Anda di halaman 1dari 9

LEARNING JOURNAL

Program Pelatihan : LATSAR CPNS 2022 Kab. Lima Puluh Kota


Angkatan/Kelompok/No Daftar Hadir : 2/1/5
Nama Mata Pelatihan
Asynchronous : Adaptif dan Kolaboratif
Nama Peserta : Barita Hernawaty Sitanggang, A.Md
Penyelenggara Latihan : Lembaga BPSDM Provinsi Sumatera Barat
Tutor : Ibu Gusnida, SE. M.Si

A. Pokok Pikiran
Asynchronous
Pada fase ini diberikan metode distance learning dengan belajar secara mandiri yaitu
materi Adaptif dan Kolaboratif selama 6 JP, yang merupakan bagian dari Agenda 2
Nilai – Nilai Dasar PNS. Materi dari Tutor dan dengan dibantu modul yang telah
dipelajari dari MOOC memperluas pengertian dan pemahaman tentang bagaimana
kalimat afirmasi, kode perilaku dan kata kunci terhadap core value BerAKHLAK.
Kode perilaku dari masing-masing core value BerAKHLAK sudah saya cantumkan
pada tugas 1 saat pembelajaran synchronous.

1. Adaptif
- Kalimat afirmasi : kami terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan ataupun
menghadapi perubahan
- Kata kunci : inovasi, antusias terhadap perubahan, proaktif
Terdapat alasan mengapa nilai-nilai adaptif perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan
tugas-tugas jabatan di sektor publik, seperti di antaranya perubahan lingkungan
strategis, kompetisi yang terjadi antar instansi pemerintahan, perubahan untuk mutu,
perkembangan teknologi juga untuk menghadapi tantangan praktek administrasi
public.
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN
memiliki kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang
berkelanjutan dengan lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang
berkesinambungan.
Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan antara lain
sebagai berikut:
a) Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan
b) Mendorong jiwa kewirausahaan
This study source was downloaded by 100000848911719 from CourseHero.com on 06-17-2022 08:33:18 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/139990723/ADAPTIF-DAN-KOLABORATIF-BARITA-HERNAWATY-SITANGGANGdocx/
c) Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah
d) Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra,
masyarakat dan sebagainya
e) Terkait dengan kinerja instansi.
Penerapan budaya adaptif dalam organisasi pemerintahan akan membawa
konsekuensi adanya perubahan dalam cara pandang, cara berpikir, mentalitas dan
tradisi pelayanan publik yang lebih mampu mengimbangi perubahan atau tuntutan
jaman.
- Pemerintahan yang adaptif
Bagaimana pengembangan kapasitas pemerintah adaptif dengan indikator-indikator
sebagai berikut:
1) Pengembangan sumber daya manusia adaptif
2) Penguatan organisasi adaptif
3) Pembaharuan institusional adaptif

Kerangka Sistem Dynamic Governance

- Budaya Adaptif ASN


1) ASN tidak hanya sebagai pelayan public melalui penerapan e-Government saja,
tetapi sekaligus menggerakkan ruhnya sebagai penyelenggara pemerintahan
2) ASN mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai keadaan, seperti membiasakan
diri perilaku protokol kesehatan menggunakan masker, sering mencuci tangan,
menghindari kerumunan
3) ASN tidak cepat merasa puas diri dengan capaian yang ada, tetapi terus belajar
untuk mengembangkan kreativitas

This study source was downloaded by 100000848911719 from CourseHero.com on 06-17-2022 08:33:18 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/139990723/ADAPTIF-DAN-KOLABORATIF-BARITA-HERNAWATY-SITANGGANGdocx/
4) ASN memiliki kemampuan dinamis berpikir ke depan, berpikir lagi, dan pemikiran
yang mengarah pada kebijakan adaptif
5) ASN mampu menghilangkan silo-mentality ditengah lingkungan kerja
2. Kolaboratif
- Kalimat afirmasi : kami membangun kerja sama yang sinergis
- Kata kunci : kesediaan bekerjsama, sinergi untuk hasil yang lebih baik
Collaborative governance adalah sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan
interaksi saling menguntungkan antar aktor governance untuk melayani publik,
menekankan semua aspek yang memiliki kepentingan dalam kebijakan membuat
persetujuan bersama dengan berbagi kekuatan.

Model Collaborative Governance

Collaborative Governance dimulai dari Starting condition mempengaruhi proses


kolaborasi yang terjadi, dimana proses tersebut terdiri dari (1) Trust building :
membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi (2) Face tof face
Dialogue: melakukan negosiasi dan baik dan bersungguh-sungguh (3) Komitmen
terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan; sharing ownership dalam proses
serta keterbukaan terkait keuntungan bersama (4) Pemahaman bersama: berkaitan
dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait permasalahan, serta mengidentifikasi
nilai bersama; dan 5) Menghasilkan outcomes yang diharapkan.
Whole of Government (WoG); Kongkretisasi Kolaborasi pemerintahan dikenal
sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah
kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan.
a) Adapaun manfaat dari WoG ini, sebagai berikut :

This study source was downloaded by 100000848911719 from CourseHero.com on 06-17-2022 08:33:18 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/139990723/ADAPTIF-DAN-KOLABORATIF-BARITA-HERNAWATY-SITANGGANGdocx/
 Outcomes focused : berfokus pada outcome yang tidak dapat dicapai oleh K/L
sektoral secara masing-masing
 Boundary-spanning : implementasi kebijakan tidak hanya melibatkan satu
instansi, tetapi lintas instansi
 Enabling WoG : membuat pemerintah lebih mampu menangani tantangan
kebijakan yang kompleks
 Strengthening prevention WoG : mendorong pencegahan terhadap masalah
yang mungkin berkembang lebih jauh.
b) Sedangkan bentuk – bentuk dari WoG, adalah :
 Integrating Service Delivery (ISD) : proses penyatuan pemberian layanan
kepada public
 Koordinasi dan Kolaborasi Pemerintah horizontal yang berkoordinasi atau
berkolaborasi dalam mencapai tujuan bersama
 Integrating and Rebalancing Governance Kontrol politik dan otonomi
administrasi
 Culture Change Konsep-konsep social glue (perekat), budaya organisasi
c) Praktek WoG terlihat dari :
 Terjadi penguatan koordinasi antar lembaga : dengan mengurangi jumlah
lembaga yang ada sampai mendekati jumlah yang ideal untuk sebuah
koordinasi. Dengan jumlah lembaga yang rasional, maka koordinasi dapat
dilakukan lebih mudah
 Terbentuk lembaga koordinasi khusus : dengan membentuk lembaga terpisah
dan permanen yang bertugas dalam mengkoordinasikan sektor atau
kementerian adalah salah satu cara melakukan WoG
 Membentuk Gugus Tugas : merupakan bentuk pelembagaan koordinasi yang
dilakukan di luar struktur formal, yang sidatnya tidak permanen
 Koalisi sosial : merupakan bentuk informal dari penyatuan koordinasi antar
sektor atau lembaga, tanpa perlu membentuk pelembagaan khsus dalam
koordinasi ini
d) Jenis Pelayanan WoG
 Pelayanan yang bersifat adminisitratif yang menghasilkan berbagai produk
dokumen resmi yang dibutuhkan warga masyarakat
 Pelayanan jasa yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan
warga masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan,
perhubungan
 Pelayanan barang yang menghasilkan jenis barang yang dibutuhkan warga
massyarakat, seperti misalnya jalan, perumahan, jaringan telepon, listrik, air
bersih, dan seterusnya

This study source was downloaded by 100000848911719 from CourseHero.com on 06-17-2022 08:33:18 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/139990723/ADAPTIF-DAN-KOLABORATIF-BARITA-HERNAWATY-SITANGGANGdocx/
 Pelayanan regulatif yang melalui penegakan hukuman dan peraturan
perundang-undangan, maupun kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi
kehidupan masyarakat

