Anda di halaman 1dari 22

AGENDA I

SIKAP PERILAKU BELA NEGARA

1. Materi Wawasan Kebangsaan


WAWASAN KEBANGSAAN dapat diartikan sebagai konsepsi cara pandang yang
dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara akan diri dan
lingkungannya didalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
BEBERAPA TITIK PENTING DALAM SEJARAH BANGSA INDONESIA:
- Berdirinya Oraganisasi Budi Oetomo
- Berdirinya Organisasi Perhimpunan Indonesia
- Di selenggarakannya Kongres Pemuda I
- Di selenggarakannya Kongres Pemuda II
- Dibentuknya BPUPKI
- Dibentuknya PPKI
BELA NEGARA adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warganegara, baik
secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 dalam menjamin kelangsunga nhidup
bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman”
Pendidikan kewarganegaraan dengan Pembinaan Kesadaran Bela Negara dengan
menanamkan nilai dasar Bela Negara yang meliputi:
a. cinta tanah air;
b.sadar berbangsa dan bernegara;
c.setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d.rela berkorban untuk bangsa dan negara;dan
e.kemampuan awal Bela Negara
Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan pada
tanggal 18 Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik dalamarti
sebagai dasar ideologi maupun filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila ini dipertegas dalam
UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan PeraturanPerundang-undangan sebagai
sumber dari segala sumber hukum negara. Artinya, setiap materi muatan kebijakan
negara, termasuk UUD 1945, tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.
2. Analisis Isu Kontemporer
Perubahan adalah sesuatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari, menjadi bagian yang
selalu menyertai perjalanan peradaban manusia. Cara kita menyikapi terhadap perubahan
adalah hal yang menjadi faktor pembeda yang akan menentukan seberapa dekat kita
dengan perubahan tersebut, baik pada perubahan lingkungan individu, keluarga (family),
Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society), dan
Dunia (Global).
ISU-ISU STRATEGISKONTEMPORER:
1. Korupsi
2. Narkoba
3. Terorisme dan Radikalis
4. Money Laundring
5. Proxy War

Teknik
Analisis Isu :
1. Issue Scann
2. Teknik Tapisan
3. Mind Mapping
4. Fishbone Diagram
5. Analisis SWOT

3. Kesiapsiagaan Bela Negara


Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai nilai bela negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, demi
menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari
segala bentuk ancaman yang pada hakikatnya mendasari proses nation and character
building.Proses nation and character building tersebut didasari oleh sejarah perjuangan
bangsa, sadar akan ancaman bahaya nasional yang tinggi serta memiliki semangat cinta
tanah air,kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila sebagai idiologi negara,
kerelaan berkorban demi bangsa dan Negara.
“Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siapsiaga yang dimiliki oleh seseorang
baik secara fisik, mental, maupun social dalam menghadapi situasi kerja yang beragam
yang dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai
kerelaan berkorban sepenuh jiwaraga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD Tahun 1945 untuk
menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara”.
Rumusan 5 Nilai Bela Negara :
1. Rasa Cinta Tanah Air;
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara;
3. Setia kepada Pancasila Sebagai Ideologi Negara;
4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara;
5. Mempunyai Kemampuan Awal Bela Negara; dan
AKSI NASIONAL BELA NEGARA adalah sinergi setiap warga negara guna mengatasi
segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dengan berlandaskan pada
nilai- nilai luhur bangsa untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil, dan makmur.
AGENDA II
NILAI – NILAI DASAR PNS

Untuk dapat menuju birokrasi berkelas dunia pada tahun 2024, kita membutuhkan
dukungan regulasi meliputi arsitektur human capital, strategi dan rencana eksekusi yang bisa
mengakselerasi. Transformasi pada bidang struktural, kultural dan digital perlu adaptasi
kebijakan dan kompetensi baru serta adaptasi teknologi dan sistem yang agile.
ASN sebagai profesi berlandasakan pada prinsip sebagai berikut (pasal 3, UU 5 Tahun
2014) :
1. Nilai dasar

2. Kode etik dan kode perilaku

3. Komitmen, integritas moral, dan tanggungjawab pada pelayanan publik

4. Komptensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas

5. Kualifikasi akademik

6. Jaminan perlindungan hukum dalam melaksankaan tugas

7. Profesionalitas jabatan
Salah satu sikap ASN yang diharapkan dalam birokrasi berkelas dunia tahun 2024 adalah
ASN yang BerAKHLAK yaitu Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal,
Adaptif, dan Kolaboratif.

A. BERORIENTASI PELAYANAN
Mata Pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan nilai berorientasi
pelayanan pada peserta melalui substansi pembelajaran yang terkait dengan pemahaman
dan pemenuhan kebutuhan masyarakat, ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan, serta
melakukan perbaikan tiada henti.
Sistematika modul Berorientasi Pelayanan ini adalah sebagai berikut:
1. Konsep Pelayanan:

a. Pengertian Pelayanan Publik


Dalam Oxford Learner’s Dictionary, kata pelayanan (service) diartikan
sebagai “a system that provides something that the public needs, organized by
the government or a private company (sistem yang menyediakan sesuatu yang
dibutuhkan publik, yang diselenggarakan oleh pemerintah atau perusahaan
swasta)”. Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam
Pasal 4 UU Pelayanan Publik, yaitu:
a) kepentingan umum;

b) kepastian hukum;

c) kesamaan hak;

d) keseimbangan hak dan kewajiban;


e) keprofesionalan;

f) partisipatif;

g) persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;

h) keterbukaan;

i) akuntabilitas;

j) fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;

k) ketepatan waktu; dan

l) kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.


