Anda di halaman 1dari 24

TUGAS

JURNAL MOOC PPPK

Ary Christanto / NIP. 199503102022211006 / SMAN 1 Cibungbulang

AGENDA 1 : Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara

Modul 1

1. WAWASAN KEBANGSAAN

Wawasan Kebangsaan dapat diartikan sebagai konsepsi cara pandang yang dilandasi akan
kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara akan diri dan lingkungannya di dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

A. BEBERAPA TITIK PENTING DALAM SEJARAH BANGSA INDONESIA

1) 20 Mei 1908, puluhan anak muda berkumpul di aula Stovia. Dalam pertemuan itu mereka
sepakat mendirikan organisasi Boedi Oetomo

2) Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan organisasi pergerakan nasional pertama yang


menggunakan istilah "Indonesia". Bahkan Perhimpunan Indonesia menjadi pelopor
kemerdekaan bangsa Indonesia di kancah internasional. Perhimpunan Indonesia (PI)
diprakarsai oleh Sutan Kasayangan dan R. N. Noto Suroto pada 25 Oktober 1908 di
Leiden,Belanda

3) Pada tanggal 30 April 1926 di Jakarta diselenggarakan “Kerapatan Besar Pemuda”, yang
kemudian terkenal dengan nama “Kongres Pemuda I”. Kongres Pemuda I ini dihadiri oleh
wakil organisasipemuda Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun,
Jong Islamieten Bond, Studerenden Minahasaers, kemudian Jong Bataks Bond dan
Pemuda Kaum Theosofi juga ikut dalam kerapatan besar.

4) Pada 27-28 Oktober 1928, Kongres Pemuda Kedua dilaksanakan.

5) Pada 1 Maret 1945 dalam situasi kritis, Letnan Jendral Kumakici Harada, pimpinan
pemerintahpendudukan Jepang di Jawa, mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

6) PPKI terbentuk pada 7 Agustus 1945.


B. 4 KONSENSUS DASAR

1. BENDERA

“Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera


Negaraadalah Sang Merah Putih”

(Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan)

2. BAHASA

“Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36
Undang- Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 bersumber
dari bahasa yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai
bahasa persatuan yang dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban Bangsa”

(Pasal 25 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan)

3. LAMBANG NEGARA

“Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk Garuda Pancasila yang


kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai berupa jantung yang digantung
dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas
pita yang dicengkeram oleh Garuda”

(Pasal 46 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera,


Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan)

4. LAGU KEBANGSAAN

“Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya yang digubah oleh Wage Rudolf Supratman”

(Pasal 58 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009


tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,serta Lagu Kebangsaan)
2. Nilai-Nilai Bela Negara

Semua Negara dan bangsa memiliki ancamannya masing-masing, termasuk Indonesia


sehingga dibtuhkan kewaspadaan dini untuk mencegah potensi ancaman menjadi
ancaman. Dengan sikap dan perilaku yang didasarkan pada kesadaran bela Negara dan
diaktualisasikan oleh ASN tujuan nasional dapat tercapai.

Ancaman pada era reformasi diartikan sebagai sebuah kondisi, tindakan, potensi, baik
alamiah atau hasil suatu rekayasa, berbentuk fisik atau non fisik, berasal dari dalam atau
luar negeri, secara langsung atau tidak langsung diperkirakan atau diduga atau yang sudah
nyata dapat membahayakan tatanan serta kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam
rangka pencapaian tujuan nasionalnya. Ancaman adalah adalah setiap usaha dan kegiatan,
baik dari23 dalam negeri maupun luar negeri yang bertentangan dengan Pancasila dan
mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa.

Sistem Kewaspadaan Dini KLB (SKD-KLB) merupakan kewaspadaan terhadap


penyakit berpotensi KLB beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan
menerapkan tekonologi surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk sikap tanggap
kesiapsiagaan, upaya-upaya pencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasa
yang cepat dan tepat. Sementara dalam penyelenggaraan pertahanan Negara, kemampuan
kewaspadaan dini dikembangkan untuk mendukung sinergisme penyelenggaraan
pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter secara optimal, sehingga terwujud kepekaan,
kesiagaan, dan antisipasi setiap warga negara dalam menghadapi potensi ancaman.

Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik
secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber


Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara
meliputi :

a. Cinta tanah air;


b. Sadar berbangsa dan bernegara;
c. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. Kemampuan awal Bela Negara.

Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan, dan kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan, dan/atau
pelatihan kepada warga negara guna menumbuhkembangkan sikap dan perilaku
serta menanamkan nilai dasar Bela Negara. Pembinaan Kesadaran Bela Negara
diselenggarakan di lingkup : pendidikan, masyarakat, dan pekerjaan.
Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4
Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
1945), diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik
bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan
kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Bela Negara dilaksanakan
atas dasar kesadaran warga Negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri yang
ditumbuhkembangkan melalui usaha Bela Negara. Usaha Bela Negara
diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran
secara wajib, pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela
atau secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi. Usaha Bela Negara
bertujuan untuk memelihara jiwa nasionalisme Warga Negara dalam upaya
pemenuhan hak dan kewajibannya terhadap Bela Negara yang diwujudkan dengan
Pembinaan Kesadaran Bela Negara.

3. SISTEM ADMINISTRASI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

Kebijakan publik dalam format keputusan


dan/atau tindakan administrasi pemerintahan (SANKRI) memiliki landasan idiil yaitu
Pancasila landasan konstitusionil , UUD 1945 sebagai sistem yang mewadahi peran
Aparatur Sipil Negara (ASN) Berdasarkan UU No.5 Tahun 2014 tentang aparatur Sipil
Negara.
Tahap-tahap pembinaan persatuan bangsa Indonesia itu yang paling menonjol ialah
sebagai berikut:
1. Perasaan senasib.

2. Kebangkitan Nasional

3. Sumpah Pemuda

4. Proklamasi Kemerdekaan

Beberapa prinsip yang juga harus kita hayati serta kita pahami lalu kita amalkan:

1. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika

2. Prinsip Nasionalisme Indonesia

3. Prinsip Kebangsaaan yang bertanggung jawab

4. Prinsip Wawasan Nusantara

5. Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita Reformasi

Nasionalisme adalah sikap mencintai bangsa dan negara sendiri. Nasionalisme terbagi
atas:

1) Nasionalisme dalam arti sempit, yaitu sikap mencintai bangsa sendiri secara
berlebihan sehingga menggap bangsa lain rendah kedudukannya, nasionalisme ini
disebut juga nasionalisme yang chauvinisme, contoh Jerman pada masa Hitler.

2) Nasionalisme dalam arti luas, yaitu sikap mencintai bangsa dan negara sendiri dan
menggap semua bangsa sama derajatnya.

Berdasarkan Penjelasan Umum UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(UU ASN), dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-
4 Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, diperlukan ASN yang
profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme,
mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan
peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Untuk mewujudkan tujuan nasional, dibutuhkan Pegawai ASN.

Pegawai ASN diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas
pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Tugas pelayanan publik dilakukan dengan
memberikan pelayanan atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
Pegawai ASN.
Modul 2

Analisis Isu Kontemporer

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, secara signifikan
telah mendorong kesadaran PNS untuk menjalankan profesinya sebagai ASN

dengan berlandaskan pada:

a) nilai dasar;

b) kode etik dan kode perilaku;

c) komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik;

d) kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; dan

e) profesionalitas jabatan.

Implementasi terhadap prinsip-prinsip tersebut diwujudkan dengan meningkatan


kepedulian dan partisipasi untuk meningkatkan kapasitas organisasi dengan memberikan
penguatan untuk menemu-kenali perubahan lingkungan strategis secara

komprehensif pada diri setiap PNS.

Kontemporer yang dimaksud disini adalah sesuatu hal yang modern, yang eksis dan
terjadi dan masih berlangsung sampai sekarang, atau segala hal yang berkaitan dengan saat ini

A. PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS

Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari perjalanan
peradaban manusia.

Hanya manusia dengan martabat dan harkat hidup yang bisa melakukan perbuatan yang
bermanfaat dan dilandasi oleh nilai-nilai luhur, serta mencegah dirinya melakukan perbuatan
tercela.