B. Pokok Pikiran
Saya menyelesaikan evaluasi mandiri dari modul MOOC
1. Bagaimana penerapan budaya adaptif dalam instansi tempat anda bekerja.
Elaborasi sejauh pemahaman anda terkait strategi dalam melakukan penerapan
budaya adaptifnya.
Jawab :
Budaya adaptif adalah kepribadian dari suatu organisasi atau perusahaan, dimana
karyawan menerima perubahan, penyelamatan yang memelihara lingkungan dan
perbaikan proses internal yang berkelanjutan. Saya sudah 1 tahun lebih berada
dilingkungan RSUD dr. Achmad Darwis Kab. Lima Puluh Kota merasakan
kenyamanan bekerja walau saya adalah kaum minoritas, tidak di diskriminasi
dilingkungan kerja. Hal ini menunjukkan RSUD dr. Achmad Darwis menjalankan
toleransi ditengah perbedaan agama dan suku.
Menurut saya adapun strategi yang sudah diterapkan oleh RSUD dr. Achmad Darwis,
diantaranya
a) Menanamkan toleransi
Seperti saya ini telah diterima terbuka sebagai keluarga.
b) Mewujudkan kesetaraan
Tidak membeda-bedakan penerimaan jasa pelayanan antara pegawai PNS dengan
kontrak, tetapi membaginya sesuai kehadiran bekerja.
c) Menciptakan komunikasi efektif
Pejabat dengan pegawai menjalin komunikasi baik sehingga tidak terjadi kesenjangan
jabatan.
d) Tetap menjalankan protokol kesehatan dan taat menggunakan APD diruangan
Konsisten untuk menghentikan tracking virus covid 19.
e) Menilai karyawan secara objektif
Tidak menghambat pegawai yang sudah memenuhi skp untuk naik pangkat.
f) Memotivasi pegawai

This study source was downloaded by 100000848911719 from CourseHero.com on 06-17-2022 08:33:18 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/139990723/ADAPTIF-DAN-KOLABORATIF-BARITA-HERNAWATY-SITANGGANGdocx/
Bagi pegawai yang sedang mengikuti kegiatan LATSAR walaupun tidak
dibebastugaskan selama distance learning dikarenakan mengingat kekosongan
pegawai, tetapi Atasan Langsung memberikan keringan pada saat mengikuti Zoom
pembelajaran Synchronous dibebastugaskan. Atasan langsung memberikan motivasi
harus mampu menyelesaikan LATSAR ini ditengah situasi yang tetap bekerja dengan
hasil yang baik agar sah menjadi pegawai PNS.

2. Bagaimana praktek dari penerapan adaptasi dalam penyelenggaraan tugas dan


fungsi organisasi yang merespon perubahan lingkungannya, baik dari sudut
pandang praktek individu maupun organisasi.
Jawab :
Bentuk antisipasi dan kemampuan adaptasi ini diwujudkan dalam praktek kebijakan
yang merespon isu atau permasalahan publik sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhannya. Dalam mengelola perubahan, organisasi harus memfokuskan diri
untuk meningkatkan kemampuannya dalam memanfaatkan tantangan dan peluang
yang muncul. Artinya, organisasi membutuhkan perubahan perilaku anggota
(individu) dan perubahan proses untuk berhasil. Ada dua hal yang bisa mendorong
perubahan di organisasi, yaitu karena faktor internal dan faktor eksternal.
-Faktor internal
Perubahan internal atau yang berasal dari dalam organisasi, biasanya disebabkan
oleh:
 Perubahan perangkat keras organisasi (hard system tools) yang biasa disebut
dengan struktural meliputi perubahan srategi, struktur organisasi dan system
Contoh : Tuntutan perubahan zaman yang semakin kompleks di era industri 4.0
memaksa penyelenggaran Pelatihan Dasar (Latsar) CPNS menyesuaikan. Perubahan
Diklat Pra Jabatan menjadi Pelatihan Dasar ASN bukan hanya perubahan nama saja,
tetapi lebih kepada perubahan mindset ASN dalam memahami nilai-nilai dasar ASN.
Penerapannya lainnya terlihat dari hadirnya metode pelatihan CPNS dengan sistem
pembelajaran jarak jauh secara elektronik atau yang lebih dikenal dengan istilah e–
learning.
 Perubahan perangkat lunak organisasi (soft system tools) atau perubahan
kultural yang meliputi perubahan perilaku individu dalam organisasi,
kebijakan sumber daya manusia dan budaya organisasi.
Contoh : Nilai dasar ASN yang dulunya ANEKA sekarang menjadi BERAKHLAK.
Peluncuran Core Values dan Employer Branding ASN yang dilaksanakan secara
virtual pada 27 Juli 2021, Presiden Joko Widodo secara resmi meluncurkan Core
Values "Ber-AKHLAK" dan Employer Branding ASN "Bangga Melayani Bangsa".
Terjadi perubahan dari ANEKA yang merupakan akronim dari akuntabilitas,
nasionalisme, etika publik, komitmen mutu dan anti korupsi menjadi BERAKHLAK

This study source was downloaded by 100000848911719 from CourseHero.com on 06-17-2022 08:33:18 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/139990723/ADAPTIF-DAN-KOLABORATIF-BARITA-HERNAWATY-SITANGGANGdocx/
akronim dari berorientasi pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis,loyal, adaptif
dan kolaboratif.
-Faktor eksternal
Faktor yang berasal dari luar organisasi, biasa disebut sebagai faktor lingkungan.
Adapun faktor eksternal yang dimaksud, antara lain politik, hukum, kebudayaan,
teknologi, sumber daya alam, demografi dan sosiologi.

3. Jelaskan Konsep Collaborative Governance dan Pendekatan Whole of


Government!
Jawab :
Konsep dari Collaborative Governance ini keterlebitan dari semua sector untuk
mencapai tujuan bersama yang lebih baik. Collaborative Governance dapat
dilakukan oleh pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah dalam rangka
menyelesaikan suatu masalah publik dengan melakukan kolaborasi dengan pihak lain
yang terkait dalam proses penyelesaian masalah tersebut, menekankan semua aspek
yang memiliki kepentingan dalam kebijakan membuat persetujuan bersama dengan
berbagi kekuatan. Collaborative Governance dimulai dari Starting condition
mempengaruhi proses kolaborasi yang terjadi, dimana proses tersebut terdiri dari (1)
Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi (2)
Face tof face Dialogue: melakukan negosiasi dan baik dan bersungguh-sungguh (3)
Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan; sharing ownership
dalam proses serta keterbukaan terkait keuntungan bersama (4) Pemahaman bersama:
berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait permasalahan, serta
mengidentifikasi nilai bersama; dan 5) Menghasilkan outcomes yang diharapkan.

Sedangkan untuk WoG berisi pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang


melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan.
Penyelenggaraan pemerintahan yang mengoptimalkan upaya kolaboratif dalam ruang
lingkup koordinasi dari keseluruhan sektor dengan maksud untuk mencapai tujuan
pembangunan bersama dan pemerintahan yang terintegrasi dalam pemecahan sebuah
isu yang muncul. eberapa cara yang dapat dilakukan melalui pendekatan WoG, baik
dari sisi penataan institusi formal maupun informal antara lain:
1. Penguatan koordinasi antar lembaga
Penguatan koordinasi dapat dilakukan jika jumlah lembaga-lembaga yang
dikoordinasikan masih terjangkau dan manageable. Dalam prakteknya, rentang
kendali yang rasional akan sangat terbatas. Salah satu alternatifnya adalah,
mengurangi jumlah lembaga yang ada sampai mendekati jumlah yang ideal untuk
sebuah koordinasi. Dengan jumlah lembaga yang rasional, maka koordinasi dapat
dilakukan dengan lebih mudah.

This study source was downloaded by 100000848911719 from CourseHero.com on 06-17-2022 08:33:18 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/139990723/ADAPTIF-DAN-KOLABORATIF-BARITA-HERNAWATY-SITANGGANGdocx/
2. Membentuk lembaga koordinasi khusus
Pembentukan lembaga yang terpisah dan permanen yang bertugas dalam
mengkoordinasikan sektor atau kementerian terkait adalah salah satu cara melakukan
WoG, lembaga koordinasi ini biasanya diberikan status kelembagaan setingkat lebih
tinggi, atau setidaknya setara dengan kelembagaan yang dikoordinasikannya.
3. Membentuk gugus tugas
Gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan koordinasi yang dilakukan di luar
struktur formal yang sifanya tidak permanen. Pembentukan gugus tugas biasanya
menjadi salah satu cara agar sumber daya yang terlibat dalam koordinasi tersebut
dicabut sementara dari lingkungan formalnya untuk berkonsentrasi dalam proses
koordinasi.
4. Koalisi sosial
Koalisi sosial merupakan bentuk informal dari penyatuan koordinasi antar sektor atau
lembaga, tanpa perlu membentuk pelembagaan khusus dalam koordinasi ini. Koalisi
sosial mendorong adanya penyamaan nilai dan persepsi tentang suatu hal, sehingga
pada akhirnya akan terjadi koordinasi alamiah.

4. Buatlah rancangan pelaksanaan kolaborasi antar unit kerja Saudara dengan unit
kerja lainnya di instansi Saudara !
Jawab :
N Rancangan Pelaksanaan Kolaborasi Gudang Farmasi dengan unit kerja lain di
o RSUD dr. Achmad Darwis
1 Gudang memberikan permintaan Gown ke Ruangan dengan izin Yanmed agar
pemakaian Gown terkendali sesuai kebutuhan.
2 Gudang meminta laporan penggunaan Daftar Obat dan BHP Khusus Covid dari
Farmasi rawat jalan dan rawat inap agar memantau keberadaan stok
3 Gudang memberikan laporan stok obat dan BHP yang menipis stoknya ke
bagian pengadaan agar pengadaan segera memesan kebutuhan e-catalog
maupun pemesanan reguler
4 Gudang menjalin hubungan yang baik dengan mitra (sales) agar tidak
memperlama proses pengantaran pemesanan khususnya untuk obat CITO
5 Gudang RSUD dr. Achmad Darwis dengan Gudang RSUD Adnan WD saling
membantu untuk kekosongan obat/BHP yang CITO atau yang kosong dari
distributor. Dihari berikutnya, peminjaman ini digantikan apabila sudah
terpenuhi pemesanan.

5. Memberi contoh kerberhasilan terlaksanya kolaborasi pemerintah dengan


penerapan pendekatan WoG.
Jawab :

This study source was downloaded by 100000848911719 from CourseHero.com on 06-17-2022 08:33:18 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/139990723/ADAPTIF-DAN-KOLABORATIF-BARITA-HERNAWATY-SITANGGANGdocx/
Terbentuknya Gugus Tugas Percepatan Penangan Covid 19 karena adanya kolaborasi
pemerintah dengan sector-sektor dimasing-masing daerah. Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 adalah sebuah gugus tugas yang dibentuk
pemerintah Indonesia untuk mengkoordinasikan kegiatan antarlembaga dalam upaya
mencegah dan menanggulangi dampak penyakit koronavirus baru di Indonesia.
Gugus tugas ini dibentuk pada 13 Maret 2020 berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease 2019 dan berada di bawah serta bertanggung jawab langsung pada presiden
Indonesia. Gugus tugas ini berada dalam lingkup Badan Nasional Penanggulangan
Bencana, dengan melibatkan kementerian, lembaga, dan unit pemerintahan lain
seperti Kementerian Kesehatan, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Tentara
Nasional Indonesia, dan pemerintah di daerah.

This study source was downloaded by 100000848911719 from CourseHero.com on 06-17-2022 08:33:18 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/139990723/ADAPTIF-DAN-KOLABORATIF-BARITA-HERNAWATY-SITANGGANGdocx/
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai