Anda di halaman 1dari 15

AGENDA 1.

MODUL 1

WAWASAN KEBANGSAAN DAN BELA NEGARA

Wawasan Kebangsaan menurut Prof. Muladi adalah cara pandang bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam Sejarah Bangsa Indonesia, terdapat beberapa titik penting dalam berdirinya
Negara Kesatuan Republik Indonesia : Berdirinya Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908,
Perhimpunan Indonesia (PI) pada tanggal 25 Oktober 1908, Kongres Pemuda 1 pada tanggal
30 April 1926, Kongres Pemuda 2 pada tanggal 27-28 Oktober 1928, Pembentukan Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 1 Maret 1945,
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 7 Agustus 1945
Bela Negara adalah tekad, sikap dan perilaku serta Tindakan warga negara baik dalam
menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa dan negara. Hari Bela
Negara ditetapkan pada tanggal 18 Desember 2006.
Nilai-nilai Bela Negara terdiri dari :
1. Cinta Tanah air
2. Sadar Berbangsa dan bernegara
3. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara
5. Kemampuan awal Bela Negara
Implementasi Fungsi ASN yag sesuai dengan nilai-nilai Bela Negara yaitu :
1. Dapat menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif
2. Dapat menjalankan tugas secara professional dan tidak berpihak
3. Dapat memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, akurat,
berdaya guna dan santun
4. Dapat mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada public

Aktualisasi Kesadaran Bela Negara bagi ASN


ASN yang Profesional, bebas dari intervensi politik,bersih dari praktik korupsi,kolusi dan
nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan public bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai perekat pemersatu bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
AGENDA 1. MODUL 2

ANALISIS ISU KONTEMPORER

1. PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS


A. Konsep Perubahan
Menghadapi dinamika lingkungan kerja PNS PPPK dituntut untuk selalu melakukan terobosan
(inovasi), yang dimana PNS PPPK harus melayani masyarakat dengan ramah, tulus dan
profesional namun sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku dan tidak boleh keluar dari
koridornya.
B. Perubahan Lingkungan Strategis
Ada beberapa faktor perubahan yang mempengaruhi kinerja PNS PPPK dalam melakukan
pekerjaan menurut pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017), yaitu : Individu, Keluarga
(family), Masyarakat level lokal dan regional ( Community/Culture), Nasional (Society), dan Dunia
(Global).
C. Modal Insani Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis
(1)Modal Intelektual, (2)Modal Emosional , (3)Modal Sosial, (4)Modal Ketabahan ( adversity),
(5)Modal Etika/Moral, (6) Modal Kesehatan (kekuatan) Fisik/Jasmani.

2. ISU-ISU STRATEGIS KONTEMPORER


PNS PPPK sebagai Aparatur Negara muda ini dihadapkan pada pengaruh yang akan datang
dari eksternal juga internal yang kian lama menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara.
Fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis
terkait isu-isu strategis kontenporer berikut: Korupsi, Narkoba, Terorisme dan Radikalisme, Money
Laundring, Proxy War, dan Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech dan
Hoax).

3. TEKNIK ANALISIS ISU


A. Memahami Isu Kritikal
Dalam penyelenggaraan pemerintahan yang ideal dibutuhkan kemampuan berpikir kritis,
analitis, dan objektif demi menghadapi perubahan lingkungan strategis.
B. Teknik-Tekhnik Analisis Isu
1. Teknik Tapisan Isu,
2. Teknik Analisis Isu,
3. Analisis Kesenjangan atau Gap Analysis.
AGENDA 1. MODUL 3

KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

A. PERATURAN BARIS BERBARIS


Pengertian Baris Berbaris (PBB) adalah suatu wujud latihan fisik, diperlukan guna menanamkan
kebiasaan dalam tata cara hidup dalam rangka membina dan kerjasama antar peserta Latsar, salah satu dasar
pembinaan disiplin adalah latihan PBB, jadi PBB bertujuan untuk mewujudkan disiplin yang prima, agar
dapat menunjang pelayanan yang prima pula, juga dapat membentuk sikap, pembentukan disiplin,
membina kebersamaan dan kesetiakawanan dan lain sebagainya.