PNS bisa menunjukan perannnya dalam koridor peraturan perudang- undangan (bending
the rules), namun tidak boleh melanggarnya (breaking the rules). Sejalan dengan tujuan
Reformasi Birokrasi terutama untuk mengembangkan PNS menjadi pegawai yang
transformasional, artinya PNS bersedia mengembangkan cita-cita dan berperilaku yang bisa
diteladani, menggugah semangat serta mengembangkan makna dan tantangan bagi dirinya,
merangsang dan mengeluarkankreativitas dan berupaya melakukan inovasi, menunjukkan
kepedulian, sikap apresiatif, dan mau membantu orang lain

Perubahan global (globalisasi) yang terjadi dewasa ini, memaksa semua bangsa (Negara)
untuk berperan serta, jika tidak maka arus erubahan tersebut akan menghilang dan akan
meninggalkan semua yang tidak mau berubah. Perubahan global ditandai dengan hancurnya batas
(border) suatu bangsa, dengan membangun pemahaman dunia ini satu tidak dipisahkan oleh batas
Negara. Hal yang menjadi pemicunya adalah berkembang pesatnya teknologi informasi global,
dimana setiap informasi dari satu penjuru dunia mdapat diketahui dalam waktu yang tidak lama
berselang oleh orang di penjuru dunia lainnya.

Pemahaman perubahan dan perkembangan lingkungan stratejik pada tataran makro


merupakan faktor utama yang akan menambah wawasan PNS. Wawasan tersebut melingkupi
pemahaman terhadap Globalisasi, Demokrasi, Desentralisasi, dan Daya Saing Nasional, Dalam
konteks globalisasi PNS perlu memahami berbagai dampak positif maupun negatifnya.

PNS dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang kian lama
kian menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara (pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka
Tunggal Ika) sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena-fenomena tersebut
menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis terkait dengan isu-isu
kritikal yang terjadi saat ini atau bahkan berpotensi terjadi, isu-isu tersebut diantaranya; bahaya
paham radikalisme/ terorisme, bahaya narkoba, cyber crime, money laundry, korupsi, proxy war.

Modal insani yang dimaksud, disini istilah modal atau capital dalam konsep modal manusia
(human capital concept). Konsep ini pada intinya menganggap bahwa manusia merupakan suatu
bentuk modal yang tercermin dalam bentuk pengetahuan, gagasan (ide), kreativitas, keterampilan,
dan produktivitas kerja.

Modal untuk menghadapi Perubahan lingkungan Strategis :


1) Modal Intelektual

2) Modal Emosional

3) Modal Sosial

4) Modal Ketabahan

5) Modal Etika/Moral

6) Modal Kesehatan.
B. ISU-ISU STRATEGIS KONTEMPORER

PNS sebagai Aparatur Negara dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga
internal yang kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara: Pancasila, UUD
1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara.
Fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis
terkait isu-isu strategis kontemporer.

1) Korupsi

2) Narkoba

3) Terorisme dan Radikalisme

4) Money Loundring

5) Proxy War

6) Kejahatan Mass Communication

C. TEKNIK ANALISIS ISU

Untuk menghadapi perubahan lingkungan strategis (internal dan eksternal) akan


memberikan pengaruh besar terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan, sehingga
dibutuhkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan objektif terhadap satu persoalan, sehingga
dapat dirumuskan alternatif pemecahan masalah yang lebih baik dengan dasar analisa yang
matang.

Isu adalah adanya atau disadarinya suatu fenomena atau kejadian yang dianggap penting
atau dapat menjadi menarik perhatian orang banyak, sehingga menjadi bahan yang layak untuk
didiskusikan.

