci tersebut adalah uang/harta kekayaan
yang berasal dari hasil kejahatan, sehingga diharapkan setelah pemutihan atau
pencucian tersebut, uang/harta kekayaan tadi tidak terdeteksi lagi sebagai uang
hasil kejahatan melainkan telah menjadi uang/harta kekayaan yang halal seperti
uang-uang bersih ataupun aset-aset berupa harta kekayaan bersih lainnya.
Untuk itu yang utama dilakukan dalam kegiatan money laundering adalah
upaya menyamarkan, menyembunyikan, menghilangkan atau menghapuskan jejak
dan asal-usul uang dan/atau harta kekayaan yang diperoleh dari hasil tindak pidana
tersebut. Dengan proses kegiatan money laundering ini, uang yang semula
merupakan uang haram (dirty money) diproses dengan pola karakteristik tertentu
sehingga seolah-olah menghasilkan uang bersih (clean money) atau uang halal
(legitimate money).
Secara sederhana definisi pencucian uang adalah suatu perbuatan kejahatan
yang melibatkan upaya untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang
atau harta kekayaan dari hasil tindak pidana/kejahatan sehingga harta kekayaan
tersebut seolah-olah berasal dari aktivitas yang sah.
E. Proxy War
Sejarahnya Perang proksi telah terjadi sejak zaman dahulu sampai dengan
saat ini yang dilakukan oleh negara-negara besar menggunakan aktor negara
maupun aktor non negara. Kepentingan nasional negara negara besar dalam
rangka struggle for power dan power of influence mempengaruhi hubungan
internasional. Proxy war memiliki motif dan menggunakan pendekatan hard
power dan soft power dalam mencapai tujuannya.
HATE SPEECH
Hate speech atau ujaran kebencian dalam bentuk provokasi, hinaan atau
hasutan yang disampaikan oleh individu ataupun kelompok di muka umum atau
di ruang publik merupakan salah satu bentuk kejahatan dalam komunikasi
massa. Dengan berkembangnya teknologi informasi, serta kemampuan dan
akses pengguna media yang begitu luas, maka ujaran-ujaran kebencian yang
tidak terkontrol sangat mungkin terjadi. Apalagi dengan karakter anonimitas
yang menyebabkan para pengguna merasa bebas untuk menyampaikan ekspresi
tanpa memikirkan efek samping atau dampak langsung terhadap objek atau
sasaran ujaran kebencian.
HOAX
Hoax adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat
dipertanggungjawabkan atau bohong atau palsu, baik dari segi sumber maupun
isi. Sifatnya lebih banyak mengadu domba kelompok-kelompok yang menjadi
sasaran dengan isi pemberitaan yang tidak benar. Pelaku hoax dapat
dikategorikan dua jenis, yaitu pelaku aktif dan pasif. Pelaku aktif melakukan
atau menyebarkan berita palsu secara aktif membuat berita palsu dan sengaja
menyebarkan informasi
yang salah mengenai suatu hal kepada publik. Sedangkan pelaku pasif
adalah individu atau kelompok yang secara tidak sengaja menyebarkan berita
palsu tanpa memahami isi atau terlibat dalam pembuatannya.
EMERGING ISSUE
Isu berkembang (emerging issue) merupakan isu yang perlahan-lahan masuk dan
menyebar di ruang publik, dan publik mulai menyadari adanya isu tersebut.
ISU POTENSIAL
Kelompok isu yang belum nampak di ruang publik, namun dapat terindikasi dari
beberapa instrumen (sosial, penelitian ilmiah, analisis intelijen, dsb) yang
mengidentifikasi adanya kemungkinan merebak isu dimaksud di masa depan.
“Issue scan”
Media scanning
Penelusuran sumber-sumber informasi isu dari media seperti surat kabar, majalah,
publikasi, jurnal profesional dan media lainnya yang dapat diakses publik secara luas.
Existing data
Menelusuri survei, polling atau dokumen resmi dari lembaga resmi terkait dengan isu
yang sedang dianalisis.
Knowledgeable others
Profesional, pejabat pemerintah, trendsetter, pemimpin opini dan sebagainya.
Public at large
Masyarakat luas yang menyadari akan satu isu dan secara langsung atau tidak langsung
terdampak dengan keberadaan isu tersebut.
TEKNIK TAPISAN
Menetapkan rentang penilaian (1-5) pada kriteria; Aktual, Kekhalayakan,
Problematik, dan Kelayakan. Aktual artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan
sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat. Kekhalayakan artinya Isu tersebut
menyangkut hajat hidup orang banyak. Problematik artinya Isu tersebut memiliki
dimensi masalah yang kompleks, sehingga perlu dicarikan segera solusinya secara
komprehensif, dan Kelayakan artinya Isu tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan
dapat dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Alat bantu tapisan lainnya misalnya menggunakan kriteria USG dari mulai sangat
USG atau tidak sangat USG. Urgency: seberapa mendesak suatu isu harus dibahas,
dianalisis dan ditindaklanjuti. Seriousness: Seberapa serius suatu isu harus dibahas
dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan. Growth: Seberapa besar kemungkinan
memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera.
Mind mapping
Analisis SWOT
MODUL 3
KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA
A. Kerangka Kesiapsiagaan Bela Negara
Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki
oleh seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi
kerja yang beragam yang dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara
ikhlas dan sadar disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi
oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan
menjamin kelangsungan hidupberbangsa dan bernegara.
Manfaat dalam kegiatan kesiapsiagaan bela negara ini diantaranya :
Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain,
Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan,
Membentuk mental dan fisik yang tangguh, Menanamkan rasa kecintaan pada
bangsa dan patriotisme sesuai dengan kemampuan diri, Melatih jiwa leadership
dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam materi Team Building,
Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu, Berbakti
pada orang tua, bangsa, agama, Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan
individu dalam melaksanakan kegiatan, Menghilangkan sikap negatif seperti
malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin, Membentuk perilaku jujur, tegas, adil,
tepat, dan kepedulian antar sesama.
Etika Keprotokolan
Protokol berasal dari bahasa Yunani “protokollum’ yang mengandung kata
“protos” (pertama) dan “kollum” (diletakkan) atau bisa juga disebut perekat yang
pertama. Protokol menyangkut kaidah/norma/aturan yang berlaku, dalam
menghadapi acara resmi atau kenegaraan baik untuk kegiatan – kegiatan di dalam
negeri maupun antar Negara secara resmi. Prinsip dasar yang melandasi etika
dalam pelayanan keprotokolan adalah untuk membuat setiap orang nyaman,
senang, dan merasa penting tanpa melihat latar belakang status,jabatan.
Bentuk Etiket Secara Umum:
a. Etiket Kerapihan Diri dan Cara Berpakaian
b. Etiket Berdiri
c. Etiket Duduk
d. Etiket Berjalan
e. Etiket Berkenalan dan Bersalaman
f. Etiket Berbicara
g. Etiket dalam Jamuan
4. Kewaspadaan Diri
Kemampuan kewaspadaan dini adalah kemampuan ynag dikembangkan
untuk mendukung sinergisme penyelenggaraan pertahanan militer secara optimal
sehingga terwujud kepekaan, kesiagaan, dan antisipasi setiap warga negara dalam
menghadapi potensi ancaman.
AGENDA 2
MODUL 1
BERORIENTASI PELAYANAN
B. Berorientasi Pelayanan
1. Panduan Perilaku Berorientasi Pelayanan
Panduan perilaku/kode etik dari nilai Berorientasi Pelayanan sebagai
pedoman bagi para ASN dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, yaitu : (1)
memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat, (2) Ramah, Cekatan, Solutif,
dan Dapat Diandalkan, dan (3) Melakukan Perbaikan Tiada Henti
2. Tantangan Aktualisasi Nilai Berorientasi Pelayanan
Tantangan yang berasal dari internal penyelenggara pelayanan publik
dapat berupa anggaran yang terbatas, kurangnya jumlah SDM yang berkompeten,
termasuk belum terbangunnya sistem pelayanan yang baik. Namun, Pemerintah
berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelayanan
untuk memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat serta mengatasi berbagai
hambatan yang ada.
Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta memenangkan
persaingan di era digital yang dinamis, diperlukan akselerasi dan upaya luar biasa
(keluar dari rutinitas dan business as usual) agar tercipta breakthrough atau
terobosan, yaitu perubahan tradisi, pola, dan cara dalam pemberian pelayanan
publik. Terobosan itulah yang disebut dengan inovasi pelayanan publik. Konteks
atau permasalahan publik yang dihadapi instansi pemerintah dalam memberikan
layanannya menjadi akar dari lahirnya suatu inovasi pelayanan public.
Instansi pemerintah dituntut untuk lebih jeli mengamati permasalahan
dalam pelayanan publik sehingga inovasi yang dilahirkan benar-benar sesuai
kebutuhan dan tepat sasaran. Untuk itu, adanya kolaborasi antara pemerintah,
partisipasi masyarakat, dan stakeholders terkait lainnya perlu dibangun sebagai
strategi untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya inovasi.
MODUL 2
AKUNTABEL
A. Potret Layanan Publik Negeri Ini
1. Potret Layanan Publik di Indonesia
Pada kenyataan layanan publik di negeri ini kerap dimanfaatkan oleh
‘oknum’ pemberi layanan untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun
kelompok.
Payung hukum : Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Layanan
Publik. Tantangan dari upaya peningkatan layanan publik antara lain :Dari
lingkungan ASN sebagai pemberi layanan : godaan dan mental/pola pikir pihak-
pihak yang dahulu menikmati keuntungan dari lemahnya sektor pengawasan
layanan dari masyarakat penerima layanan.
Tugas ASN dalam usaha peningkatan layanan publik adalah ikut
menjaga bahkan ikut berpartisipasi dalam proses menjaga dan meningkatkan
kualitas layanan tersebut..
2. Keutamaan Mental Melayani
Mental Melayani : dari diri sendiri, dari kecil, dan dari sekarang
B. Konsep Akuntabilitas
1. Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala
tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina,
dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017).
2. Aspek-Aspek Akuntabilitas
Menunjukkan sebuah hubungan, berorientasi pada hasil, membutuhkan
laporan, memerlukan konsekuensi, dan memperbaiki kinerja
3. Pentingnya Akuntabilitas
Fungsi akuntabilitas publik yaitu : menyediakan kontrol demokratis (peran
demokrasi), mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional), dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
4. Tingkatan Akuntabilitas
Akuntabilitas personal, individu, kelompok, organisasi, dan stakeholder
C. Panduan Perilaku Akuntabel
1. Akuntabilitas dan Integritas
Akuntabilitas dan Integritas tersebut harus dipegang teguh oleh semua
unsur pemerintahan dalam memberikan layanang kepada masyarakat
2. Integritas dan Anti Korupsi
Integritas adalah salah satu pilar penting dalam pemberantasan
korupsi. Secara harafiah, integritas bisa diartikan sebagai bersatunya antara
ucapan dan perbuatan.
3. Mekanisme Akuntabilitas
Akuntabilitas kejujuran dan hukum, proses, program, dan kebijakan
- Mekanisme akuntabilitas birokrasi Indonesia: perencanaan strategis,
kontrak kinerja, dan laporan kinerja
- Menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel: kepemimpinan,
transparansi, integritas,
- tanggung jawab, keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan, dan
konsistensi
- Langkah yang harus dilakukan dalam menciptakan framework
akuntabilitas :
(1) Tentukan tujuan dan tanggung jawab, (2) Rencanakan apa yang
akan dilakukan, (3) Lakukan implementasi dan monitoring, (4) Berikan
laporan, (5) Berikan evaluasi dan masukan
- Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan adalah suatu keadaan sewaktu seseorang pada posisi
yang diberi kewenangan dan kekuasaan untuk mencapai tugas dari
perusahaan atau organisasi yang memberi penugasan, sehingga orang
tersebut memiliki kepentingan profesional dan pribadi yang
bersinggungan. Ada 2 tipe konflik kepentingan yaitu keuangan dan non
keuangan.
D. Akuntabel Dalam Konteks Organisasi Pemerintahan
- Prinsip keterbukaan informasi : Maximum Access Limited Exemption
(MALE) ; permintaan tidak perlu disertai alasan; mekanisme yang
sederhana, murah, dan cepat; informasi harus utuh dan benar; informasi
pro aktif; perlindungan pejabat yang beritikad baik.
- Untuk membangun budaya antikorupsi di organisasi pemerintahan, dapat
mengadopsi langkah- langkah yang diperlukan dalam penanganan
konflik kepentingan : penyusunan kerangka kebijakan, identifikasi
situasi konflik kepentingan, penyusunan strategi penangan konflik
kepentingan, dan menyiapan serangkaian tindakan untuk menangani
konflik kepentingan.
MODUL 3
KOMPETEN
C. Pengembangan Komeptensi
1. Konsepsi Kompetensi
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi ASN, kompetensi meliputi:
1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan
dengan bidang teknis jabatan;
2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin
dan/atau mengelola unit organisasi;
3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait
dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal
agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai,
moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi setiap pemegang Jabatan,
untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
2. Hak Pengembangan Kompetensi
Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor
5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-
kurangnya 20 (dua puluh) Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh
empat) Jam Pelajaran bagi PPPK.
3. Pendekatan Pengembangan Kompetensi
Terdapat dua pendekatan pengembangan yang dapat dimanfaatkan
pegawai untuk meningkatkan kompetensinya, yaitu klasikal dan non klasikal.
D. Perilaku Kompeten
1. Berkinerja Yang BerAkhlak
ASN sebagai profesi memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan
dirinya dan wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan prinsip
merit dalam pelaksanaan manajemen ASN. Panduan perilaku (kode etik)
kompeten yaitu : a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan
yang selalu berubahi; b. Membantu orang lain belajar; dan c. Melaksanakan tugas
dengan kualitas terbaik.
2. Learn, Unlearn, dan Relearn
Learn berarti sebagai ASN biasakan belajarlah hal yang benar-benar baru dan
lakukan secara terus menerus. Proses belajar ini dilakukan di mana pun, dalam
peran apa apun, sudah barang tentu termasuk di tempat pekerjaannya masing-
masing. Unlearn artinya lupakan/tinggalkan apa yang telah diketahui berupa
pengetahuan dan atau kehalian. Relearn berarti kita benar-benar telah menerima
fakta baru.
MODUL 4
HARMONIS
Beberapa potensi tantangan yang muncul dapat ditandai dengan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Tidak adanya persamaan pandangan antarkelompok, seperti perbedaan
tujuan, cara melakukan sesuatu, dan sebagainya.
2. Norma-norma sosial tidak berfungsi dengan baik sebagai alat mencapai
tujuan.
3. Adanya pertentangan norma-norma dalam masyarakat sehingga
menimbulkan kebingungan bagi masyarakat.
4. Pemberlakuan sanksi terhadap pelanggar atas norma yang tidak tegas
atau lemah.
5. Tindakan anggota masyarakat sudah tidak lagi sesuai dengan norma yang
berlaku.
6. Terjadi proses disosiatif, yaitu proses yang mengarah pada persaingan
tidak sehat, tindakan kontroversial, dan pertentangan (disharmonis)
7. Menguatnya etnosentrisme dalam masyarakatyaitu berupa perasaan
kelompok dimana kelompok merasa dirinya paling baik, paling benar,
dan paling hebat sehingga mengukur kelompok lain dengan norma
kelompoknya sendiri. Sikap etnosentrisme tidak hanya dalam kelompok
suku, namun juga kelompok lain seperti kelompok pelajar, partai politik,
pendukung tim sepakbola dan sebagainya.
8. Stereotip terhadap suatu kelompok, yaitu anggapan yang dimiliki
terhadap suatu kelompok yang bersifat tidak baik. Seperti anggapan suatu
kelompok identik dengan kekerasan, sifat suatu suku yang kasar, dan
sebagainya.
5. Sikap ASN dalam Keanekaragaman Berbangsa
Dalam menangani masalah yang ditimbulkan keberagaman budaya
diperlukan langkah dan proses yang berkesinambungan, diantaranya :
- Pertama, memperbaiki kebijakan pemerintah di bidang pemerataan
hasil pembangunan di segala bidang.
- Kedua, penanaman sikap toleransi dan saling menghormati adanya
perbedaan budaya melalui pendidikan pluralitas dan multikultural di
dalam jenjang pendidikan formal.
2. Budaya Harmonis
Dalam dunia nyata upaya mewujudkan suasana harmonis tidak mudah.
Realita lingkungan selalu mengalami perubahan sehingga situasi dan kondisi juga
mengikutinya. Upaya menciptakan dan menjaga suasana harmonis dilakukan
secara terus menerus. Mulai dari mengenalkan kepada seluruh personil ASN dari
jenjang terbawah sampai yang paling tinggi, memelihara suasana harmonis,
menjaga diantara personil dan stake holder. Kemudian yang tidak boleh lupa
untuk selalu menyeseuaikan dan meningkatkan usaha tersebut, sehingga menjadi
habit/kebiasaan dan menjadi budaya hidup harmonis di kalangan ASN dan
seluruh pemangku kepentingannya.
MODUL 5
LOYAL
B. Konsep Loyal
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu
“Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil,
kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita
organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk
mengukur loyalitas pegawainya, antara lain : (1) Taat pada Peraturan, (2) Bekerja
dengan Integritas, (3) Tanggung Jawab pada Organisasi, (4) Kemauan untuk
Bekerja Sama, (5) Rasa Memiliki yang Tinggi, (6) Hubungan Antar Pribadi, (7)
Kesukaan Terhadap Pekerjaan, (8) Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan,
dan (9) Menjadi teladan bagi Pegawai lain.
Loyal merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN
yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara dengan panduan perilaku :
1) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang
sah.
2) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara.
3) Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara,
pemerintah, dan martabat pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan
kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang atau golongan
sebagai wujud loyalitasnya terhadap bangsa dan negara. Agar para ASN mampu
menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan lainnya
dibutuhkan langkah-langkah konkrit, diantaranya melalui pemantapan Wawasan
Kebangsaan. Selain memantapkan Wawasan Kebangsaan, sikap loyal seorang
ASN dapat dibangun dengan cara terus meningkatkan nasionalismenya kepada
bangsa dan negara.
MODUL 6
ADAPTIF
MODUL 7
KOLABORATIF
A. Konsep Kolaborasi
Kolaborasi juga sering dikatakan meliputi segala aspek pengambilan
keputusan, implementasi sampai evaluasi. Ansel dan Gash (2007:544)
membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu : (1) forum yang
diprakarsai oleh lembaga publik atau Lembaga, (2) peserta dalam forum termasuk
aktor nonstate, (3) peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan
bukan hanya '‘dikonsultasikan’ oleh agensi public, (4) forum secara resmi diatur
dan bertemu secara kolektif, (5) forum ini bertujuan untuk membuat keputusan
dengan consensus (bahkan jika konsensus tidak tercapai dalam praktik), dan (6)
fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.
Whole-of-Government (WoG) adalah sebuah pendekatan
penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih
luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program
dan pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan
interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang
terkait dengan urusan- urusan yang relevan.
A. Literasi Digital
Percepatan transformasi digital didukung sepenuhnya oleh pemerintah.
Dalam visi misi Presiden Jokowi tahun 2019-2024, disebutkan bahwa masa
pemerintahan yang kedua berfokus pada pembangunan SDM sebagai salah satu
visi utama. Berdasarkan petunjuk khusus dari Presiden pada Rapat Terbatas
Perencanaan Transformasi Digital, bahwa transformasi digital di masa pandemi
maupun pandemi yang akan datang akan mengubah secara struktural cara kerja,
beraktivitas, berkonsumsi, belajar, bertransaksi yang sebelumnya luring dengan
kontak fisik menjadi lebih banyak ke daring.
1. Akses kompetensi dalam mendapatkan informasi dengan mengoperasikan
media digital.
2. Paham kompetensi dalam mendapatkan informasi dengan mengoperasikan
media digital.
3. Mengelola Informasi mampu mengambil data, informasi dan konten dalam
lingkungan digital.
4. Memproses Informasi mampu melakukan verifikasi sumber data, informasi, dan
konten digital.
5. Berbagi pesan mampu berbagi data, informasi dan konten digital dengan
orang lain melalui teknologi digital yang tepat.
6. Membangun ketan guhan diri mampu mengembangkan diri lewat penggunaan
media digital.
Meskipun demikian, Indonesia mencatat kenaikan skor yang cukup tinggi
dalam waktu 1 tahun. Laporan ini belum diperbarui di tahun 2018-2019 karena
data yang kurang memadai. Sehingga lingkup literasi digital berfokus pada
pengurangan kesenjangan digital dan penguatan literasi digital . Kedua hal ini
terkait erat dengan peta penguatan literasi digital dari Presiden dan Gerakan
Literasi Digital dari Kominfo.
Transformasi digital di sektor pendidikan di Indonesia bukanlah suatu
wacana yang baru. Berbagai perbincangan, regulasi pendukung, dan upaya
konkret menerapkan transformasi digital di lingkungan perguruan tinggi dan
semua tingkat sekolah di Indonesia telah dilakukan. Jika sebelumnya berbagai
wacana, kebijakan pendukung, serta sosialisasi tentang era industri 4.0 belum
berhasil membuat industri pendidikan universitas, institut, sekolah tinggi,
politeknik, akademi, hingga sekolah dasar dan menengah mencapai progress
signifikan pada transformasi digital pendidikan Indonesia, terjadinya pandemi
COVID-19 justru memberikan dampak luar biasa dalam aspek ini.
Tingkat pemahaman kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan siswa
dalam menggunakan media digital dan internet. Tingkat keterlibatan orang tua,
komunitas, dan lembaga dalam pengembangan literasi digital. Meningkatnya
jumlah kegiatan literasi digital yang ada di masyarakat.
MODUL 2
MANAJEMEN ASN