MODUL 1
WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA
A. WAWASAN KEBANGSAAN
PENGERTIAN WAWASAN KEBANGSAAN
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan
kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI
Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang
dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
A. KONSEP PERUBAHAN
Perubahan seiringan dengan peradaban manusia, dan dari manusia itu sendiri yang
melakukan perubahan. Hanya Manusia yang bermartabat dan berharkat hidupnya yang bisa
melakukan perbuatan bermanfaat dilandasi nilai-nilai luhur, serta mencegah dirinya melakukan
perbuatan tercela.
Undang-undang ASN setiap PNS perlu memahami dengan baik fungsi dan tugasnya, yaitu:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan peraturan perundang- undangan,
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta
3. Memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia
PNS yang bertanggung jawab dan berorientasi pada kualitas gambaran implementasi sikap
mental positif PNS yang kompeten dengan kuat memegang teguh kode etik dalam menjalankan
tugas jabatannya berdasarkan tuntutan unit kerja/organisasinya merupakan wujud nyata PNS
menunjukan sikap perilaku bela Negara.
MODUL 2
TEKNIK ANALISIS ISU
Proses issue scan untuk memahami isu-isu kritikal dengan memetakan dan menganalisa
semua pihak yang terlibat secara komprehensif. Pendekatan komprehensif yang dapat digunakan
adalah model Pentahelix. Model Pentahelix adalah akan terbangunnya sebuah sinergi antara
kerangka berpikir untuk merumuskan isu dan kerangka bertindak berbagai pihak secara
kolaboratif untuk menyelesaikan isu.
Model Pentahelix dapat dikelompokkan dalam beberapa elemen sbb:
Government (G), Academics (A), Business (B), Community (C), dan Media (M) atau disingkat
GABCM.
Model Pentahelix untuk menganalisis isu di tempat kerja dapat sederhanakan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi dengan mempersempit pengertian elemen dari model Pentahelix,
misalnya:
(G) : K/L/Pemda atau unit kerja di lingkungan organisasi
(A) : Unit pelatihan atau unit litbang
(B) : Unit usaha di lingkungan organisasi atau mitra usaha
(C) : Kelompok pegawai dalam lingkup organisasi
(M) : Media kehumasan baik yang bersifat organisasi atau pribadi pegawai
b. Fishbone Diagram
Diagram tulang ikan ini lebih menekanan pada hubungan sebab akibat,
digunakan untuk mengidentifikasi penyebab masalah.
1) Menyepakati masalah, tuliskan masalah, gambarlah kotak mengelilingi masalah.
2) Mengidentifikasi kategori-kategori, garis horisontal merah
Analisis SWOT bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan suatu strategi. Sebagai sebuah konsep dalam manajemen strategi, teknik ini
menekankan mengenai perlunya penilaian lingkungan eksternal dan internal, serta
kecenderungan perkembangan/perubahan di masa depan sebelum menetapkan sebuah strategi.
1. Pengumpulan data
2. Analisis data, mengumpulkan semua informasi
Matriks SWOT
Matriks SWOT pada intinya adalah mengkombinasikan peluang, ancaman,
kekuatan, dan kelemahan dalam sebuah matriks. Dengan demikian, matriks tersebut
terdiri atas empat kuadran, dimana tiap-tiap kuadran memuat masing-masing strategi.
Matriks TOWS
Pada dasarnya matriks TOWS merupakan pengembangan dari model analisis
SWOT diatas. Model TOWS yang dikembangkan oleh David pada tahun 1989 ini
dikenal cukup komprehensif dan secara terperinci dapat melengkapi dan merupakan
kelanjutan dari metoda analisis SWOT yang biasa dikenal.
Matriks Internal Eksternal (Matriks I-E)
Pada Matriks Internal Eksternal, parameter yang digunakan meliputi parameter
kekuatan internal dan pengaruh eksternal.
3. Tahap pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan apabila telah melihat hasil dari analisis yang
dilakukan dengan salah satu teknik yang dipilih metrik SWOT, metrik TWOS, atau metrik
InternalEksternal.
Analisis Kesenjangan atau Gap Analysis
Gap Analysis adalah perbandingan kinerja aktual dengan kinerja potensial atau yang
diharapkan. Metode ini alat evaluasi bisnis yang menitikberatkan pada kesenjangan
kinerja perusahaan saat ini dengan kinerja yang sudah ditargetkan sebelumnya,
misalnya yang sudah tercantum pada rencana bisnis atau rencana tahunan pada masing-
masing fungsi perusahaan.
JURNAL KEGIATAN MOOC PPPK
MODUL 3
KESIAPSIAGAAN BELANEGARA
Kebiasaan-kebiasaan baik dalam pola hidup sehat yang perlu Anda laksanakan dalam
kehidupan sehari-hari adalah dengan cara :
1. Makan Sehat
2. Aktifitas Sehat
3. Berpikir Sehat
4. Lingkungan Sehat
5. Istirahat Sehat
Kesehatan Mental
Mental (mind, mentis, jiwa) dalam pengertiannya yang luas berkaitan dengan
interaksi antara pikiran dan emosi manusia. Dalam konteks modul ini, kesehatan mental
akan dikaitkan dengan dinamika pikiran dan emosi manusia. Kedua komponen inilah yang
menjadi titik penting dari kehidupan manusia.
D. Kearifan Lokal
Konsep Kearifan Lokal
Kearifan lokal adalah hasil pemikiran dan perbuatan yang diperoleh manusia di tempat
ia hidup dengan lingkungan alam sekitarnya untuk memperoleh kebaikan. Kearifan Lokal
dapat berupa ucapan, cara, langkah kerja, alat, bahan dan perlengkapan yang dibuat
manusia setempat untuk menjalani hidup di berbagai bidang kehidupan manusia. Kemudian
Kearifan Lokal pun dapat berupa karya terbarukan yang dihasilkan dari pelajaran warga
setempat terhadap bangsa lain di luar daerahnya
MODUL 1
BERORIENTASI PELAYANAN
A. KONSEP AKUNTABILITAS
1. Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi
yang memberikan amanat. Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada
atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017).
2. Aspek-Aspek Akuntabilitas
a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented)
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting)
d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without
consequences)
e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
3. Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:
a. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
b. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);
c. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
4. Tingkatan Akuntabilitas
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas
individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.
a. Akuntabilitas Personal (Personal Accountability) Akuntabilitas personal mengacu pada
nilai-nilai yang ada pada diri seseorang seperti kejujuran, integritas, moral dan etika.
b. Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara individu dan lingkungan
kerjanya, yaitu antara PNS dengan instansinya sebagai pemberi kewenangan.
c. Akuntabilitas Kelompok. Dalam kaitannya dengan akuntabilitas kelompok, maka
pembagian kewenangan dan semangat kerjasama yang tinggi antar berbagai kelompok
yang ada dalam sebuah institusi memainkan peranan yang penting dalam tercapainya
kinerja organisasi yang diharapkan.
d. Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah dicapai, baik
pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap organisasi/institusi maupun kinerja
organisasi kepada stakeholders lainnya.
e. Akuntabilitas stakeholder adalah tanggungjawab organisasi pemerintah untuk
mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil, responsif dan bermartabat.
MODUL 3
MODUL KOMPETEN
Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek pengelolaan ASN harus
memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak boleh ada perlakuan yang
diskriminatif, seperti hubungan agama, kesukuan atau aspek-aspek primodial lainnya yang bersifat
subyektif. Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi
tuntutan pekerjaan saat ini dan ke depan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi: integritas,
nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing, hospitality, networking, dan
entrepreneurship.
Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis, karakter dan tuntutan keahlian
baru. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu, sesuai kecenderungan
kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja organisasi
lebih lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi itu sendiri. Konsepsi kompetensi
adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku kompetensi meliputi aspek pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN,
kompetensi meliputi :
1. Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati,
diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan;
2. Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan
3. Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat
majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai,
moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap
4. pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
Perilaku Kompeten :
1. Berkinerja yang BerAkhlak:
a. Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja.
b. Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan publik.
c. Perilaku etika profesional secara operasional tunduk pada perilaku BerAkhlak.
2. Meningkatkan kompetensi diri:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah adalah
keniscayaan.
b. Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau disebut juga sebagai
teori “net-centric”, merupakan pengembangan berbasis pada sumber pembelajaran utama
dari Internet.
c. Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online network.
d. Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian para
pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN bekerja atau
tempat lain.
e. Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang mengatur diri sendiri
dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi dan atau luar organisasi.
3. Membantu Orang Lain Belajar:
a. Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor termasuk morning
tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.
b. Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar pengetahuan”
atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums).
c. Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam dokumen kerja
seperti laporan, presentasi, artikel, dan sebagainya dan memasukkannya ke dalam repositori
di mana ia dapat dengan mudah disimpan dan diambil (Knowledge Repositories).
d. Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer), dalam
bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network), pendokumentasian
pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan bersumber dari refleksi
pengalaman (lessons learned).
4. Melakukan kerja terbaik:
a. Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi, baik instansi
pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan berkembang melalui berbagai
perubahan lingkungan dan karya manusia.
b. Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan dengan apa yang
menjadi terpenting dalam hidup seseorang.
MODUL 4
MATERI HARMONIS
Keanekaragaman Bangsa
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau. Nama
alternatif yang biasa dipakai adalah Nusantara. Dengan populasi mencapai 270.203.917 jiwa pada
tahun 2020, Indonesia menjadi negara berpenduduk terbesar keempat di dunia.
Indonesia juga dikenal karena kekayaan sumber daya alam, hayati, suku bangsa dan budaya nya.
Kekayaan sumber daya alam berupa mineral dan tambang, kekayaan hutan tropis dan kekayaan
dari lautan diseluruh Indonesia.
Nasionalisme Kebangsaan
Kejayaan Kerajaan Nusantara
Runtuhnya Kerajaan
Penjajahan dan Kolonialisme
Kebangkitan Nasional
NKRI
Konsep Nasionalisme
Perspektif modernis melihat bahwa bangsa merupakan hasil dari modernisasi dan rasionalisasi
seperti di contohkan dalam Negara Birokratis, ekonomi industry, dan konsep sekuler tentang
otonomi manusia.
Aliran Primordialis dengan tokohnya Clifford Geertz (1963) melihat bahwa bangsa merupakan
sebuah pemberian historis, yang terus hadir dalam sejarah manusia dan memperlihatkan kekuatan
inheren pada masa lalu dan generasi masa kini.
Perspektif perenialis dengan tokohnya Adrian Hastings (1997) melihat bahwa bangsa bisa
ditemukan di pelbagai zaman sebelum periode modern. Dengan demikian, dalam perspektif
primordialis dan perspektif modernis, bangsa modern bukanlah sesuatu yang baru, karena dia
muncul sebagai kelanjutan dari periode sebelumnya.
Aliran etnosimbolis, seperti ditunjukkan dalam karya John Amstrong (1982) dan Anthony Smith
(1986)‘ aliran ini mencoba menggabung ketiga pendekatan tersebut diatas. Aliran etnosimbolis
melihat bahwa kelahiran bangsa pasca abad ke-18, merupakan sebuah spesies baru dari kelompok
etnis yang pembentukannya harus dimengerti dalam jangka panjang.
a. Pengertian Harmonis
Harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga faktor-faktor
tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur.
b. Pentingnya Suasana Harmonis
Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu tenang,
menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama,
meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan.
c. Panduan Etika ASN Harmonis
Dasar-dasar Nilai Etika ASN
Etika: tujuan hidup yang baik bersama orang lain di dalam institusi yang adil.
Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus,
sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan
tertulis.
ASN Harmonis
Secara umum, menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11 tentang ASN, tugas
pegawaiASN adalah sebagai berikut.
a. Melaksanakan kebijakan public yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
MODUL 5
LOYAL
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan
ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), pemerintah telah
meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN BerAKHLAK yang merupakan akronim dari
Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. dan
Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa).
Nilai “Loyal” dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus
dimiliki dan diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN dikarenakan oleh faktor penyebab
internal dan eksternal.
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang
artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai
sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh
organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
1) Taat pada Peraturan.
2) Bekerja dengan Integritas
3) Tanggung Jawab pada Organisasi
4) Kemauan untuk Bekerja Sama.
5) Rasa Memiliki yang Tinggi
6) Hubungan Antar Pribadi
7) Kesukaan Terhadap Pekerjaan
8) Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
9) Menjadi teladan bagi Pegawai lain
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai bahwa
setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan
perilaku:
1) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah
2) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3) Menjaga rahasia jabatan dan negara
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku
loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme dan
pengabdian, yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”.
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai terhadap
organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:
1) Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
2) Meningkatkan Kesejahteraan
3) Memenuhi Kebutuhan Rohani
4) Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
5) Melakukan Evaluasi secara Berkala
Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat
pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan
sendiri, seseorang atau golongan sebagai wujud loyalitasnya terhadap bangsa dan negara. Agar
para ASN mampu menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan lainnya
dibutuhkan langkah-langkah konkrit, di antaranya melalui pemantapan Wawasan Kebangsaan.
Selain memantapkan Wawasan Kebangsaan, sikap loyal seorang ASN dapat dibangun dengan cara
terus meningkatkan nasionalismenya kepada bangsa dan negara.
Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang ASN, ASN sebagai profesi berlandaskan pada
prinsip Nilai Dasar (pasal 4) serta Kode Etik dan Kode Perilaku (Pasal 5, Ayat 2) dengan
serangkaian Kewajibannya (Pasal 23). Untuk melaksanakan dan mengoperasionalkan ketentuan-
ketentuan tersebut maka dirumuskanlah Core Value ASN BerAKHLAK yang di dalamnya terdapat
nilai Loyal dengan 3 (tiga) panduan perilaku (kode etik)-nya.
Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya dapat
diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan sehari-
harinya, yaitu:
1) Cinta Tanah Air
2) Sadar Berbangsa dan Bernegara
3) Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
4) Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
5) Kemampuan Awal Bela Negara
MODUL 6
ADAPTIF
Pengertian Adaptif
Adaptasi adalah suatu proses yang menempatkan manusia yang berupaya mencapai tujuan-
tujuan atau kebutuhan untuk menghadapi lingkungan dan kondisi sosial yang berubah-ubah agar tetap
bertahan (Robbins, 2003). Rumuskan pengertian adaptif menurut pemahaman dan hasil diskusi anda
dalam kelompok, sampaikan di kelas.
Dimensi Kreativitas
1) Fluency (kefasihan/kelancaran)
2) Flexibility (fleksibilitas)
3) Elaboration (elaborasi)
4) Originality (orisinalitas)
Organisasi Adaptif
MODUL 7
KOLABORATIF
Konsep Kolaboratif
Dyer and singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa kolabotif adalah “value
generated from an alliance between two or more firms aiming to become more competitive by
developing shared routines”.
Collaboration is a complex process, which demands planned, intentional knowledge sharing that
becomes the responsibility of all parties (Lindeke and Sieckert, 2005).
Collaboration is a process though which parties with different expertise, who see different aspects of
a problem, can constructively explore differences and find novel solutions to problems that would
have been more difficult to solve without the other’s perspective (Gray, 1989).
Collaborative Governance
Mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan public.
Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif serangkaian aktivitas bersama di
mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi tanggung jawab dan sumber daya.
Syarat Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan Dapat Memberikan Bantuan Kedinasan Kepada
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
1) Keputusan dan/atau Tindakan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan yang meminta bantuan
2) Penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan karena kurangnya tenaga dan fasilitas yang dimiliki oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan
3) Dalam hal melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melaksanakannya sendiri
4) Apabila untuk menetapkan Keputusan dan melakukan kegiatan pelayanan publik, Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan membutuhkan surat keterangan dan berbagai dokumen yang
diperlukan dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lainnya; dan/atau
5) Jika penyelenggaraan pemerintahan hanya dapat dilaksanakan dengan biaya, peralatan, dan
fasilitas yang besar dan tidak mampu ditanggung sendiri oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tersebut.
Whole of Government
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-
upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih
luas guna mencapai tujuan bersama dalam bidang pembangunan kebijakan, manajemen program
dan pelayanan publik. WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang
melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan.
Manfaat WoG
Kentungan WoG
1. Outcomes focused
Berfokus pada outcomes yang tidak dapat dicapai oleh K/L sektoral secara masing-masing
2. Boundary spanning
Implementasi kebijakan tidak hanya melibatkan satu instansi, tetapi lintas instansi
3. Enabling
WoG membuat pemerintah lebih mampu menangani tantangan kebijakan yang kompleks
4. Strengthening prevention
WoG mendorong pencegahan terhadap masalah yang mungkin berkembang lebih jauh
Bentuk WoG
1) Integrasi Service Delivery (ISD)
2) Koordinasi dan Kolaborasi
3) Integrating and Rebalancing Government
4) Culture Change
Praktek WoG
1) Penguatan koordinasi antar Negara
2) Membentuk lembaga koordinasi khusus
3) Membentuk gugus tugas
4) Koalisi sosial
Berdasarkan Pola
1) Pelayanan teknis fungsional
2) Pelayanan satu atap
3) Pelayanan satu pintu
4) Pelayanan terpusat
5) Pelayanan elektronik
JURNAL KEGIATAN MOOC PPPK
MODUL 1
SMART ASN
LITERASI DIGITAL
Menurut definisi UNESCO dalam modul UNESCO Digital Literacy Framework (Law, dkk.,
2018) literasi digital adalah “kemampuan untuk mengakses, mengelola, memahami,
mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi secara aman dan
tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Ini
mencakup kompetensi yang secara beragam disebut sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi
informasi dan literasi media.” Terdapat tiga pilar utama dalam Indonesia Digital Nation, yaitu
masyarakat digital yang dibarengi pula dengan pemerintah digital dan ekonomi digital. Masyarakat
digital meliputi aktivitas, penggunaan aplikasi, dan penggunaan infrastruktur digital. Pemerintah
digital meliputi regulasi, kebijakan, dan pengendalian sistem digital. Sementara itu, ekonomi digital
meliputi aspek SDM digital, teknologi penunjang, dan riset inovasi digital.
Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya
mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Kompetensi literasi digital terdiri dari:
kecakapan menggunakan media digital (digital skill),
budaya menggunakan digital (digital culture),
etis menggunakan digital (digital ethics),
aman menggunakan media digital (digital safety).
Tips melindungi diri dari hoaks (LibGuides at University of West Florida, 2021)
1) Evaluasi Sumber
a) Currency
b) Relevance
c) Authority
d) Accuracy
e) Purpose
2) Google It!
3) Dapatkan Berita dari Sumber Berita
4) Bedakan Opini dengan Fakta
Bentuk Cyberbullying:
Doxing (membagikan data personal seseorang ke dunia maya)
Cyberstalking (mengintip dan memata-matai seseorang di dunia maya)
Revenge porn (membalas dendam melalui penyebaran foto/video intim/vulgar
seseorang). Selain balas dendam, perundungan ini juga dapat bertujuan untuk
memeras korban. Perundungan ini bisa memunculkan rasa takut si korban, bahkan dapat
terjadi kekerasan fisik di dunia nyata/offline (Dhani, 2016)