Anda di halaman 1dari 10

RESUME JURNAL MOOC

PPPK TAHUN 2023

Oleh

NAMA : DIAN PUSPITAWATI, A.Md.Kep

NI PPPK : 198408112023212001

UNIT KERJA : RSUD Dr. R. SOEDJATI SOEMODIARDJO


Resume Agenda I

1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela Negara

Pancasila sebagai dasar ideologi maupun filosofi bangsa dan sumber dari segala
sumber hukum negara. UUD 1945 menjadi norma hukum yang memberi
kerangka dasar hukum system penyelenggaran negara pada umumnya, atau
khususnya sistem penyelenggaraan negara yang mencakup aspek kelembagaan,
aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2019 tentang


Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 dijelaskan
bahwa Keikutsertaan Warga Negara dalam usaha Bela Negara salah satunya
dilaksanakan melalui pendidikan kewarganegaraan dengan Pembinaan
Kesadaran Bela Negara dengan menanamkan nilai dasar Bela Negara, yang
meliputi:
a. cinta tanah air.
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara,
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara.

2. Analisis Isu Kontemporer

Sebagai warga Indonesia sudah seharusnya menjunjung tinggi nilai


Nasionalisme sebagai paham yang menciptakan dan mempertahankan
kedaulatan suatu negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama
untuk sekelompok manusia. Serta mengaplikasikan dari butir-butir Pancasila dan
nilai-nilai bela negara yang merupakan sebagai pandangan hidup, maka bangsa
Indonesia akan dapat memandang suatu persoalan yang dihadapinya dan
menentukan arah serta dapat memecahkan persoalannya dengan tepat. Tanpa
memiliki suatu pandangan hidup, bangsa Indonesia akan merasa terombang
ambing dalam menghadapi suatu persoalan besar yang timbul dalam pergaulan
masyarakat bangsa-bangsa di dunia.

1
3. Kesiapsiagaan Bela Negara

Dengan mengacu dalam Modul Utama Pembinaan Bela Negara tentang


Implementasi Bela Negara yang diterbitkan oleh Dewan Ketahanan Nasional
Tahun 2018,

disebutkan bahwa Aksi Nasional Bela Negara memiliki elemen-elemen


pemaknaan yang mencakup:
a. rangkaian upaya-upaya bela negara
b. guna menghadapi segala macam Ancaman, Gangguan, Hambatan, dan
Tantangan
c. dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara
d. yang diselenggarakan secara selaras, mantap, sistematis, terstruktur,
terstandardisasi, dan massif
e. dengan mengikutsertakan peran masyarakat dan pelaku usaha
f. di segenap aspek kehidupan nasional
g. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan berdasarkan
Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945
h. serta didasari oleh Semangat Mewujudkan Negara yang Berdaulat, Adil, dan
Makmur sebagai penggenap Nilai Nilai Dasar Bela Negara
i. yang dilandasi oleh keinsyafan akan anugerah kemerdekaan, dan
j. keharusan bersatu dalam wadah Bangsa dan Negara Indonesia, serta
k. tekad untuk menentukan nasib nusa, bangsa, dan negaranya sendiri.

Aksi Nasional Bela Negara dapat didefinisikan sebagai sinergi setiap warga
negara guna mengatasi segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan
tantangan dengan berlandaskan pada nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan
negara yang berdaulat. adil, dan makmur.

2
Resume Agenda II

1. Berorientasi Pelayanan

Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku Berorientasi
Pelayanan yang ketiga ini diantaranya:
1) mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik; dan
2) mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
Karakteristik dalam memberikan pelayanan prima ditunjukkan dengan upaya
perbaikan secara berkelanjutan melalui berbagai cara, antara lain: pendidikan,
pelatihan, pengembangan ide kreatif, kolaborasi, dan benchmark. Alangkah
baiknya apabila seluruh ASN dapat menampilkan kinerja yang merujuk pada nilai
dasar orientasi mutu dalam memberikan layanan kepada publik. Setiap individu
aparatur turut memikirkan bagaimana langkah perbaikan yang dapat dilakukan
dari posisinya masing-masing.
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan
memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan
bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait
dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan
biaya penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien masyarakat, birokrasi wajib
mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat.