Isu kritikal secara umum terbagi ke dalam tiga kelompok berbeda berdasarkan tingkat
urgensinya, yaitu

a. Isu saat ini (current issue) : mendapatkan perhatian dan sorotan publik secara luas dan
memerlukan penanganan sesegera mungkin dari pengambil keputusan.

b. Isu berkembang (emerging issue): merupakan isu yang perlahan-lahan masuk dan

menyebar di ruang publik, dan publik mulai menyadari adanya isu tersebut.

c. Isu potensial: kelompok isu yang belum nampak di ruang publik, namun dapat terindikasi
dari beberapa instrumen (sosial, penelitian ilmiah, analisis intelijen, dsb)

Strategi bersikap yang harus ditunjukan dalam analisis isu adalah dengan cara-cara
objektif dan dapat dipertanggungjawabkan serta terintegrasi/komprehensif. Oleh karena itu
dibutuhkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan objektif terhadap satu persoalan, sehingga
dapat merumuskan alternatif pemecahan masalah yang lebih baik dengan dasar analisa yang
matang.
Modul 3 :

Kesiapsiagaan Bela Negara

Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilainilai bela negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, demi menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk
ancaman yang padamhakikatnya mendasari proses nation and character building.

Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang
baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang
dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan
berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan
menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.

A. KEMAMPUAN AWAL BELA NEGARA

Nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela negara, baik secara
fisik maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan dengan cara menjaga kesamaptaan
(kesiapsiagaan) diri yaitu dengan menjaga kesehatan jasmani dan rohani. Sedangkan secara non
fisik, yaitu dengan cara menjaga etika, etiket, moral dan memegang teguh kearifan lokal yang
mengandung nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur dan terhormat.

Wujud kemampuan bela negara yakni memiliki:

1. Kesehatan Jasmani dan Mental.

2. Kesiapsiagaan Jasmani dan Mental

3. Etika, Etiket dan Mental

B. Rencana Aksi Bela Negara

Aksi Nasional Bela Negara dapat didefinisikan sebagai sinergi setiap warga negara guna
mengatasi segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dengan berlandaskan
pada nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil, dan makmur
AGENDA 2 : Nilai-nilai Dasar PNS

Modul 1

BERORIENTASI PELAYANAN

Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu dari penyelenggara pelayanan publik, yang
kemudian dikuatkan kembali dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU
ASN), yang menyatakan bahwa salah satu fungsi ASN adalah sebagai pelayan publik. Asas
penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU Pelayanan Publik,
yaitu:

a. kepentingan umum;

b. kepastian hukum;

c. kesamaan hak;

d. keseimbangan hak dan kewajiban;

e. keprofesionalan;

f. partisipatif;

g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;

h. keterbukaan;

i. akuntabilitas;

j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;

k. ketepatan waktu; dan

l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan

Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu
1) penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat,
stakeholders, atau sektor privat, dan 3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima
layanan.
Dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi tersebut,
pegawai ASN bertugas untuk:

a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan;

b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;

c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Modul 2 :

AKUNTABEL

Kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Namun
pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah
kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggungjawaban yang harus dicapai. Aspek - Aspek akuntabilitas mencakup beberapa hal
berikut yaitu akuntabilitas adalah sebuah hubungan, akuntabilitas berorientasi pada hasil,
akuntabilitas membutuhkan adanya laporan, akuntabilitas memerlukan konsekuensi, serta
akuntabilitas memperbaiki kinerja.Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama
(Bovens,2007), yaitu pertama, untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); kedua,
untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); ketiga,
untukmeningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar). Akuntabilitas publik terdiri atas dua
macam, yaitu: akuntabilitas vertical (vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal
(horizontal accountability). Akuntabilitas memiliki 5 tingkata yang berbeda yaitu akuntabilitas
personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan
akuntabilitas stakeholder.

Akuntabilitas dan Integritas banyak dinyatakan oleh banyak ahli administrasi negara
sebagai dua aspek yang sangat mendasar harus dimiliki dari seorang pelayan publik. Namun
integritas memiliki keutamaan sebagai dasar seorang pelayan publik untuk dapat berpikir secara
akuntabel. Kejujuranadalah nilai paling dasar dalam membangun kepercayaan publik terhadap
amanah yang diembankan kepada setiap
pegawai atau pejabat negara.

Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangunlingkungan kerja yang akuntabel


adalah: 1) kepemimpinan, 2)transparansi, 3) integritas, 4) tanggung jawab
(responsibilitas), 5) keadilan, 6) kepercayaan, 7)keseimbangan, 8) kejelasan, dan 9) konsistensi.
Untukmemenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yangakuntabel, maka mekanisme
akuntabilitas harus mengandung3 dimensi yaitu Akuntabilitas kejujuran dan hukum,
Akuntabilitas proses, Akuntabilitas program, danAkuntabilitas kebijakan.
Pengelolaan konflik kepentingan dan kebijakan gratifikasidapat membantu pembangunan budaya
akuntabel danintegritas di lingkungan kerja. Akuntabilias dan integritas dapat menjadi faktor
yang kuat dalam membangun pola pikirdan budaya antikorupsi.

Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk
publik. Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi yang berfungsi
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Etika pelayanan publik adalah suatu panduan atau
pegangan yang harus dipatuhi oleh para pelayan publik atau birokrat untuk menyelenggarakan
pelayanan yang baik untuk publik. Buruknya sikap aparat sangat berkaitan dengan etika.

Modul 3 :

KOMPETEN

Disadari isu penguatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) termasuk aspek
pengembangan SDM memanglah penting. Hal ini tercermin dari prioritas pembangunan nasional
jangka menengah ke 4, tahun 2020-2024, berfokus pada penguatan kualitas SDM, untuk sektor
keAparaturan, pembangunan diarahkan untuk mewujudkan birokrasi berkelas dunia. Wujud
birokrasi berkelas dunia tersebut dicirikan dengan apa yang disebut dengan SMART ASN, yaitu
ASN yang memiliki kemampuan dan karakter meliputi: integritas, profesinal, hospitality,
networking, enterprenership, berwawasan global, dan penguasaan IT dan Bahasa asing.

A. Tantangan Lingkungan Strategis

Penguatan kualitas ASN tersebut sejalan dengan dinamika lingkungan strategis


diantaranya VUCA dan disrupsi teknologi, fenomena demografik (demographic shifting), dan
keterbatasan sumberdaya. Keadaan ini merubah secara dinamis lingkungan pekerjaan termasuk
perubahan karakter dan tuntutan keahlian (skills). Kenyataan ini menutut setiap elemen atau ASN
di setiap instansi selayaknya meninggalkan pendekatan dan mindset yang bersifat rigit peraturan
atau rule based dan mekanistik, cenderung terpola dalam kerutinan dan tidak adapatif dengan
zamannya. ASN diharapkan memiliki sifat dan kompetensi dasar, utamanya: inovasi, daya saing,
berfikir kedepan, dan adaptif. Sifat dan kompetensi dasar ini krusial untuk mewujudkan instansi
pemerintah yang responsif dan efektif

Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis, karakter dan tuntutan
keahlian baru.

Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu, sesuai kecenderungan
kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja organisasi
lebih lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi itu sendiri.

B. Kebijakan Pembangunan Aparatur

Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek pengelolaan ASN
harus memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak boleh ada
perlakuan yang diskriminatif, seperti hubungan agama, kesukuan atau aspek-aspek primodial
lainnya yang bersifat subyektif.

Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi
tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi: integritas,
nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing, hospitality, networking,
dan entrepreneurship

C. Pengembangan Kompetensi

Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku
kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan.

Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi
ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan
bidang teknis jabatan; 2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan
kap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola
unit organisasi; dan 3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman
berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan
kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap
pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan

D. Perilaku Kompeten

1) Berkinerja dan berakhlak


2) Learn, Unlearn, dan Relearn

3) Meningkatkan kompetensi diri

4) Membantu Orang Lain Belajar

5) Melaksanakan tugas terbaik

Modul 4 :

HARMONIS

A. Keanekaragaman Bangsa Dan Budaya Di Indonesia

Keaneka ragaman suku bangsa itu dapat dipahami disebabkan karena kondisi letak
geografis Indonesia yang berada di persimpangan dua benua dan samudra. Hal tersebut
mengakibatkan terjadinya percampuran ras, suku bangsa, agama, etnis dan budaya yang membuat
beragamnya suku bangsa dan budaya diseluruh indonesia.

Makna nasionalisme secara politis merupakan manifestasi kesadaran nasional yang


mengandung citacita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk merebut kemerdekaan atau
mengenyahkan penjajahan maupun sebagai pendorong untuk membangun dirinya maupun
lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

B. Pentingnya Membangun Rasa Nasionalisme dan Persatuan


Kebangsaan

Sejarah perjuangan bangsa menunjukkan bahawa pada masa lalu bangsa kita adalah
bangsa yang besar. Pada masa jayanya kepulauan nusantara pernah berdiri kerajaan besar seperti
Sriwijaya dan Majapahit. Namun setelah era kejayaan kedua kerajaan besar tersebut, nusantara
terpecah belah sehingga akhirnya jatuh dalam kolonialisme negara penjajah.Untuk itu bangsa
Indonesia harus bersatu. Bangsa Indonesia merupakan perkumpulan bangsa yang berbeda dan
hanya rasa persatuan, toleransi, dan rasa saling menghargai yang dapat membuat tegaknya NKRI.

C. Konsep dan Teori Nasionalisme Kebangsaan

Beberapa aliran besar dalam konsep dan teori mengenai nasionalisme kebangsaan, yaitu
aliran modernis, aliran primordialis, aliran perenialis, dan aliran etno.

D. Potensi dan Tantangan dalam Keanekaragaman bagi ASN

Kebhinekaan dan Keberagaman suku bangsa dan budaya memberikan tantangan yang besar
bagi negara Indonesia. Keberagaman bangsa Indonesia juga merupakan tantangan berupa
ancaman, karena dengan adanya kebhinekaan tersebut mudah membuat penduduk Indonesia
berbeda pendapat yang lepas kendali, mudah tumbuhnya perasaan kedaerah yang amat sempit
yang sewaktu bisa menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi nasional atau persatuan dan
kesatuan bangsa.

E. Sikap ASN dalam Keanekaragaman Berbangsa

Berdasarkan pandangan dan pengetahuan mengenai kenekaragaman bangsa dan budaya,


sejarah pergerakan bangsa dan negara, konsep dan teori nasionalisme berbangsa, serta potensi
dan tantangannya maka sebagai ASN harus memiliki sikap dalam menjalankan peran dan fungsi
pelayanan masyarakat. ASN bekerja dalam lingkungan yang berbeda dari sisi suku, budaya,
agama dan lain-lain.

Modul 5 :

LOYAL

A. Konsep Loyal

Kata “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang artinya mutu dari sikap
setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya
paksaan, tetapi timbul dari kesadaran sendiri pada masa lalu.

Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling
tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).

Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai
bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan
panduan perilaku:

1) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;

2) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta

3) Menjaga rahasia jabatan dan negara.

Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan


perilaku loyal sebagai berikut:
1) Komitmen

2) Dedikasi

3) Kontribusi

4) Nasionalisme

5) Pengabdian

B.Panduan Perilaku Loyal

Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang ASN, ASN sebagai profesi berlandaskan


pada prinsip Nilai Dasar (pasal 4) serta Kode Etik dan Kode Perilaku (Pasal 5, Ayat 2) dengan
serangkaian Kewajibannya (Pasal 23). Untuk melaksanakan dan mengoperasionalkan ketentuan-
ketentuan tersebut maka dirumuskanlah Core Value ASN BerAKHLAK yang didalamnya.
Terdapat nilai Loyal dengan 3 (tiga) panduan perilaku (kode etik)- nya.

Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya dapat
diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan
sehari-harinya, yaitu:

a. Cinta Tanah Air

b. Sadar Berbangsa dan Bernegara

c. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara

d. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara

e. Kemampuan Awal Bela Negara

C. Loyal Dalam Konteks Organisasi Pemerintah

Sikap loyal seorang PNS dapat tercermin dari komitmennya dalam melaksanakan
sumpah/janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi PNS sebagaimana ketentuan
perundangundangangan yang berlaku.

Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari
larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil. Hanya PNS-PNS yang memiliki loyalitas yang tinggilah yang dapat menegakkan kentuan-
ketentuan kedisiplinan ini dengan baik

Modul 6 :

ADAPTIF

A. Memahami Adaptif

Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan individu di
dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk mempertahankan
keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan
kreativitas yang ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di dalamnya
dibedakan mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir
kreatif.

Budaya adaptif sebagai budaya ASN merupakan kampanye untuk membangun karakter
adaptif pada diri ASN sebagai individu yang menggerakkan organisasi untuk mencapai
tujuannya.

B. Panduan Perilaku Adaptif

Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik
individu maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau
mewujudkan individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA (Volatility,
Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty
dengan understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility.

C. Adaptif Dalam Konteks Organisasi Pemerintah

Tantangan utama saat ini bukanlah teknis, melainkan 'adaptif'. Masalah teknis mudah
diidentifikasi, didefinisikan dengan baik, dan dapat diselesaikan dengan menerapkan solusi
terkenal atau pengetahuan para ahli. Sebaliknya, tantangan adaptif sulit untuk didefinisikan, tidak
memiliki solusi yang diketahui atau jelas, dan membutuhkan ide-ide baru untuk membawa
perubahan di banyak tempat

Liisa Välikangas (2010) memperkenalkan istilah yang berbeda untuk pemerintah yang
adaptif yakni dengan sebutan pemerintah yang tangguh (resilient organization). Pembangunan
organisasi yang tangguh menyangkut lima dimensi yang membuat organisasi kuat dan imajinatif:
kecerdasan organisasi, sumber daya, desain, adaptasi, dan budaya (atau sisu, kata Finlandia yang
menunjukkan keuletan.

Modul 7 :

KOLABORATIF

A. Konsep Kolaboratif

Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwaKolaborasi adalah
“ value generated from an alliance between two or more firms aiming to become more
competitive by developing shared routines”

Irawan (2017 P 6) mengungkapkan bahwa “ Collaborative governance “sebagai sebuah


proses yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling menguntungkan antar aktor
governance .

Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu:

1) forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga;

2) peserta dalam forum termasuk aktor nonstate;

3) peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya '‘dikonsultasikan’
oleh agensi publik;

4) forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif;

5) forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika konsensus
tidak tercapai dalam praktik), dan

6) fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.

B. Praktik Dan Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintah

Menurut Pérez López et al (2004 dalam Nugroho, 2018), organisasi yang memiliki
collaborative culture indikatornya sebagai berikut:

1) Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami danperlu terjadi;

2) Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya
yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan mereka;

3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan
mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika terjadi
kesalahan);

4) Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas) Setiap
kontribusi dan pendapat sangat dihargai;

5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;

6) Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan

7) Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan yang
diberikan.
AGENDA 3 : Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI

Modul 1

SMART ASN

A. Literasi Digital

Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan kebutuhan
SDM talenta digital, literasi digital berperan penting untuk meningkatkan kemampuan kognitif
sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai.
Kerangka kerja literasi digital terdiri dari kurikulum digital skill, digital safety, digital culture,
dan digital ethics. Kerangka kurikulum literasi digital ini digunakan sebagai metode pengukuran
tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital.

Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana menggunakan
komputer dan keyboard, atau cara melakukan pencarian online. Literasi digital juga mengacu
pada mengajukan pertanyaan tentang sumber informasi itu, kepentingan produsennya, dan cara-
cara di mana ia mewakili dunia; dan memahami bagaimana perkembangan teknologi ini.

Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, dan
Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk mengatasi persoalan terkait
percepatan transformasi digital, dalam konteks literasi digital. Sehingga perlu dirumuskan
kurikulum literasi digital yang terbagi atas empat area kompetensi yaitu:

 kecakapan digital,

 budaya digital,

 etika digital

 keamanan digital

B. Pilar Literasi Digital

Literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan
pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi digital juga banyak
menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan proses mediasi media
digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017).
Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu
mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan kecakapan
dalam bermedia digital.

C. Implementasi Literasi Digital Dan Implikasinya

Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas dan
aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari informasi bahkan solusi dari
permasalahan kita sehari-hari. Literasi Digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki
oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital setiap warga negara.

Modul 2 :

MANAJEMEN ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga


diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman.

Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang
ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi
semua golongan dan partai politik

Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai


berikut:

o Pelaksana kebijakan public;

o Pelayan public; dan

o Perekat danpemersatu bangsa

Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat meningkatkan
produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak.
Setelah mendapatkan haknya maka ASN juga berkewajiban sesuai dengan tugas dan
tanggungjawabnya.
ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode
perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode
perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan
birokrasi pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai