Teknik
Analisis Isu :
1. Issue Scann
2. Teknik Tapisan
3. Mind Mapping
4. Fishbone Diagram
5. Analisis SWOT
Untuk dapat menuju birokrasi berkelas dunia pada tahun 2024, kita membutuhkan
dukungan regulasi meliputi arsitektur human capital, strategi dan rencana eksekusi yang bisa
mengakselerasi. Transformasi pada bidang struktural, kultural dan digital perlu adaptasi
kebijakan dan kompetensi baru serta adaptasi teknologi dan sistem yang agile.
ASN sebagai profesi berlandasakan pada prinsip sebagai berikut (pasal 3, UU 5 Tahun
2014) :
1. Nilai dasar
5. Kualifikasi akademik
7. Profesionalitas jabatan
Salah satu sikap ASN yang diharapkan dalam birokrasi berkelas dunia tahun 2024 adalah
ASN yang BerAKHLAK yaitu Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal,
Adaptif, dan Kolaboratif.
A. BERORIENTASI PELAYANAN
Mata Pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan nilai berorientasi
pelayanan pada peserta melalui substansi pembelajaran yang terkait dengan pemahaman
dan pemenuhan kebutuhan masyarakat, ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan, serta
melakukan perbaikan tiada henti.
Sistematika modul Berorientasi Pelayanan ini adalah sebagai berikut:
1. Konsep Pelayanan:
b) kepastian hukum;
c) kesamaan hak;
f) partisipatif;
h) keterbukaan;
i) akuntabilitas;
4. Tingkatan Akuntabilitas
a. Akuntabilitas Personal
b. Akuntabilitas Individu
c. Akuntabilitas Kelompok
d. Akuntabilitas Organisasi
e. Akuntabilitas Stakeholder
C. KOMPETEN
Mata Pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan nilai Kompeten pada
peserta melalui substansi pembelajaran yang terkait dengan peningkatan kompetensi diri
untuk menjawab tantangan yang selalu berubah, membantu orang lain belajar serta
pelaksanaan tugas dengan kualitas terbaik.
1. Definisi Komptensi
Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai tuntutan
pekerjaan. Prinsip pengembangan kompetensi diantaranya :
a. Upaya peningkatan kompetensi yang dilakukan organisasi maupun individu melalui
proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan kebutuhan organisasi
dan pegawai.
b. Setiap ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi.
D. HARMONIS
Mata Pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan nilai harmonis pada
peserta melalui substansi pembelajaran yang terkait dengan menghargai setiap orang apa
pun latar belakangnya, suka menolong orang lain serta membangun lingkungan kerja yang
kondusif.
Harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga
faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur. Suasana harmoni
dalam lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu tenang, menciptakan
kondisi yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama, meningkatkan
produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan. Peran ASN dalam
mewujudkan suasana harmonis yaitu :
1. Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral dan adil. Netral dalam
artian tidak memihak kepada salah satu kelompok atau golongan yang ada. Adil,
berarti PNS dalam melaksanakna tugasnya tidak boleh berlaku diskriminatif dan
harus obyektif, jujur, transparan.
2. PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok kelompok minoritas, dengan
tidak membuat kebijakan, peraturan yang mendiskriminasi keberadaan kelompok
tersebut.
3. PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan
4. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus memiliki suka menolong
baik kepada pengguna layanan, juga membantu kolega PNS lainnya yang
membutuhkan pertolongan
5. PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.
E. LOYAL
Mata Pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan nilai Loyal pada
peserta melalui substansi pembelajaran yang terkait dengan memegang teguh ideologi
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, setia kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintah yang sah, menjaga nama baik
sesama ASN, pimpinan, instansi dan negara, serta menjaga rahasia jabatan dan negara.
1. Konsep Loyal:
a. Panduan Perilaku
1) Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Setia kepada NKRI serta Pemerintahan yang
Sah
Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam Pasal 23 UU ASN yang
dapat diwujudkan dengan Panduan Perilaku Loyal yang pertama ini
diantaranya:
Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
pemerintah yang sah;
Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang;
Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2) Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi dan Negara
Kewajiban ASN yang dapat diwujudkan dengan Panduan Perilaku Loyal
yang kedua ini diantaranya:
Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab;
Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
3) Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara
Adapun Kewajiban ASN yang dapat diwujudkan dengan Panduan
Perilaku Loyal yang ketiga, yaitu: Menyimpan rahasia jabatan dan hanya
dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
F. ADAPTIF
Mata Pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan nilai Adaptif pada
peserta melalui substansi pembelajaran yang terkait dengan cepat menyesuaikan diri
menghadapi perubahan, terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas serta bertindak
proaktif.
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup
dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan
demikian adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan
lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri).
Sejatinya tanpa beradaptasi akan menyebabkan makhluk hidup tidak dapat
mempertahankan diri dan musnah pada akhirnya oleh perubahan lingkungan. Sehingga
kemampuan adaptif merupakan syarat penting bagi terjaminnya keberlangsungan
kehidupan.
Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan kreativitas yang
ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di dalamnya dibedakan
mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir kreatif.
Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan
keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penerapan budaya
adaptif dalam organisasi memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi,
tingkat kepercayaan, perilaku tanggung jawab, unsur kepemimpinan dan lainnya. Dan
budaya adaptif sebagai budaya ASN merupakan kampanye untuk membangun karakter
adaptif pada diri ASN sebagai individu yang menggerakkan
organisasi untuk mencapai tujuannya.
G. KOLABORATIF
Mata Pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan nilai Kolaboratif pada
peserta melalui substansi pembelajaran yang terkait dengan pemberian kesempatan kepada
berbagai pihak untuk berkontribusi, terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai
tambah serta menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama.
Berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa definisi kolaborasi
dan collaborative governance. Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019)
mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “ value generated from an alliance between two
or more firms aiming to become more competitive by developing shared routines”.
Sedangkan Gray (1989) mengungkapkan bahwa :
Collaboration is a process though which parties with different expertise, who see
different aspects of a problem, can constructively explore differences and find novel
solutions to problems that would have been more difficult to solve without the other’s
perspective (Gray, 1989).
Lindeke and Sieckert (2005) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah:
Collaboration is a complex process, which demands planned, intentional knowledge
sharing that becomes the responsibility of all parties (Lindeke and Sieckert, 2005).
Selain diskursus tentang definisi kolaborasi, terdapat istilah lainnya yang juga perlu
dijelaskan yaitu collaborative governance. Irawan (2017 P 6) mengungkapkan bahwa “
Collaborative governance “sebagai sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan
interaksi saling menguntungkan antar aktor governance .
Ansen dan gash (2012) mengungkapkan bahwa collaborative governance adalah:
A governing arrangement where one or more public agencies directly engage non-
state stakeholders in a collective decision-making process that is formal, consensus-
oriented, and deliberative and that aims to make or implement public policy or manage
public programs or assets.
Collaborative governance dalam artian sempit merupakan kelompok aktor dan
fungsi.
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan
upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan,
manajemen program dan pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai
pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang
terkait dengan urusan-urusan yang relevan. WoG juga sering disamakan atau minimal
disandingkan dengan konsep policy integration, policy coherence, cross-cutting policy-
making, joined-up government, concerned decision making, policy coordination atau cross
government. WoG memiliki kemiripan karakteristik dengan konsep-konsep tersebut,
terutama karakteristik integrasi institusi atau penyatuan pelembagaan baik secara formal
maupun informal dalam satu wadah. Ciri lainnya adalah kolaborasi yang terjadi antar
sektor dalam menangani isu tertentu.
Esteve et al (2013 p 20) mengungkapkan beberapa aktivitas kolaborasi antar
organisasi yaitu:
1. Kerjasama Informal;
2. Perjanjian Bantuan Bersama;
3. Memberikan Pelatihan;
4. Menerima Pelatihan;
5. Perencanaan Bersama;
6. Menyediakan Peralatan;
7. Menerima Peralatan;
8. Memberikan Bantuan Teknis;
9. Menerima Bantuan Teknis;
10. Memberikan Pengelolaan Hibah; dan
11. Menerima Pengelolaan Hibah.
Ansen dan gash (2012 p 550) mengungkapkan beberapa proses yang harus dilalui
dalam menjalin kolaborasi yaitu:
1. Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi
2. Face tof face Dialogue: melakukan negosiasi dan baik dan bersungguh-sungguh;
3. Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan; sharing ownership dalam
proses; serta keterbukaan terkait keuntungan bersama;
4. Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait
permasalahan, serta mengidentifikasi nilai bersama; dan
5. Menetapkan outcome antara.
Penelitian yang dilakukan oleh Custumato (2021) menunjukkan bahwa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah adalah
kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi manajemen dan
formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien dan efektif antara entitas publik.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astari dkk (2019) menunjukkan bahwa ada
beberapa faktor yang dapat menghambat kolaborasi antar organisasi pemerintah. Penelitian
tersebut merupakan studi kasus kolaborasi antar organisasi pemerintah dalam penertiban
moda transportasi di Kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kolaborasi
mengalami beberapa hambatan yaitu: ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan
pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi. Selain itu, dasar hukum kolaborasi juga tidak
jelas.
Berdasarkan ketentuan Pasal 34 ayat (4) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014
tentang Administrasi Pemerintahan diatur bahwa “Penyelenggaraan pemerintahan yang
melibatkan Kewenangan lintas Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dilaksanakan melalui
kerja sama antar-Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang terlibat, kecuali ditentukan
lain dalam ketentuan peraturan perundang-undangan”
Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
diatur juga mengenai Bantuan Kedinasan yaitu kerja sama antara Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan guna kelancaran pelayanan Administrasi Pemerintahan di suatu instansi
pemerintahan yang membutuhkan.
AGENDA III
KEDUDUKAN DAN PERAN PNS
DALAM NKRI
1. Smart ASN
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas dan aplikasi
yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari informasi bahkan solusi dari
permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan internet harian masyarakat Indonesia hingga
tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020). Angka ini melampaui waktu rata-
rata masyarakat dunia yang hanya menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Bahkan menurut
hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020, selama pandemi
COVID-19 mayoritas masyarakat Indonesia mengakses internet lebih dari 8 jam sehari. Pola
kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah secara daring ikut membentuk perilaku kita
berinternet. Literasi Digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk
saling melindungi hak digital setiap warga negara.
Literasi digital banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam
melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia &
Wijayanto,2020;Kurnia &Astuti, 2017). Seorang pengguna yang memiliki kecakapan
literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga
mampu bermedia digital dengan penuh tanggungjawab
Kompetensi literasi digital tidak hanya dilihat dari kecakapan menggunakan media digital
(digitalskills) saja, namun juga budaya menggunakan digital (digitalculture), etis
menggunakan media digital (digitalethics),dan aman menggunakan media digital
(digitalsafety).
Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digitalculture,
digitalethics, dan digitalsafety. Kerangka kurikulum literasi digital digunakan sebagai metode
pengukuran tingkat kompetensi kognitif dana fektif masyarakat dalam menguasai teknologi
digital
Tiga tantangan dalam menimbang urgensi penerapan etika bermedia digital:
1. Penetrasi internet yang sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Bukan hanya jumlah dana aksesnya yang bertambah,durasi penggunaannya pun meningkat
drastis
2.Perubahan perilaku masyarakat yang berpindah dari madia konvensional ke media digital.
Karakter media digital yang serba cepat dan serba instan, menyediakan kesempatan tak
terbatas dan bigdata, telah mengubah perilaku masyarakat dalam segala hal,mulai dari
belajar,bekerja,bertransaksi,hingga berkolaborasi.
2. Manajemen ASN
a. Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk mendapatkan pegawai ASN yang
profesional, memiliki dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, dan bersih dari praktik
KKN.
b. Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK
c. Fungsi dan tugas ASN adalah pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, perekat dan pemersatu
bangsa.
d. Hak PNS adalah mendapat Gaji, Tunjangan, Cuti, Perlindungan, Pengembangan Kompetensi,
dan Jaminan pensiun dan hari tua.
e. Hak PPPK adalah mendapat Gaji, Tunjangan, Cuti, Perlindungan, dan
Pengembangan Kompetensi.
f. Kewajiban ASN adalah setia dan taat pada Pancasila,UUD’45, NKRI, menjaga persatuan
dan kesatuan bangsa, melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang, mentaati peraturan perundang undangan, melaksanakan tugas kedinasan
dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab, menunjukkan
integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan, dan tindakan kepada setiap
orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan, menyimpan rahasia jabatan dan hanya
dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai ketentuan, bersedia di tempatkan di seluruh
wilayah indonesia,
g. Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan
jabatan,pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan,penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan
h. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja;
penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin;
pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan. Pengisian jabatan pimpinan tinggi
utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan
Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan Manajemen
ASN 68 memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan,
rekam jejak, jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
i. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua) tahun
terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat
Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi
memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat dilakukan
setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya
dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun
j. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan laporan
proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan pengawasan pengisian Jabatan
Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai
ASN dari PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara
diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS.
k. Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan padakualifikasi,
kompetensi dan kinerja secaraadil dan wajar dengan tanpa membedakanlatar belakang
politik, ras, warna kulit,agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau
kondisi kecatatan”.
l. Manfaat sistem Merit bagi pegawai adalah Menjamin Keadilan dan ruang keterbukaan
dlm perjalanan karir seorangpegawai. Memiliki Kesempatan yang sama untuk
meningkatkan kualitas diri
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia. Korps profesi
Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi
ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas,
dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem
Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar- Instansi Pemerintah Sengketa
Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upay