2. Akuntabel

Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.


Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens. 2007), yaitu pertama,
untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); kedua, untuk
mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); ketiga,
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar). Akuntabilitas publik
terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertical (vertical accountability), dan
akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas memiliki 5
tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas individu,
akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.

Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang baik


untuk publik. Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi
3
yang berfungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat. Etika pelayanan
publik adalah suatu panduan atau pegangan yang harus dipatuhi oleh para
pelayan publik atau birokrat untuk menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk
publik. Buruknya sikap aparat sangat berkaitan dengan etika.
Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya
perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks
Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
a. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat,
disiplin dan berintegritas tinggi.
b. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien.
c. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas
tinggi

3. Kompeten

Perilaku kompeten sebagaimana dalam uraian modul ini, diharapkan menjadi


bagian ecosystem pembangunan budaya instansi pemerintah sebagai instansi
pembelajar (organizational learning). Pada ujungnya, wujudnya pemerintahan
yang unggul dan kompetitif, yang diperlukan dalam era global yang amat dinamis
dan kompetitif. sejalan perubahan lingkungan strategis dan teknologi yang
berubah cepat.

a. Tantangan Lingkungan Strategis


Meliputi isu-isu utama terkait yaitu Dunia Vuca (dunia yang penuh gejolak dan
ketidakpastian) dan disrupsi teknologi, yang berpengaruh pada seluruh aspek
kehidupan termasuk penyesuaian pekerjaan ASN.
b. Kebijakan Pembangunan Aparatur
Dengan prinsip dasar berbasis merit (kesesuaian kualifikasi, kompetensi,
kinerja, dengan perlakuan tidak diskriminatif dari aspek-aspek subyektif seperti
kesamaan latar belakang agama, daerah, dan aspek subjektivitas lainnya).
pembangunan aparatur, serta 8 karakter ASN yang meliputi: integritas,

4
nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing.
hospitality, networking, dan entrepreneurship.
c. Pengembangan Kompetensi
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan
dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan: 2)
Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan 29
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin
dan/atau mengelola unit organisasi: dan 3) Kompetensi Sosial Kultural adalah
pengetahuan. keterampilan, dan sikap perilaku yang dapat diamati, diukur, dan
dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat
majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan,
etika, nilai-nilai. moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap
pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi
dan Jabatan.
d. Perilaku Kompeten
1) Kinerja yang BerAkhlak: Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan
kualifikasi, kompetensi, dan kinerja serta etika profesional sebagai pelayan
publik.
2) Meningkatkan kompetensi diri: diperlukan untuk menjawab tantangan yang
selalu berubah. Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan
sumber keahlian para pakar konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau
instansi tempat ASN bekerja atau tempat lain. Pengetahuan juga dihasilkan
oleh jejaring informal (networks), yang mengatur diri sendiri dalam interaksi
dengan pegawai dalam organisasi dan atau luar organisasi.
3) Membantu Orang Lain Belajar: Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN
pembelajar yaitu aktif dalam "pasar pengetahuan atau forum terbuka
(Knowledge Fairs and Open Forums).
4) Melakukan kerja terbaik: Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan
kecenderungan setiap organisasi, baik instansi pemerintah maupun swasta,
bersifat dinamis, hidup dan berkembang melalui berbagai perubahan
lingkungan dan karya manusia. Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan

5
selayaknya tidak dilepaskan dengan apa yang menjadi terpenting dalam hidup
seseorang.

4. Harmonis

Sebagai pelayan publik, setiap pegawai ASN senantiasa bersikap adil dan tidak
diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Mereka harus
bersikap profesional dan berintegritas dalam memberikan pelayanan. Tidak boleh
mengejar keuntungan pribadi atau instansinya belaka tetapi pelayanan harus
diberikan dengan maksud memperdayakan masyarakat, menciptakan
kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Untuk itu integritas menjadi penting
bagi setiap pegawai ASN Senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran,
keadilan, tidak korupsi,transparan, akuntabel, dan memuaskan publik.
Dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat ASN dituntut dapat
mengatasi permasalahan keberagaman, bahkan menjadi unsur perekat bangsa
dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Membangun
budaya hammonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam suatu
organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga berdampak bagi
berbagai bentuk organisasi.

5. Loyal

Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi
pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class
Government), pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN
BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Nilai "Loyal"
dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus
dimiliki dan dimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN dikarenakan oleh
faktor penyebab internal dan eksternal.
Secara etimologis, istilah "loyal" diadaptasi dari Bahasa Prancis yaitu "Loial" yang
artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat
dimaknai sebagai kesetiaan paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-
lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terdapat beberapa ciri
karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas
pegawainya, antara lain:
6
a. Taat pada Peraturan.
b. Bekerja dengan Integritas
c. Tanggung Jawab pada Organisasi
d. Kemauan untuk Bekerja Sama
e. Rasa Memiliki yang Tinggi

Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai
terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:
a. Membangun Rasa Kecintaan dan Memiliki
b. Meningkatkan Kesejahteraan.
c. Memenuhi kebutuhan Rohani.
d. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir.
e. Melakukan Evaluasi secara Berkala

6. Adaptif
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan-
baik individu maupun organisasi dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan
membangun atau mewujudkan individua dan organisasi adaptif tersebut adalah
situasi VUCA (Volatility, Uncertainty. Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility
dengan Vision, hadapi uncertainty dengan understanding, hadapi complexity
dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility.
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon
perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan
fleksibel. Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam
organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan
budaya yang tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila
budaya organisasi telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka
budaya organisasi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja.
Adaptif sebagai Nilai dan Budaya ASN
a. Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat mahir
(personal mastery);

7
b. Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama
atau gelombang yang sama terhadap suatu visi atau cita-cita yang akan dicapai
bersama (shared vision);
c. Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang
organisasi ingin wujudkan (mental model):
d. Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk
mewujudkan visinya (team learning);
e. Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda, atau
bermental silo (system thinking).

7. Kolaboratif
Kolaborasi adalah segala aspek pengambilan keputusan, implementasi sampa
evaluasi.
Panduan perilaku kolaboratif pada organisasi:
a. Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu
terjadi;
b. Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan
membutuhkan upaya yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan
mereka;
c. Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan
mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan
ketika terjadi kesalahan);
d. Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas)
Setiap kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
e. Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
f. Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
g. Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan
yang diberikan.

8
Resume Agenda III
1. Smart ASN
Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan
media digital. Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang
bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu
bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Pola kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah secara daring ikut
membentuk perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi kemampuan wajib
yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital setiap
warga negara. Budaya digital hadir untuk memperkuat karakter budaya bangsa
dan menguatkan nilai-nilai kebangsaan Indonesia dalam penggunaan media
digital, bukan untuk memecah belah kesatuan warna di dunia maya. Sebagai ASN
dan pengguna internet, perlu adanya pemahaman etika berinternet yaitu:
a. jangan menggunakan huruf kapital
b. apabila mengutip dari internet, kutiplah seperlunya
c. memperlakukan email sebagai pesan pribadi
d. berhati hati dalam melanjutkan email ke orang lain
e. biasakan menggunakan format plain text dan jangan sembarangan
menggunakan html
f. jangan kirim file berukuran besar melalui attachment tanpa izin terlebih
dahulu dari penerima pesan.

2. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar
selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan
pengadaan, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, pengembangan
kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin. pemutusan hubungan perjanjian
kerja dan perlindungan.

Anda mungkin juga menyukai