Berbagai literatur administrasi publik menyebutkan bahwa prinsip
pelayanan publik yang baik diantaranya adalah partisipatif, transparan, responsif,
tidak diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel
dan berkeadilan.

b. Membangun Budaya Pelayanan Prima


Terdapat enam elemen untuk menghasilkan pelayanan publik yang
berkualitas yaitu:
1) Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk membangun pelayanan
yang berkualitas;
2) Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan masyarakat;
3) Penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam penyelenggaraan
pelayanan publik;
4) Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta menindaklanjuti
pengaduan masyarakat;
5) Pengembangan kompetensi SDM, jaminan keamanan dan keselamatan kerja,
fleksibilitas kerja, penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan sarana
prasarana; dan
6) Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja
penyelenggara pelayanan publik.

c. ASN sebagai Pelayan Publik


Dalam mengimplementasikan budaya berorientasi pelayanan, ASN perlu
memahami mengenai beberapa hal fundamental mengenai pelayanan publik,
antara lain:
1) Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai amanat konstitusi.
Dengan demikian menjadi kewajiban pemerintah untuk
menyelenggarakannya baik dilakukan sendiri (oleh birokrasi pemerintah)
maupun bekerja sama dengan sektor swasta;
2) Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak yang dibayar oleh warga
negara. Artinya, para birokrat penyelenggara pelayanan publik harus paham
bahwa semua fasilitas yang mereka nikmati (gedung, peralatan, gaji bagi
ASN, protokoler, dsb.) dibayar dengan pajak yang dibayarkan oleh warga
negara. Oleh karena itu, ASN harus paham bahwa warga negara adalah agent
(tuan) dan Saudara adalah client (pelayan). Konsekuensinya, Saudara sebagai
ASN yang harus mengikuti kehendak masyarakat pengguna layanan, bukan
sebaliknya masyarakat yang harus mengikuti kehendak Saudara.
3) Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai hal-hal
yang strategis bagi kemajuan bangsa di masa yang akan datang. Karena
sifatnya yang demikian, sebagai seorang ASN Saudara harus paham bahwa
kegagalan dalam berkontribusi untuk menyelenggarakan pelayanan publik
yang berkualitas akan berakibat pada kegagalan kita sebagai bangsa dalam
mewujudkan cita-cita bersama. Dalam konteks dunia yang dihadapkan pada
tantangan globalisasi maka kegagalan Saudara sebagai ASN dalam membantu
mewujudkan kualitas pelayanan publik yang baik juga berarti berdampak
pada kegagalan Indonesia dalam memenangkan pertarungan memperebutkan
supremasi globalisasi. Jika ini terjadi, masa dengan bangsa Indonesia menjadi
taruhannya.
4) Pelayanan publik memiliki fungsi tidak hanya memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasar warga negara sebagai manusia, akan tetapi juga berfungsi
untuk memberikan perlindungan bagi warga negara (proteksi). Coba Saudara
bayangkan ketika pemerintah tidak memberikan pelayanan yang baik untuk
memberikan perlindungan kepada warga negaranya? Masyarakat menjadi
korban main hakim sendiri karena polisi tidak hadir. TKI menjadi korban
kekejaman para tuan mereka di negara asing, bahkan ketika menginjakkan
kaki di bandara tanah airnya sendiri karena pemerintah gagal memberikan
pelayanan untuk melindungi mereka. Dan banyak contoh lagi penderitaan
warga negara ketika pemerintah gagal menyelenggarakan pelayanan publik
yang baik.

d. Nilai Berorientasi Pelayanan dalam Core Values ASN


Pada tanggal 27 Juli 2021, Presiden Joko Widodo meluncurkan Core Values
dan Employer Branding ASN tersebut, yang bertepatan dengan Hari Jadi
Kementerian PANRB ke-62. Core Values ASN yang diluncurkan yaitu ASN
BerAKHLAK yang merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel,
Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core Values tersebut
seharusnya dapat dipahami dan dimaknai sepenuhnya oleh seluruh ASN serta
dapat diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-hari.
2. Berorientasi Pelayanan:

a. Panduan Perilaku Berorientasi Pelayanan

1) Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat


Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan
memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan
bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga
terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur,
dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien masyarakat, birokrasi
wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat.
Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku
Berorientasi Pelayanan yang pertama ini diantaranya:
a) mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;

b) menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;

c) membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian; dan

d) menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.

2) Ramah, Cekatan, Solutif, dan Dapat Diandalkan


Adapun beberapa Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan
perilaku Berorientasi Pelayanan yang kedua ini diantaranya:
a) memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
b) memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah; dan
c) memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
3) Melakukan Perbaikan Tiada Henti
Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku
Berorientasi Pelayanan yang ketiga ini diantaranya:
a) mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik; dan

b) mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.

b. Tantangan Aktualisasi Nilai Berorientasi Pelayanan


Dalam lingkungan pemerintahan sendiri, banyak faktor yang mempengaruhi
tumbuh dan berkembangnya inovasi, diantaranya komitmen dari pimpinan,
adanya budaya inovasi, dan dukungan regulasi. Instansi pemerintah dituntut untuk
lebih jeli mengamati permasalahan dalam pelayanan publik sehingga inovasi yang
dilahirkan benar-benar sesuai kebutuhan dan tepat sasaran. Inovasi juga tidak
boleh monoton karena setiap daerah memiliki kebutuhan yang berbeda-beda
antara satu sama lain. Untuk itu, adanya kolaborasi antara pemerintah, partisipasi
masyarakat, dan stakeholders terkait lainnya perlu dibangun sebagai strategi untuk
mendorong tumbuh dan berkembangnya inovasi.
B. AKUNTABEL
Mata Pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan nilai Akuntabel pada
peserta melalui substansi pembelajaran yang terkait dengan pelaksanaan tugas dengan
jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi, penggunaan kekayaan
dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien serta tidak
menyalahgunakan kewenangan jabatan.
1. Pengertian Akuntabilitas
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas
atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang
berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat
dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung
jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat. Dalam konteks ASN
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan
tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya
kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017)
2. Aspek – aspek Akuntabilitas

a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)


Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat.
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented) Hasil
yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang
bertanggung jawab, adil dan inovatif.
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers
reporting)
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.
d. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers
reporting)
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.
e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja ASN dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
3. Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:
a. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
b. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);
c. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

4. Tingkatan Akuntabilitas

a. Akuntabilitas Personal
b. Akuntabilitas Individu
c. Akuntabilitas Kelompok
d. Akuntabilitas Organisasi
e. Akuntabilitas Stakeholder

5. Panduan perilaku akuntabel

a. Akuntabilitas dan Integritas


Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak
pihak menjadi landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah Negara
(Matsilizadan Zonke, 2017). Kedua prinsip tersebut harus dipegang teguh oleh
semua unsure pemerintahan dalam memberikan layanan kepada masyarakat.
Aulich (2011) bahkan mengatakan bahwa sebuah system yang memiliki integritas
yang baik akan mendorong terciptanya Akuntabilitas, Integritas itu sendiri dan
Transparansi.
b. Integritas dan Antikorupsi
Bangsabesar adalah bangsa yang meneladani integritas para tokoh
bangsanya. Setidaknya, mereka membuktikan bahwa negeri ini pernah memiliki
pemimpin-pemimpin yang amanah, jujur, sederhana, dan sangat bertanggung
jawab. Mereka adalah fakta bahwa bangsa kita tidaklah memiliki budaya korupsi
sejak lama. Dari mereka, kita bisa optimistis, menjadi pribadi berintegritas dan
amanah bukanlah kemustahilan bagi kita.
c. Mekanisme Akuntabilitas
Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel,
maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung dimensi:
 Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity and legality).
 Akuntabilitas proses (process accountability).
 Akuntabilitas program (program accountability).
 Akuntabilitas kebijakan (policy accountability).
d. Konflik kepentingan
1) Keuangan
 Penggunaan sumber daya lembaga (termasuk dana, peralatan atau sumber
daya aparatur) untuk keuntungan pribadi.Contoh :
 Menggunakan peralatan lembaga/unit/divisi/bagian untuk memproduksi
barang yang akan digunakan atau dijual secara pribadi;

 menggunakan peralatan lembaga/unit/divisi/bagian untuk memproduksi


barang yang akan digunakan atau dijual secara pribadi;
 menerima hadiah atau pembayaran mencapai sesuatu yang diinginkan;
 menerima dana untuk penyediaan informasi pelatihan dan / atau catatan
untuk suatu kepentingan;
 menerima hadiah pemasok atau materi promosi tanpa otoritas yang tepat
2) Non-Keuangan
 Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri dan / atau
orang lain.
 Contoh:
 Berpartisipasi sebagai anggota panel seleksi tanpa menggunakan koneksi,
asosiasi atau keterlibatan dengan calon
 Menyediakan layanan atau sumber daya untuk klub, kelompok asosiasi
atau organisasi keagamaan tanpa biaya
 Penggunaan posisi yang tidak tepat untuk memasarkan
atau mempromosikan nilai-nilai atau keyakinan pribadi
e. Pengelolaan gratifikasi yang akuntabel
Gratifikasi merupakan salah satu bentuk tindak pidana korupsi. Mari kita
mempelajari lebih dalam mengenai gratifikasi.
f. Membangun pola pikir antikorupsi
1) ASN harus dapat memastikan kepentingan pribadi atau keuangan tidak
bertentangan dengan kemampuan mereka untuk melakukan tugas-tugas resmi
mereka dengan tidak memihak;
2) Ketika konflik kepentingan yang timbul antara kinerja tugas publik dan
kepentingan pribadi atau personal, maka PNS dapat berhati-hati untuk
kepentingan umum;
3) ASN memahami bahwa konflik kepentingan sebenarnya, dianggap ada atau
berpotensi ada di masa depan. Situasi yang dapat menimbulkan konflik
kepentingan, meliputi: oHubungan dengan orang-orang yang berurusan
dengan lembaga-lembaga yang melampaui tingkat hubungan kerja
profesional;
 Menggunakan keuangan organisasi dengan bunga secara pribadi atau
yang berurusan dengan kerabat seperti:
 Memiliki saham atau kepentingan lain yang dimiliki oleh ASN di
suatu perusahaan atau bisnis secara langsung, atau sebagai anggota
dari perusahaan lain atau kemitraan, atau melalui kepercayaan;
 memiliki pekerjaan diluar, termasuk peran sukarela, janji atau direktur,
apakah dibayar atau tidak; dan
 menerima hadiah atau manfaat.
4) Jika konflik muncul, ASN dapat melaporkan kepada pimpinan secara tertulis,
untuk mendapatkan bimbingan mengenai cara terbaik dalam mengelola
situasi secara tepat;
5) ASN dapat menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya.
g. Apa yang diharapkan dari Seorang ASN
Perilaku Individu (Personal Behaviour)
1) ASN bertindak sesuai dengan persyaratan legislatif, kebijakan lembaga dan
kode etik yang berlaku untuk perilaku mereka;
2) ASN tidak mengganggu, menindas, atau diskriminasi terhadap rekan atau
anggota masyarakat;
3) Kebiasaan kerja ASN, perilaku dan tempat kerja pribadi dan profesional
hubungan berkontribusi harmonis, lingkungan kerja yang aman dan
produktif;
4) ASN memperlakukan anggota masyarakat dan kolega dengan hormat, penuh
kesopanan, kejujuran dan keadilan, dan memperhatikan tepat untuk
kepentingan mereka, hak-hak, keamanan dan kesejahteraan;PNS membuat
keputusan adil, tidak memihak dan segera, memberikan pertimbangan untuk
semua informasi yang tersedia, undang-undang dan kebijakan dan prosedur
institusi tersebut;
5) ASN melayani Pemerintah setiap hari dengan tepat waktu, memberikan
masukan informasi dan kebijakan.

6. Akuntabel dalam konteks organisasi pemerintah

a. Transparansi dan akses informasi


Perilaku Berkaitan dengan Transparansi dan Akses Informasi (Transparency
and Official Information Access)
• ASN tidak akan mengungkapkan informasi resmi atau dokumen yang diperoleh
selain seperti yang dipersyaratkan oleh hukum atau otorisas yang diberikan
oleh institusi;
• ASN tidak akan menyalahgunakan informasi resmi untuk keuntungan pribadi
atau komersial untuk diri mereka sendiri atau yang lain. Penyalahgunaan
informasi resmi termasuk spekulasi saham berdasarkan informasi rahasia dan
mengungkapkan isi dari surat-surat resmi untuk orang yang tidak berwenang;
• ASN akan mematuhi persyaratan legislatif, kebijakan setiap instansi dan semua
arahan yang sah lainnya mengenai komunikasi dengan menteri, staf menteri,
anggota media dan masyarakat pada umumnya.
b. Praktek kecurangan dan perilaku korup
Perilaku berkaitan dengan menghindari perilaku yang curang dan koruptif
(Fraudulent and Corrupt Behaviour):
• ASN tidak akan terlibat dalam penipuan atau korupsi;
• ASN dilarang untuk melakukan penipuan yang menyebabkan kerugian
keuangan aktual atau potensial untuk setiap orang atau institusinya;
• ASN dilarang berbuat curang dalam menggunakan posisi dan kewenangan
mereka untuk keuntungan pribadinya;
• ASN akan melaporkan setiap perilaku curang atau korup;
• ASN akan melaporkan setiap pelanggaran kode etik badan mereka;
• ASN akan memahami dan menerapkan kerangka akuntabilitas yang berlaku di
sektor publik.
c. Penggunaan sumber daya milik Negara
Fasilitas publik dilarang pengunaannya untuk kepentingan pribadi, sebagai
contoh motor atau mobil dinas yang tidak boleh digunakan kepentingan pribadi.
Hal-hal tersebut biasanya sudah diatur secara resmi oleh berbagai aturan dan
prosedur yang dikeluarkan pemerintah/instansi. Setiap PNS harus memastikan
bahwa:
• Penggunaannya diaturan sesuai dengan prosedur yang berlaku
• Penggunaannya dilaklukan secara bertanggung-jawab dan efisien
• Pemeliharaan fasilitas secara benar dan bertanggungjawab.
d. Penyimpanan dan penggunaan data dan informasi pemerintah
Perilaku berkaitan dengan Penyimpanan dan Penggunaan Data serta
Informasi Pemerintah (Record Keeping and Use of Government Information):
• ASN bertindak dan mengambil keputusan secara transparan;
• ASN menjamin penyimpanan informasi yang bersifat rahasia;
• ASN mematuhi perencanaan yang telah ditetapkan;
• ASN diperbolehkan berbagi informasi untuk mendorong efisiensi dan
kreativitas;

• ASN menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;


• ASN memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak
lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
• ASN tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan,
dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi
diri sendiri atau untuk orang lain.
e. Membangun budaya antikorupsi di Organisasi Pemerintahan
Untuk membangun budaya antikorupsi di organisasi pemerintahan, dapat
mengadopsi langkah-langkah yang diperlukan dalam penanganan Konflik
Kepentingan: https://aclc.kpk.go.id/materi-pembelajaran/tata-kelola-
pemerintahan/infografis/tahap-tahap-dalam-penanganan-konflik-kepentingan
 Penyusunan Kerangka Kebijakan,
 Identifikasi Situasi Konflik Kepentingan,
 Penyusunan Strategi Penangan Konflik Kepentingan, dan
 Penyiapan Serangkaian Tindakan Untuk Menangani Konflik Kepentingan.
Penyusunan Kode Etik, Dukungan Lembaga, dan Sanksi bagi pelaku
pelanggaran adalah beberapa hal yang sangat penting untuk dapat menjadi
perhatian. Namun, memegang teguh prinsip moral, integritas, adalah kunci utama
dari terlaksananya sistem yang disiapkan. Dari beberapa kasus yang dapat diakses
pada U4 Expert Answer(diakses: 8 Oktober 2021), Akuntabilitas Pimpinan
Lembaga juga menjadi hal penting untuk menjadi pegangan tindak dan perilaku
pegawai di lingkungan lembaga atau institusi.

C. KOMPETEN
Mata Pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan nilai Kompeten pada
peserta melalui substansi pembelajaran yang terkait dengan peningkatan kompetensi diri
untuk menjawab tantangan yang selalu berubah, membantu orang lain belajar serta
pelaksanaan tugas dengan kualitas terbaik.
1. Definisi Komptensi
Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai tuntutan
pekerjaan. Prinsip pengembangan kompetensi diantaranya :
a. Upaya peningkatan kompetensi yang dilakukan organisasi maupun individu melalui
proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan kebutuhan organisasi
dan pegawai.
b. Setiap ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi.

c. Diarahkan pada pengembangan kompetensi sesuai kebutuhan jabatan.

d. Pengembangan kompetensi sebagai salah satu dasar dalam pengangkatan jabatan


dan pengembangan karir.
2. Berperilaku kompeten
Sebagai ASN, berperilaku kompeten dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Berkinerja yang BerAKHLAK

b. Meningkatkan kompetensi diri

c. Membentu orang lain belajar

d. Melaksanakan tugas terbaik

D. HARMONIS
Mata Pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan nilai harmonis pada
peserta melalui substansi pembelajaran yang terkait dengan menghargai setiap orang apa
pun latar belakangnya, suka menolong orang lain serta membangun lingkungan kerja yang
kondusif.
Harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga
faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur. Suasana harmoni
dalam lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu tenang, menciptakan
kondisi yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama, meningkatkan
produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan. Peran ASN dalam
mewujudkan suasana harmonis yaitu :
1. Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral dan adil. Netral dalam
artian tidak memihak kepada salah satu kelompok atau golongan yang ada. Adil,
berarti PNS dalam melaksanakna tugasnya tidak boleh berlaku diskriminatif dan
harus obyektif, jujur, transparan.
2. PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok kelompok minoritas, dengan
tidak membuat kebijakan, peraturan yang mendiskriminasi keberadaan kelompok
tersebut.
3. PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan
4. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus memiliki suka menolong
baik kepada pengguna layanan, juga membantu kolega PNS lainnya yang
membutuhkan pertolongan
5. PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.

E. LOYAL
Mata Pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan nilai Loyal pada
peserta melalui substansi pembelajaran yang terkait dengan memegang teguh ideologi
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, setia kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintah yang sah, menjaga nama baik
sesama ASN, pimpinan, instansi dan negara, serta menjaga rahasia jabatan dan negara.
1. Konsep Loyal:

a. Urgensi Loyalitas ASN


Kenapa nilai “Loyal” dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah
satu core values yang harus dimiliki dan diimplementasikan dengan baik oleh
setiap ASN? Untuk menjawab pertanyaan tersebut kajiannya dapat dilakukan
dengan melihat faktor internal dan faktor eksternal yang jadi penyebabnya. Pada
faktor internal, sifat dan sikap loyal terhadap bangsa dan negara dapat diwujudkan
dengan sifat dan sikap loyal ASN kepada pemerintahan yang sah sejauh
pemerintahan tersebut bekerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, karena ASN merupakan bagian atau komponen dari pemerintahan itu
sendiri. Sedangkan pada faktor eksternal, banyak masalah yang harus dihadapi
dengan loyalitas tinggi oleh seorang ASN yaitu semakin besar peluang masuknya
budaya dan ideologi alternatif dari luar ke dalam segenap sendi-sendi bangsa
melalui media informasi yang dapat dijangkau oleh seluruh anak bangsa yang
berpotensi merusak tatanan budaya dan ideologi bangsa.
b. Pengertian Loyal dan Loyalitas
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu
“Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau
suatu kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari
kesadaran sendiri pada masa lalu.
Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa
mendapatkan sikap loyal seseorang, terdapat banyak faktor yang akan
memengaruhinya. Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh
organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain: taat pada peraturan,
bekerja dengan integritas, tanggungjawab pada organisasi, kemauan untuk bekerja
sama, rasa memiliki yang tinggi, hubungan antar pribadi, kesukaan terhadap
pekerjaan, keberanian mengutarakan ketidaksetujuan, dan menjadi teladan bagi
pegawai lain.
c. Loyal dalam Core Values ASN
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN
yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan
bangsa dan negara, dengan panduan perilaku:
1) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
2) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3) Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan
panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Komitmen yang bermakna perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu
atau hubungan keterikatan dan rasa tanggung jawab akan sesuatu.
2) Dedikasi yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi
keberhasilan suatu usaha yang mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa
juga berarti pengabdian untuk melaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan
adanya sebuah keyakinan yang teguh.
3) Kontribusi yang bermakna keterlibatan, keikutsertaan, sumbangsih yang
diberikan dalam berbagai bentuk, baik berupa pemikiran, kepemimpinan,
kinerja, profesionalisme, finansial atau, tenaga yang diberikan kepada pihak lain
untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan efisien.
4) Nasionalisme yang bermakna suatu keadaan atau pikiran yang mengembangkan
keyakinan bahwa kesetiaan terbesar mesti diberikan untuk negara atau suatu
sikap cinta tanah air atau bangsa dan negara sebagai wujud dari cita-cita dan
tujuan yang diikat sikap-sikap politik, ekonomi, sosial, dan budaya sebagai
wujud persatuan atau kemerdekaan nasional dengan prinsip kebebasan dan
kesamarataan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
5) Pengabdian yang bermakna perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat,
ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau
satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas.

d. Membangun Perilaku Loyal


1) Dalam Kontek Umum
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal)
pegawai terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:
 Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
 Meningkatkan kesejahteraan
 Memenuhi kebutuhan rohani
 Memberikan kesempatan peningkatan karir
 Melakukan evaluasi secara berkala
2) Memantapkan Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam
rangka mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati
diri bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional
(national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945,
NKRI,
dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang
dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil,
makmur, dan sejahtera.
Pengetahuan tentang Wawasan Kebangsaan sejatinya telah diperoleh para
Peserta Pelatihan di bangku pendidikan formal mulai dari pendidikan dasar,
menengah maupun pendidikan tinggi. Namun demikian, Wawasan
Kebangsaan tersebut masih perlu terus dimantapkan di kalangan CPNS untuk
meningkatkan kecintaannya kepada bangsa dan negara guna membangun
sikap loyal sebagai bekal dalam mengawali pengabdiannya kepada bangsa
dan negara sebagai seorang PNS.
3) Meningkatkan Nasionalisme
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar
terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.
Sedangkan Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan
manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada
nilai-nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-
nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa : 1)
menempatkan persatuan dan kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan;
2) menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara;
3) bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak
merasa rendah diri; 4) mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan
kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa; 5) menumbuhkan sikap
saling mencintai sesama manusia; dan 6) mengembangkan sikap tenggang
rasa. Oleh karena itu seorang PNS harus selalu mengamalkan nilai- nilai
Luhur Pancasila dalam melaksanakan tugasnya sebagai wujud nasionalime
dan juga loyalitasnya terhadap bangsa dan negara.

2. Panduan Perilaku Loyal:

a. Panduan Perilaku
1) Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Setia kepada NKRI serta Pemerintahan yang
Sah
Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam Pasal 23 UU ASN yang
dapat diwujudkan dengan Panduan Perilaku Loyal yang pertama ini
diantaranya:
 Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
pemerintah yang sah;
 Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
 Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang;
 Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
 Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2) Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi dan Negara
Kewajiban ASN yang dapat diwujudkan dengan Panduan Perilaku Loyal
yang kedua ini diantaranya:
 Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab;
 Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
3) Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara
Adapun Kewajiban ASN yang dapat diwujudkan dengan Panduan
Perilaku Loyal yang ketiga, yaitu: Menyimpan rahasia jabatan dan hanya
dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

b. Sikap Loyal ASN Melalui Aktualisasi Kesadaran Bela Negara


Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan
negaranya dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar
Bela Negara dalam kehidupan sehari-harinya. Nilai-Nilai Dasar Bela Negara
sebagai berikut:
1) Cinta tanah air
2) Sadar berbangsa dan bernegara
3) Setia pada Pancasila sebagai ideology Negara
4) Rela berkorban untuk bangsa dan Negara
5) Kemampuan awal bela Negara

3. Loyal Dalam Konteks Organisasi Pemerintah:


Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila
menunjukkan kemampuan ASN tersebut dalam wujudkan nilai loyal dalam
kehidupannya sebagai ASN yang merupakan bagian/komponen dari organisasi
pemerintah maupun sebagai bagian dari anggota masyarakat. Hal tersebut dapat
diwujudkan melalui :
a. Komitmen pada Sumpah/Janji sebagai Wujud Loyalitas PNS
b. Penegakkan Disiplin sebagai Wujud Loyalitas PNS
c. Pelaksanaan Fungsi ASN sebagai Wujud Loyalitas PNS
d. Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Wujud Loyalitas PNS

F. ADAPTIF
Mata Pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan nilai Adaptif pada
peserta melalui substansi pembelajaran yang terkait dengan cepat menyesuaikan diri
menghadapi perubahan, terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas serta bertindak
proaktif.
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup
dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan
demikian adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan
lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri).
Sejatinya tanpa beradaptasi akan menyebabkan makhluk hidup tidak dapat
mempertahankan diri dan musnah pada akhirnya oleh perubahan lingkungan. Sehingga
kemampuan adaptif merupakan syarat penting bagi terjaminnya keberlangsungan
kehidupan.
Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan kreativitas yang
ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di dalamnya dibedakan
mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir kreatif.
Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan
keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penerapan budaya
adaptif dalam organisasi memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi,
tingkat kepercayaan, perilaku tanggung jawab, unsur kepemimpinan dan lainnya. Dan
budaya adaptif sebagai budaya ASN merupakan kampanye untuk membangun karakter
adaptif pada diri ASN sebagai individu yang menggerakkan
organisasi untuk mencapai tujuannya.
G. KOLABORATIF
Mata Pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan nilai Kolaboratif pada
peserta melalui substansi pembelajaran yang terkait dengan pemberian kesempatan kepada
berbagai pihak untuk berkontribusi, terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai
tambah serta menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama.
Berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa definisi kolaborasi
dan collaborative governance. Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019)
mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “ value generated from an alliance between two
or more firms aiming to become more competitive by developing shared routines”.
Sedangkan Gray (1989) mengungkapkan bahwa :
Collaboration is a process though which parties with different expertise, who see
different aspects of a problem, can constructively explore differences and find novel
solutions to problems that would have been more difficult to solve without the other’s
perspective (Gray, 1989).
Lindeke and Sieckert (2005) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah:
Collaboration is a complex process, which demands planned, intentional knowledge
sharing that becomes the responsibility of all parties (Lindeke and Sieckert, 2005).
Selain diskursus tentang definisi kolaborasi, terdapat istilah lainnya yang juga perlu
dijelaskan yaitu collaborative governance. Irawan (2017 P 6) mengungkapkan bahwa “
Collaborative governance “sebagai sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan
interaksi saling menguntungkan antar aktor governance .
Ansen dan gash (2012) mengungkapkan bahwa collaborative governance adalah:
A governing arrangement where one or more public agencies directly engage non-
state stakeholders in a collective decision-making process that is formal, consensus-
oriented, and deliberative and that aims to make or implement public policy or manage
public programs or assets.
Collaborative governance dalam artian sempit merupakan kelompok aktor dan
fungsi.
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan
upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan,
manajemen program dan pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai
pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang
terkait dengan urusan-urusan yang relevan. WoG juga sering disamakan atau minimal
disandingkan dengan konsep policy integration, policy coherence, cross-cutting policy-
making, joined-up government, concerned decision making, policy coordination atau cross
government. WoG memiliki kemiripan karakteristik dengan konsep-konsep tersebut,
terutama karakteristik integrasi institusi atau penyatuan pelembagaan baik secara formal
maupun informal dalam satu wadah. Ciri lainnya adalah kolaborasi yang terjadi antar
sektor dalam menangani isu tertentu.
Esteve et al (2013 p 20) mengungkapkan beberapa aktivitas kolaborasi antar
organisasi yaitu:
1. Kerjasama Informal;
2. Perjanjian Bantuan Bersama;
3. Memberikan Pelatihan;
4. Menerima Pelatihan;
5. Perencanaan Bersama;
6. Menyediakan Peralatan;
7. Menerima Peralatan;
8. Memberikan Bantuan Teknis;
9. Menerima Bantuan Teknis;
10. Memberikan Pengelolaan Hibah; dan
11. Menerima Pengelolaan Hibah.
Ansen dan gash (2012 p 550) mengungkapkan beberapa proses yang harus dilalui
dalam menjalin kolaborasi yaitu:
1. Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi
2. Face tof face Dialogue: melakukan negosiasi dan baik dan bersungguh-sungguh;
3. Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan; sharing ownership dalam
proses; serta keterbukaan terkait keuntungan bersama;
4. Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait
permasalahan, serta mengidentifikasi nilai bersama; dan
5. Menetapkan outcome antara.
Penelitian yang dilakukan oleh Custumato (2021) menunjukkan bahwa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah adalah
kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi manajemen dan
formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien dan efektif antara entitas publik.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astari dkk (2019) menunjukkan bahwa ada
beberapa faktor yang dapat menghambat kolaborasi antar organisasi pemerintah. Penelitian
tersebut merupakan studi kasus kolaborasi antar organisasi pemerintah dalam penertiban
moda transportasi di Kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kolaborasi
mengalami beberapa hambatan yaitu: ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan
pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi. Selain itu, dasar hukum kolaborasi juga tidak
jelas.
Berdasarkan ketentuan Pasal 34 ayat (4) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014
tentang Administrasi Pemerintahan diatur bahwa “Penyelenggaraan pemerintahan yang
melibatkan Kewenangan lintas Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dilaksanakan melalui
kerja sama antar-Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang terlibat, kecuali ditentukan
lain dalam ketentuan peraturan perundang-undangan”
Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
diatur juga mengenai Bantuan Kedinasan yaitu kerja sama antara Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan guna kelancaran pelayanan Administrasi Pemerintahan di suatu instansi
pemerintahan yang membutuhkan.
AGENDA III
KEDUDUKAN DAN PERAN PNS
DALAM NKRI

1. Smart ASN
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas dan aplikasi
yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari informasi bahkan solusi dari
permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan internet harian masyarakat Indonesia hingga
tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020). Angka ini melampaui waktu rata-
rata masyarakat dunia yang hanya menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Bahkan menurut
hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020, selama pandemi
COVID-19 mayoritas masyarakat Indonesia mengakses internet lebih dari 8 jam sehari. Pola
kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah secara daring ikut membentuk perilaku kita
berinternet. Literasi Digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk
saling melindungi hak digital setiap warga negara.
Literasi digital banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam
melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia &
Wijayanto,2020;Kurnia &Astuti, 2017). Seorang pengguna yang memiliki kecakapan
literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga
mampu bermedia digital dengan penuh tanggungjawab
Kompetensi literasi digital tidak hanya dilihat dari kecakapan menggunakan media digital
(digitalskills) saja, namun juga budaya menggunakan digital (digitalculture), etis
menggunakan media digital (digitalethics),dan aman menggunakan media digital
(digitalsafety).
Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digitalculture,
digitalethics, dan digitalsafety. Kerangka kurikulum literasi digital digunakan sebagai metode
pengukuran tingkat kompetensi kognitif dana fektif masyarakat dalam menguasai teknologi
digital
Tiga tantangan dalam menimbang urgensi penerapan etika bermedia digital:
1. Penetrasi internet yang sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Bukan hanya jumlah dana aksesnya yang bertambah,durasi penggunaannya pun meningkat
drastis

2.Perubahan perilaku masyarakat yang berpindah dari madia konvensional ke media digital.
Karakter media digital yang serba cepat dan serba instan, menyediakan kesempatan tak
terbatas dan bigdata, telah mengubah perilaku masyarakat dalam segala hal,mulai dari
belajar,bekerja,bertransaksi,hingga berkolaborasi.

3.Intensitas orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi.Situasi pandemic COVID-19


yang menyebabkan intensitas orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi, sehingga
memunculkan berbagai isu dan gesekan. Semua ini tak lepas dari situasi ketika semua orang
berkumpul dimedia guna melaksanakan segala aktivitasnya,tanpa batas.

2. Manajemen ASN

a. Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk mendapatkan pegawai ASN yang
profesional, memiliki dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, dan bersih dari praktik
KKN.
b. Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK
c. Fungsi dan tugas ASN adalah pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, perekat dan pemersatu
bangsa.
d. Hak PNS adalah mendapat Gaji, Tunjangan, Cuti, Perlindungan, Pengembangan Kompetensi,
dan Jaminan pensiun dan hari tua.
e. Hak PPPK adalah mendapat Gaji, Tunjangan, Cuti, Perlindungan, dan
Pengembangan Kompetensi.
f. Kewajiban ASN adalah setia dan taat pada Pancasila,UUD’45, NKRI, menjaga persatuan
dan kesatuan bangsa, melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang, mentaati peraturan perundang undangan, melaksanakan tugas kedinasan
dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab, menunjukkan
integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan, dan tindakan kepada setiap
orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan, menyimpan rahasia jabatan dan hanya
dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai ketentuan, bersedia di tempatkan di seluruh
wilayah indonesia,
g. Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan
jabatan,pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan,penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan
h. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja;
penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin;
pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan. Pengisian jabatan pimpinan tinggi
utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan
Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan Manajemen
ASN 68 memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan,
rekam jejak, jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
i. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua) tahun
terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat
Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi
memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat dilakukan
setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya
dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun
j. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan laporan
proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan pengawasan pengisian Jabatan
Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai
ASN dari PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara
diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS.
k. Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan padakualifikasi,
kompetensi dan kinerja secaraadil dan wajar dengan tanpa membedakanlatar belakang
politik, ras, warna kulit,agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau
kondisi kecatatan”.
l. Manfaat sistem Merit bagi pegawai adalah Menjamin Keadilan dan ruang keterbukaan
dlm perjalanan karir seorangpegawai. Memiliki Kesempatan yang sama untuk
meningkatkan kualitas diri
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia. Korps profesi
Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi
ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas,
dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem
Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar- Instansi Pemerintah Sengketa
Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upay

Anda mungkin juga menyukai