B. KEPROTOKOLAN
keprotokolan adalah pengaturan yang berisi norma-norma atau aturan-aturan atau kebiasaan-
kebiasaan mengenai tata cara agar suatu tujuan yang telah disepakati dapat dicapai. Dengan kata lain
protokol dapat diartikan sebagai tata cara untuk menyelenggarakan suatu acara agar berjalan tertib, hikmat, rapi,
lancar dan teratur serta memperhatikan ketentuan dan kebiasaan yang berlaku, baik secara nasional maupun
internasional. Dengan meningkatnya hubungan antar bangsa, lambat laun orang mulai mencari suatu
tatanan yang dapat mendekatkan satu bangsa dengan bangsa lainnya dan dapat diterima secara merata
oleh semua pihak.
C.KEWASPADAAN DINI
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, telah mengamanatkan tujuan Negara
adalah, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, oleh sebab itu maka semua warga
bangsa mempunyai kewajiban yang sama untuk mewujudkan tujuan Negara bangsa dimaksud, tidak
terkecuali bagi para Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
D.MEMBANGUN TIM
PNS yang samapta adalah PNS yang mampu meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan
terkait dengan pelaksanaan kerja. Dengan memiliki kesiapsiagaan yang baik maka PNS akan mampu
mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik dari dalam maupun dari luar.
Sebaliknya jika kesiapsiagaan yang dimiliki oleh PNS akan mudah sulit mengatasi adanya ancaman,
tantangan, hambatan, dan gangguan. Oleh karena itu melalui Latsar CPNS ini, Anda diberikan pembekalan
berupa pengetahuan dan internalisasi nilai-nilai kesiapsiagaan melalui berbagai macam permainan yang
berguna untuk membangun tim yang efektif dalam setiap melaksanakan kegiatan yang memerlukan
kerjasama 2 orang atau lebih.
AGENDA 2. MODUL 1

BERORIENTASI PELAYANAN
Definisi Pelayanan Publik (Lembaga Administrasi Negara: 1998) Pelayanan publik
adalah “Sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk
barang dan/atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Pelayanan didasarkan pada implementasi standar pelayanan yang dimiliki oleh
penyelenggara. Budaya pelayanan oleh ASN akan sangat menentukan kualitas pemberian
layanan kepada masyarakat. Menurut Djamaluddin Ancok dkk. (2014), budaya pelayanan
yang baik juga tentu akan berdampak positif terhadap kinerja organisasi dengan
mekanisme sebagai berikut:
a. Budaya pelayanan akan berjalan dengan baik apabila terbangun kerja tim di dalam
internal organisasi.
b. Faktor lain adalah pemahaman tentang pelayanan prima. Budaya berorientasi pada
pelayanan prima harus menjadi dasar ASN dalam penyediaan pelayanan.
c. Pemberian pelayanan yang prima akan berimplikasi pada kemajuan organisasi,
apabila pelayanan yang diberikan prima (baik), maka organisasi akan menjadi
semakin maju.

Ada tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN yaitu:
(1)Penyelenggaraan pelayanan public yaitu ASN /birokrasi, (2) penerima layanan
yaitu masyarakat,stackolder,atau sector privat dan (3) kepuasan yang diberikan dan /atau
diterima oleh penerima layanan.
Inovasi Pelayanan Publik
1. “inovasi dalam layanan publik mestinya mencerminkan hasil pemikiran baru yang
konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter dan
mind-set baru sebagai apartur penyelenggara pemerintahan, yang diwujudkan dalam
bentuk profesionalisme layanan publik yang berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar
menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.”
2. “memberikan layanan yang bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan customer
sudah dapat terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu
layanan yang diberikan dapat melebihi harapan customer. Layanan hari ini harus lebih
baik dari hari kemarin, dan layanan hari esok akan menjadi lebih baik dari hari ini (doing
something better and better).”
AGENDA 2. MODUL 2

AKUNTABEL

Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan


tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada
publik (matsiliza dan zonke, 2017). Beberapa aspek-aspek akuntabilitas yaitu: akuntabilitas
sebuah hubungan (accountability is a relationship) hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat; akuntabilitas berorientasi pada
hasil (accountability is results-oriented) adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung
jawab, adil dan inovatif; akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (accountability requiers
reporting) laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabel; akuntabilitas memperbaiki
kinerja (accountability improves performance) memperbaiki kinerja asn dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
Menurut (bovens, 2007) ada tiga fungsi utama akuntabilitas public yaitu: 1. Untuk
menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); 2. Untuk mencegah korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); 3. Untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas (peran belajar). Tingkatan akuntabilitas yang perlu kita pahami sebagai asn
yaitu :1. Akuntabilitas personal; 2. Akuntabilitas individu; 3. Akuntabilitas kelompok; 4.
Akuntabilitas organisasi; 5. Akuntabilitas stakeholder.
Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme
akuntabilitas harus mengandung dimensi: akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability
for probity and legality); Akuntabilitas proses (process accountability); Akuntabilitas program
(program accountability); Akuntabilitas kebijakan (policy accountability).
Alat akuntabilitas yang digunakan di indonesia diantaranya adalah perencanaan strategis
(strategic plans), kontrak kinerja, dan laporan kinerja. Yang harus diperhatikan dalam
menciptakan lingkungan kerja ASN yang akuntabel adalah kepemimpinan, transparansi,
integritas, tanggung jawab, keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan, dan konsistensi..
Amanah seorang asn menurut se menteri nomor 20 tahun 2021 adalah menjamin
terwujudnya perilaku yang sesuai dengan core values asn berakhlak. Dalam konteks
akuntabilitas, perilaku tersebut adalah: kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur,
bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi, kemampuan menggunakan
kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien,
kemampuan menggunakan kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi.
AGENDA 2. MODUL 3

KOMPETENSI

A. TANTANGAN LINGKUNGAN STRATEGI


Perilaku ASN untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai berikut:

(1)Berorietnasi Pelayanan, (2)Akuntabel, (3)Kompeten, (4)Harmonis, (5)Loyal,


(6)Adaptif, dan (7)Kolaboratif,.

B. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN APARATUR


Prinsip pengelolaan ASN yaitu seluruh aspek pengelolaan ASN harus
memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak boleh ada
perlakuan yang diskriminatif, seperti hubungan agama, kesukuan atau aspek-aspek
primodial lainnya yang bersifat subyektif.
Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam
menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik
tersebut meliputi: integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan
Bahasa asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship.

C. PENGEMBANGAN KOMPETENSI
Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan
perilaku kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis, 2) Kompetensi
Manajerial, 3) Kompetensi Sosial Kultural.

D. PERILAKU KOMPETEN

Seorang ASN harus mempunyai beberapa kompeten yang harus di kuasai


diantaranya adalah : (1)Berkinerja yang BerAkhlak, (2) Meningkatkan kompetensi
diri, (3) Membantu Orang Lain Belajar, dan (4) Melakukan kerja terbaik.
AGENDA 2. MODUL 4

HARMONIS

Negara diharapkan mampu memberikan kebaikan bersama bagi warganya tanpa


memandang siapa dan dari etnis mana, apa agamanya. Semangat gotong royong juga dapat
diperkuat dalam kehidupan masyarakat sipil dan politik dengan terus menerus
mengembangkan Pendidikan kewarganegaraan dan multikulturalisme yang dapat
membangun rasa keadilan dan kebersamaan dilandasi dengan prinsip prinsip kehidupan
public yang lebih partisipatif dan non diskriminatif. Ada dua tujuan nasionalsime yang mau
disasar dari semangat gotong royong, yaitu kedalam dan keluar.
• Kedalam, kemajemukan dan keanekaragaman budaya, suku, etnis, agama yang
mewarnai kebangsaan Indonesia, tidak boleh dipandanga sebagai hal negative dan
menjadi ancaman yang bisa saling menegasikan. Sebaliknya, hal itu perlu disikapi
secara positif sebagai limpahan karunia yang bisa saling memperkaya khazanah budaya
dan pengetahuan melalui proses penyerbukan budaya.
• Keluar, nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang memuliakan kemanuiaan
universal dengan menjunjung tinggi persaudaraan, perdamaian, dan keadilan antar umat
manusia. Penanganan masalah akibat keberagaman budaya membutuhkan pendekatan
yang bijak karena masalah keberagaman berhubungan isu-isu sensitif, seperti suku,
agama, ras, dan antargolongan (sara).
Dengan demikian, model pendidikan pluralitas dan multikultur tidak sekadar
menanamkan nilai-nilai keberagaman budaya, namun juga memperkuat nilai-nilai bersama
yang dapat dijadikan dasar dan pandangan hidup bersama.
Sebagai pelayan publik, setiap pegawai ASN senantiasa bersikap adil dan tidak
diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Mereka harus bersikap
profesional dan berintegritas dalam memberikan pelayanan. Tidak boleh mengejar
keuntungan pribadi atau instansinya belaka, tetapi pelayanan harus diberikan dengan
maksud memperdayakan masyarakat, menciptakan kesejahteraan masyarakat yang lebih
baik.
Untuk itu integritas menjadi penting bagi setiap pegawai ASN. Senantiasa menjunjung
tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan, tidak korupsi,transparan, akuntabel, dan memuaskan
publik. Dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat ASN dituntut dapat
mengatasi permasalahan keberagaman, bahkan menjadi unsur perekat bangsa dalam
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
AGENDA 2. MODUL 5

LOYAL
1) Konsep Loyal;
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi
pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government),
pemerintahtelah meluncurkan Core Values (nilai-nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan
Employer Branding (bangga melayani bangsa). Nilai “Loyal” dianggap penting dan
dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus dimiliki dan diimplementasikan
dengan baik oleh setiap ASN dikarenakan oleh faktor penyebab internal dan eksternal.
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang
artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan.
Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran sendiri pada masa
lalu. Dalam Kamus Oxford Dictionary kata Loyal didefinisikan sebagai “giving or showing
firm and constant support or allegiance to a person or institution (tindakan memberi atau
menunjukkan dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan kepada seseorang atau
institusi)”
Bagi seorang ASN, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak
terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada NKRI.
ASN sebagai profesi berlandaskan pada prinsip nilai dasar (pasal 4) serta kode etik
dan kode perilaku (pasal 5 ayat 2) dengan serangkaian kewajibannya (pasal 23). Adapun
kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku loyal
tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi, nasionalisme, pengabdian.

2) Panduan Perilaku Loyal


ASN sebagai profesi, salah satunya berlandaskan pada prinsip Nilai Dasar
sebagaimana termuat pada Pasal 4 UU ASN. Beberapa Nilai-Nilai Dasar ASN yang dapat
diwujudkan dengan Panduan Perilaku Loyal yang pertama ini diantaranya:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila;
2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
3. Republik Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;
4. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia; dan
5. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah.

3) Loyal Dalam Konteks Organisasi Pemerintah.


1. Komitmen pada Sumpah/Janji sebagai Wujud Loyalitas PNS
2. Penegakkan Disiplin sebagai Wujud Loyalitas PNS
3. Pelaksanaan fungsi ASN sebagai Wujud Loyalitas PNS
Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, seorang ASN memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa. Kemampuan ASN dalam
melaksanakan ketiga fungsi tersebut merupakan perwujudan dari implementasi nilai-
nilai loyal dalam konteks individu maupum sebagai bagian dari organisasi pemerintah.
4. Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Wujud Loyalitas PNS
Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila
menunjukkan kemampuan ASN tersebut dalam mewujudkan nilai loyal dalam
kehidupannya sebagai ASN yang merupakan bagian/komponen dari organisasi
pemeerintah maupun sebagai bagian dari anggota masyarakat.

AGENDA 2. MODUL 6

ADAFTIF
Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu
maupun organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Alasan mengapa nilai-
nilai adaptif perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-tugas jabatan di sektor publik,
di antaranya perubahan lingkungan strategis, kompetisi di sektor publik,komitmen mutu dan
perkembangan teknologi.
Penerapan budaya adaptif akan mendorong pada pembentukan budaya organisasi
berkinerja tinggi, dengan bercirikan antara lain:
1. Organisasi yang memiliki tujuan yang jelas
2. Terbangun suasana kepercayaan berbagi tanggungjawab
3. Terdapat perilaku yang menunjukkan tanggung jawab psikologis
4. ASN yang bekerja dengan memberikan ide dan pemikiran
5. Unsur pemimpin yang memberikan tantangan kepada ASN
6. Sebuah organisasi yang didorong menuju kesuksesan
Seorang pemimpin adalah seseorang yang membawa perubahan adaptif, bukan teknis.
Salah satu praktik perilaku adaptif adalah dalam hal menyikapi lingkungan yang bercirikan
ancaman VUCA. Johansen menyarankan pemimpin organisasi melakukan hal berikut:
1. Hadapi Volatility dengan Vision
2. Hadapi Uncertainty dengan Understanding
3. Hadapi Complexity dengan Clarity
4. Hadapi Ambiguity dengan Agility

ADAPTIF DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH


Pemerintah Sebagai Organisasi yang Tangguh. Di masa lalu seruan untuk ketahanan
(ketangguhan) adalah undangan tersirat, namun persuasif, untuk transformasi bebas dari
krisis yang melanda. Namun saat ini, ketika kita hampir keluar dari krisis ekonomi terdalam
sejak Depresi tahun 1930-an, ketahanan telah mengambil urgensi yang sama sekali baru,
dan istilah itu juga harus memperoleh makna baru.
Neo dan chan telah berbagi pengalaman bagaimana pemerintah singapura
menghadapi perubahanyang terjadi diberbagai sektorny,mereka menyebutnya dengan istilah
dynamicgovernace. Terdapat 3 kemampuan kognitif proses pembelajaran fundamental untuk
pemerintahan dinamis yaitu : Berpikir ke depan ( think ahead ),Berpikir lagi (think again ),
Berpikir lintas ( think across )

STUDI KASUS ADAPTIF


Visi Indonesia 2045 adalah sebuah gagasan dan harapan bahwa negara Indonesia dapat
menjadi negara yang berdaulat,maju,adil dan makmur.
Aplikasi Peduli Lindungi Kondisi pandemik membuat pemerintah berupaya mencari
solusi paling efisien untuk memantau penduduk dengan baik terkait dalam melakukan
pelacakan untuk menghentikan penyebaran Coronavirus Disease ( COVID – 19 ).
AGENDA 2. MODUL 7

KOLABORATIF

Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus dimiliki oleh CPNS. Sekat-sekat
birokrasi yang mengkungkung birokrasi pemerintah saat ini dapat dihilangkan. Calon ASN
muda diharapkan nantinya menjadi agen perubahan yang dapat mewujudkan harapan
tersebut. Semua ASN Kementerian/Lembaga /Pemerintah Daerah kemudian akan bekerja
dengan satu tujuan yaitu kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
Sikap yang perlu dimiliki Calon ASN dalam segi Kolaboratif :
a. Membangun kerja sama yang sinergis
b. Memberi kesempatan pada berbagai pihak untuk berkontribusi.
c. Terbuka dalambekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah.
d. Menggerakan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan Bersama.

Panduan Perilaku Kolaboratif


Menurut Pérez López et al (2004 dalam Nugroho, 2018), organisasi yang memiliki
collaborative culture indikatornya sebagai berikut:
1) Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi;
2) Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya
yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan mereka;
3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan mengambil
risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan);
4) Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas) Setiap
kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
6) Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
7) Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan yang
diberikan.
AGENDA 3 MODUL 1

SMART ASN

1. Literasi Digital
Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu
mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung
jawab. Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital culture,
digital ethics, dan digital safety. Kerangka kurikulum literasi digital digunakan sebagai
metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai
teknologi digital. Media digital digunakan oleh siapa saja yang berbeda latar pendidikan dan
tingkat kompetensi. Karena itu, dibutuhkan panduan etis dan kontrol diri (self-controlling)
dalam menghadapi jarak perbedaan - perbedaan tersebut dalam menggunakan media
digital, yang disebut dengan Etika Digital.
Kompetensi literasi digital tidak hanya dilihat dari kecakapan menggunakan media digital
(digital skills) saja, namun juga budaya menggunakan digital (digital culture), etis
menggunakan media digital (digital ethics), dan aman menggunakan media digital (digital
safety). Selain itu Kompetensi literasi digital diperlukan agar seluruh masyarakat dapat
menggunakan media digital secara bertanggung jawab. Kompetensi keamanan digital
merupakan kecakapan individual yang bersifat formal dan mau tidak mau bersentuhan
dengan aspek hukum positif.

2. Pilar Literasi Digital


Etika bermedia sosial adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan,
menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola
etika digital dalam kehidupan sehari – hari. Etika bermedia digital dapat digunakan oleh
siapa saja yang berbeda latar pendidikan dan tingkat kompetensi. Karena itu, dibutuhkan
panduan etis dan control diri (self – controlling) dalam menghadapi jarak perbedaan –
perbedaan tersebut dalam menggunakan media digital, yang disebut dengan Etika Digital.
Empat prinsipetika tersebut menjadi ujung tombak self – control setiap individu dalam
mengakses, berinteraksi, berpartisipasi, dan berkolaborasi di ruang digital, sehingga media
media digital benar – benar bisa dimanfaatkan secara kolektif untuk hal – hal positif.
Proses ini berakhir pada menciptakan konten kreatif dan positif untuk menggerakkan
lingkungan sekitar. Kolaborasi Kolaborasi merupakan proses kerjasama antar pengguna
untuk memecahkan masalah bersama . Berinteraksi dan Bertransaksi secara Elektronik di
Ruang Digital Sesuai dengan Peraturan yang berlaku Bank Indonesia mencatat volume dan
nilai transaksi uang elektronik di Indonesia terus meningkat dalam lima tahun ke
belakang. Lonjakan tertinggi tercatat dalam rentang 2017- 2018.

3. Implementasi Literasi Diital dan Implikasinya


Laskap digital – internet dan Dunia Maya adalah : Laskap digital merupakan sebutan kolektif
untuk jaringan sosial, surel, situs daring, perangkat seluler, dan lain sebagainya ; Fungsi
perangkat keras dan perangkat lunak saling berkaitan sehingga tidak bisa lepas satu sama
lain. Kita tidak bisa mengakses dunia digital tanpa fungsi dari keduanya ; Komputer yang
paling dekat dengan kehidupan kita adalah komputer pribadi. Komputer merupakan istilah
yang digunakan untuk menyebut computer ysng didesain untuk penggunaan individu
(Wepen, 2015).
Etika berinternet merupakan system nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi
sesorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya. (K. Bertens 2014 : 470).
Jadi etika berlaku jika individu berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain.
Sementara etika berlaku meskipun individu sendirian. Hal ini yang membedakan etika pasti
tertulis, missal kode etik jurnalistik, sedangkan etiket tidak tertulis (konvensi).
Tips Melindungi diri dari Penipuan : Berpikir sebelum meng-klik tautan link maupun
mengunduh dokumen dari sumber yang tidak jelas. Rekam Jejak Digital di Media ; Rekam
Jejak Digital Sulit Dihilangkan Tidak ada cara menghapus Jejak Digital. Kita juga bisa
menghapus atau menutup akun.
Nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai Landasan Kecakapan Digital dalam
Kehidupan Berbudaya, Berbangsa, dan Bernegara. Populasi kaum muda yang tinggi
memberikan peluang bagi bangsa Indonesia untuk terus lebih berkembang di dunia
teknologi digital, tetapi yang perlu diperhatikan adalah penggunaan internet dalam benar
sesuai dengan kecakapan yang berlandaskan dengan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
AGENDA 3 MODUL 2

MANAJEMEN ASN

Kedudukan, Peran, Hak dan Kewajiban, dan Kode Etik ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
Profesional, Memiliki Nilai Dasar, Etika Profesi, Bebas dari Intervensi Politik, Bersih dari
praktik KKN. Kedudukan ASN berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014.
PNS PPPK merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat
sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki
jabatan pemerintahan dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional, warga Negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk
jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan sesuai dengan
kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan perundang- undangan.

Fungsi dan Tugas ASN

Pelaksana Kebijakan Publik Pelayan Publik   Perekat dan Pemersatu Bangsa


“Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan” “Memberikan pelayanan publik yang
professional dan berkualitas” “Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia”
Kewajiban ASN meliputi :
a. setia dan taat pada Pancasila, UUD‟45, NKRI
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
c. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang
d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
e. Melaksanakan Tugas Kedinasan dengan Penuh Pengabdian, Kejujuran, Kesadaran,
dan Tanggung Jawab
f. Menunjukkan Integritas dan Keteladanan Dalam Sikap, Perilaku, Ucapan Dan
Tindakan Kepada Setiap Orang, Baik di Dalam Maupun di Luar Kedinasan
g. Menyimpan Rahasia Jabatan Dan Hanya Dapat Mengemukakan Rahasia Jabatan
Sesuai Dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan
h. Bersedia Ditempatkan Di Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Kode

Etik dan Kode Prilaku ASN


a. melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi
b. melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
c. melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
d. melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau sejauh tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan.
e. tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri
atau untuk orang lain.
f. Memberika informas secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasanMemberika informas secara
benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait
kepentingan kedinasan
g. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya

Konsep Sistem Merit Dalam Pengelolaan ASN

Untuk mendapatkan profil pegawai yang produktif, efektif dan efisien digunakan sistem
merit
Sistem merit pada dasarnya adalah konsepsi dalam manajemen SDM yang menggambarkan
diterapkannya obyektifitas dalam keseluruhan semua proses dalam pengelolaan ASN yakni
pada pertimbangan kemampuan dan prestasi individu untuk melaksanakan pekerjaanya
(kompetensi dan kinerja).
Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik dari sisi
perencanaan Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK
Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan
jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian
dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan

Mekanisme Pengelolaan

Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja; penggajian


dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan
hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan
madya pada kementerian, kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan
Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan
memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam
jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat
Pimpinan Tinggi selama 2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi,
kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-
undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai